BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sagital, vertikal dan transversal. Dimensi vertikal biasanya berkaitan dengan

HUBUNGAN DIMENSI VERTIKAL ANTARA TULANG VERTEBRA SERVIKALIS DAN POLA WAJAH PADA OKLUSI NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sejak intra uterin dan terus berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan berlangsung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia selama proses kehidupan mengalami perubahan dimensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perawatan ortodonti dan mempunyai prognosis yang kurang baik. Diskrepansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan, dan perbaikan dari keharmonisan dental dan wajah. 1 Perawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 MALOKLUSI KLAS III. hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pharynx merupakan suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. displasia dan skeletal displasia. Dental displasia adalah maloklusi yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tiga puluh orang menggunakan sefalogram lateral. Ditemukan adanya hubungan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan perawatan tidak hanya terfokus pada susunan gigi dan rahang saja

SEFALOMETRI. Wayan Ardhana Bagian Ortodonsia FKG UGM

BAB 2 PROTRUSI DAN OPEN BITE ANTERIOR. 2.1 Definisi Protrusi dan Open Bite Anterior

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. susunannya akan mempengaruhi penampilan wajah secara keseluruhan, sebab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. (Alexander,2001). Ortodonsia merupakan bagian dari ilmu Kedokteran Gigi yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dari struktur wajah, rahang dan gigi, serta pengaruhnya terhadap oklusi gigi geligi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan harmonis.pada saat mendiagnosis dan membuat rencana perawatan perlu diketahui ada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan estetis yang baik dan kestabilan hasil perawatan (Graber dkk., 2012).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nesturkh (1982) mengemukakan, manusia di dunia dibagi menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Crossbite posterior adalah relasi transversal yang abnormal dalam arah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi-gigi dengan wajah (Waldman, 1982). Moseling dan Woods (2004),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Oklusi secara sederhana didefinisikan sebagai hubungan gigi-geligi maksila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sejak tahun 1922 radiografi sefalometri telah diperkenalkan oleh Pacini dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat semakin menyadari akan kebutuhan pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saluran pernafasan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa

BAB 3 DIAGNOSA DAN PERAWATAN BINDER SYNDROME. Sindrom binder merupakan salah satu sindrom yang melibatkan pertengahan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KLAS III MANDIBULA. Oklusi dari gigi-geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

MATERI KULIAH ORTODONSIA I. Oleh Drg. Wayan Ardhana, MS, Sp Ort (K) Bagian Ortodonsia

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang ideal yang dapat menyebabkan ketidakpuasan baik secara estetik

Gambar 1. Anatomi Palatum 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggunaan fotografi di bidang ortodonti telah ada sejak sekolah kedokteran

HUBUNGAN RAHANG PADA PEMBUATAN GIGI- TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. wajah dan jaringan lunak yang menutupi. Keseimbangan dan keserasian wajah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal dengan

III. RENCANA PERAWATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Fotometri Profil 16. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Maloklusi adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal yang penting dalam perawatan ortodonti adalah diagnosis, prognosis dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki fungsi oklusi dan estetika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA WAJAH ADENOID YANG DISEBABKAN OLEH HIPERTROPI JARINGAN ADENOID

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada berbagai pedoman, norma dan standar yang telah diajukan untuk

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan retrospective

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang mempunyai

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dentofasial termasuk maloklusi untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cepat berkembang. Masyarakat makin menyadari kebutuhan pelayanan

GAMBARAN KLINIS DAN PERAWATAN ANOMALI ORTODONTI PADA PENDERITA SINDROMA CROUZON SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk. (2000). 22

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimental kuasi dengan desain one group pre dan post. Tempat : Klinik Ortodonti RSGMP FKG USU

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Ilmu Ortodonti menurut American Association of Orthodontics adalah

I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah. Secara umum bentuk wajah (facial) dipengaruhi oleh bentuk kepala, jenis kelamin

Keterbatasan radiografi panoramik dalam pengukuran ketidaksimetrisan mandibula

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 ANATOMI SENDI TEMPOROMANDIBULA. 2. Ligamen Sendi Temporomandibula. 3. Suplai Darah pada Sendi Temporomandibula

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi)

Transkripsi:

6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vertebra Servikalis Vertebra servikalis adalah bagian bawah kepala dengan ruas-ruas tulang leher yang berjumlah 7 buah (CV I CV VII). 13,14 Vertebra servikalis merupakan bagian terkecil di tulang belakang. Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3 sampai CV7). Diantara ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki struktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra. 15 Ruas tulang leher umumnya mempunyai ciri yaitu badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping daripada dari depan ke belakang. Vertebra servikalis mempunyai korpus yang pendek dan korpus ini berbentuk segiempat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas. Tebal korpus bagian depan dan bagian belakang sama. Lengkungnya besar mengakibatkan prosesus spinosus di ujungnya memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis. 16 2.1.1 Pembagian Vertebra Servikalis Ada 7 vertebra servikalis, tiga diantaranya memiliki struktur anatomi yang unik dan telah diberi nama khusus. Vertebra servikalis 1 disebut atlas, vertebra servikalis 2 disebut axis, dan vertebra servikalis 7 disebut vertebra prominens. 15

7 Gambar 1. Spinal column, pandangan lateral and posterior 15 2.1.2 Struktur Anatomi Vertebra Servikalis Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua daerah: daerah servikal atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3 sampai CV7). Diantara ruasruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki struktur anatomi yang unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2 disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra. Sedangkan Vertebra servikalis 3-6 disebut vertebra

8 servikalis tipikal karena vertebra servikalis ini memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis. 15 a. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas) Vertebra servikalis pertama dikenal sebagai atlas dimana berperan sebagai pendukung seluruh tengkorak. 15 Atlas berbeda dengan vertebra servikalis lainnya karena tidak mempunyai korpus sehingga bentuknya hampir seperti cincin. Atlas tidak mempunyai prosesus spinosus namun memiliki tuberkulum posterior yang kecil yang berguna agar pergerakan kepala atau kranium lebih bebas. Atlas berbentuk cincin atau lingkaran yang dibagi dua yaitu lengkung depan disebut arkus anterior dan lengkung belakang disebut arkus posterior. Terlihat massa yang agak lebar pada pertemuan arkus anterior dan arkus posterior dan disebut massa lateralis. Tiap massa lateralis di bagian atas terdapat permukaan berbentuk oval dan konkaf disebut fovea artikularis superior dan permukaan ini bersendi dengan tulang kranium. Di bagian bawah tiap massa terdapat fasies artikularis yang bersendi dengan vertebra servikalis 2 (Epistropheus). Di bagian samping massa lateralis terdapat prosesus transversus dan foramen transversum. 13 Gambar 2. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas) 15 b. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus)

9 Axis adalah yang terbesar dari semua vertebra servikalis. Kepala berputar di sekitar tulang axis. 14 Terdapat penonjolan tulang keatas dari permukaan atas korpus disebut dens epistropheus atau disebut juga prosesus odontoid (odontoid process). 12 Prosesus odontoid mirip dengan gigi. 15 Permukaan depan dan belakang dari dens didapati permukaan persendian disebut fasies artikularis anterior dan posterior. Pada tulang ini prosesus transversus tidak jelas. 13 Gambar 3. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus) 15 c. Vertebra Servikalis 3-6 ( Vertebra Servikalis Tipikal) Vertebra servikalis 3-6 disebut vertebra servikalis tipikal karena vertebra servikalis ini memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis. Ciri-ciri umum vertebra servikalis antara lain memiliki tubuh yang kecil dan korpus yang pendek, berbentuk persegi empat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari atas, tebal korpus bagian depan dan bagian belakang sama, di ujung prosesus spinosus memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya berlubang-lubang karena memiliki foramen tempat lewatnya arteri vertebralis. 15,16

10 Gambar 4. Vertebra Servikalis 3-6 ( Vertebra Servikalis Tipikal) 15 d. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens) Ciri-ciri vertebra servikalis 7 (vertebra prominens) antara lain memiliki prosesus spinosus yang panjang dan tidak bercabang, foramen transversus tidak selalu ada. 15 Gambar 5. Vertebra Servikalis 7 (Vertebra Prominens) 15 2.2 Keterkaitan Vertebra Servikalis pada Ilmu Kedokteran Gigi

11 Tulang vertebra servikalis memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang kraniofasial. Beberapa keterkaitan tulang vertebra servikalis dalam ilmu kedokteran gigi : 1. Oklusi sentrik merupakan hasil dari postural apparatus atau sistem dukungan kepala yang mana postur kepala dapat mempengaruhi mandibula serta otototot kepala dan leher. 2. Bernafas melalui mulut dan obstruksi pernafasan dapat mengubah postur kepala. Hal ini terbukti bahwa dimensi vertikal wajah atau apa yang disebut dengan "underclosure" atau "overopening" dari mandibula diberi label "sindrom wajah panjang". 3. Kehilangan gigi posterior atau kehilangan dukungan vertikal akibat clenching dapat menyebabkan mandibula overclosure sehingga mempengaruhi otot dan tulang leher. 4. Otot-otot leher dapat dipengaruhi oleh nyeri wajah dan sakit kepala, terutama sternocleidomastoid atau trapezius dapat menyebabkan kepala dan leher menjadi tidak nyaman. 5. Gigi berfungsi sebagai stabilisator untuk fiksasi mandibula dalam proses menelan dan membantu memperbaiki postur kepala dan mendukung kepala untuk fungsi lain. 6. Cacat kongenital dari tulang leher dan basis kranial dapat mempengaruhi proses berbicara dan menelan yang mana dapat mempengaruhi mandibula dan oklusi gigi geligi.

12 7. Variasi basis kranial mempengaruhi naso-faring yang berkaitan dengan proses bicara dan bernafas sehingga dapat mempengaruhi perkembangan oklusi. 8. Pertumbuhan wajah dalam arah vertikal memiliki hubungan dengan pertumbuhan tulang vertebra servikalis. Terlihat hubungan yang kuat antara dimensi vertikal wajah dan panjang tulang leher atau setidaknya perilaku mereka selama pertumbuhan (Bench). Selain itu adanya kecenderungan pola pertumbuhan wajah yang dapat mempengaruhi stabilitas mandibula 2.3 Dimensi Vertikal Tulang Vertebra Servikalis Karlsen (2004) meneliti tentang hubungan perkembangan vertikal dari vertebra servikalis dengan pola wajah vertikal. Populasi penelitian adalah pasien anak-anak di Oslo Growth Material departemen Ortodonti, University of Oslo, Norwegia. Beliau membandingkan perkembangan tulang vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah dalam arah vertikal pada usia 6, 12, dan 15 tahun. Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalometri lateral untuk mengukur pertumbuhan vertebra servikalis dalam arah vertikal atau menggunakan variabel vertebra servikalis yaitu BaCV4 (total dimensi vertikal vertebra servikalis atas), SCV2 (posisi vertikal vertebra servikalis 2 relatif terhadap basis kranial), SCV3 (posisi vertikal vertebra servikalis 3 relatif terhadap basis kranial), SCV4 (posisi vertikal vertebra servikalis 4 relatif terhadap basis kranial). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk melihat perkembangan vertebra servikalis dalam arah vertikal. 12

13 Bench (1963) juga melakukan penelitian yang berhubungan dengan tulang servikalis. Penelitiannya mengenai pertumbuhan tulang vertebra servikalis yang dihubungkan terhadap lidah, wajah dan perkembangan gigi. Menurut Bench, pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada usia 7 sampai usia 12 tahun, tulang vertebra servikalis kedua, ketiga, keempat dan kelima mengalami peningkatan yang konsisten setiap tahunnya yaitu rata-rata 2,1mm, 2,2mm, 2,9mm, dan 3,2mm pertahun. Pada usia 12 sampai usia 18 tahun, tulang vertebra servikalis kedua, ketiga, keempat dan kelima mengalami peningkatan yang setiap tahunnya yaitu rata-rata 1,2mm, 1,6mm, 2,3mm dan 2,5mm pertahun. 10 Gambar 6. Pertumbuhan tulang vertebra servikalis yang mengalami peningkatan pertumbuhan setiap tahun 10 2.4 Dimensi Vertikal Wajah Dimensi vertikal wajah dapat diukur berdasarkan sudut MP-SN. Pengelompokan pertumbuhan wajah dalam arah vertikal berdasarkan MP-SN terdiri

14 atas kelompok dengan sudut MP-SN yang besar ( 35 ) dan kelompok dengan sudut MP-SN yang kecil ( 25 ). Individu yang memiliki sudut MP-SN yang lebih besar cenderung memiliki wajah yang lebuh panjang. Sebaliknya, individu dengan sudut MP-SN yang lebih kecil cenderung memiliki wajah yang lebih pendek. 12 Dimensi vertikal wajah juga dapat diukur berdasarkan penilaian proporsi wajah. Penilaian proporsi wajah dikelompokkan menjadi tinggi wajah anterior bagian atas dan tinggi wajah anterior bagian bawah. Individu yang memiliki tinggi wajah anterior yang lebih pendek cenderung memiliki overbite yang dalam. Sebaliknya tinggi wajah anterior yang lebih panjang cenderung memiliki open bite anterior. 1 Gambar 7. Pengukuran dimensi vertikal wajah berdasarkan penilaian proporsi wajah yaitu tinggi wajah anterior bagian atas dan tinggi wajah anterior bagian bawah 1 Tinggi wajah anterior bagian bawah adalah jarak dari pangkal dagu ke dasar hidung. Tinggi wajah anterior bagian atas adalah jarak dari dasar hidung ke titik kirakira diantara kedua alis. Dimensi ini dapat diukur dengan penggaris. Tinggi wajah anterior bagian atas dan bawah biasanya hampir sama. Jika tinggi wajah anterior bagian bawah berkurang maka akan menghasilkan overbite yang dalam. Sebaliknya,

15 jika tinggi wajah anterior bawah lebih besar dari 50% dari total tinggi wajah anterior maka akan menghasilkan openbite anterior. 1 Gambar 8. Pada gambar kiri profil wajah pasien terjadi pengurangan tinggi wajah anterior bagian bawah, sedangkan pada gambar kanan memperlihatkan oklusi pasien dimana pengurangan tinggi wajah anterior bagian bawah cenderung mengalami deepbite 1 Gambar 9. Individu dengan tinggi wajah anterior bagian bawah yang besar cenderung memiliki openbite anterior 1

16 Penelitian Karlsen menggunakan sudut MP-SN sebagai patokan untuk mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal. Sudut MP-SN besar apabila nilainya lebih besar sama dengan 35 dan kecil apabila nilainya lebih kecil sama dengan 25. Jadi, semakin besar sudut MP-SN maka semakin besar pertumbuhan vertikal wajah, semakin kecil sudut MP-SN maka semakin kecil pertumbuhan vertikal wajah. Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalometri untuk mengukur pertumbuhan wajah vertikal yaitu NGn (Tinggi Wajah Anterior Total), NSp (Tinggi Wajah Anterior Atas), SpGn (Tinggi Wajah Anterior Bawah), SGo (Tinggi Wajah Posterior Total), SPm (Tinggi Wajah Posterior Atas), PmGo (Tinggi Wajah Posterior Bawah), CdGo (Tinggi Ramus Mandibula). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk mengukur pertumbuhan wajah pada sefalogram. Wajah panjang (long face) ditemukan pada kelompok dengan sudut MP-SN yang besar. Karakteristik MP-SN besar berupa total tinggi wajah anterior (NGn), tinggi wajah anterior bawah (SpGn) yang berlebihan, dan tinggi wajah posterior (SGo) yang kecil. Wajah pendek (short face) ditemukan pada kelompok dengan sudut MP-SN yang kecil. Karakteristik MP-SN kecil berupa total tinggi wajah posterior (SGo), tinggi wajah posterior bawah (PmGo) yang berlebihan, tinggi ramus mandibula lebih besar (CdGo), dan tinggi wajah anterior (NGn) yang kecil. 12

17 Gambar 10. Garis-Garis Referensi Untuk Mengukur Pertumbuhan Wajah dalam Arah Vertikal 12 2.5 Sefalometri Lateral Sebagai Alat Bantu Ukur Untuk Melihat Perkembangan Vertikal Vertebra Servikalis dan Pertumbuhan Wajah Vertikal Setiap individu memiliki variasi dalam percepatan pertumbuhan dan perkembangan. Keadaan ini berkaitan dengan usaha untuk menegakkan diagnosa yang benar sehingga perlunya intervensi dini dalam koreksi suatu maloklusi. Salah satu indikator untuk melihat kematangan individu adalah perkembangan skeletalnya. 8 Beberapa indikator untuk menilai kematangan skeletal dapat dilihat dari tinggi badan, pengukuran handwrist, perubahan suara, perkembangan gigi dan vertebra servikalis. 3,5,6 Penelitian yang dilakukan oleh Paloma (2002) mengemukakan bahwa radiografi hand-wrist merupakan indikator yang baik dalam menilai kematangan skeletal. 8 Kematangan skeletal secara umum ditentukan dengan menggunakan tangan dan pergelangan tangan karena adanya perbedaan tipe dari tulang pada daerah tersebut. Terdapat dua pendekatan yang secara umum dilakukan untuk menilai

18 radiografi hand-wrist. Pertama, membandingkan kematangan tulang pergelangantangan dengan tulang atlas. Kedua, menggunakan indikator yang spesifik untuk menghubungkan kematangan tulang dengan kurva pertumbuhan pubertas. 18 Penilaian tahap pertumbuhan dengan sefalometri lateral dapat meminimalisasikan penggunaan radiografi hand-wrist. 18 Penelitian Adel (2010) pada populasi di Saudi Arabia meramalkan potensi pertumbuhan mandibula dengan memperhatikan usia tulang vertebra servikalis. Beliau mengemukakan bahwa untuk keamanan pasien dari tambahan biaya dan radiasi, digunakan sefalogram lateral untuk melihat kematangan skeletal dari vertebra servikalis. 9 Penggunaan radiografi Handwrist untuk meminimalkan radiasi akan lebih ideal bila seandainya hanya menggunakan sefalometri. Penggunaan cervical vertebral maturation (CVM) atau kematangan tulang vertebra servikalis pada sefalometri lateral untuk menilai kematangan skeletal makin sering diteliti. Keuntungan utama dari evaluasi CVM adalah dapat dilakukan dengan conventional lateral cephalogram (LCR) yaitu untuk menghindari paparan ekstra radiasi akibat pengambilan radiografi hand-wrist. Evaluasi kematangan dari vertebra servikalis pertama kalinya dilakukan oleh Lamparski. Alasan penggunaan analisis CVM lebih mudah adalah yang pertama karena membutuhkan sedikit tulang vertebra. Vertebra servikalis yang digunakan adalah vertebra servikalis yang sensitif untuk menentukan proses pentahapan dan dapat terlihat ketika pasien memakai collar sebagai proteksi radiasi. Alasan yang kedua adalah identifikasinya lebih mudah karena menggunakan 1 buah sefalogram dan mengurangi penafsiran tahapan ketika dibandingkan antara berbagai perubahan pada tahapan-tahapan. 19

19 Lamparski mengamati perkembangan maturitas tulang vertebra servikalis pada tulang vertebra servikalis kedua (CV2) sampai keempat (CV4). Indikator maturitas tulang tersebut adalah meningkatnya konkavitas pada bagian inferior dan meningkatnya tinggi vertikal pada bagian anterior dari tulang vertebra servikalis. Hal ini menyebabkan berubahnya bentuk vertebra servikalis dari bentuk baji ke bentuk persegi panjang dan kemudian ke bentuk persegi. 2 Maturitas tulang vertebra servikalis dibagi atas enam tahap. Masing-masing memiliki karakteristik yang spesifik yang berhubungan dengan bentuk vertebra. 20 1. Initiation Tulang berbentuk baji. Semua bagian inferior dari tulang vertebra servikalis datar sedangkan bagian superiornya miring dari posterior ke anterior. 2. Acceleration Ditandai dengan perkembangan konkavitas pada batas inferior dari badan CV2 dan CV3, sedangkan pada CV4 masih datar. CV3 dan CV4 cenderung ke arah bentuk persegi panjang. 3. Transition Konkavitas pada bagian inferior dari CV2 dan CV3 sudah nyata terlihat. Terlihat perkembangan konkavitas pada batas inferior dari CV4. CV3 dan CV4 cenderung berbentuk persegi panjang. 4. Deceleration Konkavitas pada bagian inferior dari CV4 sudah terlihat. CV3 dan CV4 mendekati bentuk persegi.

20 5. Maturation CV3 dan CV4 berbentuk persegi. Terlihat peningkatan konkavitas dari CV2, CV3 dan CV4. 6. Finalization Konkavitas dari CV2, CV3 dan CV4 semakin dalam. Selain itu terjadi pertumbuhan dalam arah vertikal. Tinggi tulang vertebra servikalis lebih besar daripada lebarnya. Gambar 11. Tahapan maturitas tulang vertebra servikalis menurut lamparski 20 Dalam bidang ilmu ortodonti, vertebra servikalis dianggap dapat membantu dalam penyusunan rencana perawatan terutama pada pasien yang sedang dalam tumbuh kembang. Berdasarkan penelitian pada subjek perempuan usia 7-15 tahun yang dilakukan Toshinori (2002), terlihat perubahan vertebra servikalis yang tampak

21 pada sefalometri lateral. 3 Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Karlsen (2004) yang membandingkan vertebra servikalis dan wajah pada pasien anak usia 6-15 tahun. Hanya vertebra servikalis 2, 3, dan 4 saja yang dapat diteliti disebabkan karena anak-anak memakai proteksi radiasi sehingga hanya vertebra servikalis 2, 3, dan 4 saja yang terlihat dari penampakan sefalogram lateral. 12 Kondisi ini berbeda dengan penelitian Toshinori yang menggunakan vertebra servikalis 3 dan 4. Hal ini disebabkan karena vertebra servikalis 1 tidak tampak pada sefalogram, vertebra servikalis 2 hanya sedikit yang mengalami perubahan morfologi dan sulit untuk dilakukan pengukuran, dan vertebra servikalis 5 tidak tampak jelas pada sefalogram. 3 Karlsen menggunakan sudut MP-SN untuk mengukur pertumbuhan wajah dalam arah vertikal maupun pertumbuhan vertebra servikalis dalam arah vertikal. Karlsen membagi sudut MP-SN menjadi dua yaitu sudut MP-SN yang besar ( 35 ) dan sudut MP-SN yang kecil ( 25 ). Titik-titik yang digunakan sebagai referensi untuk melakukan pengukuran terhadap vertebra servikalis dan wajah adalah nasion (N), orbital (Or), spinal-point (Sp), gnathion (Gn), sella (S), basion (Ba), condylion (Cd), porion (Po), pterygomaxillare (Pm), gonion (Go), SN-line (SN), Frankfort horizontal plane (FH), mandibular plane (MP), tangential mandibular line (ML 1 ), vertebra servikalis 2 (CV 2 ), vertebra servikalis 3 (CV 3 ), vertebra servikalis 4 (CV 4 ). Titik-titik referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk mengukur pertumbuhan vertebra servikalis dan wajah dalam arah vertikal pada sefalogram. Beliau menemukan hubungan yang kuat pada usia 12 sampai 15 tahun, hubungan tersebut dilihat dari GoCV 2. Dimana Go sebagai

22 salah satu titik referensi pada tinggi wajah posterior dan CV 2 sebagai vertebra servikalis 2 memiliki keterkaitan selama pertumbuhan. 12 Gambar 12. Titik-titik referensi yang digunakan untuk pengukuran pertumbuhan vertikal vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah vertikal pada sefalogram 12 2.6 Hubungan Dimensi Vertikal Antara Tulang Vertebra Servikalis dan Pola Wajah Penelitian Beni Solow dan Andrew Sandham (2002) mengenai postur kranioservikal yang mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Tujuan penelitian tersebut adalah ingin melihat hubungan postur kranio-servikal dalam mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari struktur dentofasial. Penelitian ini menggunakan subjek anak-anak, remaja dan dewasa. Postur kranio-servikal adalah hubungan postur kepala terhadap cervical column. Hasilnya menunjukkan perbedaan pada subjek orang dewasa maupun anak-anak dan remaja. Pada subjek orang dewasa,

23 subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang kecil, ditandai dengan tinggi wajah anterior yang kecil dan inklinasi mandibular plane kecil. Subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang besar, ditandai dengan tinggi wajah anterior yang besar dan inklinasi mandibular plane besar. 11 Gambar 13. (a) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang kecil cenderung memiliki tinggi wajah anterior yang kecil dan inklinasi mandibular plane kecil; (b) Subjek dengan dengan sudut kranio-servikal yang besar cenderung memiliki tinggi wajah anterior yang lebih besar dan inklinasi mandibular plane besar 11 Pada subjek anak-anak dan remaja, terdapat perbedaan postur kranio-servikal menghasilkan perbedaan tipe dari perkembangan wajah. Subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang kecil diikuti dengan pertumbuhan kedepan dari maksila dan mandibula. Sedangkan subjek yang memiliki sudut kranio-servikal yang besar diikuti dengan perkembangan wajah vertikal, dapat terlihat perubahan posisi vertikal dari tulang hyoid. 11

24 Gambar 14. (a) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang kecil cenderung mengalami rotasi mandibula kedepan; (b) Subjek dengan sudut kranio-servikal yang besar cenderung mengalami pertumbuhan mandibula dalam arah vertikal 11 Karlsen menggunakan garis referensi pada sefalogram untuk mengukur hubungan perkembangan vertikal vertebra servikalis dan wajah terhadap berbagai pola wajah yaitu GoCV2 (jarak vertikal antara sudut gonial dan vertebra servikalis 2), PmCV2 ( jarak vertikal antara titik paling belakang dari maksila dan vertebra servikalis 2). Garis-garis referensi tersebut diproyeksikan tegak lurus terhadap garis FHe (Frankfort Horizontal estimated) untuk mengukur hubungan antara

25 perkembangan vertikal dari vertebra servikalis dan wajah terhadap berbagai pola wajah vertikal. CV2 atau axis adalah yang paling tinggi dan paling luas dari vertebra servikalis. Kepala berputar di atlas dari kondilus occipitalis dan 2 bagian superior. Prosesus odontoid atau dens dari CV2 berjalan hampir sejajar dengan ramus mandibula. Nilai mutlak rata-rata dari jarak vertikal antara Go dan CV2 kurang lebih tetap atau tidak berubah. Pada kelompok sudut yang kecil jarak GoCV2 rata-rata 2,4 mm pada usia 6 tahun, 2,6 pada usia 12 tahun, 1,4 pada usia 15 tahun. Pada sudut yang besar jarak GoCV2 cukup signifikan rata-rata 8,2 mm pada usia 6 tahun, 9,4 mm pada usia 12 tahun, 7,1 mm pada usia 15 tahun. Kondisi ini mempertegas peranan Go dan CV2 sangat berkaitan selama pertumbuhan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Salagnac bahwa tinggi wajah posterior memiliki hubungan yang signifikan terhadap pertumbuhan wajah, tidak hanya setelah usia 12 tahun tetapi juga pada periode sebelumnya, dimana hubungan antara pertumbuhan vertebra servikalis dan wajah tidak ada. Sedikit variasi jarak GoCV2 mungkin adalah hasil variasi yang sesuai pada pertumbuhan dari tinggi wajah posterior bawah. Posisi vertikal dari Go mungkin menjadi kunci untuk pertumbuhan wajah dalam arah vertikal, khususnya untuk perkembangan tinggi wajah bagian bawah. Hubungan timbal balik anatomi antara Go dan CV2 sangat kuat yaitu hubungan antara pertumbuhan vertebra servikalis dan pertumbuhan wajah, khususnya hubungan antara vertebra servikalis dan pertumbuhan mandibula. Hubungan timbal balik pertumbuhan tampak pada usia 12-15 tahun, dimana pertumbuhan vertikal dari vertebra servikalis dan wajah berhubungan sangat erat. Pada penelitian Karlsen tidak

26 mendukung pendapat yang mengatakan bahwa pertumbuhan vertebra servikalis sebagai faktor utama yang menentukan perkembangan tinggi wajah anterior bagian bawah. 12 Gambar 15. Jarak Vertikal Antara Go dan CV 2 12