BAB I. PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

Bagi masyarakat yang belum menyadari peran dan fungsi Situ, maka ada kecenderungan untuk memperlakukan Situ sebagai daerah belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

Gambar 13. Citra ALOS AVNIR

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

commit to user BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur

PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR. Cut Azizah Dosen Teknik Sipil Fakultas TekikUniversitas Almuslim ABSTRAK

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dalam beberapa tahun terakhir ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 1999 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR-PUNCAK-CIANJUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Lahan/Penggunaan Lahan di Kota

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PIKIR YANG HARUS DI RUBAH. DJOKO SURYANTO Hp

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114 TAHUN 1999 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR-PUNCAK-CIANJUR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KOMPROMI PEMULIHAN AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN *)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Situ dan Perubahan Luas Situ di Kota Depok. Situ merupakan sumberdaya air permukaan yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3Perubahan tutupan lahan Jakarta tahun 1989 dan 2002.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya pembangunan menyebabkan bertambahnya kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan perkotaan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan sosial ekonomi yang menyertainya. Peningkatan kebutuhan lahan ini merupakan implikasi dari semakin beragamnya fungsi di kawasan perkotaan seperti pemerintahan, perdagangan dan jasa serta industri yang disebabkan oleh keunggulannya dalam hal ketersediaan fasilitas dan kemudahan aksesibilitas sehingga mampu menarik berbagai kegiatan untuk beraglomerasi. Berkaitan dengan karakteristik lahan yang terbatas, dinamika perkembangan kegiatan di kawasan perkotaan ini menimbulkan persaingan antar penggunaan lahan yang mengarah pada terjadinya perubahan penggunaan lahan dengan intensitas yang semakin tinggi. Akibat yang ditimbulkan oleh perkembangan kota adalah adanya kecenderungan pergeseran fungsi-fungsi kota ke daerah pinggiran kota (urban fringe) yang disebut dengan proses perembetan kenampakan fisik kekotaan ke arah luar (urban sprawl) (Kustiwan dan Anugrahani, 2000; Giyarsih, 2001). Pergeseran fungsi yang terjadi di kawasan pinggiran adalah lahan yang tadinya diperuntukkan sebagai kawasan hutan, daerah resapan air dan pertanian, berubah fungsi menjadi kawasan perumahan, industri dan kegiatan usaha non pertanian lainnya. Adanya fenomena semakin berkurangnya lahan terbuka hijau karena perluasaan lahan terbangun yang terjadi pada daerah yang mengalami 1

urbanisasi memberikan konsekwensi logis bahwa semakin besar perubahan penggunaan lahan hutan, pertanian dan daerah resapan air menjadi penggunaan perkotaan (non-pertanian) memberikan dampak terhadap kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang terjadi adalah penurunan jumlah dan mutu lingkungan diantaranya penurunan mutu dari keberadaan sumberdaya alam seperti, tanah, tata air dan keanekaragaman hayati, menurunnya produksi pertanian dan lain-lain.. Dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi tata air (hidrologis) adalah terjadinya perubahan perilaku dan fungsi air permukaan. Dalam keadaan ini terjadi pengurangan aliran dasar (base flow) dan pengisian air tanah, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan tata air (Tim Kerja Manajemen Sungai Terpadu Ditjen Sumber Daya Air Kimpraswil, 2002). Disamping itu, juga berpengaruh terhadap air permukaan terutama terhadap keberadaan situ (embung). Situ yang berfungsi sebagai penyedia air untuk irigasi pertanian, penampung air hujan, pengendali banjir, sumber ekonomi dan rekreasi telah mengalami tekanan akibat kebutuhan lahan untuk aktivitas pembangunan sehingga mengalami penciutan dan malahan ada yang hilang. Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Pengairan Departemen Pekerjaan Umum pada tahun 1997 situ yang berhasil diinventarisasi berjumlah 184 yang tersebar di Botabek dengan rincian Wilayah Bogor 101 situ, Tangerang 45 situ, Depok 21 situ dan Bekasi 17 situ. Diperkirakan situ di wilayah Botabek telah mengalami penyusutan sekitar 35% dan 65% mengalami perubahan fungsinya (Hamid, 2000). Menurut Suryadiputra (1999), dari seluruh situ yang tersebar di Botabek ternyata yang mengalami sedimentasi berjumlah 69 situ dan 2

yang mengalami eutrofikasi 9 situ. Situ yang sebagian mengalami konversi (perubahan peruntukan) cukup besar yaitu sebesar 60 situ seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kondisi Situ di Botabek Tahun 1997 No Kondisi Situ Jumlah Situ per Wilayah Bogor&Depok Tangerang Bekasi Jumlah 1 Sedimentasi 49 16 4 69 2 Eutrofikasi 6 3 0 9 3 Situ yang sebagian dikonversi: Sawah / Kebun 26 12 6 44 Pemukiman/Perkantoran/Industri 4 3 1 8 Fasilitas umum (jalan, rumah sakit, Sekolah dll) Tempat pembuangan sampah/limbah industri 2 2 1 5 2 0 1 3 Total 89 36 13 138 Sumber: diolah dari Suryadiputra (1999) Areal situ yang mengalami konversi sangat terkait dengan perubahan wilayah ke arah perkotaan. Kebutuhan lahan yang semakin tinggi untuk kepentingan aktivitas perkotaan mendesak lahan yang diperuntukkan untuk kepentingan konservasi karena peruntukan suatu lahan lebih cenderung digunakan untuk suatu kegiatan pembangunan yang nilai ekonominya lebih tinggi. Kebijakan tersebut terkadang tidak mengikuti kaidah keseimbangan ekologis sehingga timbulnya degradasi lingkungan seperti banjir, pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan lainnya. Permasalahan yang cukup penting akibat perubahan penggunaan lahan terjadi di perkotaan seperti DKI Jakarta dan daerah pinggirannya yaitu Kota Depok. Hal ini terkait dengan semakin besarnya kerusakan ekosistem situ. Secara 3

hidrologis, Kota Depok merupakan kawasan hulu bagi DKI Jakarta sehingga berperan penting sebagai kawasan konservasi tanah dan air. Oleh sebab itu, pemerintah mengeluarkan peraturan yang dituangkan dalam Keppres No. 114 Pasal 2 tahun 1999 tentang Penataan Ruang Bogor-Puncak-Cianjur yang menetapkan disebut Bopunjur adalah kawasan konservasi tanah dan air. Perluasan pembangunan DKI Jakarta menyebabkan Kota Depok menjadi alternatif pilihan untuk pengembangan kawasan pembangunan yang berimplikasi juga terhadap perubahan-perubahan lahan sehingga menimbulkan dampak terhadap keberadaan ekosistem situ. Selain itu, dampak lain yang muncul adalah terhadap sosial ekonomi masyarakat yang berada pada daerah yang tercakup dalam wilayah di sekitar situ. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap keberadaan situ. 1.2. Definisi Kerja (Working Definition) 1. Situ adalah suatu wadah atau genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami maupun buatan yang airnya berasal dari air tanah atau air permukaan sebagai siklus hidrologi yang potensial. (Anonimous, 1998). Dalam penelitian ini situ yang akan dikaji adalah situ dengan luas minimal 5 hektar dan yang mengalami perubahan penggunaan lahan di sekitar kawasan situ. 2. Kawasan situ adalah wilayah yang mencakup daerah tangkapan air bagi situ (catchment area). 4

3. Ruang terbuka hijau adalah suatu ruang yang digunakan untuk lahan bervegetasi meliputi lahan pertanian dan lahan yang bervegetasi lainnya berfungsi untuk menyerap dan menyimpan air di dalam tanah. 4. Perubahan penggunaan lahan adalah bertambahnya suatu penggunaan lahan dari satu sisi penggunaan ke penggunaan yang lainnya diikuti dengan berkurangnya tipe penggunaan lahan yang lain dari suatu waktu ke waktu berikutnya atau berubahnya fungsi lahan suatu daerah pada kurun waktu yang berbeda (Wahyunto et al., 2001). 1.3. Perumusan Masalah Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia yang merupakan syarat mutlak bagi perbaikan kesejahteraan serta peningkatan kualitas hidup manusia. Aktivitas pembangunan dipastikan banyak memanfaatkan sumberdaya alam sebagai bahan baku. Akan tetapi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya terhadap kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan keseimbangan serta kelestarian sumberdaya alam, termasuk sumberdaya lahan sehingga dapat tetap bermanfaat bagi generasi mendatang. Namun ironisnya pertumbuhan dan perkembangan pembangunan di satu wilayah cenderung memunculkan suatu sifat yang dilematis. Pada satu sisi pertumbuhan dan perkembangan tersebut berdampak positif terhadap pembangunan di suatu wilayah, tetapi pada sisi lain berdampak negatif bagi manusia dan kelestarian sumberdaya alam sehingga bermunculan masalahmasalah lingkungan. Ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai daerah resapan 5

air sekaligus menyejukkan lingkungan dan lahan basah yang berperanan dalam menjaga keseimbangan tata air dan pengendali banjir semakin berkurang jumlahnya karena kepentingan pembangunan. Sebagai contoh, hamparan tanah pertanian dalam wujud persawahan tergusur demi kepentingan pembangunan dan perkembangan industri setempat. Akibatnya, luas lahan pertanian semakin berkurang. Persawahan yang tergolong produktif telah beralih fungsi menjadi lahan perumahan, jasa dan industri. Dengan makin berkurangnya lahan yang dapat menyimpan ketersediaan air tanah dan air permukaan akan berpengaruh terhadap lahan penampung air terutama terjadinya pengurangan area tangkapan air (catchment area), sehingga berimplikasi terhadap penurunan kualitas dan kuantitas lingkungan. Seperti pada kasus di Kota Depok, lahan penampung air yang berfungsi membantu keseimbangan proses daur hidrologi yang dikenal sebagai situ banyak yang mengalami sedimentasi dan eutrofikasi yang mengakibatkan terjadinya pendangkalan. Kondisi ini menyebabkan situ yang menjadi daratan dialih fungsi menjadi penggunaan lain seperti lahan pertanian, pemukiman dan malahan ada yang menjadi kawasan industri. Selain itu, ada yang ditimbun (diurug) untuk kepentingan pembangunan prasarana sehingga merusak keanekaragaman hayati ekosistem situ yang pada gilirannya menyebabkan berkurangnya kualitas maupun kuantitas dan hilangnya tempat penampungan air sebagai salah satu sumber kehidupan bagi masyarakat. 6

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan permasalahan yang akan disoroti yaitu: 1. Bagaimana dinamika perubahan luas situ dan perubahan penggunaan lahan yang terjadi di sekitar situ di Kota Depok. 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi luas situ- situ tersebut. 3. Sampai sejauh mana pemahaman masyarakat sekitar terhadap eksistensi situ. 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Mempelajari kondisi situ dan perubahan luas situ. 2. Mempelajari dinamika perubahan penggunaan lahan di daerah tangkapan air situ. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi luas situ. 4. Menganalisis pemahaman dan pemanfaatan situ oleh masyarakat 1.5. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitian adalah: 1. Semakin kecil luas lahan bervegetasi dan lahan pertanian di daerah tangkapan air situ, mengakibatkan semakin kecil luas situ. 2. Kelerengan lahan dan kepadatan penduduk mempengaruhi mengakibatkan semakin berkurangnya luas situ. Semakin besar tingkat kelerengan dan semakin padat penduduk mengakibatkan semakin sempit luas situ. 7

1.6. Kegunaan Penelitian Kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi bagaimana dinamika perubahan penggunaan lahan dan pengaruhnya terhadap keberadaan kawasan situ. 2. Memberikan informasi kepada pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan tata ruang wilayah agar tetap memperhatikan aspek lingkungan terutama keberadaan kawasan situ. 8