DAFTAR PERTANYAAN PEMANDU WAWANCARA DENGAN KETUA IBI KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pemberian wewenang kepada Bidan Praktik Mandiri. dalam melakukan pemasangan IUD di Kota Yogyakarta

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

SURAT PERNYATAAN. Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat :

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyebab mendasar dari timbulnya berbagai masalah. Mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Grafik 1. Cakupan Laporan Kaltim FEBRUARI 24,86 FKB FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA PEMERINTAH. Grafik 2. Cakupan Laporan Kaltara FEBRUARI

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

1. Nama: Alamat tempat tinggal:.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRSEPSI IUD DI PUSKESMAS SUKAWARNA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 15 TAHUN 2004 SERI C.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia,

1. PERATURAN BUPATI NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG GDSC KAB. BOJONEGORO

1. BAB I PENDAHULUAN

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

BAB I PENDAHULUAN. yangpaling mendesak negara-negara berkembang seperti Indonesia (Muhi, penduduk yang besar tanpa disertai dengan fasilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB 2 LANDASAN TEORI. KB (Keluarga Berencana) adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mencegah

15. URUSAN KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

Grafik 1. Cakupan Laporan JANUARI 45,67 39,75 FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap permasalahan keluarga berencana. Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NK KBS) menjadi visi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

Transkripsi:

Lampiran 1: DAFTAR PERTANYAAN PEMANDU WAWANCARA DENGAN KETUA IBI KOTA SEMARANG IDENTITAS : 1. Nama : 2. Umur : 3. Alamat : 4. Pendidikan Terakhir : PERTANYAAN : 1. IBI adalah organisasi dari profesi bidan di Indonesia. Bagaimanakah peran IBI dalam penyelenggaraan praktik kebidanan? 2. Dalam menjalankan praktik kebidanan mengacu pada Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Apakah IBI memberikan sosialisasi tentang isi peraturan perundang-undangan tersebut? Siapakah yang memberikan sosialisasinya? Bagaimanakah bentuk sosialisasinya (frekuensi, tempat/forum, petugas)? 3. Bagaimana cara pengawasan IBI terkait dengan pelaksanaan program KB oleh bidan? bagaimana pula dengan pengawasan KIE KB yang dilakukan bidan? alat bantu apakah yang digunakan dalam pengawasan KIE KB kepada bidan? 4. Apakah ada alat bantu dalam pelaksanaan KIE KB yang dilakukan bidan yang digunakan sebagai kebijakan nasional? melalui apakah kebijakan tersebut diundangkan? 5. Apakah ada sanksi untuk bidan yang tidak melakukan KIE KB? bagaimana bentuk sanksi yang diberikan? 6. Apa bentuk pembinaan IBI bagi bidan yang tidak melakukan tugasnya dalam penyelenggaraan praktik kebidanan? siapa yang melakukan

pembinaan? bagaimana tindakan IBI selanjutnya apabila bidan yang dibina masih tidak melakukan tugasnya dengan baik?

Lampiran 2: DAFTAR PERTANYAAN PEMANDU WAWANCARA DENGAN BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM) DAN BIDAN DELIMA IDENTITAS : 1. Nama : 2. Umur : 3. Alamat : 4. Nomor SIPB : 5. Ranting IBI : 6. Pendidikan Terakhir : PERTANYAAN : 1. Berkenaan dengan pelaksanaan praktek kebidanan mulai kapankah Anda menyelenggarakan praktek kebidanan? Apakah Anda juga melakukan pelayanan KB? meliputi apa sajakah pelayanan KB yang Anda lakukan? 2. Apakah Anda mengetahui bahwa prosedur dalam melaksanakan ketentuan praktik kebidanan diatur dalam perundang-undanganan? darimanakah Anda mengetahui peraturan perundang-undangan tersebut? 3. Bagaimanakah kegiatan KIE KB yang Anda lakukan selama ini? apakah Anda menggunakan alat bantu/instrument saat melakukan KIE KB? jelaskan pendapat Anda! 4. Menurut Anda faktor apa saja yang mempengaruhi bidan sehingga tidak bisa melakukan KIE KB secara maksimal kepada individu, keluarga atau masyarakat? Jelaskan pendapat Anda! 5. Bagaimana dengan isu KB saat ini bahwa bidan tidak melakukan KIE KB secara intensif sehingga AKI belum berhasil diturunkan? Jelaskan pendapat Anda!

6. Apakah selama ini ada pengawasan dari IBI mengenai KIE KB yang dilakukan bidan? apabila bidan tidak melakukan KIE KB apakah ada sanksinya? berupa apakah sanksi tersebut? 7. Bagaimanakah KIE KB yang baik yang harus dilakukan oleh bidan? Jelaskan pendapat Anda! 8. Apa saja kegiatan bidan dalam menunjang pelaksanaan program KB? bagaimanakah prosedur pelaporan pelaksanaan program KB yang dilakukan oleh bidan? 9. Bagaimanakah peran IBI, Dinas Kesehatan Kota atau Dinas Kesehatan Propinsi selama ini dalam mendukung pelaksanaan program KB? Jelaskan pendapat Anda!

JAWABAN KUESIONER: 1. Saya menyelenggarakan praktek sejak, dalam menjalankan praktek kebidanan saya juga melakukan pelayanan KB, pelayanan KB yang diberikan meliputi semua alat kontrasepsi yaitu pil, suntik, AKDR, Implant, kondom dll 2. Ya, Saya mengetahui bahwa ada peraturan yang mengatur tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan yaitu berupa PERMENKES 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Saya mengetahui peraturan tersebut dari surat edaran dari IBI ranting yang disosialisasikan lewat pertemuan rutin tiap bulan. 3. Kegiatan KIE KB yang Saya lakukan selama ini diberikan saat pelayanan ANC, kelas ibu hamil, pada ibu post partum, pertemuan ibu PKK, dan saat posyandu balita, materi yang diberikan saat kegiatan KIE KB yang dilakukan adalah meliputi penyuluhan tentang semua metode alat kontrasepsi (Pil, Suntik 1 bulan dan 3 bulan, AKDR, MOW, MOP, Kondom), dalam melakukan KIE KB salah satunya saya menggunakan ABPK (Alat Bantu Pengambil Keputusan). 4. Faktor yang mempengaruhi bidan sehingga KIE KB tidak dilakukan dengan maksimal karena keterbatasan waktu pelayanan kepada pasien. 5. Isu KB bahwa apabila bidan tidak melakukan KIE KB secara intensif menyebabkan AKI belum berhasil diturunkan memang benar tetapi untuk AKI yang belum bisa diturunkan bukan hanya tanggung bidan sebagai pemberi pelayanan kesehatan, menurut saya apabila bidan tidak melakukan KIE KB dengan baik bisa menyebabkan banyak masyarakat yang tidak ber-kb sehingga bagi ibu yang sudah mempunyai resiko tinggi untuk hamil dan mengalami kehamilan lagi tentunya akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi dan masalah selama kehamilannya, hal tersebut tentunya akan meningkatkan angka kesakitan dan AKI, sehingga AKI belum berhasil diturunkan.

6. Selama ini pengawasan dari IBI adalah melalui pelaporan pelayanan KB oleh bidan tiap bulan ke PD IBI Bagian UPBD (Unit Pelaksana Bidan Delima) atau melalui laporan pelayanan KB yang diserahkan bidan ke Puskesmas, apabila bidan delima tidak melakukan KIE dengan baik akan dilakukan pembinaan oleh fasilitator bidan delima meliputi kognitif dan ketrampilan KIE KB. 7. KIE KB yang baik dan benar harus dilakukan oleh bidan delima terutama bagi calon akseptor KB dengan menggunakan APBK (Alat Bantu Pengambilan Keputusan), dengan memberikan KIE KB menggunakan APBK akan memberikan pemahaman kepada calon akseptor tentang alat kontrasepsi sehingga dengan pemahaman yang baik tentang alat kontrasepsi maka calon akseptor akan lebih mantap untuk menjadi akseptor KB sesuai kebutuhan, begitu juga KIE KB yang diberikan kepada akseptor KB aktif maka akan lebih memantapkan mereka sehingga akan menjadi akseptor KB lestari. 8. Untuk menunjang pelaksanaan program KB maka bidan harus selalu mengembangkan ilmu dan skillnya dengan mengikuti seminar dan pelatihan tentang KB, memasang poster tentang KB di tempat praktik, selalu memotivasi masyarakat untuk ber-kb melalui penyuluhan dalam berbagai kegiatan/pertemuan, baik saat ANC, PNC, kegiatan kemasyarakatan (misal pertemuan Dasa Wisma, Arisan PKK dll), saat posyandu dll, dan juga mengayomi akseptor KB dengan memberikan pelayanan KB yang memuaskan, selalu mendengarkan dengan baik apabila ada keluhan dan memberikan asuhan yang tepat. Dengan KIE KB yang baik menggunakan ABPK bisa dipastikan tidak akan terjadi akseptor KB Drop Out (DO) dan target PUS yang ber-kb akan bertambah sehingga target KB terpenuhi, pelaporan pelayanan KB oleh bidan dilakukan tiap bulan ke PD IBI Bagian UPBD (Unit Pelaksana Bidan Delima) atau melalui laporan pelayanan KB yang diserahkan bidan ke Puskesmas.

9. Peran IBI, Dinas Kesehatan Kota atau Dinas Kesehatan Propinsi selama ini dalam program KB yaitu memfasilitasi bidan untuk refreshing pemasangan IUD, Implant dll dengan melakukan koordinasi dengan rekanan misal BKKBN, mengevaluasi dan memonitor kinerja bidan delima dalam program KB melalui laporan pelayanan KB ke PD IBI Bagian UPBD (Unit Pelaksana Bidan Delima) atau melalui laporan pelayanan KB yang diserahkan bidan ke Puskesmas, IBI bersama petugas dari DKK Kota Semarang dan dr. Obsgin akan mendatangi bidan yang bekerja di puskesmas untuk mengevaluasi KIE KB yang dilakukan secara langsung kepada pasien dengan menilai menggunakan check list, evaluasi ini dilakukan 2 kali dalam setahun, apabila nilai yang didapat masih kurang maka akan dilakukan pembinaan. Untuk bidan delima evaluasi KIE KB akan dilakukan oleh fasilitator bidan delima sesuai wilayah ranting masing-masing bidan, evaluasi ini juga dilakukan 2 kali dalam setahun atau insidentil.

Lampiran 3: DAFTAR PERTANYAAN PEMANDU WAWANCARA DENGAN AKSEPTOR KB IDENTITAS : 1. Nama : 2. Umur : 3. Alamat : 4. Pendidikan Terakhir : 5. Alat Kontrasepsi yang dipakai saat ini : 6. Lama Penggunaan alat kontrasepsi : PERTANYAAN: 1. Apakah selama ini Anda menggunakan alat kontrasepsi, sudah berapa lama Anda menggunakannya? apakah alasan Anda menggunakan salah satu metode KB tersebut? 2. Pada saat pelayanan KB apakah bidan memberikan informasi tentang KB? penjelasan apa yang diberikan oleh bidan? bagaimanakah penjelasan yang diberikan bidan? jelaskan pendapat Anda! 3. Apakah dalam memberikan informasi mengenai KB bidan menggunakan media atau alat bantu? berupa apa alat bantunya, jelaskan jawaban Anda! 4. Apakah Anda merasa puas dengan pelayanan KB oleh bidan Anda? jelaskan alasannya? 5. Ada berapa jenis alat kontrasepsi yang pernah Anda gunakan? apakah Anda pernah mengalami kegagalan KB? Apakah Anda mudah untuk mengikuti petunjuk dari bidan? Jelaskan jawaban Anda! 6. Apakah Anda mengikuti anjuran dan saran Bidan selama menjadi akseptor KB? saran apa yang diberikan bidan?

7. Menurut Anda apa yang harus dilakukan Bidan dalam penyuluhan KB (seperti bidan harus aktif, memberi informasi)? Jelaskan pendapat Anda! 8. Apakah ada yang kurang dalam pelayanan KB oleh Bidan Anda? Apa yang Anda harapkan dalam pelayanan KB?

JAWABAN KUESIONER: 1. Ya, selama ini saya menggunakan alat kontrasepsi. Saya sudah menggunakan KB selama tahun. Alasan saya menggunakan KB (misal pil, suntik, AKDR atau yang lain) yaitu ingin mengatur jarak kehamilan agar kehamilan terjadi sesuai waktu yang diinginkan, misal akseptor memakai KB suntik dinyatakan bahwa lebih praktis penggunaannya daripada KB yang lain, tidak harus menggunakan setiap hari seperti pil KB dll. 2. Pada saat memberikan pelayanan KB bidan memberikan informasi tentang KB, informasi tersebut diberikan pada awal penggunaan alat kontrasepsi, apabila ada keluhan dan saat dibutuhkan oleh pasien. 3. Dalam memberikan informasi mengenai KB bidan menggunakan lembar balik KB yang berisi tentang berbagai metode KB, permasalahan dan penanganannya. 4. Saya merasa puas dengan pelayanan KB oleh bidan Saya karena bidan memberikan penyuluhan tentang metode kontrasepsi pada awal pemakaian dengan jelas dan sesuai kebutuhan dan membuat sya memahami tentang KB dengan baik, setelah menjadi akseptor KB apabila ada keluhan bidan mau mendengarkan dan melakukan penanganan dengan baik, bidan memberikan pelayanan KB dengan ramah, baik dan memuaskan seperti memberikan suntikan KB yang tidak menyebabkan sakit saat atau setelah penyuntikan dan selama ini tidak pernah ada masalah dalam ber-kb. 5. Selama ini Saya menggunakan KB suntik dan sudah berlangsung selama 10 tahun dan tidak pernah mengalami kegagalan, Saya merasa mudah mengikuti petunjuk dari bidan karena penyampaiannya mudah dipahami. 6. Bidan pernah memberi saran kepada Saya untuk mengganti metode KB menggunakan IUD tetapi saya menolak karena sudah merasa cocok dengan KB suntik, tetapi selama menjadi akseptor KB suntik

saya selalu mengikuti anjuran dan saran bidan seperti suntik KB sesuai waktu yang ditentukan bidan, 7. Menurut Saya yang harus dilakukan Bidan dalam penyuluhan KB adalah bidan harus aktif memberi informasi KB pada setiap Pasangan Usia Subur (PUS) apalagi yang belum ber-kb dalam setiap pertemuan misal saat member pelayanan kebidanan atau saat pertemuan PKK, Posyandu dll. Bidan harus memberi penyuluhan KB menggunakan lembar balik/leaflet atau poster atau bahkan menggunakan alat peraga sehingga bisa dilihat dan dipahami oleh masyarakat dengan mudah. 8. Dalam pemberian pelayanan KB terkadang bidan tergesa-gesa karena sudah ditunggu banyak pasien sehingga pasien merasa enggan untuk berkonsultasi terlalu banyak mengenai KB. Harapan Saya dalam pelayanan KB agar bidan lebih meluangkan waktu dan tidak tergesagesa dalam pelayanan KB dan saat memberi informasi tentang KB kepada semua akseptornya. Bagi pasien yang lain agar lebih sabar dalam menunggu giliran untuk mendapatkan pelayanan oleh bidan.

Lampiran 4: LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN DAN PERNYATAAN PELAKSANAAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden atau narasumber penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Magister Hukum Konsentrasi Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang bernama Siti Nur Umariyah Febriyanti, S.Si.T dengan judul PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA BERDASARKAN PERMENKES 1464/MENKES/PER/X/2010 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN (STUDI KASUS DI KOTA SEMARANG). Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif terhadap saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini. Saya menyatakan bahwa mahasiswa yang bersangkutan benarbenar sudah melakukan pengambilan data dan melakukan penelitian dengan sebaik-baiknya. Semarang, Februari 2015 Responden/Narasumber ( )

Lampiran 5: DAFTAR PERTANYAAN PEMANDU WAWANCARA DENGAN PEMUKA AGAMA IDENTITAS : 1. Nama : 2. Umur : 3. Alamat : 4. Pendidikan Terakhir : PERTANYAAN: 1. Bagaimanakah ketentuan dalam agama katholik tentang program KB yang ditujukan untuk mengatur jumlah dan jarak kehamilan? Jelaskan pendapat Anda. 2. Alat kontrasepsi apa saja yang dibolehkan dalam agama katholik untuk digunakan umat? apakah ada jenis kontrasepsi yang tidak boleh digunakan umat? Jelaskan pendapat Anda. 3. Bagaimana pula mengenai pelaksanaan KB yang dilakukan umat selama ini? Jelaskan pendapat Anda. 4. Apakah ada program pembinaan KB yang dilakukan dalam agama katholik? berupa apakah pembinaan tersebut? Jelaskan pendapat Anda. 5. Apa saja langkah atau tindakan dari tokoh agama (khatolik) dalam rangka mensukseskan program KB? Jelaskan pendapat Anda. 6. Apakah selama ini ada kesulitan atau hambatan dalam mensosialisasikan program KB kepada umat? berupa apakah hambatan tersebut? Jelaskan pendapat Anda.