Dari Mataram Islam hingga Berdirinya Kraton Kasultanan Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian

Untung Suropati. Untung Bersekutu Dengan VOC

Kerajaan Mataram Islam. Dhani Ahmad K. ( 08 ) Fahira Rahma N. ( 11 ) Pradana Raditya ( 21 ) Qanita Ciesa ( 22 ) Rachmad Agung W.

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

PERKEMBANGAN POLITIK KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA ( KERAJAAN DEMAK, PAJANG dan MATARAM ISLAM )

BAB IV HASIL AKHIR MATARAM DALAM MEMPEREBUTKAN WILAYAH BLAMBANGAN. pada awal penyerangan terhadap Blambangan, mampu menahan serangan Sultan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

BAB II MASA PEMERINTAHAN PAKU BUWONO II DI KERATON KARTASURA HINGGA KASUNANAN SURAKARTA

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 7. Tema 7 Sejarah Peradaban IndonesiaLatihan Soal 7.1

BAB II IDENTIFIKASI DATA. A. Profil Keraton Kasunanan Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan. 1. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih

BAB II KERAJAAN MATARAM ISLAM

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

BAB I PENDAHULUAN. sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Di dalam sejarah Islam

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam

Benteng Fort Rotterdam

BAB III SURAKARTA SEBELUM KEMERDEKAAN

GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR

BAB 2 DATA & ANALISA

Perang Melawan Kolonialisme. By Laelatul Masroh

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa-peristiwa sejarah sebelumnya yang terjadi di Kerajaan Mataram, dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KAJIAN BANDINGAN ORANG ORANG PAJANG DI KERAJAAN MATARAM ISLAM

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

POLEMIK KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

PENGARUH PERTEMPURAN DI BOGOWONTO (1751) TERHADAP SUSUHUNAN KABANARAN DI BIDANG POLITIK SKRIPSI OLEH : YUDHA WIDI WIJALUHUNG NIM.

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB III MATARAM DALAM MEMPEREBUTKAN WILAYAH BLAMBANGAN. ditemukan peninggalan-peninggalan bangunan tembok, tetapi banyak di antara

ASAL MULA DESA TALAKBROTO

Monumen Laskar Tionghoa dan Kisah Geger Cina 1742

KERAJAAN SAMUDERA PASAI

BAB II GAMBARAN UMUM KEPARIWISATAAN KOTA YOGYAKARTA. A. Letak Geografis. terbagi dalam Kotamadya Yogyakarta (32,5 km 2 ), Kabupaten Bantul (506,85

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB III MATARAM PADA MASA SULTAN AGUNG (RAJA KETIGA KERAJAAN ISLAM MATARAM) A. KONDISI KERAJAAN ISLAM MATARAM PADA MASA

Nama :. No :. Kelas : XI. BAB 2 PENGARUH PERKEMBANGAN AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Buwana II. Sang Raja tidak memiliki kebebasan sama sekali. Bahkan dalam

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

BAB IV PERLAWANAN SULTAN AGUNG TERHADAP VOC A. LATAR BELAKANG PERLAWANAN SULTAN AGUNG TERHADAP

RIWAYAT KELUARGA BESAR MANGUNDIKARA Berdasarkan Penuturan Folktale dan Petilasan Makam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB 11 GAMBARAN UMUM HS SILVER

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

PROSES PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB V PENUTUP. Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari. Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Dengan berakhirnya Perang Dunia kedua, maka Indonesia yang

CLS di Zaman Kerajaan Mataram

BAB IV KONTEKS PENELITIAN

PERUBAHAN PERSEPSI MASYARAKAT JAWA TERHADAP MASYARAKAT CINA TAHUN 1812

Nyi Ageng Serang Tokoh Wanita Pejuang Bangsa. R. Soelistijanto FIPS IKIP Veteran Semarang

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

SEKITAR PERJANJIAN GIYANTI 1755 M (Pecahnya menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta)

BAB V KESIMPULAN. dari posisinya sebagai kanpaku untuk melancarkan jalan bagi Hideyori menjadi

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB IV DAMPAK PERANG PALEMBANG A. Kemenangan Sultan Mahmud Badaruddin II. maupun dampak yang buruk bagi kehidupan manusia di daerah yang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

POLITIK EKSPANSI RAJA SULTAN AGUNG ( ) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

penjajahan sudah dirasakan bangsa Indonesia, ketika kemerdekaan telah diraih, maka akan tetap dipertahankan meskipun nyawa menjadi taruhannya.

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

POLITIK EKSPANSI RAJA SULTAN AGUNG ( ) ABSTRAK

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN MAKET PUSAT-PUSAT PEMERINTAHAN KERAJAAN MATARAM ISLAM SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PEMBELAJARAN SEJARAH

I. PENDAHULUAN. telah menjadi bangsa yang merdeka dan terbebas dari penjajahan. Namun pada. khususnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.

Summary Report of TLAS Trainings in Community Forest on Java Year of Implementation :

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

2. Title Bagian ini akan ditampilkan setelah bulatan menjadi besar kembali dan peta berubah menjadi judul film Djakarta Tempo Doeloe.

DIAS OKTRI RAKA SETIADI 2010

SD kelas 5 - ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB 9. KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIALATIHAN SOAL BAB 9. Dwi tunggal. Tri Tunggal. Catur Tunggal.

SEJARAH KOTA SEMARANG

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

Mengenal Beberapa Museum di Yogyakarta Ernawati Purwaningsih Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta

HANCURNYA KESULTANAN BANTEN

KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH SEJARAH INDONESIA SMK NEGERI 3 JEPARA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan membahas tentang latarbelakang, pertanyaan penelitian, tujuan

Batik Larangan Penguasa Mataram

BAB II LATAR BELAKANG KEHIDUPAN SRI SULTAN HB IX. A. Latar Belakang Keluarga Sri Sultan HB IX terlahir dikalangan Keraton Kasultanan Yogyakarta.

Perjuangan Wong Agung Wilis Melawan VOC Belanda di Banyuwangi

BAB 4 KRATON DAN SUKSESI

VI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Nama : Mata Pelajaran : Sejarah

Transkripsi:

MODUL I: Sejarah Keistimewaan Materi Kuliah Kewidyamataraman Dari Mataram Islam hingga Berdirinya Kraton Kasultanan Yogyakarta Bimo Unggul Yudo, ST. AWAL KEBANGKITAN MATARAM Sejarah berdirinya Kraton Kasultanan Yogyakarta tidak terlepas dari keberadaan Kerajaan Mataram Islam yang tumbuh dan berkembang di daerah Jawa Tengah bagian selatan di pehujung abad ke 16. 1. Panembahan Senopati (1575-1601) Ibukota di Kotagedhe (7 km tenggara kota Yogyakarta saat ini) Mataram perlahan bangkit dari sebuah wilayah bawahan Kerajaan Pajang menjadi kekuatan politik utama di Jawa Tengah bagian selatan setelah berhasil menghadapi kekuatan Pajang dalam sebuah pertempuran di Prambanan pada tahun 1586. Setelah menundukkan Demak, pengaruh dan kekuasaan Mataram semakin kokoh di Jawa Tengah bagian utara. Pada tahun 1590 berhasil menundudukkan Madiun, salah satu kekuatan politik utama di Jawa Timur. Sejak saat itu Mataram mulai melebarkan pengaruh dan kekuasaannya di Jawa Timur. Tahun 1601 Panembahan Senapati wafat dan dimakamkan di Kotagedhe, digantikan oleh putranya RM. Jolang. 2. Panembahan Hanyakrawati (1601-1613) Ibukota di Kotagedhe. Mataram memperluas pengaruh dan kekuasaan di Jawa Timur hingga mengancam Surabaya, kerajaan terkuat di Jawa Timur pada saat itu. Pada tahun 1613 Panembahan Hanyakrawati wafat dan dimakamkan di Kotagedhe. Karena wafat ketika sedang berada di hutan perburuan (krapyak), maka dikenal pula sebagai Panembahan Seda Krapyak. PUNCAK KEJAYAAN MATARAM 3. Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1645) Pertama kali bertahta, bergelar Panembahan ing Mataram Memindahkan ibukota kerajaan dari Kotagedhe ke Kerta (saat ini berada di Kec. Pleret, Kab. Bantul, 10 km sebelah tenggara kota Yogyakarta). Mataram menguasai pesisir dan pelabuhan utama Pantai Utara mulai dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur seperti Jepara, Lasem, Tuban hingga Pasuruan. Bergelar Susuhunan ing Mataram Pada tahun 1624 menaklukkan seluruh Madura. 1

Pada tahun 1625 menundukkan Surabaya setelah mengepung kota terkuat di Jawa Timur tersebut selama beberapa tahun. Pada tahun 1628 Mataram mengirim ekspedisi militernya dalam upaya mengepung dan menaklukkan Batavia, namun gagal. Ekspedisi kedua dikirim tahun 1629 juga menemui kegagalan, meski pada pengepungan kedua ini Jan Pieter Zoon Coen, Gubernur Jenderal VOC meninggal. Terlepas dari kegagalannya menundukkan Batavia, Sultan Angung telah membawa Mataram mencapai puncak kejayaan di bidang politik, militer, dan budaya. Wilayah Mataram membentang hampir di seluruh Pulau Jawa. Sebelah barat berbatasan dengan Kesultanan Banten dan wilayah yang dikuasai VOC. Di sebelah timur hingga Blambangan (1636). Mulai membangun kompleks Pemakaman Raja-Raja di Imogiri (saat ini masuk wilayah Kec. Imogiri, Kab. Bantul, 17 km sebelah tenggara kota yogyakarta). Pada tahun 1555 J atau 1636 M Sultan Agung menetapkan dimulainya penggunaan Kalender Jawa yang merupakan perpaduan antara Kaleder Caka dan Kalender Hijriyah. System penanggalan/ Kalender Jawa ini masih digunakan oleh masyarakat Jawa hingga saat ini, berdampingan dengan penggunaan penanggalan Masehi dan Hijriyah. Pada tahun 1645 Sultan Agung Hanyakrakusuma wafat dan dimakamkan di Makam Kerajaan Imogiri. Digantikan oleh putranya, RM. Sayidin yang sebelumnya telah diangkat sebagai Putra Mahkota dengan gelar Pangeran Aria Mataram. DESINTEGRASI MATARAM 4. Susuhunan Amangkurat I (1645-1677) Memindahkan ibukota kerajaan ke Plered, yang berlokasi di sebelah timur ibukota lama (saat ini berada di Kec. Pleret, Kab. Bantul, 10 km sebelah tenggara kota Yogyakarta). Memerintah dengan tangan besi sehingga menimbulkan keresahan dan ketidakpuasan di kalangan kerajaan. Ketidakpuasan di kalangan kerajaan memicu munculnya pemberontakan yang dipimpin oleh Raden Trunajaya, seorang bangsawan dari Madura. Kekuatan pemberontak ini juga didukung oleh laskar Makasar yang dipimpin oleh Karaeng Galesong. Gerak maju kekuatan pemberontak semakin kuat setelah didukung secara diam-diam oleh Pangeran Putra Mahkota yang selama ini merasa tertekan di bawah pemerintahan ayahandanya. Akhirnya ibukota kerajaan jatuh ke tangan pemberontak, pada tanggal 2 Juli 1677. Kejayaan Mataram pun berakhir disini. Susuhunan Amangkurat I beserta pengikut yang masih setia meninggalkan istana dan ibukota, menyingkir kearah barat dalam upaya meminta bantuan VOC di Batavia. Dalam pelarian tersebut, Ketika mencapai wilayah sekitar Banyumas, kondisi kesehatan Susuhunan Amangkurat I semakin merosot, jatuh sakit, dan akhirnya wafat serta dimakamkan di desa Tegalarum (terletak di sebelah selatan kota Tegal, Jawa Tengah). Dari nama desa itu Raja Mataram ini dikenal pula sebagai Sunan Tegalarum. Pangeran Putra Mahkota yang selama itu mendampingi Susuhunan Amangkurat I dalam pelariannya, meneruskan upaya mendapatkan bantuan dari VOC. 2

Dalam upaya mencari bantuan dari VOC, Pangeran Putra Mahkota bertemu dengan Panglima Armada VOC, Laksamana Cornelis Speelman. VOC sanggup membantu Pangeran Putra Mahkota menghadapi pemberontak, memulihkan keadaan dan mendudukkannya sebagai penguasa Mataram dengan mengajukan persyaratan yang tertuang dalam Perjanjian Jepara 1677. Dalam perjanjian itu, Kompeni mengakui Amangkurat II sebagai Sunan yang sah di Mataram; Kompeni memperoleh kemerdekaan berniaga di seluruh kerajaan Mataram, dan tempat membuat kapal di Rembang; Kompeni dibebaskan dari kewajiban membayar bea pemasukan barang-barang ke pelabuhan-pelabuhan Mataram; Daerah jajahan Kompeni diperluas dengan Krawang dan sebagian Priangan, sebagai batas antara Mataram dan jajahan Belanda ialah sungai Cimanuk; Semarang dan daerah sekitarnya diserahkan kepada Kompeni; Kompeni memiliki daerah pantai Jawa sebagai barang gadaian hingga Sunan melunasi biaya peperangan. 5. Susuhunan Amangkurat II (1680-1703) Pangeran Putra Mahkota naik tahta dengan bantuan VOC dan bergelar Susuhunan Amangkurat II, setelah menyepakati perjanjian yang merugikan Mataram. Sunan Amangkurat II berbalik memusuhi Trunajaya. Dengan bantuan VOC menangkap dan membunuh Trunajaya pada tanggal 2 Januari 1680. Karena Kraton Mataram di Plered dalam keadaan rusak akibat serangan dan pendudukan pemberontak, Susuhunan Amangkurat II memindahkan pusat pemerintahannya dan membangun istana baru di Kartasura (10 km sebelah barat Surakarta, Jawa Tengah) yang kemudian menjadi ibukota kerajaan Mataram selama beberapa generasi berikutnya. Pada tahun 1703 Sunan Amangkurat II wafat di Kartasura dan digantikan oleh Pangeran Putra Mahkota. 6. Susuhunan Amangkurat III (1703-1705) Pemerintahannya sangat lalim dan bermusuhan dengan pamannya sendiri P. Puger, sehingga politik dalam negeri kerajaan tidak stabil. P. Puger beserta keluarga akhirnya melarikan diri ke Semarang, meminta bantuan VOC, yang kemudian menobatkannya sebagai Raja bergelar Paku Buwono I. Pada tahun 1705 Paku Buwana I dibantu VOC menyerang Kartasura, Sunan Amangkurat III menyingkir ke Jawa Timur dan bergabung dengan Untung Surapati (Tumenggung Wiranegara). Karena semakin terdesak, pada Tahun 1708 Sunan Amangkurat III menyerahkan diri kepada VOC, kemudian dibuang ke Ceylon (Sri Lanka) sampai wafat (Th. 1737). Kemelut perebutan tahta di Kerajaan Mataram yang berlangsung antara tahun 1704 1708 ini disebut sebagai Perang Suksesi Jawa I. 7. Susuhunan Paku Buwono I (1705-1719) Pemerintahan Paku Buwono I diakhiri oleh pertikaian dan perebutan kekuasaan diantara putraputranya yaitu P. Mangkunegara, P. Blitar dan P. Purbaya. Untuk mengatasi kemelut ini, ketika Paku Buwono I wafat, VOC mengangkat P. Mangkunegara sebagai penguasa Mataram bergelar Amangkurat IV. 3

8. Susuhunan Amangkurat IV (1719-1726) Masa pemerintahan Susuhunan Amangkurat IV ini diwarnai peperangan antara Sunan Amangkurat IV, Pangeran Purbaya dan Pangeran Blitar yang berlangsung antara th. 1719 1723 disebut dengan Perang Suksesi Jawa II, yang berakhir setelah P. Blitar wafat th. 1721 karena sakit, dan P. Purbaya diasingkan ke Tanggerang. Sunan Amangkurat IV wafat tanggal 26 April 1726, kemudian digantikan oleh putra mahkota bergelar Sunan Paku Buwana II. PERJUANGAN PANGERAN MANGKUBUMI 9. Susuhunan Paku Buwono II (1726-1749) Tanggal 30 Juni 1742 Mas Garendi dibantu bala tentara Tionghoa menyerbu dan menduduki Kraton Kartasura, Sunan Paku Buwono II mengungsi ke Ponorogo. Pada bulan Desember 1742 Cakraningrat IV dari Madura berhasil merebut Kartasura. Atas desakan VOC, Cakraningrat IV meninggalkan Kartasura, dan Sunan Paku Buwono II kembali ke Kartasura. Akan tetapi Kraton Kartasura sudah dalam keadaan porak poranda, maka Paku Buwono II memutuskan memindahkan Kraton dari Kartasura ke Surakarta, dimana proses pembangunan istana baru tersebut dipercayakan kepada adiknya, P. Mangkubumi. Pada tanggal 17 Februari 1745 secara resmi Kraton Kartasura ditinggalkan dan Paku Buwono II menempati Kraton yang baru, Kraton Surakarta Hadiningrat. Pada akhir tahun 1745 Paku Buwono II mengumumkan sayembara, bagi yang mampu memadamkan pemberontakan RM Said dan Tumenggung Martapura akan diberi hadiah bumi Sukawati seluas 3000 cacah (karya / rumah tangga). P. Mangkubumi menyanggupi untuk memadamkan pemberontakan R.M. Said dan Martapura. Pada tahun 1746 R.M. Said dan Martapura dapat dikalahkan oleh P. mangkubumi namun tidak dapat ditangkap. Dengan alasan bahwa R.M. Said dan Martapura tidak dapat ditangkap ini maka Patih Pringgalaya (kakak ipar P. Mangkubumi) mohon kepada Sunan Paku Buwono II untuk mencabut hadiah tanah Sukawati atau hanya diberikan 1000 cacah. Usulan Pringgalaya ini diperkuat dengan persetujuan Gubernur Jenderal Baron van Imhoff atas usulan Patih Pringgalaya. Bahkan di hadapan hadirin di Kraton Surakarta, Baron van Imhoff mengatakan agar P. mangkubumi jangan terlalu ambisi. Pernyataan Baron van Imhoff tersebut diterima oleh P. Mangkubumi sebagai campur tangan VOC di dalam pemerintahan Mataram, ditambah dengan keprihatinan P. Mangkubumi atas terlalu lemahnya Sunan PB II yang bersedia menandatangani penyerahan pesisir utara Jawa dengan sewa yang hanya 20.000 real / tahun, Maka P. Mangkubumi dengan pengikutnya yang setia pada malam itu juga lolos dari Surakarta untuk mulai melawan VOC. Dengan lolosnya P. Mangkubumi dari Kraton Surakarta pada tanggal 19 Mei 1746 maka dimulailah perlawanan P. Mangkubumi terhadap VOC. Barisan perlawanan P. Mangkubumi semakin kuat dengan bergabungnya RM. Said. Para pengikut menobatkan P. Mangkubumi sebagai Sunan Kabanaran pada tanggal 11 Desember 1749. 4

Pada penghujung tahun 1749 itu, Pakubuwono II sakit keras dan memutuskan menyerahkan kedaulatan Mataram VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Sejak itulah penobatan rajaraja keturunan Mataram harus seizin Belanda. Tanggal 20 Desember 1749, Pakubuwono II wafat karena penyakitnya yang semakin parah. 10. Susuhunan Paku Buwono III (1749-1788) Pada 15 Desember 1749 VOC yang diwakili oleh Baron von Hohendorff melantik putra mahkota, Raden Mas Suryadi, sebagai penerus tahta Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan gelar Sri Susuhunan Pakubuwono III (1749-1788). Di tengah perjalanan perlawanan P. Mangkubumi terhadap Belanda ini, pada bulan Oktober 1752 Baron von Hohendorff berhasil menghasut R M. Said (P. Sambernyawa) untuk memisahkan diri dari kekuatan P. Mangkubumi. Karena hasutan ini maka kekuatan militer P. Mangkubumi tinggal 60 %. Namun demikian, VOC belum berhasil juga memadamkan perlawanan P. mangkubumi maupun RM. Said. PERJANJIAN GIYANTI & PEMBAGIAN KERAJAAN MATARAM Akhirnya VOC mengambil inisiatif untuk mendekati dan berunding dengan P. Mangkubumi. Pertemuan P. Mangkubumi dengan Nicolaas Hartingh di desa Padagangan, Grobogan pada 22 23 September 1754, membicarakan 3 (tiga) hal : 1). Pembagian Wilayah 2). Gelar Raja 3). Lokasi pusat pemerintahan kerajaan. Kesepakatan yang dicapai kedua belah pihak dituangkan dalam Perjanjian Giyanti (Palihan Nagari). Perjanjian Giyanti atau Prajanjen Giyanti, adalah sebuah peristiwa penandatanganan sebuah piagam kesepakatan yang terjadi pada tanggal 13 Februari 1755, antara Pangeran Mangkubumi dan VOC yang diwakili oleh Nicholaas Hartingh. Perjanjian ini dilakukan di sebuah lokasi bernama Desa Giyanti, sebuah desa yang saat ini terletak di Propinsi Jawa Tengah, tepatnya di wilayah Kabupaten Karanganyar bagian tenggara. Oleh karena itu, peristiwa penandatanganan piagam ini dikenal sebagai Perjanjian Giyanti. Prajanjen Giyanti atau Perjanjian Giyanti ini membagi Kerajaan Mataram menjadi dua. Bagian pertama dari Kerajaan Mataram berada di bawah kekuasaan Sri Susuhunan Pakubuwono III yang di kemudian hari dikenal sebagai Kasunanan Surakarta. Sementara bagian lain dari Kerajaan Mataram berada di bawah kekuasaan Pangeran Mangkubumi yang kemudian bertahta sebagai Sri Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792). Wilayah kerajaan Mataram yang berada di bawah kekuasaan Sri Sultan Hamengkubuwono I inilah yang kemudian disebut sebagai Kasultanan Yogyakarta. Karena membagi wilayah Kerajaan Mataram menjadi dua, maka dalam konteks sejarah dan budaya Jawa, peristiwa perjanjian ini dikenang sebagai peristiwa Palihan Nagari. Di dalam perjanjian Giyanti P. Mangkubumi mendapat hak 53.100 karya (cacah) untuk Negaragung dan 33.950 karya untuk Mancanegara. Wilayah Mancanegara di bawah Kasultanan meliputi daerah : Madiun, Magetan, Caruban, separo Pacitan, Kertasana, Kalangbret, Ngrawa (Tulungagung), Japan (Majakerta), Jipang (Bojanegara), Teras Karas (Ngawen), Sela, Warung (Kuwu Wirasari), dan Grobogan. 5

Perjanjian Giyanti segera diikuti oleh pertemuan antara Sultan HB I dan Sunan PB III di Lebak Jatisari tanggal 15 Februari 1755. Pertemuan ini merupakan peletakan dasar kebudayaan bagi masing-masing kerajaan. Proklamasi Hadeging Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat pada tanggal 13 Maret 1755. Sultan HB I mulai membangun kraton Yogyakarta pada tanggal 9 Oktober 1755, selama proses pembangunan, Sri sultan beserta keluarga mesanggrah di pesanggrahan Ambar Ketawang (saat ini terletak di Kec. Gamping, Kba. Sleman). Sultan Hamengku Buwono I beserta keluarga dan para pengikutnya memasuki Kraton Yogyakarta pada tanggal 7 Oktober 1756. (Disusun dan dirangkum oleh MW. Bimoguritno, Carik Tepas Tandha Yekti, dari berbagai literatur dan sumber di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat) 6