BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan pembagian dari Kerajaan Mataram akibat perjanjian Gianti yang terjadi pada tahun Kerajaan Mataram dipimpin oleh Paku Buwono III pada saat terjadi perpecahan. Isi perjanjian Gianti adalah kerajaan Mataram dibagi menjadi dua, yaitu Surakarta Hadiningrat yang dipimpin oleh Paku Buwono III dan Ngayogyakarta Hadingrat yang dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi (adik Paku Buwono II) dengan gelar Hamengku Buwono I (Maharkesti, 1998). Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berada di wilayah Kecamatan Kraton, Kotamadya Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Karaton Ngayogyakarta memiliki luas m 2. Batas-batas dari Karaton Ngayogyakarta adalah sebagai berikut, sebelah utara berbatasan dengan Pengurakan, timur dengan Yudanegaran, Kemitbumen, Magangan, Langenastran Lor dan Kidul, selatan dengan Plengkung Gading/Nirbaya, dan barat dengan Ngadisuryan, Sompilan, dan Rotowijayan (Maharkesti, 1998). Karaton atau istana, biasa disebut kedhaton berasal dari kata ka-ratu-an atau kadhatu-an yang memiliki arti istana sebagai tempat tinggal Raja. Karaton selain sebagai tempat tinggal juga berfungsi sebagai pusat politik, kebudayaan, dan kekuatan kerajaan (Brongtodiningrat dalam Wardani, 2013). Menurut Sudaryanto (2005), struktur sosial di Karaton Ngayogyakarta terdiri dari tiga bagian, yaitu Raja atau Sultan berada di struktur paling atas, kemudian struktur di bawah Raja adalah sentono dalem atau kelompok individu yang masih memiliki hubungan 1

2 darah atau kekerabatan dengan Raja (golongan bangsawan), dan struktur yang paling bawah adalah abdi dalem. Struktur pemerintahan di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat terlampir dalam lampiran F halaman 140 (Sumber : Tepas Dwarapura). Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh seorang Sultan yang bergelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Kalifatullah, Ingkang Jumeneng Kaping Sedasa atau Sri Sultan Hamengku Buwana X. Sultan Hamengku Buwono X naik tahta pada 7 Maret 1989 untuk menggantikan sang ayah, Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang telah wafat. Sultan sebagai pemimpin kerajaan memegang pemerintahan yang tertinggi di dalam Karaton. Dalam menjalankan sistem pemerintahan, Sultan dibantu oleh para pangeran atau kerabat Sultan dan para abdi dalem (Maharkesti, 1998). Abdi dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat terdiri dari dua golongan, yaitu abdi dalem reh punakawan dan abdi dalem reh kaprajan. Abdi dalem reh punakawan memiliki tugas tertentu dan mendapat hak yang diperoleh dari Karaton Ngayogyakarta berupa kekucah atau paringan Dalem. Seorang abdi dalem reh punakawan yang masih dalam tahap magang atau baru masuk belum berhak mendapatkan kekucah karena harus menunjukkan niat, kerajinan, dan ketekunan dalam mengabdi di Karaton Ngayogyakarta. Proses magang dilakukan oleh calon abdi dalem reh punakawan antara dua sampai lima tahun. Kerajinan dan ketekunan mengabdi menjadi bahan penilaian apakan seorang benarbenar ingin menjadi abdi dalem (Lestari, 2008). Abdi dalem reh punakawan terdiri dari dua jenis yaitu abdi dalem yang bertugas di kantor atau datang setiap hari dan caos atau datang setiap beberapa hari sekali sesuai tugas masing-masing Tepas. Abdi dalem reh punakawan putri (keparak) bertugas caos atau datang setiap sepuluh hari sekali di wilayah Keputren (Maharkesti, 1998). 2

3 Berdasarkan data dari Tepas Parentah Hageng Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, jumlah abdi dalem reh punakawan sampai pada bulan Oktober tahun 2014 sebanyak 1083 orang. Rentang umur abdi dalem reh punakawan yang masih aktif berdasarkan data dari Tepas Parentah Hageng antara 21 tahun sampai 86 tahun. Daftar jumlah abdi dalem reh punakawan berdasarkan kantor/caosan secara detail terdapat pada lampiran G halaman 142. Abdi dalem reh kaprajan adalah abdi dalem yang mayoritas berasal dari pegawai pemerintah di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, anggota TNI, Polisi, Notaris, pegawai BUMN, maupun perangkat desa. Abdi dalem reh kaprajan pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis yaitu abdi dalem reh kaprajan yang telah pensiun sehingga aktif melakukan sowan bekti setiap dua minggu sekali di Karaton Ngayogyakarta dan abdi dalem reh kaprajan yang masih aktif sebagai pegawai pemerintahan, TNI, Polisi, Notaris, pegawai BUMN, maupun perangkat desa sehingga tidak memiliki kewajiban untuk melakukan sowan bekti di Karaton. Abdi dalem reh kaprajan yang masih aktif bekerja hanya diminta datang saat Karaton Ngayogyakarta mengadakan upacara seperti grebeg, labuhan, maupun menyucikan pusaka. Abdi dalem reh kaprajan tidak mendapat kekucah karena setiap bulan telah mendapat gaji yang berasal dari Pemerintah. Jumlah abdi dalem reh kaprajan yang aktif sowan bekti di Karaton Ngayogyakarta kurang lebih 368 orang (terhitung mulai tahun 2011) dengan rentang usia antara 56 sampai 86 tahun. Jumlah abdi dalem reh kaprajan yang tidak aktif sowan bekti atau masih bekerja antara 2500 sampai 3000 orang (Tepas Dwarapura, 2014). Kekucah yang didapat oleh abdi dalem reh punakawan berkisar antara Rp 2.000,- sampai Rp ,- per bulan (Sudaryanto, 2005). Jumlah kekucah yang diberikan Karaton Ngayogyakarta kepada abdi dalem reh punakawan disesuaikan berdasarkan pangkat dan tugas yang dilaksanakan. Semakin tinggi pangkat semakin besar kekucah yang didapat. 3

4 Bagi abdi dalem reh punakawan yang bertugas di kantor mendapatkan kekucah yang lebih tinggi daripada abdi dalem reh punakawan yang hanya bertugas caos. Perbedaan jumlah kekucah tersebut terjadi karena abdi dalem reh punakawan yang bertugas di kantor datang setiap hari dan yang bertugas caos hanya bertugas di Karaton setiap beberapa hari sekali disesuaikan dengan tugas dari masing-masing Tepas. Kekucah berasal dari internal Karaton Ngayogyakarta (Maharkesti, 1998). Menurut informan Raden Bekel Widyo Arbudono (abdi dalem reh punakawan yang telah mengabdi di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat selama 14 tahun, berpangkat bekel sepuh, bertugas di Tepas pariwisata, dan berusia 50 tahun), abdi dalem di Karaton Ngayogyakarta memiliki pekerjaan lain dan tidak mengandalkan hidupnya dari kekucah yang diperoleh dari Karaton Ngayogyakarta. Nah pada dasarnya abdi dalem di sini itu punya pekerjaan sampingan. Entah dagang, apa jadi guru, jadi buruh. Jadi hidupnya nggak mengandalkan dari kekucah yang didapat dari Karaton. (I:WA.42-44) Informan Raden Bekel Widyo Arbudono menjadi abdi dalem untuk melanjutkan pengabdian kakek-nenek dan ayahnya dengan keinginannya sendiri atau tanpa ada paksaan. Oh nggak mbak. Orang tua saya nggak maksa saya kudu dadi abdi dalem untuk meneruskan. Itu keinginan saya pribadi. Gimana ya jadi kemantepan sama keinginan sendiri mbak kalau mau masuk di sini itu. Dan nggak ada istilah e dipaksa. (I:WA.33-36) Pengabdian berasal dari kata abdi yang berarti hamba atau bawahan. Pengabdian diartikan sebagai perihal mengabdi atau memperhamba diri. Dalam pola masyarakat lama masih mengenal adanya abdi atau hamba, yang berasal dari golongan bawahan dituntut suatu tanggung jawab atas segala pekerjaan yang diperintahkan atau ditugaskan kepadanya. Dengan demikian dalam pengabdian sekaligus dituntut adanya kesetiaan atau 4

5 loyalitas kepada atasannya. Hal tersebut memiliki kecenderungan yang sifatnya psikis, bukan materialistis (Widyosiswoyo, 2001). Makna pengabdian kepada Karaton Ngayogyakarta menurut informan Raden Bekel Widyo Arbudono adalah dilakukan dengan ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun dari Karaton Ngayogyakarta atau tanpa pamrih. Menurut informan, abdi dalem yang mengabdi tidak mencari uang dan Karaton Ngayogyakarta tidak memberikan uang atau materi. Informan selalu manut untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh atasan atau Penghageng. Informan sudah memiliki niat bulat dan kemantapan hati saat ingin menjadi abdi dalem walaupun tidak akan mendapat materi di Karaton. Informan merasa senang walaupun ia datang setiap hari untuk mengabdi dan memperoleh kekucah dari internal Karaton Ngayogyakarta sebesar Rp ,00. Pengabdian sebagai abdi dalem itu ya harus dilakukan dengan ikhlas mbak. Abdi dalem nggak ada yang ngabdi di sini cuma pingin cari uang. Dan memang ya nggak dapet uang. Jadi nggak ada motif lain-lain lah. Murni pengabdian kepada Sultan, kepada Kraton gitu mbak. Tugas apapun yang diberikan ya dikerjakan. Istilahe manut perintah atau dhawuh dari atasan. Saya masuk sini dari awal ya sudah niat dan ati saya mantep. Saya datang hampir tiap hari terus kekucahnya hanya dua puluh ribu. Nggak dapet apa-apa secara materi ya nggak papa. Tapi yang penting saya ngabdi di sini ngerasa seneng. (I:WA ) Lalu bagaimana penilaian abdi dalem terhadap kehidupannya dan pengabdiannya di Karaton Ngayogyakarta? Subjective well-being didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan emosional individu terhadap kehidupan mereka, seperti apa yang disebut orang awam sebagai kebahagiaan, ketenteraman, berfungsi penuh, dan kepuasan hidup (Diener, Oishi, & Lucas, 2003). Diener, et al. (1997), berpendapat bahwa seseorang dikatakan memiliki subjective well-being yang tinggi jika mengalami kepuasan hidup dan lebih sering mengalami kegembiraan, serta tidak terlalu sering mengalami emosi yang tidak menyenangkan. Sedangkan seseorang dikatakan memiliki subjective well-being yang 5

6 rendah jika tidak merasa puas dengan hidupnya, mengalami sedikit afeksi dan kegembiraan, dan lebih sering mengalami emosi negatif seperti marah dan cemas. Kesejahteraan subjektif menurut informan Raden Bekel Widyo Arbudono adalah dapat hidup dengan senang, bahagia, merasa tenang, tenteram, tidak memikirkan hal-hal yang bersifat materi, keluarga dapat hidup rukun, anak-anaknya bisa menurut dengan perintah orang tua dan dapat sukses dalam pendidikan, hidup jangan sampai memiliki masalah, serta dapat menerima dan lebih bersyukur dengan apa yang Tuhan berikan sehingga merasa hidupnya serba cukup. Umur yang sudah tua membuat nforman tidak ngoyo atau berusaha dengan mati-matian mencari uang sehingga hati lebih semeleh. kalau menurut saya ya kita bisa hidup dengan secukupnya. Ya walaupun kalau dirasa-rasakke ya mungkin kurang tapi tetep diatur gimana supaya cukup. Terus bisa hidup seneng, bahagia, tenang, tentrem, nggak mikirkan materi atau nggak ngoyo nyari duit gitu mbak. Saya kan udah tua juga. Jadi mau cari apa lagi. Ya kan? Kemudian bisa nerima dan bersyukur apa yang kita punya sekarang. Lebih semeleh lah ati kita. Terus keluarga ya bisa hidup rukun. Sukur anak-anak sekolahe sukses. Anak-anak nurut sama orang tua. Yang pasti kita jangan sampai punya masalah. Jadi enak nggak kepikiran macem-macem. (I:WA ) Abdi dalem bersedia mengabdi secara ikhlas terhadap Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat tanpa memikirkan pamrih dan tetap merasakan bahagia, tenang, tenteram, dan dapat menerima serta bersyukur kepada Tuhan menjadi menarik untuk diteliti. Peneliti fokus pada subjective well-being atau bagaimana abdi dalem yang sudah berusia tua mengevaluasi kehidupan yang dialami dan pengabdiannya di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, baik berupa penilaian afektif (terhadap mood dan emosi) dan penilaian kognitif (kepuasan hidup). B. Tujuan Penelitian Penelitian ini ingin memahami subjective well-being abdi dalem usia tua yang mengabdi di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat untuk mencari berkah dan tanpa mendapat materi. 6

7 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini dapat menambah kajian ilmu psikologi yang berkaitan dengan tema subjective well-being abdi dalem Karaton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang belum banyak diteliti. Penelitian ini menambah referensi mengenai pengaruh budaya Jawa yang kaya akan nilai budi pekerti luhur terhadap kehidupan individu dan masyarakat. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat menjadi gambaran mengenai kesejahteraan subjektif yang dirasakan oleh abdi dalem di Karaton Ngayogyakarta. Gambaran tersebut dapat menjadi acuan pihak Karaton Ngayogyakarta untuk menindaklanjuti apabila terdapat abdi dalem yang tidak sejahtera. 7

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang merupakan istana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi dalem ini telah dilakukan selama belasan tahun, bahkan puluhan tahun. Kehidupan Keraton

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGISIAN JABATAN, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERTANAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan. Oleh Belanda status tersebut disebut sebagai Zelfbestuurende Lanschappen dan

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan. Oleh Belanda status tersebut disebut sebagai Zelfbestuurende Lanschappen dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah wilayah tertua kedua di Indonesia setelah Jawa Timur, yang dibentuk oleh pemerintah negara bagian Indonesia. Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan yang akan menjadi modal dasar sebagai landasan pengembangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara mengakui dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara mengakui

Lebih terperinci

Batik Larangan Penguasa Mataram

Batik Larangan Penguasa Mataram Batik Larangan Penguasa Mataram Solichul HA. Bakri dari berbagai sumber Latarangan Pangangggo-Rijksblad van Djokjakarta Undang-Undang Karaton Yogyakarta Tahun 1927... Abdi Ningsun kang kasebut ing nduwur,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara mengakui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam etika Jawa dikenal satu ungkapan yang berbunyi sabda pandhita ratu, tan kena wola-wali. Secara harfiah, artinya adalah ucapan pendeta (dan) raja, tidak boleh

Lebih terperinci

LAMPIRAN 85 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN TANAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN TANAH DESA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN TANAH DESA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN TANAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA KESEJAHTERAAN SUBYEKTIF PADA ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Busana adalah produk budaya yang mencerminkan norma. dan nilai budaya suatu suku bangsa. Sebagai produk budaya,

BAB I PENGANTAR. Busana adalah produk budaya yang mencerminkan norma. dan nilai budaya suatu suku bangsa. Sebagai produk budaya, 1 BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG MASALAH Busana adalah produk budaya yang mencerminkan norma dan nilai budaya suatu suku bangsa. Sebagai produk budaya, busana merupakan hasil karya seni dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. 1. Sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. 1. Sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat 1. Sejarah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Secara morfologis kraton berasal dari kata ratu dengan mendapatkan awalan ka

Lebih terperinci

yang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah

yang meliputi Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman telah UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA UNDANG- UNDANG NOMOR...TAHUN... TENTANG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

OPTIMISME MASA DEPAN ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA

OPTIMISME MASA DEPAN ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA OPTIMISME MASA DEPAN ABDI DALEM KERATON KASUNANAN SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: HERJUNO WIKANDARU F. 100 060 021 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN ABDI DALEM DALAM PEMERINTAHAN KRATON YOGYAKARTA *

HAK DAN KEWAJIBAN ABDI DALEM DALAM PEMERINTAHAN KRATON YOGYAKARTA * HAK DAN KEWAJIBAN ABDI DALEM DALAM PEMERINTAHAN KRATON YOGYAKARTA * Agus Sudaryanto ** Abstract The result of this research indicates that the rights and obligations of abdi dalem in Kraton Yogyakarta

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajad Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGISIAN JABATAN, PELANTIKAN, KEDUDUKAN, TUGAS, DAN WEWENANG GUBERNUR

Lebih terperinci

TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih

TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih TRADISI NGABEKTEN DI KRATON YOGYAKARTA Oleh: Ernawati Purwaningsih Tulisan ini merupakan uraian secara singkat dari hasil penelitian Maharkesti (alm.), seorang peneliti dari Balai Pelestarian Nilai Budaya

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA PENYELENGGARAAN KEWENANGAN DALAM URUSAN KEISTIMEWAAN DI BIDANG

Lebih terperinci

DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI

DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI DIY DALAM KONTEKS NKRI, OTDA DAN DEMOKRASI R. Siti Zuhro, PhD (Peneliti Utama LIPI) Materi disampaikan dalam acara Rapat Dengar Pendapat Umum dengan Komisi 2 DPR RI, Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, 3

Lebih terperinci

BAB II ISI SERAT ABDI DALEM KERATON

BAB II ISI SERAT ABDI DALEM KERATON 7 BAB II ISI SERAT ABDI DALEM KERATON 2.1 Deskripsi Serat Abdi Dalem Keraton Serat Abdi Dalem Keraton terdapat di Ruang Naskah Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,. Dengan kode naskah UK.14,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta yang dikenal sebagai kota batik dengan julukan keindahan Asia yang tiada akhir pernah menjadi destinasi dunia yang harus dikunjungi menurut New York

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPLORASI TERHADAP MOTIVASI KERJA ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPLORASI TERHADAP MOTIVASI KERJA ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA 1 NASKAH PUBLIKASI STUDI EKSPLORASI TERHADAP MOTIVASI KERJA ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA Oleh : INGGA AYU NOVITASARI SUKARTI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KEWENANGAN DALAM URUSAN KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dilandasi dengan nilai-nilai ketuhanan. Segala sesuatu yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. harus dilandasi dengan nilai-nilai ketuhanan. Segala sesuatu yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1. Alasan Pemilihan Judul Dalam kehidupan masyarakat Jawa terdapat sebuah refleksi kehidupan dan kepercayaan bahwa bila saat hidup di dunia, seseorang melakukan perbuatan harus dilandasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Tradisi Tradisi (bahasa latin traditio diteruskan ) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak, terlebih mapan secara finansial. Hal itu seolah-olah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN HISTORIS, SOSIOLOGIS, YURIDIS FORUM MASYARAKAT YOGYAKARTA DI JAKARTA DAN SEKITARNYA (FORMAYA) 2011 Tim Penyusun : 1. Drs. H. Tukiman, Ws. SH. MM. MH 2. Prof. Dr. dr. Daldiyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang menginginkan kesejahteraan didalam hidupnya, bahkan Aristoteles (dalam Ningsih, 2013) menyebutkan bahwa kesejahteraan merupakan tujuan utama dari eksistensi

Lebih terperinci

BAB III. A. Kronologi Singkat Pengesahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang. Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB III. A. Kronologi Singkat Pengesahan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang. Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta BAB III PENETAPAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA A. Kronologi Singkat Pengesahan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi Astana Mangadeg terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi Astana Mangadeg terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astana Mangadeg merupakan makam keturunan Kerajaan Mangkunegaran. Posisi Astana Mangadeg terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa Girilayu Kecamatan

Lebih terperinci

Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius

Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius Arsip Puro Pakualaman Simpul Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta : Arsip Puro Perlu Perawatan Serius Oleh : Drs. M. Qosim *) 1. Pendahuluan Keberadaan sebuah kerajaan kecil seperti Kadipaten Pakualaman

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola BAB V Kesimpulan Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola kelembagaan yang ada. Lembaga-lembaga yang berperan dalam perubahan di Yogyakarta saat ini dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum maupun program penunjang yang dirasa mampu untuk mendukung peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005, pemerintah melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia melakukan pengesahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Akulturasi. dalam Berry, 2005). Akulturasi didefinisikan sebagai fenomena yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Akulturasi. dalam Berry, 2005). Akulturasi didefinisikan sebagai fenomena yang terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akulturasi 1. Definisi Akulturasi Akulturasi merupakan sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan lewat disiplin ilmu antropologi lewat Redfield, Linton dan Herskovitz (1939,

Lebih terperinci

Titah Ingkang Sinuwon Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XIII

Titah Ingkang Sinuwon Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XIII (2006 2011 dan telah dilanjutkan perkhidmatan sehingga 2016) dilantik oleh DYMM Raja Surakarta Hadiningrat bagi tempoh 5 tahun yang akan tamat pada Jun 2016. Perlantikan Setiausaha Sulit Raja Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makam Kotagede atau sering disebut juga dengan Sargede adalah sebuah makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar Sutawijaya, pendiri kerajaan

Lebih terperinci

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah

Di samping itu, Sultan HB VII juga menggunakan taktik dengan mengulur waktu dan mencegah penyerahan secara total semua yang diminta oleh pemerintah BAB VI KESIMPULAN Dari pengungkapan sejumlah fakta dan rekonstruksi yang dilakukan, penelitian ini menarik sejumlah kesimpulan sebagai berikut ini : Sultan Hamengku Buwono VII adalah seorang raja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan Kota Solo adalah kota yang memiliki dua kerajaan, yaitu Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran. Keraton

Lebih terperinci

Sabdatama dan Sabdaraja Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Perspektif Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta

Sabdatama dan Sabdaraja Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Perspektif Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Raisa Rizani. Sabdatama dan Sabdaraja... 17 Sabdatama dan Sabdaraja Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Perspektif Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Raisa Rizani Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA TERHADAP SABDA RAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO KE-X DALAM KONFLIK INTERNAL

BAB III ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA TERHADAP SABDA RAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO KE-X DALAM KONFLIK INTERNAL BAB III ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA TERHADAP SABDA RAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO KE-X DALAM KONFLIK INTERNAL A. Pengantar Pembahasan Seperti yang telah penulis sampaikan di pembahasan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan. 1. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN. Berwawasan Lingkungan dan Ekonomi Kerakyatan. 1. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Bersih BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN A. Profil Pemerintah Kota Yogyakarta 1. Visi dan Misi Pemerintahan Kota Yogyakarta a. Visi Kota Yogyakarta Terwujudnya Kota Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan Berkualitas,Berkarakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam salah satunya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini bukan sekedar peninggalan semata, dari bentangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia senantiasa terus berkembang, dari awal hingga akhir kehidupan. Di mana setiap tahapan kehidupan terdapat tugas atau peran yang harus dipenuhi. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berbeda memang salah satu tujuan orang melakukan wisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berbeda memang salah satu tujuan orang melakukan wisata. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berwisata atau lebih dikenal dengan melakukan suatu perjalanan ke tempattempat yang berbeda memang salah satu tujuan orang melakukan wisata. Keinginan manusia

Lebih terperinci

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 88/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman (2005) kebahagiaan hidup merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya tarik kepariwisataan di kota Yogyakarta tidak bisa dilepaskan dari pengaruh saat Keraton Yogyakarta mulai dibuka sebagai salah satu obyek kunjungan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah sangat erat sekali hubungannya dengan kehidupan manusia. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam kehidupannya, untuk mati pun manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keraton yang mencuri perhatian dan makin menambah nilai eksotik Keraton itu

BAB I PENDAHULUAN. Keraton yang mencuri perhatian dan makin menambah nilai eksotik Keraton itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apabila kita berkunjung ke Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat di Yogyakarta, selain kita dapat kembali menikmati perasaan dari suasana Keraton sekitaran abad 18, kita

Lebih terperinci

BAB III SABDATAMA DAN SABDARAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X TERHADAP UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III SABDATAMA DAN SABDARAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X TERHADAP UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG BAB III SABDATAMA DAN SABDARAJA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X TERHADAP UNDANG UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA A. Mekanisme Pengisian Gubernur dan Wakil Gubernur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap manusia menginginkan apa yang disebut dengan kebahagiaan dan berusaha menghindari penderitaan dalam hidupnya. Aristoteles (dalam Seligman, 2011: 27) berpendapat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke- 21, banyak pengembangan berbagai teknologi strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya trend Boarding School

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 88/PUU-XIV/2016 Syarat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 88/PUU-XIV/2016 Syarat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 88/PUU-XIV/2016 Syarat Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta I. PEMOHON 1. Prof. Dr. Saparinah Sadli (Pemohon I) 2. Sjamsiah Achmad, MA (Pemohon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi 16 III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan 1. Metode Deskriptif Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk membuat pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH ISTIMEWA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG KEWENANGAN DALAM URUSAN KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

POLEMIK KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

POLEMIK KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA POLEMIK KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DISUSUN OLEH : NAMA : AHMAD TOHA NIM : 11.12.5642 JURUSAN : S1 SISTEM INFORMASI KELOMPOK : H DOSEN : MOHAMMAD IDRIS.P, DRS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya masyarakat, tanggung jawab penjagaan, perawatan, dan pengasuhan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya masyarakat, tanggung jawab penjagaan, perawatan, dan pengasuhan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki peran yang penting dalam membangunkan kesejahteraan, pengasuhan, dan pendidikan dasar bagi setiap anggotanya (Fahrudin, 2005). Pada semua budaya

Lebih terperinci

Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Sri Sultan Hamengkubuwono IX Sri Sultan Hamengkubuwono IX Sri Sultan Hamengkubuwono IX Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah anak kesembilan dari Sultan Hamengkubuwono VIII dengan istri kelimanya RA Kustilah/KRA Adipati Anum Amangku

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Propinsi Daerah istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah destinasi pariwisata di Indonesia yang memiliki beragam produk wisata andalan seperti wisata sejarah,

Lebih terperinci

, 2015 EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA

, 2015 EFEKTIVITAS GRATITUDE TRAINING TERHADAP PENINGKATAN SUBJECTIVE WELL BEINGPADA BURUH PABRIK SARUNG ALIMIN MAJALAYA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang Industri. Perkembangan dalam bidang Industri ini adalah salah satu yang

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta I. PEMOHON Muhammad Sholeh, S.H...... selanjutnya disebut Pemohon Kuasa Hukum: Imam Syafii,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa 1 BAB I PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.secara umum dapat diketahui bahwa sikap remaja saat ini masih dalam tahap mencari jati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya. Selain itu juga Allah memerintahkan manusia untuk mencari kebahagiaan seperti firman Allah

Lebih terperinci

DINAMIKA PSIKOLOGIS PENGABDIAN ABDI DALEM KERATON SURAKARTA PASKA SUKSESI

DINAMIKA PSIKOLOGIS PENGABDIAN ABDI DALEM KERATON SURAKARTA PASKA SUKSESI DINAMIKA PSIKOLOGIS PENGABDIAN ABDI DALEM KERATON SURAKARTA PASKA SUKSESI Fadzar Allimin 1, Taufik 2, dan Moordiningsih 3 1.2.3 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstract. Abdi dalem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Dari Hasil Penelitian yang telah diuraikan dimuka, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Keraton Kasunanan Surakarta mulai dibangun pada

Lebih terperinci

Dari Mataram Islam hingga Berdirinya Kraton Kasultanan Yogyakarta

Dari Mataram Islam hingga Berdirinya Kraton Kasultanan Yogyakarta MODUL I: Sejarah Keistimewaan Materi Kuliah Kewidyamataraman Dari Mataram Islam hingga Berdirinya Kraton Kasultanan Yogyakarta Bimo Unggul Yudo, ST. AWAL KEBANGKITAN MATARAM Sejarah berdirinya Kraton Kasultanan

Lebih terperinci

AKULTURASI DALAM GENDING KEPRAJURITAN KERATON YOGYAKARTA. Skripsi

AKULTURASI DALAM GENDING KEPRAJURITAN KERATON YOGYAKARTA. Skripsi AKULTURASI DALAM GENDING KEPRAJURITAN KERATON YOGYAKARTA Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 pada Program Studi Seni Karawitan Kompetensi Pengkajian Karawitan

Lebih terperinci

KEPALA DESA LOGANDENG KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KEPALA DESA LOGANDENG KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL KEPALA DESA LOGANDENG KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL PERATURAN DESA LOGANDENG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA TAHUN ANGGARAN 2016 DESA LOGANDENG KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN

Lebih terperinci

YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA. Theresiana Ani Larasati

YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA. Theresiana Ani Larasati YAYASAN PAMULANGAN BEKSA SASMINTA MARDAWA Theresiana Ani Larasati Menilik sejarah keberadaan organisasi seni tari di Yogyakarta dapat dikatakan bahwa pada mulanya di Yogyakarta tidak ada organisasi tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. persaingan. Seseorang akan berkompetisi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. persaingan. Seseorang akan berkompetisi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan ini selalu ada hal yang dinamakan persaingan. Seseorang akan berkompetisi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih, sehingga kadang kala

Lebih terperinci

BAB 11 GAMBARAN UMUM HS SILVER

BAB 11 GAMBARAN UMUM HS SILVER BAB 11 GAMBARAN UMUM HS SILVER Hanya lima kilometer ke arah tenggara dari pusat kota Jogjakarta, kita dapat mencapai lokasi sebuah kota tua yang menyisakan banyak bagunan tua dan kebudayaannya, yang dulu

Lebih terperinci

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia senantiasa mendambakan kehidupan yang bahagia. Mencari kebahagiaan dapat dikatakan sebagai fitrah murni setiap manusia. Tidak memandang jenis kelamin,

Lebih terperinci

Pernahkah kamu mengunjungi Kraton Yogyakarta? Jika sudah, pernahkan kamu melihat bangunan dan benda dibawah ini?

Pernahkah kamu mengunjungi Kraton Yogyakarta? Jika sudah, pernahkan kamu melihat bangunan dan benda dibawah ini? Pernahkah kamu mengunjungi Kraton Yogyakarta? Jika sudah, pernahkan kamu melihat bangunan dan benda dibawah ini? Jika belum, ayo kita cari tahu tentang Kraton Yogyakarta! Kraton Yogyakarta atau sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bekas swapraja Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. daerah bekas swapraja Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Pengertian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta berasal dari wilayah yang meliputi daerah bekas swapraja Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Pengertian swapraja adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus berkembang baik dalam segi kehidupan masyarakatnya maupun segi tata ruangnya. Kota Yogyakarta pernah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari. Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB V PENUTUP. Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari. Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta 184 BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dan saran dari Pelaksanaan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta PA.VIII/No.K.898/I/A 1975 tentang larangan kepemilikan tanah

Lebih terperinci

NASKAH DRAMA SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN DEMAK

NASKAH DRAMA SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN DEMAK NASKAH DRAMA SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN DEMAK Kerajaan Majapahit berada di ambang kehancuran. Keadaan pemerintahan kacau balau. Para pejabat kerajaan saling berebut kekuasaan dan kekayaan. Rakyat kecil

Lebih terperinci

PENGHILANGAN HAK POLITIK PERSPEKTIF SISTEM DEMOKRASI

PENGHILANGAN HAK POLITIK PERSPEKTIF SISTEM DEMOKRASI PENGHILANGAN HAK POLITIK PERSPEKTIF SISTEM DEMOKRASI Ansori Program Studi Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono No. 169 Malang email: ansori.jamil27@gmail.com Abstract: Democracy is recognized

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan bagian dari masyarakat yang sedang mengalami proses transisi dari masa kanak-kanak menuju kepada masa dewasa. Dalam masa transisi tersebut muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. ada di Indonesia. Sebagai salah satu unsur keistimewaan DIY, maka pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Kraton Yogyakarta merupakan salah satu kawasan cagar budaya yang ada di Kota Yogyakarta. Keberadaan Kraton Yogyakarta itu sendiri menjadi salah satu unsur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 4.1.1 Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian agar sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAJIAN HUKUM TENTANG KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I. PENDAHULUAN Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan daerah otonom setingkat provinsi yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU PAUD DI DAERAH RAWAN BENCANA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh: Nurul Fikri Hayuningtyas Nawati F100110101 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kristen. Setiap gereja Kristen memiliki persyaratan tersendiri untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan perbedaan, salah satunya adalah agama. Setiap agama di Indonesia memiliki pemuka agama. Peranan pemuka agama dalam

Lebih terperinci

TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA RA GUPITA DHYANINGSARI

TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA RA GUPITA DHYANINGSARI TINGKAT KEMODERNAN ABDI DALEM KERATON YOGYAKARTA RA GUPITA DHYANINGSARI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci