GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR
|
|
- Yanti Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAMBARAN UMUM SUKU BANJAR 1. Terbentuknya Suku Banjar Suku Banjar termasuk dalam kelompok orang Melayu yang hidup di Kalimantan Selatan. Suku ini diyakini, dan juga berdasar data sejarah, bukanlah penduduk asli daerah ini, melainkan hasil percampuran (darah, bahasa, agama/kepercayaan, budaya, dll) dari penduduk asli / Dayak, orang Melayu dan pendatang berikutnya. Setelah kedatangan migrasi kelompok orang Melayu, dan berdirinya kerajaan pertama di Kalimantan Selatan, yaitu Tanjung-Pura pada abad ke-4, tidak ada lagi catatan tentang perkembangan kerajaan ini selanjutnya. Pada abad ke-13 akibat terjadinya perebutan kekuasaan dalam kerajaan Majapahit terjadilah arus pengungsian dari Jawa Timur (Kediri Utara) ke Kalimantan Selatan 1. Pendapat lain mengatakan bahwa para pendatang ini berasal dari India, tetapi pendapat ini lemah dan secara umum Jawa Timur-lah yang dianggap sebagai asal dari para pendatang / imigran yang dipimpin oleh Empu Jatmika ini 2. Para imigran orang Kaling dari kerajaan Kuripan atau Jenggala di Kediri Utara ( Jawa Timur ) ini selanjutnya mengembangkan kota-kota yang telah ada dari masa kerajaan Tanjung-Pura. Dalam bidang sosial para pendatang ini juga cepat menyesuaikan dengan budaya setempat, khususnya bahasa yang telah berkembang, yaitu percampuran bahasa Melayu dengan bahasa Dayak (Ma anyan, Lawangan, Bukit, dan Ngaju) yang dikenal sebagai bahasa Banjar kuno. Para pendatang ini, dengan andil Empu Jatmika mendirikan dinasti baru, yaitu kerajaan kedua di Kalimantan Selatan yaitu Negara-Dipa 3. Adapun catatan sejarah memperkirakan nama Negara-Dipa berasal dari bahasa Ngaju, dipah ten yang berarti seberang situ, sedangkan dalam catatan kesusasteraan Jawa dikenal dengan nama Tanah Sabrang 4. Namun yang jelas bahwa kerajaan Negara-Dipa ini sangat dipengaruhi oleh budaya Jawa, ditandai dengan ditemukannya candi Agung dan candi Laras di daerah bekas kerajaan ini. Berdasar tipologi batu yang dipakai pada candi Agung di Tabalong dan Candi Laras di Margasari-Marampian menunjukkan bahwa bahannya tidak berasal dari daerah Kalimantan Selatan, namun serupa dengan batu di Trowulan (Jawa Timur) 5. Selanjutnya pada permulaan abad ke-15, Majapahit menyerang dan menaklukkan kerajaan Negara-Dipa ini, sehingga muncullah kerajaan ketiga di 1 Saleh, Rumah., hal. 6 menyebutkan terjadi peperangan di Gentar antara Ken Arok dengan Kertajaya, tahun 1222 dengan kekalahan dan kematian Kertajaya. 2 Daud, op.cit., hal Saleh, Rumah., hal. 6. Lokasi kerajaan NegaraDipa ini diperkirakan di Amuntai saat ini. 4 Saleh, Sejarah, hal Mahmud, loc. cit. hal. 81.
2 34 Kalimantan Selatan yaitu kerajaan Negara-Daha 6 yang dipimpin oleh Maharaja Sari Kaburangan. Dan pusat kekuasaan dipindahkan ke daerah yang lebih mendekati pesisir, yaitu Muhara Rampiau 7. Keadaan pada masa ini sebagaimana keadaan masa Negara-Dipa juga tidak banyak diketahui, kecuali adanya pengaruh budaya Jawa yang ditandai dengan ditemukannya candi, diterapkannya sistem pemerintahan, sosial dan keagamaan dalam lingkungan kehidupan kerajaan 8. Di samping pengaruh budaya Melayu dan Dayak yang sudah ada dan mengalami percampuran sebelumnya. Keadaan kerajaan Negara Daha pada permulaan abad ke-16 digambarkan penuh dengan perseteruan antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaan Negara Daha dengan pamannya Pangeran Temenggung. Pertentangan diawali ketika Raja Sukarama berwasiat menunjuk cucunya Raden Samudera sebagai penggantinya kelak. Namun keempat anaknya tidak setuju, dan setelah Raja Sukarama wafat kekuasaan dipegang anak tertuanya, Pangeran Mangkubumi. Sedangkan Raden Samudera waktu itu masih berumur 7 tahun. Kekuasaan Pangeran Mangkubumi ini tidak lama, ia terbunuh oleh pegawai istana yang dihasut oleh Pangeran Temenggung. Dengan meninggalnya Pangeran Mangkubumi maka Pangeran Temenggung menjadi raja 9. Pada masa pemerintahan Pangeran Tamenggung ini terjadi perlawanan yang dipimpin oleh Raden Samudera yang merupakan pelarian politik 10. Perlawanan ini sangat dibantu oleh para patih dari daerah muara 11, yaitu muara Sungai Kuin yang terletak antara Pulau Kembang dan Pulau Alalak 12. Atas bantuan dan saran dari patih Masih 13 tersebut, Pangeran Samudera meminta bantuan kepada kerajaan Demak. Akan tetapi Demak bersedia memberikan bantuan dengan dilandasi dua motif, yaitu : untuk menyambung kebesaran Majapahit, dan menyebarkan agama Islam di Kalimantan Selatan, yakni Raden Samudera dan pengikutnya masuk Islam Saleh, Rumah., hal Saleh, Sejarah, hal Ibid., hal. 17, 22 9 J.J. Ras, Hijayat Banjar : A Study in Malay Historiography, (The Hague-Martinus Nijhoff- KTLV, 1968), hal Saleh, Sejarah, hal. 30. Setelah Pangeran Temenggung berkuasa, Raden Samudera menyembunyikan diri ke daerah sekitar Tamban, Muhur Balandean dan Belitung. 11 Ibid., Dalam bahasa Dayak Ngaju, kata masih adalah sebutan untuk orang yang berbahasa Melayu (Oloh Masi = Orang Melayu), sedangkan pedukuhan tempat tinggal kelompok ini disebut Banjar. Dan Banjar Masih adalah sebutan untuk Kampung Oloh Masi(h) atau Kampung Melayu dan Patih Masih adalah Patih Olo Masi yang mengepalai orang orang Melayu. 12 Gazali Usman, et. al., Integrasi Nasional Suatu Pendekatan Budaya Daerah Kalimantan Selatan (Banjarmasin : CV Prisma Muda Banjarmasin, 1996), hal Patih Masih merupakan pemimpin patih di daerah Muara, nama sebenarnya tidak diketahui 14 Mahmud, loc. cit.
3 35 Dengan bantuan Demak, akhirnya perebutan kekuasaan dimenangkan oleh Pangeran Samudera dan berganti nama menjadi Sultan Suriansyah 15 setelah memeluk Islam 16. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1526 M. Kemenangan tersebut menjadi awal zaman baru di Kalimantan Selatan; pertama, Demak secara politis berhasil mengembalikan pengaruh kekuasaan Majapahit; kedua, Islam masuk dan membuka daerah penyebarannya; dan ketiga, terbentuknya kerajaan keempat yaitu kerajaan Banjar 17. Setelah kemenangannya dan mendirikan kerajaan Banjar, Pangeran Samudera memindahkan penduduk bekas kerajaan Negara-Daha dan pusat kekuasaanya ke daerah pesisir 18 yang banyak dihuni oleh orang Melayu yaitu Banjar Masih atau kampung orang Melayu / orang berbahasa Melayu, tepatnya daerah Kuin di Banjarmasin saat ini. Dengan demikian secara politis, dari peristiwa berdirinya kerajaan Banjar dan berpindahnya pusat kekuasaan inilah suku Banjar bisa dikatakan muncul. Namun asal-usul penduduk, bahasa, agama / kepercayaan dan budaya telah ada dan berkembang jauh sebelumnya. Selanjutnya kerajaan Banjar ini berkembang terus dan dipimpin secara turun temurun oleh 18 penguasa / raja Banjar dari tahun Namun dalam pembahasan ini tidak secara khusus dibicarakan masalah ini, melainkan kejadian / masa masa tertentu saja yang dianggap mempengaruhi perkembangan arsitektur tradisional suku Banjar. Pada tahun 1612 dalam masa pemerintahan Panembahan Marhum terjadi pertikaian dengan Belanda yang berakibat dihancurkannya keraton Banjar. selanjutnya ibukota kerajaan dipindah ke daerah Kayu Tangi, Martapura. Dan pada pertengahan abad ke-17 akibat perebutan kekuasaan, ibukota kerajaan terbagi dua, di Banjarmasin di bawah Sultan Agung dan di Martapura di bawah Panembahan Ratu Subsuku Banjar di Kalimantan Selatan Pada masa kerajaan Banjar, wilayah dan pengaruh kekuasaannya sangatlah luas meliputi daerah sepanjang pesisir barat, timur, selatan dan beberapa pulaupulau kecil di sekitarnya. Namun saat ini yang disebut orang Banjar lebih sempit, yaitu penduduk asli Banjarmasin, Martapura, daerah Tanah Laut dan sekitarnya. Keadaan menyempitnya wilayah dan pengaruh kerajaan Banjar ini terutama disebabkan politik penjajah Belanda di Kalimantan Selatan dan adanya rasa kesuku-an yang tidak dapat menyatu atau melebur secara baik. 15 Terdapat beberapa nama (gelar) yang berbeda berdasar beberapa sumber sejarah 16 Ibid.; Saleh, Sejarah, hal. 156; Usman, op.cit., hal Mahmud, loc.cit. 18 Daud, op.cit., hal Saleh, Sejarah, hal 33.
4 36 Sebelum kerajaan Banjar berdiri, para pendatang Melayu di Kalimantan Selatan telah bertemu dengan penduduk asli daerah ini, yaitu suku Dayak Bukit (pegunungan Meratus), Dayak Ma anyan, Dayak Lawangan dan Dayak Ngaju 20. Kelompok pendatang Melayu selanjutnya mendiami daerah-daerah pesisir, dataran rendah dan sepanjang sisi bagian-tengah sungai dengan pola permukiman dan hunian yang berkelompok saling terpisah antar kelompok Melayu sendiri maupun dengan kelompok permukiman suku Dayak. Walaupun permukiman kedua kelompok ini saling terpisah namun tetap tidak terhindarkan terjadinya percampuran (darah, bahasa, agama / kepercayaan, kebudayaan, dll). Kelompok Melayu yang dianggap memiliki kebudayaan dan teknologi yang lebih unggul akhirnya menjadi lebih dominan dan mengambil / memiliki pengaruh terhadap penduduk asli. Pada beberapa kelompok suku Dayak yang telah melebur dengan pendatang Melayu ini, walaupun darah yang mengalir dalam diri mereka lebih banyak darah Dayak-nya namun kebudayaan mereka mengikuti kebudayaan Melayu. Sedangkan sebagian kelompok Dayak lainnya banyak juga yang tetap berdiri sendiri dan akhirnya tergeser ke daerah pedalaman atau tetap hidup berdampingan dalam kelompok-kelompok permukiman mereka 21. Proses percampuran dan peleburan terjadi secara terus-menerus mulai kedatangan pertama (masa kerajaan Tanjung-Pura, Negara-Dipa dan Negara- Daha) hingga masa sesudah berdirinya kerajaan Banjar. Setelah suku Banjar terbentuk (secara politis, bahasa, agama, budaya, dll.) mereka selanjutnya dikenal sebagai sub-suku Banjar. Proses terbentuknya subsuku Banjar tidak terlepas dari sejarah kedatangan imigran Melayu ke Kalimantan Selatan. Secara umum terdapat dua lokasi besar tempat kedatangan dan perkembangan pendatang Melayu, yang selanjutnya secara kontinyu terjadi percampuran dengan suku Dayak. Pertama, kelompok Melayu yang tinggal di sekitar aliran Sungai Tabalong, dan Sungai Martapura 22. Kelompok Melayu yang tinggal di sekitar anak Sungai Negara dan Sungai Martapura bertemu dengan Suku Dayak Bukit. Suku Dayak Bukit ini juga berasal dari asal yang sama (pendatang Melayu) dalam perkembangannya hidup terpisah dari kelompok pendatang Melayu berikutnya. Mereka hidup dalam lingkungan permukiman masing-masing, seperti pola permukiman suku Dayak Bukit saat ini (yaitu Balai), dalam lingkungan permukiman bubuhan. Masing-masing kelompok bubuhan merupakan kelompok kekerabatan dengan lingkungan (terdiri dari tanah pertanian dan hutan) tempat mereka tinggal. Sebagian dari kelompok masyarakat Dayak Bukit ini, setelah terjadinya percampuran selanjutnya ada yang memeluk agama Islam atau ada istilah yang menyebutkan menjadi orang Banjar dan 20 Daud, op.cit., hal Ibid., hal Ibid.
5 37 berdasar sebutan daerah tempat tinggal mereka yaitu Pahuluan (cabang Sungai Negara) sehingga saat ini mereka dikenal sebagai subsuku Banjar Pahuluan. 23 Sedangkan kelompok Dayak Bukit lainnya banyak juga yang tetap memegang agama / kepercayaan nenek moyang mereka dan tinggal dalam balai-balai di daerah pegunungan Meratus. Bagi pendatang Melayu yang tinggal di sekitar Sungai Tabalung bertemu dengan suku Dayak Manyan (Ma anyan). Kehidupan kelompok Melayu ini juga terikat dalam kelompok bubuhan yang memiliki wibawa dan pengaruh terhadap kelompok suku Dayak Ma anyan ini. Dalam perkembangan kehidupan selanjutnya juga terjadi percampuran dan peleburan sebagian kelompok suku Dayak Ma anyan. Setelah berdirinya kerajaan-kerajaan di Kalimantan Selatan yang ibukotanya cenderung berpindah ke arah hilir, kelompok ini juga ikut berpindah ke arah hilir. Sehingga mereka saat ini dikenal sebagai kelompok subsuku Banjar Batang Banyu 24. Abad ke-16, ketika ibukota kerajaan Banjar dipindah ke hilir / pesisir, sebagian penduduk bekas kerajaan Negara-Daha ikut dipindah (Batang Banyu). Selain penduduk Batang Banyu, terdapat juga kelompok Banjar Pahuluan yang mendiami daerah baru ini. Namun demikian, konsentrasi dan populasi terbesar kelompok Banjar Batang Banyu dan Pahuluan ini tetap berada di daerah asalnya. Selanjutnya mereka yang tinggal di daerah ini dikenal sebagai Banjar Kuala 25. Sementara itu, penduduk asli daerah hilir atau pesisir baru ini (Kuin saat ini) adalah suku Dayak Ngaju. Kelompok Dayak Ngaju ini seperti kelompok Dayak Bukit dan Ma anyan juga tinggal terpisah dalam kelompok permukiman sendiri. Sehingga saat ini dapat di lihat adanya kelompok permukiman Dayak Ngaju ini di sekitar Banjarmasin dan Sungai Martapura. Dan saat ini di beberapa daerah / kelompok permukiman, masyarakatnya ada yang masih merasakan asalusul mereka dan ada pula yang sudah merasa menjadi orang Banjar sepenuhnya 26. Dengan demikian jelas bahwa suku Banjar bukanlah suatu kelompok etnis tertentu yang berasal dari satu asal dan bukan pula penduduk asli, melainkan hasil percampuran dari kelompok Dayak, Melayu dan Jawa. Walaupun demikian seberapa besar perbandingannya tidaklah dapat lagi didefinisikan, sebab ikatan yang terjadi lebih kuat pada faktor politis (warga kerajaan Banjar), agama (Islam) dan kebudayaan (bahasa Melayu dan tinggal di daerah pesisir / hilir / tepi sungai). Untuk pembahasan rumah tradisional suku Banjar akan menyesuaikan pada latar belakang suku Banjar ini. 23 Ibid., hal Ibid., hal Ibid., hal Ibid.
BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Asal-usul suku Banjar berasal dari percampuran beberapa suku, yang menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu dapat diidentifikasi
Lebih terperinciANALISIS ASAL MULA ARSITEKTUR BANJAR STUDI KASUS : ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BUBUNGAN TINGGI
ANALISIS ASAL MULA ARSITEKTUR BANJAR STUDI KASUS : ARSITEKTUR TRADISIONAL RUMAH BUBUNGAN TINGGI Ira Mentayani Prodi Arsitektur Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) Jl. Brigjen H.Hasan
Lebih terperinciKEBUDAYAAN SUKU BANJAR
KEBUDAYAAN SUKU BANJAR 1. Batasan Membahas tentang kebudayaan suatu kelompok masyarakat merupakan bagian yang paling luas lingkupnya. Dalam tulisan ini kebudayaan dipahami sebagai sesuatu yang menunjuk
Lebih terperinciBab I. Sejarah Umum Masyarakat Banjar
Bab I Sejarah Umum Masyarakat Banjar A. Pranata Masyarakat Banjar Sebelum Masuknya Islam a. Sejarah Peradaban sebuah bangsa terukir dari catatan sejarah dan budaya yang membentuknya. Eksistensinya pun
Lebih terperinciINFO TEKNIK Volume 8 No. 2, JULI 2007 ( ) Tipologi dan Morfologi Arsitektur Suku Banjar di Kal-Sel
INFO TEKNIK Volume 8 No. 2, JULI 2007 (114-122) Tipologi dan Morfologi Arsitektur Suku Banjar di Kal-Sel Ira Mentayani, MT / Dila Nadya Andini, ST Staf Pengajar Fakultas Teknik Prodi Arsitektur Unlam Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Banjar termasuk suku bangsa di negeri ini, selain memiliki kesamaan dengan suku bangsa lainnya, juga memiliki ciri khas tersendiri. Salah satu kebiasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15
Lebih terperincidalam bahasa Ngaju berarti orang melayu. Bandarmasih artinya desa olah masih masih menyebut kerajaan Bandarmasih dengan lafal Belanda Bandzermash
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kota Banjarmasin Nama kota Banjarmasin berasal dari istilah Bandar dan Masih. Disebut demikian, karena patihnya bernama Patih Masih, atau Patih Ola Masih dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,
Lebih terperinciJEJAK HUBUNGAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BANJAR DAN SUKU BAKUMPAI
JEJAK HUBUNGAN ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU BANJAR DAN SUKU BAKUMPAI Ira Mentayani Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik-Universitas Lambung Mangkurat E-mail: iramentayani_unlam@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBabilangan Nama dan Jodoh dalam Tradisi Banjar. Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, 2004), cet. ke-2, h
Bab I PENDAHULUAN Agama Islam masuk ke Kalimantan Selatan berlangsung secara perlahan tanpa paksaan dan tidak melalui proses peperangan, melainkan secara damai mulai disekitar abad ke 14 M, sebelum berdiri
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Sungai merupakan salah satu bentuk badan air lotik yang bersifat dinamis yang berguna bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Sungai memiliki fungsi ekologis yang dapat
Lebih terperinciBAB II. Gambaran Umum Kota Banjarmasin serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Banjarmasin
BAB II Gambaran Umum Kota Banjarmasin serta Dinas dan Kebudayaan Kota Banjarmasin A. Gambaran Umum Kota Banjarmasin 1. Sejarah Kota Banjarmasin Banjarmasin merupakan Ibu Kota dari Provinsi Kalimantan Selatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN
BAB III PENENTUAN TANAH TUNGGU BAHAULAN DI DESA SUNGAI ULIN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN A. Gambaran Desa Sungai Ulin Dan Penduduknya Sebelum membahas lokasi penelitian secara spesifik, terlebih dahulu
Lebih terperinciKERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak
KERAJAAN DEMAK Berdirinya Kerajaan Demak Pendiri dari Kerajaan Demak yakni Raden Patah, sekaligus menjadi raja pertama Demak pada tahun 1500-1518 M. Raden Patah merupakan putra dari Brawijaya V dan Putri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN
BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sesuai dengan berkembangnya zaman, kita perlu tahu tentang sejarahsejarah perkembangan agama dan kebudayaan di Indonesia. Dengan mempelajarinya kita tahu tentang sejarah-sejarahnya
Lebih terperinciBontang dari Cerita Menjadi Kebanggaan
Bontang dari Cerita Menjadi Kebanggaan Beberapa tahun terakhir ini pengkajian mengenai Bontang sangat menarik sebab selama ini kita belum mendapat kepastian historis mengenai kapan daerah ini bernama Bontang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran
Lebih terperinciPusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Sekretariat Jenderal, Kemendikbud. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya Kota Banjarmasin C. Konsep Integrasi dan Pendidikan D. Arah Pembangunan Informasi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian
1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan berbasis agraris/pertanian yang ada di Jawa. Sebelum daerah ini menjadi salah satu kerajaan yang berbasis Islam, di daerah
Lebih terperinciPERMASALAHAN HASIL PERTANGGALAN RADIOKARBON PADA SITUS PATIH MUHUR DAN POSISINYA DALAM SEJARAH KERAJAAN-KERAJAAN DI KALIMANTAN SELATAN
PERMASALAHAN HASIL PERTANGGALAN RADIOKARBON PADA SITUS PATIH MUHUR DAN POSISINYA DALAM SEJARAH KERAJAAN-KERAJAAN DI KALIMANTAN SELATAN THE PROBLEM OF PATIH MUHUR'S CARBON DATING AND ITS POSITION IN THE
Lebih terperinciCover Page. The handle holds various files of this Leiden University dissertation.
Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/20262 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Tulius, Juniator Title: Family stories : oral tradition, memories of the past,
Lebih terperinciDIASPORA SUKU BANJAR DI TANJUNG JABUNG BARAT (STUDI KASUS DI KUALA TUNGKAL ) SKRIPSI
DIASPORA SUKU BANJAR DI TANJUNG JABUNG BARAT (STUDI KASUS DI KUALA TUNGKAL 1905-1945) SKRIPSI OLEH : NUR INDRIYANA I1A113020 PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS JAMBI 2017 DAFTAR
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN KECAMATAN BANJARMASIN BARAT, KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR, KECAMATAN BANJARMASIN UTARA, KECAMATAN BANJARMASIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam kelompok-kelompok kecil,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar penduduk yang mendiami pulau Kalimantan pada umumnya dan Provinsi Kalimantan Barat pada khususnya adalah suku Dayak. Suku Dayak sendiri terbagi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tradisi serta budaya. Keragaman suku bangsa di Indonesia menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagi macam suku dan terdiri dari beberapa propinsi yang memiliki adat istiadat dan budaya yang berbeda antara satu propinsi
Lebih terperinciLEGENDA PULAU HALIMUN
LEGENDA PULAU HALIMUN Oleh : Faisal Batennie *) Pulau Laut sungguh beruntung karena telah dianugerahi memiliki keindahan alam yang menajubkan; gugusan pulau yang elok diatas hamparan laut biru Selat Makkasar.
Lebih terperinci16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 199 Acuan Rekomendasi Pupuk (kg/ha) Kalimantan Selatan 1. Aluh-Aluh 250 100*
Lebih terperinciVI.7-1. Bab 6 Penataan Ruang dan Pembangunan Perkotaan Pembangunan Kota Baru. Oleh Suyono
6.7 PEMBANGUNAN KOTA BARU Oleh Suyono BEBERAPA PENGERTIAN Di dalam Undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Undang-undang Otonomi Daerah) 1999 digunakan istilah daerah kota untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tionghoaterhadap kebudayaan Indonesia.Etnis
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen sebagian besar berbukit dan bergunung-gunung, hanya sebagian kecil yang datar dan landai. Merupakan suatu wilayah daratan yang memiliki
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009
SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan
Lebih terperincimenghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan sebuah kebisaan yang lahir atas dasar perilaku seharihari yang dianggap berkaitan erat dengan kehidupan dan proses perilaku kebiasaan itu menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kerajaan Pagaruyung yang terletak di Batu Sangkar, Luhak Tanah Datar, merupakan sebuah kerajaan yang pernah menguasai seluruh Alam Minangkabau. Bahkan pada masa keemasannya
Lebih terperinciIII. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah
Lebih terperinciGambaran Umum Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan. Selatan
Lampiran 1 Gambaran Umum Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan dengan Ibukota Banjarmasin adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang, dengan agama manusia dapat membedakan dan memilih mana yang baik dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan pedoman hidup manusia yang harus dimiliki oleh setiap orang, dengan agama manusia dapat membedakan dan memilih mana yang baik dan mana yang tidak
Lebih terperinciTatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam
Tatanan Politik di Nusantara Masa Kedatangan Islam Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Lisan Semester VI Dosen Prof.Dr.H.Edi.S.Ekadjati Oleh : Fandy Hutari HIC 02005 JURUSAN ILMU SEJARAH
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah usaha untuk memperluas, menjamin lalu lintas perdagangan rempah-rempah hasil hutan yang
Lebih terperinciBAB II KERAJAAN BANJAR DI BANJARMASIN
BAB II KERAJAAN BANJAR DI BANJARMASIN A. Berdirinya Kerajaan Banjar Di Banjarmasin Semula Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang beragama Hindu. Pada akhir abad ke-15 Kalimantan Selatan
Lebih terperinciProsa Tradisional (Hikayat Upu Daeng Menambun) Sinopsis. Bab III
Prosa Tradisional (Hikayat Upu Daeng Menambun) Sinopsis Bab III Kisah bermula dengan pelayaran Upu Deang dengan lima bersaudara. Pelayaran Upu Daeng disertai juga Sultan Muhammad Zainuddin. Baginda berkenan
Lebih terperinciPropinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota
Propinsi KALIMANTAN SELATAN Total Kabupaten/Kota Total Kecamatan Total APBN (Juta) Total APBD (Juta) Total BLM (Juta) : 13 : 151 : Rp. 140.050 : Rp. 14.281 : Rp. 154.330 235 of 342 PERDESAAN PERKOTAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari
Lebih terperinciGambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari
Pasar Apung, oleh Herry Libijanto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135; 0274-882262; Fax: 0274-4462136 E-mail: info@grahailmu.co.id Gambar sampul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam
Lebih terperinciNaskah Drama. Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
Naskah Drama Sejarah Kerajaan Samudera Pasai Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kemunculan kerajaan ini diperkirakan berdiri mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M[1]
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun
BAB V KESIMPULAN Sri Sultan Hamengkubuwono IX naik tahta menggantikan ayahnya pada tanggal 18 Maret 1940. Sebelum diangkat menjadi penguasa di Kasultanan Yogyakarta, beliau bernama Gusti Raden Mas (GRM)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah suatu kejadian nyata masa lalu ataupun suatu perjalanan panjang masa lampau oleh para generasi sebelumnya atau para leluhur yang diabadikan berupa kisah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku, budaya, agama dan adat istiadat yang mempunyai sistem kekerabatan yang berbeda-beda. Sistem kekerabatan
Lebih terperinciNama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1
Nama Kelompok: Agnes Monica Dewi Devita Marthia Sari Dilla Rachmatika Nur Aisah XI IIS 1 Latar Belakang Kesultanan Gowa adalah salah satu kerajaan besar dan paling sukses yang terdapat di daerah Sulawesi
Lebih terperinciVerifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat
Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya Kab.
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum Kota Banjarmasin yang terdiri dari kondisi fisik dasar, pemanfaatan lahan dan kependudukan. Selain itu, dibahas pula
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang
13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
11 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Taman Nasional Gunung Halimun Salak 3.1.1 Sejarah, letak, dan luas kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN I.1. I.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Umat Islam merupakan mayoritas penduduk di Indonesia, Agar kualitas umat Islam meningkat diperlukan suatu wadah yang menampung aktivitas umat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG. A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang. oleh Datuk Sipanduko dan suku melayu oleh Datuk Majalelo.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA TERANTANG A. Sejarah, Letak dan Wilayah Desa Terantang Sejarah Desa Terantang berawal dari beberapa abad silam, daerah Terantang ini dihuni oleh oleh dua kelompok suku
Lebih terperinciHubungan Agama dan Kearifan Lokal terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Banjarmasin
Hubungan Agama dan Kearifan Lokal terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Banjarmasin Oleh: Desy Anindia Rosyida, M.Pd.I Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjary Banjarmasin Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciDATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)
KABUPATEN / KOTA : TANAH LAUT 63.01 TANAH LAUT 1.363 161.086 338.449 1 63.01.01 TAKISUNG 1.191 16.142 33.333 2 63.01.02 JORONG 18.505 16.061 34.566 3 63.01.03 PELAIHARI 3.482 34.358 1.840 4 63.01.04 KURAU.036
Lebih terperinciKONDISI UMUM BANJARMASIN
KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
43 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Gambaran Umum Kota Pontianak 1. Keadaan Geografis Kota Pontianak merupakan ibu kota Propinsi Kalimantan Barat. Luasnya mencakup 107,82 kilometer persegi, yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Dayak atau Daya adalah kumpulan berbagai sub etnis Austronesia yang dianggap sebagai penduduk asli yang mendiami Pulau Kalimantan, lebih tepat lagi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada saat kemerdekaan Republik Indonesia yang di proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 berimbas dengan kesultanan-kesultanan di Sumatera Timur. Pada tanggal
Lebih terperinciLampiran I.63 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014
Lampiran I.6 /Kpts/KPU/TAHUN 0 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI DP Meliputi Kab/Kota 8. KOTA BANJARMASIN
Lebih terperinciKERAJAAN SAMUDERA PASAI
KERAJAAN SAMUDERA PASAI Kerajaan Islam pertama di Indonesia, didirikan oleh Nazimuddin Al-Kamil dan Sultan Malik As-Saleh yang bergelar Marah Sile. Buktinya adalah terdapatnya makam bercirikan Islam dari
Lebih terperinciKISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH PENYUSUN : 1. A. ARDY WIDYARSO, DRS. ID NO :
KISI-KISI PENYUSUNAN SOAL UJIAN SEKOLAH JENJANG PENDIDIKAN : PENDIDIKAN DASAR SATUAN PENDIDIKAN : SEKOLAH DASAR (/MI) MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) ALOKASI WAKTU : 120 MENIT JUMLAH SOAL
Lebih terperinciBAB IV DAMPAK PERANG BANJAR TERHADAP KERAJAAN BANJAR
BAB IV DAMPAK PERANG BANJAR TERHADAP KERAJAAN BANJAR A. Bidang Sosial-Politik Perang Banjar diawali dengan timbulnya perasaan tidak puas dengan situasi dan kondisi saat itu. Perasaan tidak puas itu disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumatera Timur adalah wilayah yang ada di Pulau Sumatera. Kawasan ini didiami oleh beberapa kelompok etnis yaitu Etnis Melayu, Batak Karo dan Batak Simalungun.
Lebih terperinciMENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD
MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Toba, Melayu, Jawa, Pak-pak, Angkola, Nias dan Simalungun dan sebagainya. Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami oleh masyarakat yang multietnis. Hal ini tampak dari banyaknya suku yang beragam yang ada di provinsi ini misalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antarbudaya yang tidak terselesaikan. Dan lanjutnya, Umumnya orang menaruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah (Huntington & Harrison, 2000, hal. 227) mengatakan bahwa pada era globalisasi budaya-budaya lokal yang bersifat keetnisan semakin menguat, dan penguatan budaya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara
BAB V KESIMPULAN Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara merupakan salah satu tempat tujuan maupun persinggahan bagi kapal-kapal dagang dari berbagai negara di dunia. Nusantara
Lebih terperinciBAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian
BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Sumber: Gambar 4.1 Peta Provinsi Banten 1. Batas Administrasi Secara geografis, Provinsi Banten terletak di ujung barat Pulau Jawa yang memiliki luas sebesar 9.160,70
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pencarian Jodoh Muli Mekhanai Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata Pemilihan mempunyai arti proses atau cara perbuatan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi
BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai
Lebih terperinciMETODOLOGI. Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Data Kelurahan Kuin Utara) Peta Kecamatan Banjarmasin Utara. Peta Kelurahan Kuin Utara
METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kuin adalah wilayah sepanjang daerah aliran Sungai Kuin yang terletak di kota Banjarmasin.
Lebih terperinciIslam di Kalimantan Selatan pada Abad Ke-15 sampai Abad Ke -17
Yupa: Historical Studies Journal, 1 (1), 2017: 38-47 ISSN: 2541-6960 Islam di Kalimantan Selatan pada Abad Ke-15 sampai Abad Ke -17 Muhammad Azmi Staf Pengajar Program Konsentrasi Pendidikan Sejarah Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kota-Kota Tepian Air di Indonesia Sumber: Heldiyansyah, 2010
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan tepian sungai adalah termasuk kawasan tepian air yang memiliki beberapa kelebihan, terutama berkaitan dengan fungsi dan aksessibilitas yang lebih strategis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan
Lebih terperinciBAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN
BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada
Lebih terperinciPENINGGALAN KERAJAAN BANJAR DALAM PERSPEKTIF ARKEOLOGI
PENINGGALAN KERAJAAN BANJAR DALAM PERSPEKTIF ARKEOLOGI Bambang Sakti Wiku Atmojo* Balai Arkeologi Banjarmasin, Jalan Gotong Royong II, RT 03/06, Banjarbaru 70711, Kalimantan Selatan; Telepon (0511) 4781716;
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Banten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di ProvinsiBanten, Indonesia. Banten juga dikenal dengan Banten Girang yang merupakan bagian
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM KOTA PEKANBARU Pekanbaru lahir sebelum masuknya penjajahan Belanda ke Indonesia, yang pada masa itu berupa dusun yang bernama : Dusun Payung Sekaki,
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1965 TENTANG PEMBENTUKAN DAERAH TINGKAT II TANAH LAUT, DAERAH TINGKAT II TAPIN DAN DAERAH TINGKAT II TABALONG DENGAN MENGUBAH UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait erat dengan pasar. Pasar di mana-mana sangat besar peranannya, dari pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah dipengaruhi salah satunya dari faktor sosial ekonomi di wilayah tersebut, kegiatan ekonomi di suatu wilayah sangat dominan terkait erat dengan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,
BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG HARI JADI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan catatan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia diawali melalui hubungan perdagangan antara bangsa Indonesia dan India. Hubungan itu kemudian berkembang ke berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Palembang muncul sebagai Kesultanan Palembang sekitar pada tahun 1659 dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Palembang merupakan salah satu wilayah terpenting yang berada di Sumatera dikarenakan keadaan geografinya yang kaya akan sumber daya alamnya dan didominasi oleh
Lebih terperinciBANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN
PERGESERAN BAHASA (LANGUAGE SHIFTING) DALAM KELUARGA BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN KETUA : ANGGOTA: SITI JAMZAROH, S.S., M.HUM. DRS. SAEFUDDIN, M.PD AGUS YULIANTO,S,S., M.PD DRS. SUMADI, M.HUM. TEGUH
Lebih terperinciRevolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah Km, dan
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geografis Parit Hidayat memilikii kondisi geografis dengan tipologi daerah datar dan didominasi oleh tanah gambut dan tanah liat. dengan luas wilayah 517.25 Km,
Lebih terperinci