Jubaidah Monayanti Fathan Jurusan : Pendidikan Seni Drama,Tari dan Musik Anggota Penulis : 1. Riana Diah Sitharesmi 2. Zulkifli S.Pd, M.Sn.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Peranan seni budaya sangat penting dan perlu penanganan yang mendalam didunia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Gorontalo yang terletakdi jalan Bukit Dauda Tuladenggi, Kabupaten

BAB II KAJIAN TEORI. relevan dengan penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa kajian relevan

S I L A B U S MATA KULIAH SENI ANAK USIA DINI II. Oleh : INDRA YENI, S.Pd., M.Pd. NIP

BAB V KESIMPULAN. atau gangguan jiwa, dalam karya ini kegilaan tersebut di kemas dengan lebih

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KEBERADAAN MISUK PADA PROSES MENATA TARI PADA MAHASISWA SEMESTER 4 DAN 6 DI JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATSIK PENULIS FRISKA ILATO ANGGOTA PENULIS

Kata kunci : Tari Srimpi Guitar, koreografi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

Desain Estetik Dalam Komposisi Tari Berpasangan Oleh: Lilin Candrawati.S.

Oleh : NI KOMANG ARI RANI PARWATI

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MODEL DESAIN GERAK TARI KELOMPOK UNTUK PELATIHAN GURU SENI BUDAYA SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, cara berpakaian, dan cara berperilaku antara sesama. Kehadiran seni tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

DAMPAK EKSPLORASI PADA PEMBELAJARAN TARI DI SMP NEGERI 4 KOTA SOLOK. Viska Nanggita Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

2015 TARI KREASI DOGDOG LOJOR DI SANGGAR MUTIARA PAWESTRI PELABUHAN RATU KABUPATEN SUKABUMI

TARI ZAPIN PECAH LIMA SEBAGAI STIMULUS UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DALAM PROSES EKSPLORASI GERAK TARI

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

MATERI 2 PENCIPTAAN DAN PENATAAN TARI

TARI KIPAS MEGA DALAM RANGKA PAMERAN BATIK DI BENTARA BUDAYA YOGYAKARTA 18 JULI 2009 OLEH : WENTI NURYANI

PENDIDIKAN SENI TARI ANAK USIA DINI MELALUI STIMULUS BERKREASI TARI NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENARI TARI KLASIK GAYA SURAKARTA MELALUI PENDEKATAN APRESIASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rachmayanti Gustiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

TEKNIK GERAK BODY CONTACT PADA KARYA TARI GREGET NYALAMI

TARI NAPA DI KECAMATAN PASAR MANNA KABUPATEN BENGKULU SELATAN : TINJAUAN KOREOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mumun Mudiawati, 2013

BAB V PENUTUP KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Penciptaan karya tari ini merupakan penuangan ide serta kreativitas penata

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlukan cara untuk mengembangkan sumber daya manusianya salah satunya

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SILABUS PEMBELAJARAN

Dasar Kreativitas Tari

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni musik sebagai bagian dari budaya dalam rangka menggali serta

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB I PENDAHULUAN. pendukung berupa gagasan, sifat dan warna bunyi. Kendati demikian, dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

Teknik dan Kriteria Evaluasi Pendidikan Seni Tari Dewi Karyati dan Maman Tocharman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEKARTAJI. Kata Kunci: Karakter, Tokoh, dan Sekartaji

BAB. Eksplorasi Gerak Tari: Konsep, Teknik, dan Prosedur. Di unduh dari : Bukupaket.com. Alur Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dan bermanfaat bagi perkembangan kepribadian peserta didik, yang terletak pada

MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK DENGAN LATIHAN GERAK DASARTARI PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PEMBINA MANNA BENGKULU SELATAN KARYA ILMIAH

BAB V PENUTUP. orang penari putri, dua orang penari putra untuk menarikan tari Gendang Beleq

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif adalah prosedur

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN

Pengembangan Aspek Motorik Melalui Aktivitas Ritmik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. SD Kristen Paulus Bandung merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar

3. Karakteristik tari

PROSES PENCIPTAAN TARI SILONGOR DI SMP NEGERI 2 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran seni tari pada saat ini semakin banyak kita jumpai di

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

BAB IV PENUTUP. Gerak miwir, cangkah, sagah, ongkrok, dan liukan badan merupakan fokus gerak

BAB I LATAR BELAKANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia seutuhnya baik secara jasmani maupun rohani seperti yang

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK SEKOLAH DASAR KELAS II SEMESTER 2 TEMA: LINGKUNGAN

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai tunas bangsa dan generasi penerus perjuangan bangsa perlu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

56. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB E)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Proses Pendekatan Persuasif pada Pembelajaran Seni Tari di SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN SENI TARI MELALUI BASIC LEARNING DI SMP NEGERI 17 SURABAYA. Oleh: VINA NUR INDAH SARI NIM:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. umum musik yang meliputi pitch, dinamika, kualitas sonik dari timbre dan


BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 pengertian pendidikan,

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN SENI TARI DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesenian yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MOTIF GERAK TARI MOTIHELUMA SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN KREATIVITAS TARI DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 2 TELAGA BIRU KECAMATAN TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO. Jubaidah Monayanti Fathan Jurusan : Pendidikan Seni Drama,Tari dan Musik Anggota Penulis : 1. Riana Diah Sitharesmi 2. Zulkifli S.Pd, M.Sn Abstrak Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah, apakah dengan mengembangkan motif gerak tari siswa dapat menghasilkan gerak baru yang nantinya akan dirangkai menjadi sebuah tarian baru yang sederhana. Sebab, pembelajaran tari khususnya praktek di SMP Negeri 2 Telaga Biru kurang berjalan dengan baik, sehingga minat siswa dalam menari terhambat, yang membuat pengalaman mereka dalam berkreativitas tidak tersalurkan. Pengembangan motif gerak tari yang akan diterapkan adalah mengambil motif tari motiheluma. Motif yang diambil adalah motif yang sederhana dan mampu dikembangkan oleh siswa SMP pada umumnya, yaitu dengan jumlah lima motif yang terdiri dari motif Art mendak, Art Zig-zag, Art Jinjit, Jalan Zig-zag dan Art Tereretet. Setelah mengembangkan motif siswa merangkai gerak, memberi unsur dinamika, pengolahan ruang yang terdiri dari leveling dan pola lantai, terakhir memberi unsur musik pada hasil rangkaian gerak sebelumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan bentuk penyajian analisis deskriptif. Menentukan apakah pengembangan motif gerak tari dapat berpengaruh dalam praktek tari siswa, peneliti menentukan tahap pengumpulan data primer yaitu, pengembangan motif, membuat komposisi tari, dan data yang

diperoleh akan dianalisi secara deskriptif. Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Telaga Biru khusunya kelas VIII-1 yang berjumlah 22 orang yang menjadi populasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pengembangan motif gerak tari motiheluma yang merupakan jenis tari kreasi yang bernuansa tradisi juga dapat digunakan sebagai metode untuk mengembangkan kreativitas siswa kelas VIII-1. Terbukti dengan siswa menyajikan kepada peneliti kemampuan mereka dalam merangkai gerak dan mengkomposisi tari. Kata Kunci : Pengembangan Motif, Tari, Kreativitas. PENDAHULUAN Peranan seni budaya sangat penting dan perlu penanganan yang mendalam didunia pendidikan. Seni budaya merupakan pelajaran yang mengajarkan tentang kesenian. Pembelajaran seni budaya biasanya juga dikaitkan dengan masingmasing kebudayaan daerah. Salah satu bidang yang diajarkan pada pembelajaran seni budaya adalah seni tari. Seni tari ini terbagi atas beberapa materi yang diajarkan yaitu, Dasar-dasar Tari, Tari Tradisi, Tari Bentuk dan Kreativitas Tari. Materi-materi ini diajarkan dengan pendekatan maupun metode yang berbedabeda. Beberapa sekolah menengah pertama di kabupaten Gorontalo, dalam pembelajaran kreativitas tari menggunakan cara yang berbeda-beda dalam penyajian materi tersebut. Kreativitas tari merupakan materi yang dapat merangsang dan memicu kreativitas dari siswa itu sendiri. Sekarang ini seiring perkembangan jaman dan disesuaikan dengan karakteristik dari siswa maka perlu adanya menanamkan kepada para siswa akan pentingnya tetap menjaga kebudayaan lokal diantara maraknya budaya popular yang berkembang di masyarakat. Kreativitas seperti inilah yang perlu ditanamkan terhadap peserta didik, Yang nantinya dapat dituangkan oleh mereka dalam sebuah karya cipta yang terbentuk dari kreativitas tersebut. Karya cipta yang dimaksudkan adalah bagaimana siswa dapat berkreasi dalam membuat sebuah karya khususnya tari.

Abdurahim Labantu selaku guru pengajar seni budaya di SMP Negeri 2 Telaga Biru mengatakan bahwa, kompetensi dasar dalam pengajaran tari kurang tercapai, siswa tidak berhasil membuat kreasi tari, dikarenakan pengetahuan tari oleh siswa yang masih sedikit, siswa belum mendapatkan bentuk-bentuk yang jelas. Penyajian materi disekolah tersebut dengan menggunakan metode diskusi dapat dinilai pasif. Materi kreativitas membutuhkan keaktifan dalam pembelajaran, sehingga perlu adanya pembelajaran yang aktif. Apabila hanya berasumsi melalui diskusi tanpa praktek maka pembelajaran kreativitas tersebut tidak efektif. Memerlukan referensi pendukung dalam mencapai materi, apalagi yang berkaitan dengan sebuah kreativitas. Referensi dapat berupa video-video tari, buku-buku penunjang kreativitas tari atau melihat secara langsung pertunjukan pagelaran tari. Melihat keadaan tersebut, maka peneliti menawarkan sebuah metode alternatif pembelajaran kreativitas tari di kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Telaga Biru yakni dengan pengembangan motif gerak tari. Motif adalah sebuah gerak yang mengacu pada rangsang yang didapatkan (Smith 1985:36). Motif-motif tari yang diberikan kepada siswa sebagai rangsang kinestetik akan dikembangkan melalui ekplorasi dari segi ruang, tenaga dan waktu sehingga menghasilkan pengembangannya atau sub-sub motif. Rangsang kinestetik adalah rangsang yang didapatkan dari penyusunan tari berdasarkan gerak itu sendiri (Smith 1985:22). Peneliti memilih salah satu tarian yang ada dan kemudian mengambil beberapa motif sederhana dalam tarian tersebut untuk dikembangkan. Tari yang di pilih dalam peneltian ini adalah tari motiheluma, yang merupakan tari kreasi baru. Pemilihan tari ini karena memiliki motif-motif sederhana yang dapat diterapkan dalam siswa SMP. Tari motiheluma merupakan hasil karya dari peneliti sendiri. Tari ini bertemakan tentang kebersamaan, dengan maksud mengajak masyarakat Gorontalo untuk sama-sama tetap melestarikan budaya Gorontalo. Ditengahtengah maraknya budaya-budaya popular yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat gorontalo. Tari motiheluma diciptakan pada tahun 2012 dengan 5 penari yang terdiri dari 3 perempuan dan 2 laki-laki, yang kemudian dipentaskan

pertama kali pada Pagelaran Tari Sendratasik Universitas Negeri Gorontalo. Tarian ini telah beberapa kali dipentaskan, diantaranya pada pemilihan Putra-Putri Pariwisata Provinsi Gorontalo dan pada Ulang Tahun Universitas Negeri Gorontalo yang ke-49. Tari ini merupakan tari kreasi baru, yaitu mengarah kepada kebebasan dalam pengungkapan ekpresi yang tidak berpijak pada pola tradisi sebelumnya akan tetapi dasar dari tarian ini adalah tradisi. Motif-motif yang ada dalam tarian ini adalah hasil dari berprosesnya peneliti dengan alam sekitar dan berdasarkan pengalaman peneliti yang telah beberapa kali menari tari tradisi dari daerah Gorontalo. Melalui pengembangan motif gerak tari motiheluma, maka siswa diharapkan dapat lebih mudah mencapai standar kompetensi yang ada. Siswa lebih dapat terarah dengan pendampingan dari guru setiap tahap pertahap. Guru mengintruksikan secara berkelanjutan setiap tahapan yang telah selesai dilaksanakan oleh siswa yang dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya lagi. Instruksi tersebut mempermudah siswa dalam berkreativitas tari, sehingga indikator capaian akan tercapai dengan materi kreativitas tari yang di sajikan dengan memberikan terlebih dahulu beberapa motif dari tari motiheluma. Motif tersebut dikembangkan oleh siswa, hasil pengembangan motif dirangkai menjadi beberapa gerakan yang dapat dijadikan satu tarian dengan memberikan komposisi tari didalamnnya sehingga menjadi satu tarian sederhana yang diciptakan oleh kreativitas siswa yang kemudian dapat didemonstrasikan didepan kelas secara individu atau berkelompok. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pembelajaran Pembelajaran adalah prespektif. Prespektif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal. Teori pembelajaran yakni teori yang menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar (Dimiyanti dan Mudjiono 2004 : 37). Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang dapat saling bertukar ilmu ataupun pikiran untuk sebuah proses. Pembelajaran dapat disampaikan

melalui sebuah metode. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran, oleh karena itu metode mengajar digunakan sebagai alat untuk menciptakan proses mengajar dan belajar. Metode diharapkan dapat menumbuhkan berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru, dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif. Interaksi ini, guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. 2. Komposisi Tari/Penataan Tari Penelitian ini, peneliti akan menggunakan tiga pendapat para ahli dalam komposisi tari/penataan tari. Pengembangan motif akan menggukan pendapat Sal Murgianto dalam bukunya koreografi. Buku ini terdapat beberapa materi yang merupakan pendapat dari Sal Murgiyanto untuk digunakan dalam penelitian ini, yaitu mengembangakan motif melalui ruang, tenaga, volume dan waktu. Elemenelemen ruang, waktu, volume dan tenaga, sama sekali tidak bisa dipisahkan. Tenaga dibutuhkan oleh seseorang untuk bergerak didalam ruangan dengan volume yang disesuaikan, sedangkan bergerak dalam ruangan selalu membutuhkan waktu (Murgiyanto 1979:32). Teori inilah yang membantu peneliti dalam mengembangkan motif yang diberikan kepada siswa. Dengan mengembangkan motif dari segi ruang, tenaga, volume dan waktu, siswa akan lebih mudah mengembangkan motif gerak tari. Melanjutkan pengembangan motif gerak tari diatas, peneliti menggunakan pendapat Jaqueline Smith dalam buku Koreografi Tari menggunakan metode konstruksi I. Bukan tidak mungkin bahwa tari disusun berdasarkan gerak itu sendiri, gerak atau frase tertentu berfungsi sebagai rangsang kinestetis (Smith 1985:22). Berdasarkan pendapat tersebut, membuat tari juga dapat menggunakan rangsang kinestetis. Meskipun tidak berkecenderungan untuk mengalihkan gagasan apapun, akan tetapi ketika itu dapat dikatakan gerak yang memiliki gaya, suasana, dinamis, pola atau bentuk bentuk, dapat digunakan dan dikembangkan

untuk membentuk tari. Oleh karena itu menggunakan rangsang kinestetik juga dapat digunakan dalam membuat sebuah karya tari. Dari hasil pengembangan motif gerak tari motiheluma siswa dapat merangkai gerak melalui imajinasi mereka. Gerak mempunyai makna dan relevansi gagasan terbentuknya tari, gerak begitu menarik dan mempunyai aksi yang orisinil, dinamis dan berpola ruang. Gerak juga mempunyai potensi untuk dikembangkan (Smith 1985:31). Melalui gerak siswa berfikir akan mengungkapkan ekpresinya. Semua itu dapat terlihat dari pengembangan yang dilakukan, sehingga dalam merangkai gerak akan lebih mudah dilakukan. Hasil rangkaian gerak yang dibuat siswa diberi penekanan, agar terlihat kekuatan atau tenaga dalam bergerak. Gerak yang dirangkai siswa menjadi sebatas gerak-gerak, Apabila peneliti tidak menugaskan siswa memberi unsure-unsur komposisi tari seperti unsur dinamika. Dinamika pada dasarnya merupakan pengetahuan tentang efek-efek kekuatan dalam menghasilkan gerakan (Setiawati, 2008:235). Dinamika berhubungan dengan cepat lambatnya gerak, sehingga dibutuhkan kepekaan tubuh untuk mengahasilkan kualitas gerak. Sebuah rangkaian gerak tari dibutuhkan ruang untuk melakukannya, ruang dapat dieksplor untuk mengembangkan gerak, tetapi ruang tersebut tidak sepenuhnya digunakan tanpa alasan. Untuk itu ruang tersebut dibatasi atau diberi pola untuk dapat dimanfaatkan. Garis-garis yang dilalui penari disebut desain lantai (Setiawati, 2008:228). Dari pendapat tersebut siswa diberi kebebasan untuk menggunakan ruang dalam bergerak. Tidak diam disatu titik saja, tetapi sebelumnya siswa menentukan bentuk garis seperti apa yang harus digunakan, karena bentuk dari pola lantai bermacam -macam seperti garis lurus, lengkung dan zig-zag. Terakhir menggunakan pendapat dari Doris Humprey dalam bukunya Seni Menata Tari sebagai pemberian unsur musik. Pemilihan musik untuk tari diperlukan beberapa pertimbangan. Disesuaikan dengan kebutuhan, serta fungsi musik harus jelas sebagai ilustrasi atau mengiringi gerak tari. Tari bukannya seni yang berdiri sendiri, ia bagaikan seorang putri yang membutuhkan pasangannya yang simpatik, yaitu musik. Musik dibatasi oleh melodi, ritme dan dramatik.

Aspek -aspek melodis, ritmis dan dramatis musik merupakan hal hal yang erat hubungannnya dengan tubuh dan kepribadian manusia, sehingga music dapat dipergunakan sebagai pencipta suasana dan sebagai pengiring (Humphrey, 1983:158). Musik dapat menggugah rasa untuk mengekpresikan gerak. Peneliti menginginkan hasil rangkaian gerak yang dibuat siswa diberi unsur musik. Musik sebagai pengiring tarian, yang dapat menjadi pembelajaran bagi siswa mengahayati musik, sehingga tercapai ketepatan gerak dan irama. Empat pendapat para ahli tersebut dipakai dalam penelitian ini karena, pendapat Murgiyanto membantu peneliti dalam mengembangkan motif. Pendapat Smith, Setiawati dan Humphrey membantu peneliti dalam mengkomposisi tari. Sehingga semua pendapat para ahli tersebut dimasukkan peneliti dalam penelian ini untuk mempermudah dalam melakukan dan mencapai hasil penelitian yang diharapkan. 3. Kreativitas Kreativitas merupakan sebuah kegiatan yang aktif. Menemukan kreativitas tersebut harus dengan praktek langsung ke lapangan sehingga dapat dirasakan secara langsung apa yang dimaksudkan dengan kreativitas. Sebuah kreatif dapat tercipta dari adanya kemampuan manusia dalam menghasilkan sesuatu. Ide baru untuk diterapkan yang menjadi kemampuan siswa dalam menghasilkan sesuatu yang dimaksudkan sebelumnya serta menambah dan memperkaya ide-ide sebelumnya. Kreativitas adalah kegiatan imajinatif atau sistesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman tetapi kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal siapa penciptanya (Sedyawati 2001:9). Hasil rangkaian gerak yang telah diberi unsur komposisi tari oleh siswa, akan menjadi satu karya baru bagi siswa dan menjadi pengalaman yang belum ada sebelumnya. Sehingga terciptalah kreativitas dari siswa-siswa.

TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan ini adalah memicu kreativitas siswa dan juga menerapkan metode pembelajaran baru terhadap siswa khususnya dalam pembelajaran tari, sehingga siswa dapat mendemonstrasikan tari kreasi baru yang sederhana di depan kelas. METODE PENULISAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk memicu kreativitas siswa dalam berkreasi tari pada siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Telaga Biru. Dilaksanakan delapan kali pertemuan melalui dua tahap penilaian kemampuan siswa. Kedua tahap yang dimaksud adalah kemampuan siswa mengembangkan motif gerak tari dan mengkomposisi tari. Berdasarkan survei yang telah dilakukan sebelumnya, bahwa siswa kelas VIII-1 SMP Negeri 2 Telaga Biru telah pernah mendapatkan beberapa tari bentuk dan tari bentuk tersebut merupakan tari-tari dari daerah Gorontalo, maka peneliti memilih menerapkan pengembangan motif gerak tari sederhana dari salah satu tari jenis tari kreasi. Pengambilan tari kreasi karena tari ini telah digarap sebelumnya oleh peneliti dengan didalamnya terdapat beberapa motif tari yang sederhana yang dapat diterapkan kepada siswa sebagai metode pembelajaran kreativitas tari. Pengembangan motif ini diterapkan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 80 menit setiap kali pertemuan. Pertemuan pertama diberikan dua motif untuk dikembangkan dan pertemuan ke dua diberikan tiga motif. Enam kali pertemuan yang tersisa digunakan dalam mengkomposisi tari, dengan alokasi waktu yang sama pada setiap pertemuan.

Pertemuan 1 Pertemuan pertama peneliti yang bertindak sebagai guru pengajar, memberikan terlebih dahulu pengantar tentang materi dan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran kreativitas tari. Pertama-tama guru memberi pemahaman tentang gerak adalah salah satu unsur pokok dalam tarian. Kemudian masuk pada penjelasan tentang pengembangan motif gerak tari. Pengembangan motif gerak tari ini dijelaskan guru dengan mengembangankan motif dari segi ruang, tenaga, waktu dan volume. Setelah penjelasan dipaparkan, kemudian guru memberikan contoh. Contoh yang diberikan adalah salah satu motif yang ada dalam tari motiheluma. Setelah siswa paham dengan penjelasan guru, langkah selanjutnya guru memberikan dan memperagakan lima motif tari motiheluma yang akan diberikan kepada siswa dan kemudian yang akan dikembangkan oleh para siswa. Pertemuan 2 Pertemuan kedua peneliti memberikan 2 motif tari yang akan dikembangkan oleh siswa. Penerapan motif ini dilakukan oleh peneliti dengan metode demonstrasi, yaitu peneliti mempraktekkan motif tari didepan kelas kemudian siswa menirukan. Langkah berikut peneliti menginstruksikan siswa untuk mengembangakan motif tersebut sesuai dengan penjelasan cara mengembangankan motif tari pada pertemuan pertama dan peneliti yang bertidak sebagai guru mengamati aktivitas siswa yang telah diinstruksikan. Pertemuan 3 Pertemuan ketiga peneliti meberikan tiga motif berikutnya kepada siswa. Cara peneliti memberikan motif sama seperti pemberian dua motif sebelumnya. Peneliti memperagakan motif tiga didepan kelas kemudian siswa menirukannya. Setelah siswa lancar dengan motif tersebut kemudian siswa mengembangkan motif ketiga. Demikian juga dengan motif empat dan lima dilakukan cara yang sama. Pertemuan 4

Pertemuan keempat digunakan peneliti untuk mengevaluasi lima pengembangan motif yang telah dilakukan oleh siswa. Siswa maju satu persatu didepan dan mempraktekkan lima motif tersebut. Pertemuan 5 Pertemuan kelima Peneliti melangkah pada tahap berikut setelah siswa melakukan pengembangan motif tari sebanyak 5 motif. Tahap tersebut adalah komposisi tari. Sebelum masuk ke tahap tersebut, terlebih dahulu siswa dibagi dalam 4 kelompok. Pada komposisi tari, peneliti mengelompokkan siswa karena indikator capaian yang dipilih peneliti pada Standar kompetensi adalah menggelar pertunjukan karya seni tari berkelompok dikelas. Selain itu juga, dengan berkelompok, komposisi tari akan lebih mudah dilakukan. Empat unsur telah ditentukan oleh peneliti yang harus dibuat oleh siswa, yaitu merangkai gerak dari hasil pengembangan motif, memberi unsur dinamika, pengolahan ruang yang terdiri dari leveling dan pola lantai, dan yang terakhir memberi unsur musik. Pertemuan kelima ini peneliti menugaskan kepada siswa merangkai gerak, tetapi sebelumnya dijelaskan terlebih dahulu indikator-indikator yang harus dicapai. Peneliti memberikan contoh rangkaian gerak yakni menggabungkan motif-motif tari yang telah diberikan sebelumnya yang dikembangkan siswa. Dari contoh yang peneliti berikan, siswa mulai mencoba merangkai gerak dan Peneliti mendampingi siswa. Pertemuan 6 Pada pertemuan keenam peneliti menugaskan siswa untuk mendemonstrasikan kembali hasil ragkaian gerak yang telah dibuat. Hasil rangkaian gerak yang siswa buat, belum terlihat dinamika walaupun sudah menggunakan hitungan, sehingga hasil rangkaian terlihat datar. Peneliti menugaskan siswa untuk member unsure dinamika dan level pada hasilkreativitas mereka, dengan terlebih dahulu peneliti memberikan petunjuk dari instruksi yang telah diberikan. Pertemuan 7 Pertemuan ketujuh ini peneliti menugaskan siswa membuat pola lantai. Peneliti menentukan pola lantai yang sesuai dengan kemampuan siswa kelas VIII

pada umumnya, yaitu pola lantai dasar yang tercipta dari pengembangan garis lurus, seperti garis lurus ke depan, belakang, samping kanan dan kiri, segitiga, segi empat, setengah lingkaran dan lingkarang penuh. Sebelum siswa melakukan tugas yang diberikan, peneliti memberikan penjelasan dan contoh, begitu pula pada unsur tari pola lantai. Saat siswa mulai membuat pola lantai peneliti mengamati dan memberi arahan apabila siswa mengalami kesulitan saat membuat. Pertemuan 8 Pertemuan kedelapan, peneliti melangkah pada tahap terakhir yakni pemberian unsur musik dari hasil kreativitas masing-masing kelompok siswa. Salah satu fungsi musik dalam tari adalah sebagai pengiring tari, sehingga perlu adanya penghayatan dalam musik yaitu cepat lambat ritme. Apabila siswa bisa menghayati musik maka tidak megalami kesulitan dalam menyesuaikan gerak yang dibuat dengan iringan musik. Peneliti menawarkan beberapa jenis musik, baik musik tari tradisi, modern, kreasi dan musik bebas yang bergendre dangdut, klasik dan disko. Tahap ini diawali dengan penjelasan fungsi musik dalam tari dan begaimana menghayati musik sehingga mudah menyesuaikan dengan gerak yang telah dirangkai. Siswa memilih satu persatu lagu yang peneliti tawarkan, kemudian disesuaikan dengan hasil dari rangkaian mereka, apabila dirasakan belum tepat siswa bisa mengganti dengan jenis musik yang sesuai. Akhir pertemuan siswa bergiliran mendemonstrasikan secara perkelompok hasil rangkaian gerak yang telah diberi musik. PEMBAHASAN Pengembangan motif gerak tari motiheluma sebagai metode pembelajaran kreativitas tari dikelas VIII-1 SMP Negeri 2 Telaga Biru Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Pengembangan motif yang diterapkan adalah motif-motif yang diambil dari tari motiheluma yang tingkat kesulitannya disesuaikan dengan keadaan siswa SMP khususnya kelas VIII. Motif yang diberikan dapat dilihat pada deskripsi motif yang telah dipaparkan sebelumnya.

Motif yang diterapkan terdiri dari 5 motif yang dibagi dalam 2 kali pertemuan. Pertemuan ke-1, 2 motif yang diberikan kepada siswa untuk dikembangkan. Pertemuan ke-2, diberikan 3 motif terakhir yang akan dikembangkan. Pemberian motif, 3 motif berbeda antara laki laki dan perempuan sedangkan 2 motif diambil motif yang sama dari tari motiheluma. Setelah siswa mengembangkan motif, peneliti menugaskan siswa untuk merangkai gerak dari hasil pengembangan motif tari, tidak dibatasi pada siswa untuk mereka membuat variasi atau gerak sendiri. SMP Negeri 2 Telaga Biru menjadi tempat diadakan penelitian. Dengan pertimbangan sekolah ini belum terlalu maju dalam bidang seni. Pengalaman siswa-siswinya masih kurang, khususnya dalam bidang tari, sehingga peneliti tertarik memberikan sesuatu yang baru pada mereka. Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai dengan Juni 2013, Awal tanggal 15 April sampai 5 Juni 2013. Objek penelitian adalah kelas VIII-1 yang berjumlah 22 orang yang terdiri dari laki laki 10 dan perempuan 12. Siswa dikelas ini rata-tara memiliki minat dan bakat dibidang seni. Peneliti menargetkan 8 kali pertemuan dalam 2 bulan, seminggu satu kali pertemuan setiap jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Rancangan peneliti disesuaikan dengan waktu 8 kali pertemuan yaitu, pertemuan 1 penjelasan materi motif, pengembangan motif tari dan tari yang akan diambil motif tariannya yang akan dikembangkan. Peretemuan ke-2 penerapan dan pengembangan motif 1 dan 2. Pertemuan ke-3 penerapan motif dan membuat pengembanga motif 3, 4, dan 5. Pertemuan ke-4 evaluasi pengembangan motif gerak tari. Pertemuan ke-5 merangkai gerak, Pertemuan ke-6 memberi unsur dinamika dan leveling pada hasil rangkaian gerak. Pertemuan ke-7 membuat pola lantai dan pertemuan ke-8 memberi unsur musik. Pengembangan motif dan merangkai gerak dan memberi unsur musik merupakan tahap yang membutuhkan waktu lebih lama melakukannnya, dengan pertimbangan waktu yang hanya 80 menit serta kemampuan siswa melakukannnya, karena apa yang diterapkan merupakan hal yang pertama kali dilakukan. Pengembangan motif tidak cukup dilakukan dalam

satu kali pertemuan, karena motif yang akan dikembangkan ada lima motif, sedangkan siswa belum pernah melakukan kegiatan ini, oleh karena itu peneliti membagi dalam dua kali pertemuan untuk mengembangkan lima motif tersebut. Begitu pula dengan merangkai gerak dan memberi unsur musik. Satu kali pertemuan belum seluruh siswa dapat merangkai gerak maupun memberi unsure musik, sehingga dilanjutkan dalam pertemuan ke-2 untuk lebih memaksimalkan hasil yang mereka buat. Apabila sudah ada gerak maka siswa tidak kesulitan memberi unsur dinamika, leveling dan pola lantai. Dinamika, leveling digabung dalam 1 kali pertemuan, karena tingkat kesulitannya rendah, pola lantai membutuhkan waktu 1 kali pertemuan karena siswa masih mencoba-coba membuat model-model pola lantai yang dicontohkan peneliti, mencocokkan dengan gerak yang mereka buat. Penerapan pengembangan motif ini peneliti turun langsung sebagai guru yang memberikan pembelajaran tersebut. Alasan peneliti turun langsung terhadap siswa, karena motif-motif yang diambil untuk dikembangkan adalah motif yang telah dihasilkan dari pemikiran peneliti sendiri dalam merangkai tari motiheluma. Tari ini adalah tari yang 5 motifnya diambil untuk dikembangkan oleh siswa sebagai kreativitas tari dikelas tersebut. Tahap selanjutnya juga peneliti turun langsung menerapkan pembelajaran tersebut, yaitu tahap merangkai gerak, memberi unsur dinamika, leveling, pola lantai dan pemberian unsur musik. Proses pelaksanaan penelitian ini dibagi dalam 2 tahap yaitu, tahap 1, pengembangan motif gerak tari dilakukan dalam 2 kali pertemuan, pertemuan 1 mengembangkan 2 motif pertama dan pertemuan 2 mengembangkan 3 motif terakhir. Pada jam pelajaran terakhir diadakan evaluasi hasil oleh tubuh siswa. Tahap 2 membuat komposisi tari yang dibagi dalam 5 unsur yaitu merangkai gerak dari hasil pengembangan motif, memberi unsur dinamika, leveling, pola lantai dan pemberian unsur musik. Siswa ditugaskan merangkai 6 gerak yang diambil dari pengembangan motif tari dengan menambahkan gerakan awal dan penutup. Peneliti mempertimbangkan kemampuan siswa yang baru pertama

kalinya melakukan hal seperti ini, baik dalam proses pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler, tetapi peneliti tidak membatasi siswa mengembangkan gerak tersebut. Dari hasil rangkaian gerak, siswa ditugaskan kembali unsur dinamika atau efek-efek kekuatan dalam gerak, dilanjutkan memberi unsur leveling yang bertujuan rangkaian gerak akan terlihat bervariasi, ada gerak yang dilakukan pada level bawah, level tengah dan atas. Untuk tidak menimbulkan kesan menoton pada rangkaian gerak, peneliti menugaskan mebuat pola lantai sederhana seperti garis lurus ke depan, belakang, samping kiri kanan, segi tiga dan melengkung. Pola lantai sederhana disesuaikan dengan kemampuan siswa kelas VIII yang pengalaman berkeseniannya masih kurang. Terakhir memberi unsur musik pada hasil rangkaian gerak, tahap ini peneliti lakukan untuk lebih mengasah daya kreativitas siswa, karena siswa akan menyesuaikan gerak yang dirangkai dengan musik. Peneliti menawarkan beberapa musik dan siswa memilih sendiri yang dianggap sesuai dengan gerak. Evaluasi dilakukan pada setiap tahap pengembangan motif, merangkai gerak, memberi unsur dinamika, leveling, pola lantai dan memberi unsur musik. Pelaksanaan evaluasi dilakukan setelah penerapan setiap tahap yang dilakukan pada akhir pertemuan, evaluasi tidak dilakukan pada awal pertemuan pelajaran, karena peneliti memberi kesempatan siswa berproses melakukan apa yang ditugaskan dengan sungguh-sungguh. Hasil siswa pada tahap 1 bervariasi, ada yang memperoleh nilai baik, cukup dan kurang, tetapi jika dirata-ratakan kemampuan siswa kelas VIII-1 melakukan pengembangan motif memperoleh nilai baik, siswa mampu mengembangkan motif yang telah diberikan oleh peneliti. Untuk siswa yang memperoleh nilai cukup dan kurang dipengaruhi oleh minat yang kurang dalam bidang tari, sehingga mereka tidak berusaha melakukan pengembangan motif dengan baik. Hasil siswa pada tahap 2 tidak jauh berbeda dengan hasil siswa pada tahap 1 yaitu, perolehan nilai yang bervariasi serta penyebab siswa yang

memperoleh nilai cukup dan kurang. 5 unsur yang diterapkan pada tahap ini memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda, siswa menemui kesulitan saat memberi unsur dinamika dan leveling, terbukti dengan beberapa orang siswa yang tidak memasukkan unsur tersebut pada hasil rangkaian gerak mereka. Siswa tidak berani atau percaya diri mencoba memasukkan kedua unsur tersebut karena tidak terbiasa mengalami kesulitan, walaupun siswa sendiri yang memilih musik yaitu memperhatikan ritme atau ketukan irama mempengaruhi ketepatan gerak dan irama. Setiap tahap ada kesulitan dan ada kemudahannya, begitu pula dengan siswa yang merasa mudah pada tahap 1 tetapi pada tahap 2 kesulitan. Dari pengamatan peneliti dan hasil yang mereka peroleh pada setiap tahap, siswa merasa kesulitan pada mengembangkan motif, khususnya mengembangkan motif pertama. Begitu pula saat memberi unsur dinamika dan leveling serta saat memberi unsur musik. Peneliti menyimpulkan kesulitan yang mereka dapatkan karena, belum terbiasa melakukan atau mencoba, tetapi setiap tahap yang dilakukan peneliti, rasa ingin tahu siswa tinggi, sehingga mereka semangat melakukannya. Siswa merasa senang dengan apa yang diterapkan karena merupakan hal yang baru dilakukan. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Pengembangan motif gerak tari dapat dijadikan sebagai sebuah kreativitas siswa dalam mencipta tari. Motif tari tradisi juga dapat digunakan sebagai sebuah metode pemebelajaran tari dengan pengembangan motif gerak tari. 2. Saran Dalam menyampaikan materi kreativitas khususnya tari, sebaiknya menggunakan metode yang cocok dengan materi tersebut, agar materi dapat tersampikan dan siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN : Murgiyanto, S. (1979). Koreografi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Humphrey, D. (1983). Seni Menata Tari (The Art Of Making Dance). Dewan Kesenian Jakarta, Jakarta. Smith, J. (1985). Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Tari Bagi Guru (terjemahan Ben Suharto). Ikalasti, Yogyakarta. Dimyanti dan Mudjiono. Jakarta. (2009). Belajar Dan Pembelajaran. Rineke Cipta, Sedyawati, E. (2001). Ayo Menari. Grasindo, Jakarta. Setiawati, R. (2008). Seni Tari Untuk SMK. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.