BAB I PENDAHULUAN. dasar favorit. Pada lembaga persekolahan ini tidak cukup ruang bagi masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesejahteraan negara adalah cita cita luhur dari founding father kita.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang dan

DISPARITAS KEMISKINAN MASIH TINGGI - SEPTEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan.

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun.

Tingkat Kemiskinan Kabupaten Pasaman Barat dan Propinsi Sumatera Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Milleniun

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan. sumber daya manusia. Karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel Alokasi Anggaran per Sasaran/Urusan. Anggaran Realisasi Realisasi % Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA KESEHATAN DAERAH (RAKERKESDA) PROVINSI SULAWESI TENGAH KAMIS, 17 MARET 2011

I. PENDAHULUAN. dan berjalan sepanjang perjalanan umat manusia. Hal ini mengambarkan bahwa

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2016

PENDAHULUAN Latar Belakang

DEFISI DAERAH TERPENCIL

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua lapisan masyarakat yang memenuhi syarat kuantitas dan kualitasnya.

BAB 16 PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

Pendahuluan Landasan Hukum Hak-Hak Anak Batasan Usia Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

I. PENDAHULUAN. sensitif menghadapi era globalisasi. Oleh karena itu, pendidikan memiliki

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011

PENYELENGGARAAN TK-SD SATU ATAP

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

LPF 1 MEMAHAMI KONSEP PERENCANAAN BERBASIS HAK (90 MENIT)

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel Capaian Kinerja dan Anggaran Tahun 2016

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

9 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH): ANTARA PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PENGENTASAN KEMISKINAN

Tabel 7.2 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PRAKTIK CERDAS DANA INISIATIF: SPM Bidang Kesehatan: Satuan Beban Pelayanan (unit cost) dan Bantuan Keuangan Khusus Kesehatan. Tantangan atau Peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini

Standar Pelayanan Minimal (SPM) merupakan urusan wajib yang harus dipenuhi oleh pemerintah

EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, ada kecenderungan bahwa program pendidikan dasar yang bermutu hanya diorientasikan untuk orang dan kelompok tertentu, terutama pada institusi pendidikan yang diklaim oleh masyarakat sebagai lembaga pendidikan dasar favorit. Pada lembaga persekolahan ini tidak cukup ruang bagi masyarakat lain untuk mengakses pendidikan tersebut. Apabila dibiarkan, maka kondisi ini dapat berdampak pada perlakuan yang diskriminatif terhadap anak bangsa. Di samping itu masih banyak anak usia sekolah dasar yang belum terjangkau oleh program pendidikan dasar, kalaupun sekolah tersedia dalam jarak yang terjangkau, kendala-kendala psikologis dan budaya masih menghalangi mereka untuk memasuki sekolah. Proses pendaftaran dan penerimaan siswa baru merupakan masalah klasik dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mengemuka lagi-lagi adalah mahalnya biaya pendidikan. Orang tua murid, terutama dari kalangan kurang mampu, mengalami kebingungan mencarikan sekolah bagi anaknya, dengan biaya yang dapat dijangkau. Apalagi mengingat bahwa biaya hidup semakin mahal, dan kemampuan ekonomi masyarakat luas kita masih banyak yang belum mampu mengimbangi biaya masuk sekolah yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Rendahnya kemampuan ekonomi sebuah keluarga rumah tangga sangat miskin (RTSM) membawa dampak pada buruknya nutrisi dan gizi, serta menyebabkan banyak anak-anak yang tidak dapat melanjutkan pelajarannya dibangku sekolah. Sebagian diantaranya harus bekerja keras membantu mencari 1

nafkah untuk keluarganya dan ada yang terpaksa menjadi anak jalanan. Semakin besarnya jumlah anak usia sekolah yang tidak mampu memperoleh pendidikan yang layak akan memperburuk kondisi sosial, ekonomi, dan politik pada masa yang akan datang dan mengakibatkan beban sosial yang sangat tinggi terhadap negara. (Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial RI, 2009:5) Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sistem jaminan sosial, mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH). Tujuan umum program ini adalah untuk meningkatkan jangkauan atau aksesibilitas masyarakat tidak mampu terhadap pelayanan publik khususnya pendidikan dan kesehatan. Untuk jangka pendek, melalui pemberian bantuan uang tunai terhadap RTSM, program ini diharapkan dapat mengurangi beban pengeluaran RTSM. Sedangkan untuk jangka panjang, melalui kewajiban yang ditentukan, diharapkan akan terjadi perubahan pola pikir dan perilaku terhadap perbaikan setatus kesehatan anak-anak dan ibu hamil serta tingkat pendidikan anak-anak RTSM tersebut. (Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial RI, 2009) Pelaksanaan PKH ini secara berkesinambungan, setidaknya hingga tahun 2015 akan mempercepat pancapaian tujuan Pembangunan Milenium ( Millennium Development Goals atau MDGs). Setidaknya ada 5 komponen MDGs yang secara tidak langsung akan terbantu oleh PKH yaitu, pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar, kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita, dan pengurangan kematian ibu melahirkan. (Direktorat Jaminan Kesejahteraan Sosial RI, 2009:2) 2

Strategi peningkatan akses terhadap sekolah kini telah tersedia (seperti; program BOS, wajib belajar 9 tahun, pendidikan kesetaraan), tetapi angka partisipasi sekolah di Indonesia, khususnya bagi anak-anak RTSM, masih belum optimal. PKH pendidikan mensyaratkan anak-anak dari keluarga penerima bantuan harus terdaftar di sekolah dan menghadiri kegiatan belajar. (Direktorat Jaminan kesejahteraan sosial, 2008:8). Jadi, PKH pendidikan memperkuat upaya pemerintah selama ini dalam meningkatkan pelayanan pendidikan, yang pada gilirannya akan berimplikasi positif pada peningkatan status pendidikan masyarakat Indonesia. Malucio and Flores dalam Direktorat jaminan Kesejahteraan Sosial (2008:4) mengemukakan komponen pendidikan dalam PKH dikembangkan dalam rangka meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar (wajib belajar sembilan tahun), khususnya bagi anak-anak dari RTSM, serta untuk mengurangi angka pekerja anak. Pengalaman negara lain yang sudah mengadopsi program serupa terbukti memberi dampak positif terhadap peningkatan status pendidikan serta penurunan angka pekerja anak. Hasil evaluasi dampak the Nicaraguan Red de Proteccion Social (RPS), misalnya, menunjukan bahwa program tersebut berhasil meningkatkan angka partisipasi anak di sekolah sebesar 18% dan secara signifikan berhasil menurunkan angka pekerja anak usia 7-13 tahun sebesar 5 poin. Persyaratan yang ditetapkan untuk komponen pendidikan dalam PKH adalah mendaftarkan peserta didik dan memenuhi jumlah kehadiran yang ditetapkan dalam program. Melalui persyaratan untuk mengikuti pendidikan dasar diharapkan PKH akan meningkatkan partisipasi pendidikan dan hal ini 3

mendukung kebijakan Pemerintah Indonesia tentang program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Dengan persyaratan kehadiran, diharapkan kualitas pendidikan akan meningkat. Hal ini tentunya harus didukung oleh ketersediaan fasilitas pendidikan yang memadai, ketersediaan tenaga pendidik yang handal, dan lain-lain. (Direktorat Jaminan kesejahteraan sosial, 2008:5) Lynck (2007) mengemukakan bahwa data jumlah anak usia sekolah dasar yang tertampung dalam pendidikan formal dan non formal baru mencapai sekitar 98% dari seluruh jumlah anak usia SD di Indonesia. Sisanya yang 2% sampai saat ini belum terlayani di sekolah formal maupun non formal, yang sebagian besar terjadi di daerah terpencil. Sejalan dengan pendapat di atas, Prawoto (2000:57) dalam Lynck mengatakan bahwa di Indonesia, angka putus sekolah dasar dan anak yang belum memperoleh layanan pendidikan adalah sekitar 5,7 juta orang dari total penduduk usia sekolah dasar yang berjumlah sekitar 45 juta jiwa. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah di tahun mendatang. Diperkirakan pada 2010 jumlah anak usia sekolah dasar sebanyak 55 juta orang. Sehingga jumlah anak putus sekolah dan yang tidak terlayani pendidikan akan meningkat pula. Data angka anak putus sekolah atau anak yang belum tersentuh oleh pendidikan pada umumnya terjadi di pedesaan atau daerah terpencil, misalnya di Kepulauan Riau, pedalaman Kalimantan, lembah Baliem (Papua), pesisir utara Sulawesi Tengah, Kepulauan Ternate (Maluku Utara), dan lain-lain. Di pulau Jawa sendiri, khusus di daerah urban dan kantong-kantong kemiskinan daerah pinggiran kota atau kawasan kumuh di kota-kota besar, angka partisipasi anak usia sekolah dasar juga masih rendah. 4

Berdasarkan data dari UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Ujungpangkah jumlah siswa sekolah tingkat SD/MI sejumlah 5.123 anak. Sedangkan anak usia sekolah di Kecamatan Ujungpangkah mulai umur 6 12 tahun berjumlah 6.172 anak. Menurut Fahrurozi (2009) dalam Nur Holis (2011) indicator keberhasilan wajib belajar 9 tahun adalah pencapaian APS yang terdiri dari APK dan APM. Jumlah APK SD/MI di Kecamatan Ujungpangkah sebasar 103,75%. Ini menunjukkan bahwa angka partisipasi tingkat SD/MI masih rendah sehingga perlu adanya kebijakan pemerintah untuk mempercepat penuntasan wajib belajar 9 tahun. Salah satunya adalah melalui program PKH yang diharapkan dapat membantu ikut mensukseskan angka partisipasi wajar dikdas 9 tahun. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan beberapa masalah antara lain : 1. Bagaimana bentuk Program Keluarga Harapan (PKH) dalam peningkatan partisipasi wajar dikdas 9 tahun bagi anak RTSM di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten gresik? 2. Bagaimana fungsi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam peningkatan partisipasi wajar dikdas 9 tahun bagi anak RTSM di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten gresik? 3. Bagaimana Implementasi Program Keluaraga Harapan (PKH) dalam peningkatkan partisipasi wajar dikdas 9 tahun bagi anak RTSM di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik? 5

C. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan bentuk Program Keluarga Harapan (PKH) dalam peningkatan partisipasi wajar dikdas 9 tahun bagi anak RTSM di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten gresik? 2. Mendeskripsikan fungsi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam peningkatan partisipasi wajar dikdas 9 tahun bagi anak RTSM di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten gresik? 3. Menjelaskan implementasi Program Keluarga Harapan dalam peningkatkan partisipasi wajar dikdas 9 tahun bagi anak RTSM di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik D. Manfaat penelitian 1. Secara Teoritis a. sebagai khazanah kelimuan untuk menjadi sumber literatur dalam proses pembuatan kebijakan yang prorakyat kecil. b. Sebagai wacana dalam penerapan program keluarga harapan di kecamatan lain dalam peningkatan partisipasi wajar 9 tahun bagi anak RTSM. c. Sebagai sumber data atau data awal untuk pengembangan penelitian lebih lanjut. 2. Secara Praktis a. Memberikan bukti implementasi program keluarga harapan dapat meningkatkan partisipasi wajib belajar Sembilan tahun pada anak 6

keluarga rumah tangga miskin sangat di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik. b. Sarana penjelas kepada stakeholder dan masyarakat khususnya di Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik tentang manfaat program keluarga harapan sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi pendidikan wajib belajar sembilan tahun di Kecamatan Ujungpangkah khususnya Kabupaten Gresik umumnya c. sebagai pijakan bagi Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta kementerian Agama untuk selalu mengevaluasi secara intensif pelaksanaan program keluarga harapan pada kecamatan yang telah ditunjuk. 7