II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil Tanah

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

11/15/2013 JENIS KAMERA FOTOGRAFI KAMERA TWIN LENS REFLEX ( TLR )

Pertemuan 10. White Balance ACHMAD BASUKI

Dasar-Dasar Fotografi. Multimedia SMKN 1 Bojongsari

Fotografi 1. Anatomi. KAMERA SLR (single-lens Reflector) Lensa & Jenis Film

SEKILAS TENTANG PHOTOGRAPHY

I. NAMA PERCOBAAN Nama percobaan : C4 Mikroskop

Basic Photography. Setting & Composition PART II

a) Kamera film, sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.

Teknik Dasar Fotografi. Daniar Wikan Setyanto, M.Sn

Siapa Saja Bisa Motret! FB:

Oleh : Ari Bowo Sucipto

LCC LP3I Balikpapan 20 Maret

GELISOLS. Pustaka Soil Survey Staff Soil Taxonomy, 2 nd edition. USDA, NRCS. Washington. 869 hal.

concept&creation Tips Jitu Memotret Hanya Dengan Kamera Ponsel. SUMBER Tips Jitu Memotret Hanya Dengan Kamera Ponsel

Pertemuan 3. Fotografi ACHMAD BASUKI

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat dan Ciri Umum Tanah Latosol 2.2. Karakterstik Tanaman Caisim

FOTOGRAFI MIKRO UNTUK ARKEOLOGI (Metode Alternatif Perekaman Data Visual)

Film Film merupakan media visualisasi. Melalui film, sebuah peristiwa digambarkan dan direkam dlm sebuah lapisan emulsi yg peka cahaya, shg bisa dilih

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 02: MORFOLOGI TANAH

DASAR DASAR FOTOGRAFI & TATA CAHAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terak Baja Sejarah dan Definisi Terak Baja

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Karena ada yang menanyakan apa itu Bukaan Diafragma di kotak komentar pada blog ini, maka bersama ini saya coba menjelaskannya, semoga bermanfaat.

Camera. Teknik dasar photography untuk jewelry Posted At : August 1, :41 AM Posted By : name Related Categories: Artikel Umum, Tutorial

Pertemuan 4! Bagian-bagian kamera DSLR!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keju merupakan salah satu produk olahan susu dengan nilai gizi yang

Fotografi I. Oleh : A.A Gde Bagus Udayana, S.Sn., M.Si

Cara mudah membuat foto lebih indah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet

PRAKTIKUM FOTOGRAFI TAHAP I

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

PHOTOGRAPHY DEFINISI Photography adalah ilmu melukis dengan cahaya

INFOFOTOGRAFI.COM. Rukan Sentra Niaga Blok N-05 Green Lake City Jakarta Barat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

Pelatihan Dasar Fotografi, PPI Goetingen 21 April 2011 [FOTOGRAFI DASAR]

SMK INFORMATIKA PUGER MODUL FOTOGRAFI

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Mengenal Bagian-Bagian Pada Kamera Beserta Fungsinya

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

3.1.3 menganalisis pembentukan bayangan pada lup,kacamata, mikroskop dan teropong

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami

Ni Luh Putu Kurniawati, S.Kom. SMK PGRI 2 Badung Jurusan Multimedia 2011

SEJARAH PENEMUAN MIKROSKOP

jenis lensa : lensa normal, lensa wide, lensa tele, dan lensa macro. Pada umumnya kamera video sudah dilengkapi dengan lensa zoom.

Supaya Foto Tidak Blur

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KLASIFIKASI TANAH INDONESIA

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Penulisan

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

CARA MENGGUNAKAN MIKROSKOP DENGAN BAIK DAN BENAR. By :

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

Lensa Tele (Telephoto)

PEMOTRETAN CAGAR BUDAYA

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

MODUL I MIKROSKOP. TUJUAN Mahasiswa mampu menggunakan mikroskop optik, untuk pengamatan preparat biologi.

Fotografi 2. Lighting. Pendidikan Seni Rupa UNY

PEMBUATAN SIMULATOR KAMERA DSLR DENGAN PENGATURAN NILAI APERTURE, SHUTTER SPEED, DAN ISO

BAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 2. MIKROSKOPLatihan Soal 2.1

Foto landscape natural lebih menampakkan tempat apa adanya tanpa adanya perubahan maupun imajinasi yang aneh bagi mata manusia.

Mengapa belajar fotografi bersama Infofotografi.com?

Setting Kamera. mengcapture gambar Freezing, Panning, Moving. Fotografi. berdasar Kondisi lapangan. Bayu Widiantoro. Unika SOEGIJAPRANATA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Pemanfaatan Cahaya Pada Fotografi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

Pertemuan 4. Fotografi ACHMAD BASUKI

MENJADI FOTOGRAFER DENGAN KAMERA SEDERHANA

PERTEMUAN 13 STUDIO FOTO

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah

Produksi Media PR Audio-Visual

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL. JUDUL KARYA : Sunset. PENCIPTA : Alit Kumala Dewi, S.Sn.,M.Ds

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGAMATAN MINIPIT DI LAPANG DAN KLASIFIKASI TANAH

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

User Manual ES80/ES81. Klik sebuah topik. Pertanyaan umum. Pencarian cepat. Daftar Isi. Fungsi dasar. Fungsi lanjut. Pilihan Pemotretan

FOTOGRAFI. 1. Jenis Jenis Kamera

BAB II LANDASAN TEORI. pada permukaannya digoreskan garis-garis sejajar dengan jumlah sangat besar.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

`PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS SIMULASI PADA STANDAR KOMPETENSI DASAR FOTOGRAFI. Reza Bagus A, I Made Wirawan

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

METODE PERANCANGAN. A. Orisinalitas

PEMBENTUKAN TANAH PARANITA ASNUR

Untuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah

ACHMAD MJR BACHTIAR. Oleh : A JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANAN BOGOR

ACHMAD MJR BACHTIAR. Oleh : A JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANAN BOGOR

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profil Tanah Profil tanah atau penampang tanah digunakan untuk mempelajari sifat sifat morfologi tanah. Pembuatan profil tanah hendaknya dibuat pada tempat representatif dari seluruh cakupan wilayah yang dipelajari. Profil tanah dibuat dengan cara menggali tanah dengan ukuran tertentu dengan persyaratan lokasi tertentu. Selain dari profil tanah, pengamatan tanah dapat dilakukan pada singkapan tanah dipinggir jalan atau bekas galian tanah. Sebelum dilakukan pengamatan, singkapan atau galian tanah yang telah lama perlu dilakukan penyegaran terlebih dahulu dengan mengupas sekitar 10 sampai 25 cm pada permukaan penampang. Pengamatan tanah harus dilakukan pada penampang tanah yang segar. Profil tanah yang sesuai untuk studi genesis dan klasifikasi tanah adalah profil yang dibuat pada tempat alami yang belum dirusak oleh aktivitas manusia. Untuk menghindari hal hal yang tidak alami, profil tanah hendaknya: 1. Jauh dari jalan besar atau saluran air untuk menghindari adanya bekas urugan atau galian saat pembuatan jalan atau saluran air. 2. Bukan bekas jalan setapak, timbunan tanah, bekas bangunan, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya. Untuk menghindari pemadatan artifisial. 3. Tidak terlalu dekat dengan pohon yang besar karena perakaran pohon dapat menyulitkan pembuatan profil tanah. Pengamatan yang teliti perlu dilakukan untuk meyakinkan bahwa lokasi tersebut benar benar alami. Ciri ciri tanah yang sudah terganggu adalah sebagai berikut: 1. Horisonisasi tanah sudah tidak teratur, lapisan gelap dan lapisan lapisan lainnya sudah terbalik balik. 2. Ditemukannya artefak seperti bongkahan arang, bekas pembakaran, ada benda benda asing seperti: pecahan batu bata, pecahan kaca, pecahan genting, dan sebagainya (Suwardi dan Hidayat, 2000).

2.2 Karakteristik Latosol Di Indonesia, Latosol umumnya berada pada ketinggian 0 900 meter di atas permukaan laut, di sekeliling kipas volkan dan kerucut volkan. Area Latosol umumnya beriklim tropikal dan basah, curah hujan antara 2500 mm sampai 7000 mm (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957). Di daerah Bogor, Latosol dapat dijumpai di daerah Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Daerah Darmaga memiliki ketinggian 220 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan memiliki curah hujan 3552 mm/tahun. Latosol coklat kemerahan Darmaga Bogor termasuk ke dalam order Inceptisols menurut sistem klasifikasi USDA, terletak pada zona fisiografi Bogor bagian barat, dengan bahan induk vulkanik kuarter berasal dari Gunung Salak (Yogaswara, 1977). Latosol merupakan kelompok tanah yang mengalami proses pencucian dan pelapukan lanjut, perbedaan horizon tidak jelas, dengan kandungan mineral primer dan hara rendah, ph rendah 4.5-5.5, kandungan bahan organiknya relatif rendah, konsistensinya lemah dan stabilitas agregatnya tinggi, terjadi akumulasi seskuioksida dan pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerah merahan atau kekuning kuningan atau kuning tergantung dari komposisi bahan induk, umur tanah, iklim dan elevasi (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957). Latosol memiliki dengan batas batas horizon yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horizon kambik (Hardjowigeno, 2003). Batasan untuk membedakan Latosol adalah berdasarkan warna horizon B seperti Latosol merah, Latosol kekuningan, Latosol kekuningan, Latosol coklat (Subardja dan Buurman, 1990). Kapasitas tukar kation tanah Latosol tergolong rendah, hal ini disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan sebagian lagi oleh sifat liat hidro oksida. Latosol juga mempunyai kandungan basa basa yang dapat dipertukarkan dan hara yang tersedianya rendah (Soepraptohardjo dan Suhardjo, 1978). 2.3 Teknik Fotografi 2.3.1 ISO ISO adalah ukuran kepekaan sensor kamera (digital) dalam menangkap cahaya. Semakin tinggi nilai ISO, semakin peka sensor kamera sehingga foto

yang dihasilkan menjadi terang (bila pengaturan lainnya tidak berubah) (Tjin, 2011). Namun, semakin tinggi ISO maka grain/noise semakin terlihat pada foto. 2.3.2 Aperture/Diafragma Dalam bidang fotografi, bukaan (en: f-number, focal ratio, f-ratio, relative aperture) adalah bilangan yang menunjukkan korelasi panjang fokus terhadap diafragma. Pada semua lensa (tidak tergantung dari panjang fokus lensa tersebut), akan meneruskan intensitas cahaya yang sama. Sebagai contoh, lensa dengan panjang fokus 100mm, pada pengaturan diafragma 4 (nilai F/4), mempunyai arti bahwa diafragma pada lensa tersebut sedang terbuka dengan diameter diafragma 25mm. Biasanya dilambangkan dengan huruf F. Nilai diafragma umumnya merupakan urutan F/1, F/1.2, F/1.4, F/2, F/2.8, F/4, F/5.6, F/8, F/11, F/16, dan seterusnya (Anonim (a), 2012). Semakin besar angka diafragma, berarti semakin kecil diameter lubang diafragma di bagian dalam lensa. Besarnya diameter terbukanya diafragma akan membuat cahaya yang masuk menjadi lebih banyak, sehingga paparan cahaya bertambah dan akibatnya tingkat kecerahan foto bertambah, demikian pula sebaliknya. Pengaruh lain dari bukaan adalah terjadinya perbedaan ruang ketajaman. Angka bukaan yang kecil menyebabkan ruang ketajaman memiliki jarak yang sempit. Sebaliknya angka bukaan yang kecil akan menyebabkan ruang ketajaman luas (Freeman, 2004). Gambar 1. Aperture/diafragma, diagram aperture dari setiap nilai. 2.3.3 Shutter Speed/Kecepatan Rana Shutter speed atau kecepatan rana dalam kamera adalah menunjukan waktu yang diperlukan cahaya untuk terekam pada sensor kamera atau film. Kecepatan rana dan aperture/bukaan diafragma menentukan seberapa banyak

cahaya yang dapat terekam pada sensor atau film. Ukuran shutter speed/kecepatan rana biasa diberi nilai 1/1000s, 1/500s, 1/250s, 1/125s, 1/60s, 1/30s, 1/15s, 1/8s, 1/4s, 1/2s, 1s. Kecepatan rana dibagi menjadi dua macam berdasarkan lama kecepatan rana terbuka. Pertama adalah fast shutter speeds (kecepatan rana cepat) adalah kecepatan rana yang cukup cepat saat terbuka hingga tertutup yang terjadi dalam sepersekian detik. Kecepatan rana yang cepat dapat menjadikan gambar yang bergerak membeku secara tidak alami. Kecepatan rana cepat juga mengurangi efek shake (guncangan) terhadap gambar yang menjadikan gambar menjadi buram. Kedua adalah slow shutter speeds (kecepatan rana lambat), kecepatan rana ini memiliki waktu yang lama dalam membuka rana hingga rana tertutup. Hal ini memungkinkan objek terekam dalam waktu yang lama. Kecepatan rana yang lambat dapat membuat gambar terekam dalam jangka waktu lama sehingga gambar yang dihasilkan memiliki efek blur (buram) (Anonim (b), 2012). 2.3.4 White Balance Setiap kamera digital memiliki pengaturan white balance. White balance pada kamera digital membantu memastikan obyek yang seharusnya berwarna putih tetap berwarna putih pada hasil akhir gambar. Perbedaan sumber cahaya akan mengakibatkan warna yang seharusnya putih menjadi berbeda. Misalnya cahaya lilin menciptakan cahaya jingga, sementara senja memberikan nuansa kebiruan dan dingin. Mata manusia mampu mengkompensasi terhadap perubahan berbagai cahaya sehingga warna putih akan tetap berwarna putih pada kondisi cahaya lilin maupun kondisi cahaya senja. Sementara kamera digital mengalami kesulitan secara otomatis mengkompensasi hal tersebut (Anonim (c), 2012). White balance diukur dengan satuan suhu yaitu kelvin (K). Semua kamera digital biasanya telah memiliki fungsi auto white balance (AWB) yang akan secara otomatis mengukur suhu cahaya yang ada dan menyamakannya dengan kamera. Selain itu juga, ada opsi opsi white balance lainnya di kamera seperti: Daylight, Shade, Cloudy, Tungsten, dan White Fluorescent Light (dapat dibaca di masing masing buku panduan tiap kamera karena setiap merk dan tipe kamera berbeda beda). Setiap white balance opsional tersebut memiliki suhu yang berbeda beda (Tjin, 2011).

Saat auto white balance atau opsi opsi white balance lainnya gagal, ada cara yang lebih akurat dalam menentukan white balance. Caranya adalah dengan menentukan custom white balance. Cara ini tidak terlalu praktis, namun membantu dalam menentukan hasil yang akurat. Gambar 2. Nilai white balance pada berbagai kondisi cahaya 2.3.5 Gray Card Gray card (kartu abu abu) merupakan kartu yang digunakan sebagai acuan dalam mengkoreksi eksposur atau warna secara konsisten pada fotografi. Bentuk dari gray card bisa berupa kertas maupun plastik. Sebagai contoh, Kodak R-27 yang terdiri dari gray card dengan ukuran 8x10 (2 buah) dan 4x5 (1 buah). Selain untuk mengkoreksi eksposur, gray card digunakan dapat digunakan mengkoreksi White Balance (Anonim (d), 2012). Penggunaan gray card sebagai white balance dapat dilakukan baik sebelum maupun sesudah pemotretan. Sebagian besar jenis kamera digital, apalagi jenis DSLR (Digital Single Lens Reflex) memiliki fitur custom white balance. Gambar dari gray card diambil kemudian digunakan sebagai custom white balance. Untuk penggunaan sesudah pemotretan, gambar dari gray card digunakan sebagai acuan white balance. Hal ini harus menggunakan perangkat lunak (software), piksel dari gambar gray card digunakan sebagai dasar white balance dari gambar yang diinginkan (Anonim (e), 2012).

2.3.6 Metering (Mengukur Cahaya) Kamera mengukur cahaya dan mengatur eksposur yang optimal dengan mengukur cahaya yang dipantulkan oleh subjek, kemudian merata ratakannya dengan fungsi algoritma tertentu (reflective light meter). Kamera digital saat ini melakukan metering berdasarkan kecepatan rana, ISO, dan aperture/diafragma. Berikut merupakan beberapa pilihan metering pada kamera: Evaluative/Matrix/Multi-Zone Metering Metering ini mempertimbangkan, menghitung, dan merata ratakan intensitas cahaya dari seluruh pemandangan yang akan dipotret. Mode ini cukup akurat bila digunakan pada pemandangan dengan kondisi cahaya yang sama rata dan untuk banyak kondisi cahaya. Kelemahan mode ini saat adanya perbedaan intensitas cahaya yang kontras. Spot Metering Kamera hanya mengukur sebagian kecil (sekitar 1-5%) dari pemandangan, dihitung dari mulai titik fokus. Spot metering digunakan saat pencahayaan kontras. Seperti saat di konser musik atau acara acara kesenian yang latar belakangnya jauh lebih gelap dari objek yang dipotret. Center Weighted dan Partial Metering Kamera menitikberatkan sebagian besar perhitungan cahaya di bagian tengah pemandangan. Mode ini cocok digunakan bila ada sebagian dari pemandangan yang terlalu terang atau terlalu gelap dibandingkan dengan subjek foto (Tjin, 2011). 2.4 Mikroskop Berdasarkan sumber iluminasi yang dipakai, dikenal dua kelompok utama mikroskop, yaitu mikroskop cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya menggunakan gelombang cahaya sebagai sumber iluminasinya; tergolong ke dalamnya adalah mikroskop medan terang (brightfield), medan gelap (dark field), kontras fase (phase contrast), dan pendar fluor (fluorescence). Di pihak lain,

mikroskop elektron menggunakan elektron untuk iluminasinya. Ada dua macam mikroskop elektron, yaitu tipe transmisi dan tipe payar (scanning) (Hadioetomo, 1993). Pada penelitian mikroskop yang digunakan adalah mikroskop cahaya. Mikroskop cahaya atau dikenal juga dengan nama Compound light microscope adalah sebuah mikroskop yang menggunakan cahaya lampu sebagai pengganti cahaya matahari sebagaimana yang digunakan pada mikroskop konvensional. Pada mikroskop konvensional, sumber cahaya masih berasal dari sinar matahari yang dipantulkan dengan suatu cermin datar ataupun cekung yang terdapat di bawah kondensor. Cermin ini akan mengarahkan cahaya dari luar ke dalam kondensor. Mikroskop cahaya mempunyai perbesaran maksimum 1000 kali. Mikroskop mempunyai kaki yang berat dan kokoh dengan tujuan agar dapat berdiri dengan stabil. Mikroskop cahaya memiliki tiga sistem lensa, yaitu lensa obyektif, lensa okuler, dan kondensor. Lensa obyektif dan lensa okuler terletak pada kedua ujung tabung mikroskop. Lensa okuler pada mikroskop bisa berbentuk lensa tunggal (monokuler) atau ganda (binokuler). Pada ujung bawah mikroskop terdapat tempat dudukan lensa obyektif yang bisa dipasangi tiga lensa atau lebih. Di bawah tabung mikroskop terdapat meja mikroskop yang merupakan tempat preparat. Sistem lensa yang ketiga adalah kondensor. Kondensor berperan untuk menerangi obyek dan lensa-lensa mikroskop yang lain. Contoh sehari hari menggambarkan masalah utama mikroskop cahaya. Ketika digunakan dalam biologi sel modern, kluster padat ribuan sel menghamburkan cahaya sehingga kuat bahwa sel-sel yang terletak di belakang sebuah objek tidak dapat dilihat. Meskipun lebih dikenal dari fiksi ilmiah, konsep diri merekonstruksi sinar laser menawarkan solusi yang menjanjikan untuk masalah ini (Anonim (f), 2012).