KINERJA SAHAM MENGGUNAKAN MEAN-VARIANCE ANALYSIS DALAM SIKLUS PEMULIHAN EKONOMI DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN INVESTASI SAHAM TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA MENGGUNAKAN MODEL SHARPE DAN MODEL M² DALAM PERIODE

Abstract. Keywords: Single Index Model, Sharpe Measure, Treynor Measure, Jensen Measure,

I. PENDAHULUAN. Investasi menurut Bodie (2005) adalah suatu komitmen terhadap dana

Stock Portfolio Performance Analysis in Estate Crop Subsector Using Sharpe Measure, Treynor Measure, and Jensen Measure

KINERJA SAHAM DURABLE GOODS DAN NONDURABLE GOODS MASA KRISIS FINANSIAL GLOBAL. Mohamad Samsul

DAFTAR TABEL. kelas aset investasi

ABSTRAKSI. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan yang ingin kita capai, ialah kesuksesan finansial. Sukses finansial

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja reksa dana syariah

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan portfolio (portfolio management), dapat dibagi menjadi 2 cara,

BAB 4 ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN. Dalam pengukuran kinerja reksa dana saham dengan menggunakan ukuran Sharpe,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR PENGUJIAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL DALAM PEMBENTUKAN PORTOFOLIO DENGAN MENGGUNAKAN BETA KOREKSI PADA INDEKS SAHAM KOMPAS100

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Ferikawita Magdalena Sembiring

ANALISIS KINERJA INVESTASI REKSADANA PADA PHILLIP SEKURITAS MANADO DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR DAN JENSEN

BAB I PENDAHULUAN. pilihan instrumen investasi. Menurut Tandelilin (2010, h.1), investasi merupakan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berlandaskan dari teori yang ada pada bab II sebelumnya. Pengelolahan data

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... I DAFTAR ISI... IV DAFTAR GAMBAR... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR LAMPIRAN... X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di Indonesia makin menunjukkan perkembangan

EVALUASI KINERJA PORTOFOLIO SAHAM YANG DIBENTUK BERDASARKAN RASIO P/E, PBV, DAN EV/EBITDA DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PENILAIAN KINERJA BLACK-LITTERMAN MENGGUNAKAN INFORMATION RATIO DENGAN BENCHMARK CAPITAL ASSETS PRICING MODEL

ANALISIS KINERJA PORTOFOLIO OPTIMAL CAPITAL ASSET PRICING MODEL

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. diperdagangkan di Bursa Efek dan Pasar Uang, dengan tujuan menyebarkan

BAB I PENDAHULUAN. datang. (Tandelilin, 2010:2). Investasi merupakan Penundaan konsumsi sekarang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal Indonesia dalam menggalang dana mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh rasa aman melalui tindakan berjaga-jaga dengan mencadangkan. yang mungkin akan timbul karena adanya ketidakpastian.

BAB IV PEMBAHAS AN. Padahal reksa dana syariah memiliki perkembangan yang cukup pesat, tercatat

2. LANDASAN TEORI. Pada dasarnya, pasar modal ( capital market ) merupakan pasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia investasi, selalu ada risk-return trade-off dalam pasar

SKRIPSI OLEH YOLITA DEPARTEMEN UNIVERSI MEDAN. Universitas Sumatera Utara

TEORI PORTFOLIO DAN ANALISIS INVESTASI. Prof. Dr. DEDEN MULYANA, SE. M.Si.

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Manajemen Pada Program Studi Manajemen Universitas Bakrie

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dari pengembangan perumusan Capital Assets Pricing Model (CAPM)

BAB I PENDAHULUAN. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) merupakan anak perusahaan dari

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSA DANA SAHAM DAN REKSA DANA CAMPURAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN OLEH

ANALISIS HUBUNGAN RETURN DAN RISIKO SAHAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Industri

BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan investasi pada umumnya dilakukan untuk memperoleh

COMPARATIVE ANALYSIS OF THE PERFORMANCE OF CONVENTIONAL EQUITY FUND AND SYARIAH EQUITY FUND USING SHARPE, TREYNOR, AND JENSEN METHOD IN 2014

ANALISIS KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP DAN REKSADANA CAMPURAN PADA MANAJER INVESTASI TERBAIK TAHUN Oleh : Dedi Setia Ardi

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAPPENAS, 2010 : 53 Tahun Investasi BAPPENAS, 2010 : 28

II. LANDASAN TEORI. authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2003). Menurut Undang-

ABSTRAK. Kata Kunci: Model Indeks Tunggal, portofolio optimal, expected return, excess return to beta, cut off rate, risk. viii

JIMKES. Keywords: return, risk, beta, Single Index Model, CAPM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memperoleh penghasilan, banyak cara yang dapat dilakukan oleh

BAB IV PEMBAHASAN. dengan yang digunakan untuk menghitung IHSG yaitu berdasarkan indeks yang

ANALISIS KINERJA REKSA DANA DENGAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE SORTINO (STUDI PADA REKSA DANA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN

PORTFOLIO EFISIEN & OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil (return) dan risiko (risk). Return merupakan hasil yang diperoleh dari

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA REKSA DANA DENGAN METODE SHARPE DAN METODE TREYNOR (Studi Pada Reksa Dana Saham Periode Tahun )

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk memperoleh return yang setinggi-tingginya. Namun yang perlu disadari

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Reksa dana tersebut merupakan produk reksa dana saham. terbesar pada akhir Desember 2012, 2013 dan 2014.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Pasar Modal no.8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27)

ANALISIS PERBEDAAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM-SAHAM YANG OPTIMAL PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

EVALUASI KINERJA REKSA DANA PENDAPATAN TETAP BERDASARKAN METODE SHARPE, METODE TREYNOR DAN METODE JENSEN

EVALUASI KINERJA REKSADANA SAHAM INDONESIA PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal dan sektor industri dari suatu negara. Seperti halnya

I. PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan secara signifikan yang ditandai oleh meningkatnya

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA SAHAM-SAHAM INDEKS IDX30 DI PT BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dimasukkan ke aktiva produktif selama periode waktu tertentu (Hartono, 2003).

PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO MENGGUNAKAN MODEL BLACK-LITTERMAN BERDASARKAN INDEKS TREYNOR, INDEKS SHARPE, DAN INDEKS JENSEN

III. METODE PENELITIAN. untuk secara langsung menjelaskan hubungan sebab akibat (non causality

meneliti catatan laporan keuangan yang berkaitan dengan perpajakan. Demikian juga dengan bad debt reserve, goodwill amortization, interest expense

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA REKSA DANA KONVENSIONAL DAN REKSA DANA SYARIAH DI INDONESIA OLEH JEPRYANSYAH PUTRA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perhitungan Tingkat Pengembalian (Return) Reksa Dana Dan

BAB II LANDASAN TEORI

OLEH: FRENGKY CHUGIANTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjuan Umum Terhadap Objek Studi Gambaran Umum LQ Kriteria Pemilihan Saham LQ45

ABSTRAK. Kata kunci : Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL MARKOWITZ PADA SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX PERIODE TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian mengenai analisis perbandingan kinerja reksadana saham, reksadana terproteksi, dan

ABSTRAK. Kata Kunci: reksadana konvensional, reksadana syariah, metode Sharpe, metode Treynor, metode Jensen. vii. Universitas Kristen Maranatha

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Evaluasi Kinerja Reksa Dana Saham Di Indonesia Menurut Metode Sharpe, Treynor dan Jensen

BAB 4. HASIL dan ANALISIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hasil atau return sehingga dapat meningkatkan besarnya harta atau

BAB 1 PENDAHULUAN. judul Evaluasi Kinerja Saham Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Investasi adalah pengumpulan dana dalam mengantisipasi penerimaan yang

Keywords : optimal portfolio, single index method, Kompas 100, IHSG. viii

karena hanya diijinkan usaha reksadana yang berjenis tertutup (close-ended). Kemudian setelah disahkan Undang Undang No. 8 tahun 1995 yang mengatur

BAB IV METODE RISET. penelitian adalah tahun 2006 s.d maka reksadana saham yang dijadikan

HUBUNGAN RISIKO PERUSAHAAN DAN RISIKO PASAR SERTA PENGARUHNYA PADA TINGKAT DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO SAHAM

Judul : Kinerja Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal (Studi pada Perusahaan Sektor Basic Industry and Chemicals

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. investor karena modal yang dibutuhkan tidak sebanyak yang berinvestasi pada

REVIEW REKSADANA SAHAM TAHUN 2014

III. METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

Nama Jurnal : Manajemen & Bisnis Nomor/volume : 2 / vol.4 Edisi : September 2005 Penerbit : Fakultas Ekonomi Universitas Surabaya ISSN : 1412-3789 Halaman : 8 halaman ( hlm 112 s/d 119) KINERJA SAHAM MENGGUNAKAN MEAN-VARIANCE ANALYSIS DALAM SIKLUS PEMULIHAN EKONOMI DI INDONESIA Mohamad Samsul. Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya ABSTRACT This study to know the performance difference that result from Treynor model, Sharpe model, Jensen model, and Treynor & Black model during the Indonesia s recovery period. The study takes 331 stock that listed in Jakarta Stock Exchange in last 2004. The data used are monthly data of individual stock price index every end of the month from December 2002 till September 2005. The rate of SBI in normal condition was 1% per month used as risk free rate. Mean Variance Analysis used in this study, according to the 4 models above. Monthly average return calculated for each stock, then averaging for 33 months. The formula of the 4 models adjusted from mutual fund study to individual stock study. The hypothesis is there is difference of stock performance between Treynor model, Sharpe model, Jensen model and Treynor and Black model in Indonesia s recovery period. The result shows that Treynor model and Sharpe model gives 148 or 45% stock have average 3% return, and this is above the market return. Jensen and Treynor and Black model gives 138 0r 42% stock have return above the market. Treynor model and Sharpe model give 225 or 68% stocks are undervalued, where the Jensen model and Treynor and Black model resulting 169 and 170 or 51% stocks are undervalued. Monthly return rate each stock is 6,1% ( Treynor model and Sharpe model) and 7,3% (Jensen and Treynor and Black). The statistics show that the return from these model are not significantly different (in 5% error) for all undervalued stocks. But if performance use return base on stocks s preferential in each model, then the Jensen model has significant higher return in the same sample ( equal or less than 75 sample). The benefit of these 4 model are to make stock s rating and then choose which stocks are the portfolio. Keywords: average return, risk free, undervalued, rating. 1. Latar Belakang Masalah Pada penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh McDonald (1974) dan Ippolito (1993) hasilnya menyatakan bahwa kinerja saham yang dihasilkan oleh model Treynor, model Sharpe dan model Jensen relatif tidak berbeda atau hampir sama. Obyek penelitian tersebut adalah Reksa Dana (mutual funds) di Amerika Serikat. Peneliti tertarik menggunakan model Treynor, model Sharpe, model Jensen, dan model Treynor & Black untuk mengetahui dapat tidaknya model-model tersebut digunakan menilai kinerja saham individu pada masa pemulihan ekonomi di Indonesia dan ada tidaknya perbedaan kinerja yang dihasilkan oleh 4 model tersebut. Penggunaan 4 model tersebut mensyaratkan suatu kondisi ekonomi normal untuk mendapatkan hasil yang baik, maka pada kondisi pemulihan ekonomi di Indonesia saat ini dianggap tepat untuk melaksanakan 4 model dimaksud sekaligus membuat perbandingan hasil di antaranya. Perbandingan dapat dilakukan menjadi dua bagian: (1) perbandingan return rata-rata atas keseluruhan sampel yang layak beli dari masing- 1

masing model, (2) perbandingan return rata-rata atas sebagian sampel setelah diperingkat. Perbedaan utama 4 model tersebut terletak pada pemeringkatan jenis saham dan memilih sebagian jenis saham yang harus dibeli. Permasalahannya adalah: (1) Apakah model: Treynor, Sharpe, Jensen, dan Treynor & Black menghasilkan return yang berbeda untuk seluruh saham yang termasuk dalam katagori saham undervalued pada masa pemulihan ekonomi di Indonesia; (2) Apakah model: Treynor, Sharpe, Jensen, dan Treynor & Black menghasilkan return yang berbeda untuk sebagian saham undervalued yang terpilih invesatasi lewat peringkat pada masa pemulihan ekonomi di Indonesia 2. Teori dan Hipotesis a. Teori Model Treynor, model Sharpe, model jensen, dan model Treynor & Black akan menghasilkan sejumlah jenis saham yang layak dibeli (undervalued) dan layak dijual (overvalued). Dalam penelitian ini hanya melihat dari satu sisi saja, yaitu dari sudut layak dibeli. Setiap jenis saham yang layak dibeli dianggap diambil keputusan beli dan dijual pada bulan berikutnya, sehingga pada bulan berikutnya dapat dihitung return yang diperolehnya. Selama 33 bulan penelitian dapat dihitung return rata-rata bulanan untuk setiap jenis saham. Tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam keadaan ekonomi normal mencapai 1% per bulan rata-rata digunakan sebagai risk free. Excess return merupakan selisih antara return rata-rata bulanan dari 33 bulan data dikurangi risk free, sebagai pedoman untuk mengkatagorikan saham undervalued dan saham overvalued. Excess return positif berarti suatu saham undervalued, dan bila negatif berarti overvalued menurut pendekatan model Treynor dan model Sharpe. Jika ingin memilih sebagian saham undervalued untuk dibeli, maka harus dipilih sesuai dengan peringkat reward to variability ratio (R/V) menurut model Treynor dan model Sharpe. Makin besar nilai rasio dari R/V, makin berkesempatan untuk terpilih sebagai portofolio investasi saham. Formula yang digunakan: Averagereturn risk free R/V model Sharpe: s tan dar deviasi Average return risk free R/V model Treynor: beta saham Alpha merupakan selisih antara average return dikurangi minimum return yang dihitung menurut capital assets pricing model (CAPM). Alpha positif berarti suatu saham layak dibeli (undervalued) dan alpha negatif berarti suatu saham layak dijual (overvalued). Formula yang digunakan: Alpha = Average return [Risk free+β i (average market return risk free)] Tingkat bunga SBI sebagai risk free dan Indeks Harga Saham Gabungan BEJ sebagai pasar. Untuk memilih sebagian saham yang undervalued dilakukan dengan cara memeringkat alpha, makin besar alpha makin berkesempatan untuk dipilih menurut model Jensen. Treynor and Black melanjutkan rumusan Jensen dengan mempertimbangkan risiko spesifik, sehingga rumusnya menjadi alpha dibagi risiko dan hasilnya disebut Weight. Model Treynor & Black sering disebut appraisal ratio. Formula Treynor & Black model, setelah disesuaikan untuk saham individu : Weight = alpha/ standar deviasi (error saham i) atau ditulis W = αi/σ(ei) 2

W positif berarti saham layak dibeli (undervalued) dan W negatif berarti saham layak dijual. Makin besar W berarti makin besar berkempatan dibeli. Untuk memilih sebagian saham undervalued yang akan diinvestasi dilakukan dengan cara memeringkat W dari urutan nilai yang terbesar. Model Treynor lebih mirip dengan model Sharpe, sedangkan model Jensen lebih mirip dengan model T&B. Model Jensen dan model T&B lebih ketat dalam memilih jenis saham yang akan diinvestasi daripada model Treynor dan model Sharpe. Model Jensen menuntut minimum return suatu saham sesuai dengan tingkat risiko saham yang bersangkutan. Makin besar risiko suatu saham, makin besar minimum return yang diharapkan, sedangkan model Treynor dan model Sharpe tidak mengkaitkan besar risiko terhadap besar minimum return. b. Peneltian Terdahulu Sharpe ( 1966: 119-138) meneliti kinerja 34 Reksa Dana (mutual fund ) untuk data tahun 1944 1963 dan hasilnya menunjukkan 11 dari 34 Reksa Dana atau 32% dari sampel yang diteliti memiliki return di atas return Dow Jones Industrial Average (DJIA). Hasil penelitian juga menunjukkan reward to variability ratio berada pada kisaran 0,43 sampai 0,78. Sharpe menyimpulkan bahwa tidak ada jaminan bahwa kinerja masa lalu merupakan prediktor terbaik untuk kinerja masa datang. McDonald ( 1974:311-333) yang dikutip oleh Francis ( 1991:662-663) meneliti kinerja 123 Reksa Dana menggunakan model Sharpe untuk data 120 bulan dan tingkat bunga commercial paper 30 hari sebagai risk free. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 32 dari 123 Reksa Dana atau 32% mempunyai return bulanan di atas return pasar. Ippolito (1993:42-50) yang dikutip Hirt & Block (1996:633) terhadap 21 Reksa Dana menyimpulkan bahwa return Reksa Dana ada yang di atas return pasar dan ada yang di bawah return pasar tergantung kualitas pengelola Reksa Dana. c. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, teori dan penelitian terdahulu yang diuraikan di atas ditarik hipotesis penelitian berikut: (1) terdapat perbedaan return yang dihasilkan oleh model: Treynor, Sharpe, Jensen, dan Treynor & Black untuk seluruh saham yang termasuk dalam katagori saham undervalued pada masa pemulihan ekonomi di Indonesia; (2) terdapat perbedaan return yang dihasilkan oleh model: Treynor, Sharpe, Jensen, dan Treynor & Black untuk sebagian saham undervalued yang terpilih investasi lewat peringkat pada masa pemulihan ekonomi di Indonesia. 3. Sampel dan Model Analisis Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 331 jenis saham, yaitu seluruh jenis saham yang tercatat di BEJ pada akhir tahun 2004. Data indeks saham individu dan IHSG BEJ diambil dari buletin bulanan yang diterbitkan oleh Bursa Efek Jakarta yaitu JSX Monthly Statistics. Model analisis yang digunakan adalah risk & return analysis atau disebut juga mean-variance analysis, yang meliputi model-model: Treynor, Sharpe, Jensen, dan Treynor & Black. Variabel yang digunakan adalah indeks harga saham individu pada tiap akhir bulan sebanyak 34 bulan data dari Desember 2002 sampai 3

dengan September 2005. Tingkat risk free diambil dari bunga SBI dalam keadaan ekonomi normal seperti tahun 1996. Data tingkat bunga SBI diambil dari buletin bulanan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia terbitan Bank Indonesia. Penghitungan return saham dilakukan secara bulanan dari bulan Januari 2003 sampai dengan September 2005. Average return bulanan didasarkan pada rata-rata untuk 33 bulan. Risk free dihitung secara bulanan. Standar deviasi atas return saham dan beta saham dihitung berdasarkan 33 bulan data. Indeks Harga Saham Gabungan BEJ digunakan sebagai indeks pasar. 4. Pembahasan Jumlah jenis saham yang layak dibeli (undervalued) menurut masing-masing model tampak seperti dalam TABEL I di bawah ini: TABEL I JUMLAH JENIS SAHAM UNDERVALUED MENURUT MODEL Katagori Saham Model Treynor Model Sharpe Model Jensen Model T&B Undervalued 225 225 169 170 Overvalued 106 106 162 161 Total 331 331 331 331 Sumber: diolah sendiri Jenis saham yang layak dibeli menurut model Jensen dan model T&B jumlahnya jauh lebih kecil daripada yang dihasilkan menurut model Treynor dan model Sharpe. Hal ini dapat dimaklumi karena model Jensen dan model T&B menuntut minimum return yang lebih besar daripada yang dituntut oleh model Treynor dan model Sharpe. Return rata-rata bulanan yang diperoleh saham undervalued dapat dirinci berikut: TABEL II RETURN RATA-RATA BULANAN SAHAM UNDERVALUED % Return Model Treynor Model Sharpe Model Jensen Model T&B Di atas 3% 148 148 138 138 3% ke bawah 77 77 31 32 Undervalued 225 225 169 170 Sumber: diolah sendiri Menurut model Treynor dan model Sharpe jenis saham yang dapat menghasilkan return di atas return pasar, yaitu di atas 3% sebanyak 148 jenis saham atau 66% dari undervalued stock atau 45% dari total sampel. Menurut model Jensen dan model T&B jenis saham yang dapat menghasilkan return di atas return pasar, yaitu di atas 3% sebanyak 138 jenis saham atau 82% dari undervalued stock atau 42% dari total sampel. Apabila menggunakan tolok ukur minimum return, maka saham yang layak dibeli sebanyak 225 jenis saham atau 68% dari total jenis saham 331 menurut model Treynor dan model Sharpe, sedangkan menurut model Jensen dan model T&B masing-masing 169 dan 170 jenis atau 51% dari total jenis saham. Apabila dilihat dari sudut investasi seluruh saham undervalued menurut masing-masing model, maka tampak semua model relatif hampir sama hasilnya. Untuk mengetahui model yang lebih superior, hasil investasi saham harus didasarkan pada sebagian saham undervalued yang dianggap optimal sesuai peringkat rasio dari 4

model masing-masing. Apabila investasi saham hanya sebagian dari seluruh saham undervalued, maka harus dipilih jenis saham yang dapat menghasilkan return portofolio yang optimal dengan cara melakukan peringkat saham untuk masingmasing model. Portofolio antara 1 sampai dengan 75 jenis saham, model Jensen menghasilkan return portofolio lebih tinggi daripada 3 model lainnya dan untuk jumlah selebihnya return portofolio model Jensen lebih kecil daripada model Treynor dan model Sharpe. Keunggulan return portofolio model Jensen terhadap model lainnya terjadi pada portofolio 75 jenis saham ke bawah seperti tampak dalam Tabel III. TABEL III RINGKASAN HASIL UJI BEDA DENGAN ANOVA Portofolio Return Portofolio Menurut Model P-value Saham Treynor Sharpe Jensen T&B (a) (b) (c) (d) (e) 25 0,116 0,084 0,197 0,084 0,000 50 0,095 0,077 0,143 0,083 0,000 75 0,096 0,075 0,117 0,086 0,018 100 0,089 0,071 0,100 0,086 0,081 P>100 0,061 0,061 0,073 0,073 0,155 Sumber: diolah dengan program SPSS versi 11.5 Tabel III menunjukkan bahwa model Jensen, kolom (d) menghasilkan return portofolio lebih tinggi secara signifikan daripada model lainnya jika jenis saham yang diinvestasi 75 jenis saham ke bawah. Makin sedikit jenis saham dalam portofolio, makin besar perbedaan return portofolio menurut model Jensen. Apabila portofolio di atas 75 jenis saham, model Jensen sudah tidak unggul lagi. Apabila investasi portofolio sebanyak 75 jenis saham ke bawah maka model Jensen lebih baik digunakan daripada model lainnya. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa portofolio dengan jumlah jenis saham: 25, 50, 75, membutktikan bahwa model Treynor, model Sharpe, model jensen dan model T&B menghasilkan return saham berbeda pada tingkat signifikansi 5%. Akan tetapi, pada sampel lebih dari 75 jenis saham 4 model dimaksud memiliki return yang berbeda tidak signifikan. Perbedaan utama antara 4 model tersebut terletak pada pemilihan jenis saham yang akan diinvestasi. Apabila semua jenis saham yang termasuk dalam katagori undervalued menurut masing-masing model harus diinvesatsi, maka tidak perlu ada pemilihan saham, sehingga tidak ada perbedaan antar ke 4 model yang bersangkutan. Apabila kebijakan investasi memutuskan untuk memilih sebagian dari undervalued stock, maka pemilihan satu di antara 4 model tersebut menjadi sangat penting. Di dalam investasi saham tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kinerja saham, tetapi juga diperhatikan komposisi antara sektor saham yang berbeda sesuai konsep korelasi 5

negatif. Investasi saham mengutamakan penyebaran risiko melalui diversifikasi saham merata secara sektoral untuk menghindari korelasi positif antara jenis saham. Berikut ini investasi jenis saham yang mengutamakan preferensi sektoral menurut masing-masing model: TABEL IV INVESTASI SEKTORAL MENURUT MODEL TREYNOR Rank Sektoral Av.Ri Beta R/Vt,Rf=0.01 emiten (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Infrastruktur 0.043 0.714 0.107 12 2 Industri Berat & Otomotif 0.052 0.925 0.101 30 3 Consumer's goods 0.050 1.098 0.087 26 4 Pertambangan 0.066 1.010 0.079 9 5 Properti 0.070 1.373 0.079 30 6 Perkebunan & Peternakan 0.078 1.237 0.064 6 7 Industri Lain2 0.046 1.089 0.054 32 8 Industri Dasar 0.050 0.955 0.050 38 9 Perbankan & Pembiayaan 0.089 1.619 0.046 42 Total 225 TABEL V INVESTASI SEKTORAL MENURUT MODEL SHARPE Rank Sektoral Av.Ri Stdev. R/Vs,Rf=0.01 emiten (a) (b) (c) (d) (e) (f) 1 Perkebunan & Peternakan 0.078 0.262 0.284 6 2 Pertambangan 0.066 0.204 0.284 9 3 Infrastruktur 0.043 0.159 0.229 12 4 Properti 0.070 0.320 0.185 30 5 Industri Dasar 0.050 0.208 0.183 38 6 Consumer's goods 0.050 0.248 0.169 26 7 Perbankan & Pembiayaan 0.089 0.487 0.166 42 8 Industri Berat & Otomotif 0.052 0.259 0.163 30 9 Industri Lain2 0.046 0.240 0.150 32 Total 225 Tabel IV dan Tabel V disusun berdasarkan kinerja sektoral, kolom (e) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang mencolok mengenai jenis saham yang diutamakan untuk investasi berasal dari preferensi sektoral yang berbeda yang dihasilkan oleh model Treynor dan model Sharpe. TABEL VI INVESTASI SEKTORAL MENURUT MODEL JENSEN Rank Sektoral Mo.Av.Ri Beta E(Ri) alpha Emiten (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) 1 Perbankan & Pembiayaan 0.112 1.079 0.032 0.080 31 2 Properti 0.086 1.041 0.031 0.054 21 6

3 Pertambangan 0.072 0.911 0.029 0.044 8 4 Perkebunan & Peternakan 0.078 1.237 0.035 0.043 6 5 Industri Berat & Otomotif 0.066 0.756 0.025 0.041 21 6 Industri Lain2 0.055 0.519 0.021 0.034 23 7 Consumer's goods 0.064 1.106 0.033 0.032 18 8 Industri Dasar 0.058 0.923 0.029 0.029 30 9 Infrastruktur 0.045 0.703 0.024 0.021 11 Total 169 TABEL VII INVESTASI SEKTORAL MENURUT MODEL T&B Rank Sektoral Av.Ri alpha σi(ei) αi/σi(ei) Emiten (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) 1 Pertambangan 0.072 0.044 0.125 0.299 8 2 Perkebunan & Peternakan 0.078 0.043 0.188 0.291 6 3 Consumer s goods 0.064 0.032 0.223 0.199 18 4 Infrastruktur 0.045 0.021 0.109 0.189 11 5 Industri Lain2 0.055 0.034 0.232 0.188 23 6 Properti 0.083 0.052 0.279 0.185 22 7 Industri Berat & Otomotif 0.066 0.041 0.245 0.177 21 8 Industri Dasar 0.058 0.029 0.173 0.167 30 9 Perbankan & Pembiayaan 0.112 0.080 0.538 0.152 31 Total 170 Tabel VI dan Tabel VII disusun berdasarkan kinerja sektoral, kolom (f) menunjukkan bahwa model Jensen mengutamakan investasi saham-saham yang berasal dari sektoral yang sangat berbeda dengan model T&B. Analisis secara keseluruhan menyimpulkan bahwa model Jensen menghasilkan return rata-rata yang paling tinggi daripada model lainnya, sehingga selayaknya saham-saham yang dipilih berdasarkan ranking sektoral menurut model Jensen. 5. Kesimpulan Return saham yang dihasilkan oleh model Treynor, model Sharpe, model Jensen, dan model T&B berbeda tidak siginifikan apabila seluruh saham undervalued menurut masing-masing model dibeli. Model Jensen menghasilkan return saham lebih tinggi daripada model Treynor atau model Sharpe untuk portofolio saham terbatas sebanyak 75 jenis saham ke bawah, dan di atas 75 jenis saham perbedaan return sudah tidak signifikan lagi. Setiap model menghasilkan komposisi portofolio yang berbeda tercermin dari preferensi berbeda dilihat dari sudut sektoral saham. Dalam penelitian ini menghasilkan model Jensen paling unggul daripada model lainnya, dan oleh karena itu pemilihan saham secara sektoral selayaknya mengikuti ranking sektoral model Jensen. Daftar Pustaka: Bank Indonesia, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Bulanan Bodie, Zvi., Alex Kane, and Alan J. Marcus, 2002. Investments. Fifth Edition, International Edition, New York: McGraw-Hill Company, Inc. 7

Bursa Efek Jakarta, JSX Monthly Statistics. Januari s/d Desember tahun 2003 sampai September tahun 2005. Francis, Jack Clark, 1991. Investments: Analysis and Management. Fifth Edition, Singapore: McGraw-Hill, Inc. Hirt, Geoffrey A. and Stanly B. Block, 1996. Fundamental of Investment Management. Fifth Edition, USA: Richard D. Irwin, Inc. Ippolito, Richard A., 1993. On Studies of Mutual Funds Performance, 1962-1991, Financial Analysts Journal, January-February: 42-50, dikutip oleh Hirt & Block. 1996. Fundamental of Investment Management, 5 th edition,p.633 Jensen, Michael C., 1968. The Performance of Mutual Funds in the Period 1945-1964, Journal of Finance, May: 389-416. McDonald, John G., 1974. Objectives and Performance of Mutual Funds, 1960-1969, Journal of Financial and Quantitative Analysis, June: 311-333 dikutip oleh Francis. 1991. Investment: Analysis and Management. 5 th edition, pp.662-663. Miller, Ross M., 1999. Treynor-Black Revisited: A New Application to Enterprise- Wide Portfolio Optimization, http://home.earthlink.net/ millerrisk/papers/treynorblackrevisited.htm. 4/8/2003 Sharpe, William F., 1966. Mutual Funds Performance, Journal of Business, 39, January:119-138 Treynor, Jack L. and Fisher Black, 1973. How to Use Security Analysis to Improve Portfolio Selection, Journal of Business: 66-86. Treynor, Jack L., 1965. How to Rate Management Investment Funds, Harvard Business Review, 43 January-February:63-75. 8