BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hasil penelitian tersebut dianalisis berdasarkan metode dan pendekatan yang

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Jawa untuk berkomunikasi antarsesama masyarakat Jawa.

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS DEIKSIS DALAM CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGANYAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kesantunan Berbahasa dengan Menggunakan Tuturan Tidak Langsung

DOKUMENTASI PENELITIAN. Lokasi Pertambangan. Kondisi tanah yang ditambang

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berinteraksi antarindividu maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, mereka harus bergaul dan berinteraksi

ANALISIS DEIKSIS PERSONA DAN TEMPORAL PADA RUBRIK JATI DIRI HARIAN JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pragmatik memiliki lima bidang kajian salah satunya deiksis. berarti penunjukan atau hal petunjuk dalam sebuah wacana atau tuturan.

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARSESAMA REMAJA DI KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekitar, sosial budaya, dan juga pemakaian bahasa. Levinson

BAB III METODE PENELITIAN

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

BAB IV. moment dan analisis regresi linear, peneliti melakukan analisis deskriptif yaitu. Tabel 4.1 Prosentase Jawaban Angket

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian tentang analisis deiksis dalam novel yang Miskin Dilarang

I. PENDAHULUAN. dalam mencari informasi dan berkomunikasi. Klausa ataupun kalimat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB III PRAKTIK PENUKARAN UANG DAN DESKRIPSI PEMAHAMAN PARA PELAKU AKAD MENGENAI PERTUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. apabila referennya berpindah-pindah tergantung pada siapa yang menjadi si

BAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. tutur/ pendengar/ pembaca). Saat kita berinteraksi/berkomunikasi dengan orang

BAB I PENDAHULUAN. orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan. Dalam hal kegiatan

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

BAB I PENDAHULUAN. manusia bermasyarakat. Bahasa berfungsi sebagai alat untuk berinteraksi atau alat

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mendeskripsikan subjek penelitian terlebih dahulu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai tanggal 10 Oktober

DEIKSIS RUANG DAN WAKTU BAHASA MELAYU JAMBI DI TANJUNG JABUNG TIMUR

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Akad Jual-beli Galian Tanah di Desa Randuharjo Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan bahasa adalah dua komponen yang tidak terpisahkan satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia, baik

DEIKSIS PERSONA, TEMPAT, DAN WAKTU DALAM CERITA RAKYAT DAYAK KANAYATN

PRONOMINA OF CENTRAL JAVA LANGUAGE SOLO DIALECT

BAB I PENDAHULUAN. mengandung banyak pengetahuan didalamnya. Tidak jarang ditemui kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH FADILAH NIM

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, pendapat, perasaan, keinginan dan harapannya. Komunikasi yang terjalin diharapkan dapat dipahami maknanya oleh orang-orang

LAMPIRAN. : Seorang suami yang bertanya kepada istrinya. : Anak-anak di mana mak? Belum ada satu pun yang di. Belum pulang pak dari tadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peranan penting bagi manusia. (Keraf, 1971:1) bahasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebagai : Subyek 1. Pendidikan Terakhir : SMP Kelas 2 : 2 dari 4 Bersaudara

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

DEIKSIS PERSONA DALAM BAHASA MELAYU KUTAI TENGGARONG

KESANTUNAN BERBAHASA DALAM MENGUNGKAPKAN PERINTAH

BAB III IMPLEMENTASI POLITIK UANG DALAM PRESPEKTIF PERTUKARAN SOSIAL. 1. Kondisi Geografis Desa Sukoreno Kecamatan Umbulsari Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian mengenai hal tersebut, tetapi penelitian tentang Deiksis Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan dan fungsi yang mendasar. Dengan bahasa manusia dapat

PENGGUNAAN DEIKSIS SEMANTIK DALAM CERPEN SILUET JINGGA KARYA ANGGI P

BAB V MERANCANG DAN MEWUJUDKAN MIMPI KELOMPOK TANI

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur terdapat dalam komunikasi bahasa. Tindak tutur merupakan

BAB III PERJUANGAN EKONOMI MANTAN TENAGA KERJA INDONESIA DI DESA KARANGWUNGU LOR. 1. Kondisi Geografis Desa Karangwungu Lor

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada

DEIKSIS DALAM BAHASA DAYAK DEAH. Isna Kasmilawati STKIP PGRI Banjarmasin. Abstrak

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

BAB 1 PENDAHULUAN. sepuluh. Menurut Kridalaksana kelas kata terbagi sepuluh macam sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kalangan, tidak saja pada ahli bahasa tetapi juga ahli-ahli di bidang lainnya.

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

BAB III GAMBARAN UMUM DESA KETEGAN DAN DESKRIPSI LARANGAN NIKAH ANAK PODO MBAREP. empat perdukuhan antara lain:

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB V DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DALAM MEMAHAMI DAN MEMECAHKAN MASALAH A. PEMBUANGAN YANG TIDAK PADA TEMPATNYA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi, bersifat arbitrer, digunakan

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa

Kegiatan Sehari-hari

BAB III KASUS ANAK MENGHALANGI AYAH MENGHALANGI AYAH MEMBERIKAN NAFKAH KEPADA ISTRI SIRI DIDESA JEGULO KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempermudah kita untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Bahasa adalah

bahasa indonesia Kelas X MEMPRODUKSI DAN MENGANALISIS TEKS NEGOSIASI K-13 SEMESTER 2, KELAS X SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. anggota kelompok tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari 19 Mei 2014 sampai dengan 10 Juli 2014 yang dilaksanakan di

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

Hemat Energi. Belajar Apa di Pelajaran 8? Menjelaskan isi drama dan memerankan drama melalui kegiatan mendengarkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi,

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

kata, dan tata bahasa (Moeljono. dkk., 1986:1). Perubahan bahasa akan berdampak pada pergeseran bahasa yang bisa terjadi akibat perpindahan dari satu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani deiktikos yang memiliki arti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

BAB III PERSEPSI ANAK JALANAN TAMAN MATARAM KOTA PEKALONGAN TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB IV PERKEMBANGAN KORBAN TSUNAMI ACEH DAN PERANG SAMPIT DI PONDOK PESANTREN YATIM INDONESIA DAN RESPON MASYARAKAT TERHADAP PONDOK PESANTREN YATIM

PEDOMAN WAWANCARA BAGI SINGLE MOTHER. 2. Kapankah perpisahan anda dengan pasangan anda terjadi?

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

KISAH DUA SAUDARA ADANG SUTEJA HADIYANTO TRUE STORY

STMIK CIC CIREBON Nurul Bahiyah, M. Kom.

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

ANALISIS SOSIOLINGUISTIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR KLEWER SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

SAPAAN DI RUANG RAWAT INAP ANAK RUMAH SAKIT DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini, disampaikan hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian. Setelah mengadakan penelitian terhadap objek yang dipilih, maka datadata hasil penelitian tersebut dianalisis berdasarkan metode dan pendekatan yang ditentukan. Hasil penelitian tersebut akan diuraikan sebagai berikut. 4.1.1 Deiksis Eksternal Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab I yaitu, Apa sajakah jenis deiksis eksternal bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?. Rumusan masalah dalam deiksis eksternal terdiri dari lima permasalahan yakni, (1) Apa sajakah jenis deiksis persona pertama bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?, (2) Apa sajakah jenis deiksis persona kedua bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?, (3) Apa sajakah jenis deiksis persona ketiga bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?, (4) Apa sajakah jenis deiksis persona ruang/tempat bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?, (5) Apa sajakah jenis deiksis persona waktu bahasa Jawa dalam tindak komunikasi lisan oleh masyarakat Desa Mopuya?. Ke lima jenis deiksis eksternal yang ada pada rumusan masalah tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

4.1.1.1 Jenis Deiksis Persona Pertama Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Ada dua bentuk kata ganti persona pertama dalam bahasa Jawa yaitu, aku (saya) dan kulo (saya). Dari perbedaan bentuk persona masing-masing memiliki perbedaan dalam pemakaiannya. Kata aku (saya) hanya dapat dipakai dalam situasi informal sedangkan kata kulo (saya) dapat digunakan dalam situasi formal. Perbedaan kata aku (saya) dan kulo (saya) yaitu: kata aku (saya) dapat dipakai dalam percakapan yang terjadi antara pembicara dan lawan bicara sudah saling mengenal atau sudah akrab hubungannya, sedangkan kata kulo (saya) dapat dipakai dalam situasi formal. Jadi kata kulo (saya) digunakan agar menimbulkan kesan yang lebih sopan. Namun, pada data yang peneliti ambil deiksis persona pertama tidak ditemukan dalam percakapan. Mengingat persona pertama adalah orang yang berada di dalam tuturan, maka kata ganti persona pertama tidak mengacu pada kata ganti orang di luar tuturan, sehingga deiksis persona pertama yang mengacu pada kata ganti orang di luar tuturan tidak ditemukan pada data yang ada dilampiran. 4.1.1.2 Jenis Deiksis Persona Kedua Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Bentuk persona kedua terbagi menjadi empat yaitu: kuwe (kamu), awakmu (kamu), sampean (anda), njenengan (anda). Bentuk persona kuwe (kamu) dan awakmu (kamu) hanya dapat digunakan diantara peserta ujaran yang sudah memiliki hubungan yang akrab, atau dipakai oleh seseorang yang memiliki status sosial yang lebih tinggi untuk menyapa orang yang memiliki status sosial yang

lebih rendah. Bentuk persona sampean (anda) dan njenengan (anda) dapat digunakan dalam interaksi yang terjadi jika pembicara dan lawan bicara belum saling mengenal atau digunakan saat percakapan terjadi dengan orang tua sehingga menimbulkan kesan yang sopan. Berikut adalah contoh bentuk persona kedua dalam percakapan bahasa Jawa. Mt 14 : Gak iso aku nek sesok. Jajal tekon Kariati. Ti, Kariati mreneo te di ke i duwek mbak Ndar gelem po gak? (Mt 14, Tt 4) (Tidak bisa saya kalau besok. Coba Tanya Kariati. Ti, Kariati kemari dulu mau dikasih uang kak Ndar mau atau tidak?) Mt 15 : Enek opo to mbak? (Mt 15, Tt 1) (Ada apa ya kak?) Pn 4 : Iso tandor awakmu sesok? (Pn 4, Tt 5) (Bisa tanam padi kamu besok?) Mt 15 : Aku gelem ae tapi oleh po gak karo pa e Yoga. (Mt 15, Tt 2) (Saya mau saja tapi diperbolehkan atau tidak oleh bapaknya Yoga) Pn 4 : Yo tekon disek, cepet yo. Pa e Yoga, oleh po gak bojomu melok tandor sesok? (Pn 4, Tt 6) (Ya tanya dulu, cepat ya. Bapaknya Yoga, boleh atau tidak istrimu ikut tanam padi besok?) (sumber, data 4) Kata yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah kata ganti persona kedua. Kata mu (kamu) yang dituturkan oleh (Pn 4, Tt 6) adalah kata yang merujuk pada kata yang dituturkan oleh (Mt 14, Tt 4). Kata mu (kamu) yang dituturkan oleh (Pn 4, Tt 6) merujuk pada nama orang yang sedang dibicarakan yaitu Ibu Kariati. Kata mu (kamu) yang dituturkan oleh (Pn 4, Tt 6) bersifat deiksis, karena kata ganti orang kedua yang berada di luar tuturan. 4.1.1.3 Jenis Deiksis Persona Ketiga Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Selain bentuk persona pertama dan kedua terdapat juga bentuk persona ketiga. Bentuk persona ketiga yaitu de e (dia), are e (dia), bocahe (dia), lareke

(dia), dan sira (dia). Bentuk persona de e (dia), areke (dia), dan bocahe (dia) hanya dapat digunakan dalam pembicaraan dimana pembicara dan lawan bicara sudah saling mengenal. Sedangkan bentuk persona lareke (dia) dan sira (dia) hanya dapat digunakan dalam pembicaraan dengan orang yang lebih tua dan orang yang belum dikenal karena kata lareke (dia) memiliki kesan yang lebih sopan dibandingkan dengan yang lain. Berikut adalah contoh bentuk persona ketiga dalam percakapan bahasa Jawa. Mt 1 : Sopo seng te kuliah nek Gorontalo? (Mt 1, Tt 1) (Siapa yang hendak kuliah di Gorontalo?) Mt 4 : Tonggone Kamim, te mlebu penjas. (Mt 4, Tt 2) (Tetangganya Kamim, mau masuk penjas). Mt 2 : Nek endi omahe arek iku? (Mt 2, Tt 1) (dimana rumahnya dia itu?) Mt 3 : Nek lorong bengkele cak Pek seng nek pingger jembatan. Poko e mlebu ngiwo teros-teros sampek petok perempatan menggok nengen omah ke telu. Te nyapo awakmu tekon omahe? (Mt 3, Tt 2) (Di lorong bengkelnya kak Pek yang di pinggir jembatan. Pokoknya masuk sebelah kiri terus-terus sampai dapat perrempatan belok kanan rumah ke tiga. Mau apa kamu Tanya rumahnya?) Mt 2 : Aku te nitep barang nek de e budal nek Gorontalo. (Mt 2, Tt 2) (Saya mau titip barang kalau dia berangkat ke Gorontalo). (sumber, data 1) Kata yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah kata ganti persona ketiga. Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Mt 2, Tt 2) merupakan kata yang merujuk pada kalimat yang dituturkan oleh (Mt 4, Tt 2). Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Mt 2, Tt 2) merupakan kata yang acuannya berada di luar tuturan, karena yang sedang dibicarakan adalah orang yang tidak berada dalam tuturan. Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Mt 2, Tt 2) mengacu pada kata yang dituturkan oleh (Mt 4, Tt 2) yaitu tetangganya Kamim orang yang sedang

dibicarakan, sehingga kata de e (dia) merupakan deiksis persona ketiga. Lebih jelasnya perhatikan contoh berikut. Mt 20 : Rodiah kapan balek? (Mt 20, Tt 1) (Rodiah kapan pulang?) Pn 5 : Ulan ngarep paleng. (Pn 5, Tt 2) (Bulan depan, mungkin). Mt 21 : Jarene de e wes gak betah. (Mt 21, Tt 1) (Katanya dia sudah tidak tahan). Pn 5 : Tapi pas makku balek de e tak tekoni kapan balek? Jarene de e ulan ngarep. (Pn 5, Tt 3) (Tapi, waktu Ibuku pulang saya tanya dia, kapan pulang? Dia bilang bulan depan). (sumber, data 5) Kata yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah kata yang mengacu pada deiksis persona ketiga. Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) adalah kata yang memiliki hubungan dengan kalimat yang dituturkan oleh (Mt 20, Tt 1). Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) merupakan kata yang mengacu pada orang yang sedang dibicarakan yaitu Rodiah. Kata de e (dia) yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) bersifat deiksis karena orang yang diacu berada di luar tuturan. 4.1.1.4 Jenis Deiksis Ruang/Tempat Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Deiksis ruang adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu dan dapat berupa adjektiva, adverbia atau verba, (Kaswanti 1984: 37). Dalam bahasa Jawa deiksis ruang yang merupakan pronomina penunjuk tempat terdiri atas kene (sini), kunu (situ), kono (sana), koyok iki (seperti ini), koyok kuwi (seperti itu), kiwo (kiri), dan tengen (kanan). Kata penunjuk pada bahasa Jawa seperti kene (sini),

kunu (situ), kono (sana) tidak dapat berdiri sendiri kata tersebut harus mendapat tambahan kata seperti dari, di,dan ke untuk memperjelas makna yang dimaksud. Berikut adalah contoh deiksis ruang/tempat dalam percakapan bahasa Jawa. Mt 26 : Omahe Rohman nek sebelah endi yo? (Mt 26, Tt 3) (Rumahnya Rohman disebelah mana ya?) Mt 24 : Nek sebelah tengene omahe lek Roji un. (Mt 24, Tt 7) (Disebelah kanan rumahnya kak Roji un). Pn 6 : Yo gak to. Nek sebelah kiwone to. Poko e nek wes teko kompleks pasar tekok nek uwong wes. (Pn 6, Tt 5) (Bukan. Disebelah kirinya). (pokoknya, kalau sudah sampai di kompleks pasar tanya saja sama orang). (sumber, data 6) Kata yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah kata yang digunakan sebagai penunjuk keberadaan suatu tempat. Kata kiwone (kirinya) yang dituturkan oleh (Pn 6, Tt 5) merupakan kata yang berhubungan dengan kalimat yang dituturkan oleh (Mt 26, Tt 3) yatu mengacu pada keberadaan tempat. Kata kiwone (kirinya) yang dituturkan oleh (Pn 6, Tt 5) adalah kata yang mengacu pada kediaman orang yang sedang dibicarakan yaitu kediaman Rohman. 4.1.1.5 Jenis Deiksis Persona Waktu Bahasa Jawa dalam Tindak Komunikasi Lisan oleh Masyarakat Desa Mopuya Deiksis waktu adalah pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat, baik pagi, siang, sore, dan malam (Kaswanti 1984: 58). Dalam bahasa Jawa deiksis waktu meliputi ngarep (depan), nguri (belakang), sak iki (sekarang), dek mau (tadi), dek ingi (kemarin), sesok (besok), dek nane (kemarin dulu), dek mbiyen (tahun lalu), taon iki/ngarep (tahun ini/depan), sok emben (tahun depan), minggu iki/ngarep

(minggu ini/depan), ulan iki/ngarep (bulan ini/depan) dan lain-lan. Berikut adalah contoh deiksis waktu dalam percakapan bahasa Jawa. Mt 2 : Aku te nitep barang nek de e budal nek Gorontalo. (Mt 2, Tt 2) (Saya mau titip barang kalau dia berangkat ke Gorontalo). Pn 1 : Adekmu kapan budal nek gorontalo? Jarene te ndaftar. (Pn 1, Tt 3) (Adikmu kapan berangkat ke Gorontalo? Katanya mau mendaftar). Mt 1 : Sesok paleng, soale Bapakku wes ringkes-ringkes klambi. (Mt 1, Tt 2) (Besok mungkin, karena ayahku sudah atur-atur baju). (sumber, data 1) Kata yang dicetak tebal pada contoh di atas adalah kata yang dipakai untuk menunjukkan waktu dipandang dari lokasi terjadinya tuturan itu. Kata sesok (besok) yang dituturkan oleh (Mt 1, Tt 2) adalah kata yang merujuk pada kalimat yang dituturkan oleh (Pn 1, Tt3) yaitu keberangkatan orang yang sedang dibicarakan. Kata sesok (besok) yang dituturkan oleh (Mt 1, Tt 2) merupakan kata yang menunjukkan waktu yaitu satu hari lagi jika dipandang dari lokasi terjadinya tuturan itu. Lebih jelasnya perhatikan contoh berikut. Mt 20 : Rodiah kapan balek? (Mt 20, Tt 1) (Rodiah kapan pulang?) Pn 5 : Ulan ngarep paleng. (Pn 5, Tt 2) (Bulan depan, mungkin). Mt 21 : Jarene de e wes gak betah. (Mt 21, Tt 1) (Katanya dia sudah tidak tahan). Pn 5 : Tapi pas makku balek de e tak tekoni kapan balek? Jarene de e ulan ngarep. (Pn 5, Tt 3) (Tapi, waktu Ibuku pulang saya tanyadia, kapan pulang? Dia bilang bulan depan). (sumber, data 5) Kata ulan ngarep (bulan depan) yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) adalah kata yang merujuk pada kalimat yang dituturkan oleh (Mt 20, Tt 1) yaitu kepulangan seseorang yang sedang dibicarakan. Kata ulan ngarep (bulan depan)

yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) merupakan kata yang mengacu pada satu bulan yang akan datang jika dipandang dari lokasi terjadinya tuturan itu. Kata ulan ngarep (bulan depan) yang dituturkan oleh (Pn 5, Tt 3) merupakan kata yang bersifat deiksis waktu karena kata ulan ngarep (bulan depan) mengacu pada orang yang berada di luar tuturan. 4.2 Pembahasan Deiksis dalam bahasa Jawa pada dasarnya sama dengan deiksis dalam bahasa Indonesia. Deiksis tersebut adalah sama-sama mengacu pada kata yang dapat ditafsirkan acuannya dengan memperhatikan saat dan tempat dituturkannya pembicaraan. Kata ganti yang digunakan oleh masyarakat Desa Mopuya dalam berkomunikasi bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam menunjukkan identitas baik si penutur, mitra tutur, maupun orang yang sedang diacu dalam pembicaraan. Kata ganti yang sering dipakai merupakan bukti bahwa dalam penuturan atau komunikasi yang terjadi, identitas yang ditunjukkan lebih efektif. Dalam kata ganti terdapat beberapa kata ganti dalam penuturan yaitu adalah kata ganti persona pertama, kedua, dan ketiga yang disebut dengan deiksis leksikal pronominal. Deiksis leksikal pronominal adalah suatu pemberian bentuk pada persona yang mengacu pada kelas kata diri. Deiksis leksikal pronominal ada yang bersifat pronomina persona, pronominal posesif, dan pronominal demonstrativ. Kata ganti tersebut adalah kata ganti persona pertama, kedua, dan ketiga. Kata ganti pronominal dalam penelitian ini merujuk pada kata ganti yang ada di luar tuturan.

Kata ganti yang terdapat dalam penelitian ini membahas tentang kata ganti diri baik kata ganti persona pertama, kedua, dan ketiga yang acuannya berada di luar tuturan atau yang tidak terlibat dalam peristiwa tutur. Kata ganti persona berkaitan dengan peran peserta yang terlibat dalam peristiwa berbahasa atau dalam suatu pembicaraan. Melihat data yang ada dalam penelitian ini, sedikit kata yang mengacu pada deiksis eksternal persona pertama. Melihat kapasitas persona pertama adalah orang yang berperan penting dalam sebuah percakapan maka persona pertama adalah orang yang berada dalam tuturan karena lebih menekankan arti diri yang sedang berada dalam percakapan. Melihat pengertian deiksis eksternal adalah acuannya yang berada di luar tuturan maka kata ganti yang dituju adalah orang yang berada di luar tuturan namun menggunakan kata ganti persona pertama dalam peristiwa tutur. Kata ganti yang dimaksud hanya dapat diwakili oleh orang lain dalam penuturannya. Selain kata ganti persona pertama terdapat juga kata ganti persona kedua dan kata ganti persona ketiga yang acuannya sama dengan kata ganti persona pertama yaitu mengacu pada kata ganti diri yang berada di luar tuturan. Selain kata ganti persona pertama, kedua, dan ketiga terdapat pula kata ganti ruang/tempat dan kata ganti waktu dalam penelitian ini disebut deiksis. Deiksis ruang/tempat adalah pemberian bentuk dalam menyatakan tempat. Kata ganti yang digunakan dalam menyatakan tempat, dalam bahasa Jawa hanya menggunakan kata penunjuk dalam penuturannya. Kata penunjuk tempat yang dimaksudkan adalah kata penunjuk yang berada di luar tuturan maksudnya mengacu pada objek yang tidak berada dalam tuturan. Melihat permasalahan

dalam penelitian ini adalah deiksis eksternal yang berarti kata ganti di luar tuturan. Kata ganti itu dapat berupa kata ganti persona, kata ganti ruang/tempat, dan kata gani waktu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai kata ganti baik yang mengacu pada kata ganti persona maupun kata ganti ruang/tempat, terdapat pula kata ganti yang mengacu pada waktu. Kata ganti waktu merupakan kata ganti yang menunjukkan waktu dipandang dari lokasi dituturkannya kata itu. Kata ganti waktu dipakai karena dianggap lebih mudah untuk menunjukkan kejadian yang terjadi, misalnya kata kemarin menunjukkan waktu satu hari yang telah berlalu jika dipandang dari lokasi terjadinya tuturan itu. Kata ganti yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kata ganti waktu yang berada diluar tuturan, maksudnya kata ganti itu digunakan untuk menyatakan waktu dari objek yang sedang dibicarakan, dalam arti objek itu berada di luar tuturan karena objek itu tidak termasuk dalam proses tuturan. Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kata ganti yang digunakan dalam tuturan oleh masyarakat baik masyarakat Jawa, Batak, Manado maupun Gorontalo hanya mengacu pada pemakaian kata yang dianggap lebih mudah untuk menunjukkan identitas diri, baik penutur maupun mitra tutur. Data yang terlampir merupakan gambaran dari bahasa yang digunakan oleh masyarakat dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkungan masyarakat maupun lingkungan pelajar. Penggunaan kata ganti sering digunakan baik kata ganti persona, kata ganti ruang, dan kata ganti waktu. Kata ganti yang

digunakan sangat memudahkan dalam berkomunikasi dan merupakan faktor utama yang menunjang keberhasilan dalam berinteraksi antarsesama.