BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG

Bab VI. CAMPURAN MULTI KOMPONEN

BAB II. KESEIMBANGAN

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

PMD D3 Sperisa Distantina

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina

BAB V. CONTINUOUS CONTACT

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

BAB I DISTILASI BATCH

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2

Ruang Lingkup. 1. Pemilihan Tipe Kolom 2. Penentuan Kondisi operasi 3. Perancangan Tray Tower 4. Perancangan Packed Tower

MATERI : MENARA DISTILASI CAMPURAN BINER

Kesetimbangan Fasa Bab 17

KOLOM BERPACKING ( H E T P )

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN

DISTILASI 08/03/2018 Nur Istianah-KP1-Distilasi-2015

Laporan Praktikum Kimia Fisik

DAFTAR LAMPIRAN...xi

Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara Distilasi.

Diagram Segitiga dan Kesetimbangan Cair-Cair

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

PERANCANGAN ALAT PROSES ABSORBER. Oleh : KELOMPOK 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

TINJAUAN TEORITIS PERANCANGAN KOLOM DISTILASI UNTUK PRA-RENCANA PABRIK SKALA INDUSTRI

HUKUM RAOULT. campuran

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS)

a. Pengertian leaching

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

Kondisi Optimum Pemisahan Aseton dari Campuran Aseton-Etanol-Air-n Butanol Dengan Kolom Distilasi Vacuum

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA

Xpedia Fisika. Soal Zat dan Kalor

DESAIN ALAT DISTILASI UNTUK MEMPEROLEH ETANOL DENGAN KADAR OPTIMUM

EKSTRAKSI. Nur Istianah,ST,MT,M.Eng

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

TETAPAN PERANCANGAN. Rancang ukuran RDVF yang bisa menjalankan tugas yang diberikan berdasarkan data plate and frame filter tersebut.

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN BERAT MOLEKUL MELALUI METODE PENURUNAN TITIK BEKU (CRYOSCOPIC)

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. _Indra Wibawa Dwi Sukma_ _. 1. Pengertian Ekstraksi

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

packing HETP meningkat dengan beban (loading) dalam structured packing

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

NERACA MASSA TANPA REAKSI Pertemuan ke 2 s/d 4

BAB III SPESIFIKASI ALAT

PMD D3 Sperisa Distantina

PACKED BED ABSORBER. Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Edisi : Juni 2009

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

ENTROPI. Untuk gas ideal, dt dan V=RT/P. Dengan subtitusi dan pembagian dengan T, akan diperoleh persamaan:

PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT

BAB IV PEMBAHASAN. 4.2 Ekstraksi Senyawa Fenol Penentuan Waktu Kesetimbangan pada Ekstraksi Senyawa Fenol dari Limbah Cair Industri Tekstil.

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL AIR

BAB III PERANCANGAN PROSES

Kesetimbangan Fasa Cair-Cair dan Cair Uap

Salah satu aplikasi data keseimbangan uap-cair adalah analisis flash distillation. FLASH DISTILATION

PARTIALLY MISCIBLE EXTRACTION

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II PESAWAT PENGUBAH PANAS (HEAT EXCHANGER )

BAB I PENDAHULUAN I.1.

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

MODUL 2.05 Distilasi

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs

PERSENTASE PRODUK ETANOL DARI DISTILASI ETANOL AIR DENGAN DISTRIBUTE CONTROL SYSTEM (DCS) PADA BERBAGAI KONSENTRASI UMPAN

Cara Menggunakan Tabel Uap (Steam Table)

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR SIMBOL DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRACT Latar Belakang Keaslian Penelitian 5

Transkripsi:

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) Di muka telah dibicarakan tentang penggunaan diagram entalpi komposisi pada proses distilasi dan penggunaan diagram (x a y a v S x C y C ) pada proses ekstraksi untuk memperkirakan kebutuhan jumlah stage ideal agar diperoleh hasil pemisahan yang tertentu, atau cara penyelesaian tersebut dikenal dengan plate to plate calculation. Dalam praktek berhitung masih ada cara lain yang cukup singkat sehingga jawaban yang diinginkan dapat segera diperoleh, dan masih dianggap cukup teliti. Cara perhitungan ini tidak memerlukan lagi kurva (x.y) vs. (h. H) atau (x A, y A ) vs. (x C, y C ), tetapi hanya kurva seimbang saja atau kurva (x vs. y), dan cara penyelesaian ini dikenal sebagai constant molal over flow. Pada dasarnya untuk evaluasi kebutuhan stage seimbang diperlukan dua persamaan, yaitu: 1. Persamaan garis keseimbangan (hubungan x dan y yang keluar dari suatu stage) berada pada kurva seimbang. 2. Persamaan garis operasi (hubungan antara dua arus di antara dua stage yang berurutan) disusun berdasarkan neraca massa. 1. Simple Countercurrent Cascade Neraca massa total Neraca massa komponen: Jika arus L dan arus V konstan atau mendekati konstan, maka persamaan di atas dapat dituliskan sebagai persamaan garis operasi seperti berikut: Universitas Gadjah Mada 1

Persamaan ini merupakan persamaan garis lurus dengan slope dan intersep Persamaan garis operasi di atas sangat mudah untuk digambarkan jika diketahui letak satu titik dan tangeri arahnya (slopenya). Simple Contercurrent Cascade pada Proses Distilasi Jika pengaruh perubahan panas tidak merubah kecepatan molal aliran cairan atau uap ( L atau V ) dari stage ke stage Iainnya, maka garis operasinya juga merupakan garis lurus. Aliran molal cairan dan uap dalam kolom distilasi komponen biner dipengaruhi oleh empat faktor: 1. Panas penguapan campuran ( ) 2. Panas pencampuran cairan dan uap 3. Perubahan kapasitas panas (C p ) terhadap suhu 4. Panas yang hilang dari dinding kolom. Jika panas penguapan campurannya konstan dan fraktor ke 2, 3 dan 4 dapat diabaikan, pengaruhnya karena relatif kecil, maka garis uap jenuh dan garis cair jenuhnya akan sejajar, maka, L dan V sepanjang kolom akan tetap dan garis operasi akan berupa garis lurus. Atau sehingga garis operasinya akan mudah digambarkan jika komposisi ke empat arus terminal diketahui. Garis operasi ini digambarkan dalam satu koordinat dengan kurva seimbang, dengan cara ini perhitungan stage seimbang dapat dengan mudah dilakukan. Universitas Gadjah Mada 2

Simple Contercurrent Cascade pada Proses Ekstraksi Jika solven B dan C tidak saling melarutkan, maka konsentrasi keseimbangan A pada fase V (y A ) dan A pada fase L (x A ) dapat dinyatakan dalam satu kurva seimbang yang sederhana (keseimbangan ektraksi tipe 1). Tetapi pada keadaan ini total aliran massa L dan V sepanjang kolom tidak tetap. Komponen A pada arus rafinat L ditransfer ke arus ekstrak V, sehingga nilai L akan jauh berkurang dan nilai V akan makin bertambah. Oleh karena nilai L dan V tidak tetap, maka persamaan garis operasinya tidak berupa garis lurus. Agar diperoleh garis yang lurus, maka didefinisikan simbol-simbol yang baru seperti sebagai berikut. Arus rafinat mengandung diluent dan solute.(l = B + A) kemudian didefinisikan arus baru atas dasar bebas solute, sehingga dapat didefinisikan arus rafinat sebagai L = B yang nilainya tetap karena B tidak melarut dalam C. dengan: L' = massa rafinat yang tidak terekstrak (komponen B ), tidak termasuk A Pada arus ekstrak (V = C + A) karena nilai C tetap, maka didefinisikan besaran baru V = C. V' = massa pelarut pada fasa ekstrak (komponen C ) tidak termasuk A Selanjutnya didefiniskan fraksi massa baru sebagai berikut: Dengan menggunakan basis fraksi massa bebas solut, maka neraca massa komponen A dapat dituliskan sebagai berikut: Atau : OIeh karena B dan C tidak saling melarut, maka nilai V' dan nilai L' konstan, sehingga persamaan garis operasinya juga merupakan garis lurus. Tetapi perlu diperhatikan bahwa diagram keseimbangannya juga perlu diubah dari koordinat x dan y menjadi koordinat X dan Y. Variabel Operasi Jika nilai ( ) minimum, maka nilai N akan tak terhingga. Hal ini terjadi jika garis operasinya menyinggung atau memotong kurva seimbang. Universitas Gadjah Mada 3

Contoh soal: Suatu gas hasil dari proses gasifikasi batubara akan dihilangkan kandungan minyak ringannya dengan menggunakan minyak pencuci sebagai absorbennya. Minyak ringan yang terambil dipungut kembali menggunakan suap di menara stripper. Kondisi operasinya adalah sebagai berikut: Absorber: Gas masuk 0,250 m 3 /dt (31.800 ft 3 /j) pada suhu 26 C, Pt 1,07 x 10 5 N/m 2 (803 mm Hg) yang berisi 2% uap minyak ringan yang kebanyakan berisi benzen. % removal yang diinginkan adalah 95. Minyak pencuci masuk pada 26 C dan berisi 0,005 mol fraksi benzen dan mempunyai Bm 260. Sirkulasi minyak yang digunakan sebanyak 1,5 kali minimumnya. Stripper: Larutan dari absorber dipanasi sampai 120 C dan masuk stripper pada tekanan atmosferik. Uap yang digunakan adalah super heated steam pada 122 C. Minyak pencuci yang berisi 0,005 mol fraksi benzen didinginkan dan dikembalikan ke absorber dan kecepatan uap yang digunakan adalah 1,5 harga minimumnya. Hitunglah kebutuhan minyak dan uap. Hitunglah jumlah tray untuk absorber. Universitas Gadjah Mada 4

Penyelesaian: Basis : 1 detik Untuk 95% removal Pada suhu 26 C tekanan uap benzene: P = 100 mmhg = 13.330 N/m 2 Untuk larutan ideal: Dari persamaan di atas didapatkan: Universitas Gadjah Mada 5

Dari gambar ditarik garis lurus dari (y 2, x 2 ) yang menyinggung kurva kesetimbangan dan memotong garis y 1 = 0,0204, sehingga didapatkan x 1 = 0,176. STRIPPER Pada suhu 122 C, tekanan uap benzen adalah 2.400 mmhg = 319,9 kn/m 2. Dengan cara yang sama didapatkan: Dibuat garis lurus dari (x 1, y 1 ) yang menyinggung kurva kesetimbangan, sehingga didapatkan y 2 = 0,45 Universitas Gadjah Mada 6

ABSORBER Jumlah tray dapat dihitung dari grafik, dan didapatkan 7,6. Perhitungan tray secara teoritis Universitas Gadjah Mada 7

Menggunakan persamaan Menggunakan grafik 5.16 halaman 129 atau grafik 8.20 halaman 310 2. Countercurrent Flow With Reflux Dengan adanya reflux pada satu ujung atau pada dua ujung cascade, dan feed masuk pada stage tertentu dari cascade, maka pada keadaan ini terdapat dua arus netto ( dan ) atau terbentuk dua garis operasi, yaitu: a. Garis operasi pada sesi enriching (sesi atas) untuk nilai L dan V yang konstan, maka persamaan di atas dapat dituliskan sebagai berikut: Universitas Gadjah Mada 8

b. Garis operasi pada sesi stripping (sesi bawah) Jika nilai dan pada sesi stripping tetap, maka persamaan di atas dituliskan sebagai berikut: Kedua garis operasi pada sesi atas dan bawah tersebut merupakan garis lurus dengan slope = untuk sesi atas, dan slope = untuk sesi bawah. Countercurrent Flow With Reflux pada Proses Distilasi (Metode McCabe-Thiele). Pada proses pemisahan dengan cara penyulingan V c = 0 dan V S+1 = 0, karena tidak menggunakan zat pelarut, sehingga persamaan garis operasinya dapat dituliskan menjadi: Sesi Enriching Atau Atau Garis lurus Universitas Gadjah Mada 9

Sesi Stripping Garis lurus : Dua garis lurus di atas dapat digambarkan dalam diagram keseimbangan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana jika hubungan antara kedua garis operasi tersebut di atas dengan karakteristik umpan? Kedua garis operasi berpotongan pada suatu titik di sekitar tempat masuknya umpan. Jika kedua garis tersebut berpotongan pada titik i, maka: Maka persamaan garis operasi atas (enriching) dapat dituliskan sebagai berikut: Dan garis operasi bawah (stripping) adalah sebagai berikut: Selisih kedua persamaan di atas adalah: Neraca massa komponen di seluruh cascade: Neraca massa total di seluruh cascade: Jika persamaan (c) disubstitusikan ke persamaan (b) didapatkan persamaan: Universitas Gadjah Mada 10

Arus netto pada sesi atas: Arus netto pada sesi bawah: Persamaan (e) dan (f) disubstitusikan ke persamaan (d), dan didapatkan: Dengan Dan jika, maka, atau garis q yang merupakan tempat kedudukan titik potong garis operasi atas dan bawah. Garis q ini dapat digambarkan jika letak titik Z F diketahui dan tangen arah garis q adalah ( ). Pada proses distilasi, hubungan garis-garis operasi dengan umpan dapat diuraikan berdasarkan neraca massa dan neraca entalpi sebagai berikut: Persamaan (a) di atas: Pada distilasi: V S+1 dan y S+1 bernilai 0 V C dan y C bernilai 0 Universitas Gadjah Mada 11

Neraca panas di sekitar feed plate dihitung dengan cara sebagai berikut: Umpan cair jenuh : h F = h L q = 1 Umpan cair jenuh: h F = H v q = 0 Umpan cairan dingin (cold liquid) Umpan uap lewat panas Universitas Gadjah Mada 12

Kondisi V F L F H Vf H LF H F q 1. Cairan dingin 0 F --- h F h F < h L >1 + 2. Cairan jenuh 0 F --- h F h F = h L =1 Tak terhingga 3. Cairan + uap V F L F H F h F h L < h F < H V 0 1-4. Uap jenuh F 0 H F --- H f = H V 0 0 5. Uap lewat panas F 0 H F --- H f > H V <0 + Universitas Gadjah Mada 13

Beban Kondensor Neraca panas di sekitar kondensor: Kondensor total: kondensor parsial: Beban Reboiler Neraca panas total bila tidak ada panas yang hilang lewat dinding (Q loss = 0) Q C + Q B = h D D + h B B - h F F Bila ada panas yang hilang lewat dinding dapat dituliskan sebagai berikut: Variabel operasi Reflux total Universitas Gadjah Mada 14

dengan: R = tak terhingga Dan jika R = tak terhingga, maka Y n+1 = x n, sehingga garis operasi garis = garis diagonal. Atau pada keadaan reflux total D = 0; B = 0, dan F = 0, maka L = V = =, dengan slope garis operasi = 1 (garis operasi = garis diagonal) Reflux Minimum Jika nilai R semakin kecil, maka slope garis operasi juga akan semakin kecil dan intersepnya akan semakin besar. Bila R diperkecil garis operasinya, maka pada suatu saat akan menjadi semakin besar memotong atau menyinggung kurva seimbang di suatu titik. Universitas Gadjah Mada 15

Untuk Kasus Open Steam Pada kondisi ini yang berubah adalah neraca massa pada sesi stripping, yang dapat dituliskan sebagai berikut: Constant molal overflow: dengan: V S y S = 0 Menentukan titik pada ujung bawah: x m = x N dan y m -1 = y s = 0 Bila digambarkan dalam bentuk kurva adalah sebagai berikut: Universitas Gadjah Mada 16

Intermediate Streams (dengan Cara Penyederhanaan) Cara Pertama o Arus I bisa berupa arus hasil atau arus umpan o Terdapat 3 persamaan garis operasi o Ada 2 garis q Garis operasi sesi atas: Garis operasi sesi bawah: Garis operasi sesi tengah Universitas Gadjah Mada 17

Urutan cara pengerjaan: o Gambarkan kedua garis q pada Z F dan Z 1 o Gambarkan garis operasi atas, dan x D dengan slope (memotong garis q F ) o o Gambarkan garis operasi tengah, dari titik potong pada garis q F dengan slope yang memotong garis q I Gambarkan garis operasi bawah, dengan cara menghubungkan titik x B dengan titik potong pada garis Cara Kedua Jika kedua arus intermediate dinyatakan dengan arus, maka cascade dapat dipandang sebagai cascade dengan satu umpan ( ), sehingga: I + F = Urutan pengerjaannya adalah sebagai berikut: Gambarkan ketiga garis q, yaitu q 1, q, dan q F. Nilai q dihitung berdasarkan sifat arus Gambarkan garis operasi atas dengan slope sampai memotong garis q Gambarkan garis operasi bawah dengan menghubungkan titik potong antara garis operasi atas dengan garis q pada q dengan x B. Selanjutnya garis operasi tengah didapatkan dengan menghubungkan antara titik potong garis operasi atas dengan q F dan titik potong garis operasi bawah dengan q I. Universitas Gadjah Mada 18

Stage Efficiencies Pada alat stage wise contact yang sebenarnya, arus yang keluar dari stage tersebut tidak dalam keadaan keseimbangan. Hal ini disebabkan karena bila mendekati keadaan seimbang waktu kontak yang dibutuhkan menjadi sangat lama. Kontak fasa dalam single stage Terdapat 2 definisi efisiensi, yaitu: 1. Overall Efficiency, yang dinyatakan dengan: Universitas Gadjah Mada 19

2. Murphree Stage Efficiency: Perhitungan Stage Analitis Perhitungan stage secara analitis ini dapat digunakan pada arus lawan arah sederhana yang mempunyai garis operasi dan garis seimbang berupa garis lurus. Neraca massa sekitar stage: Untuk L dan V yang konstan: Garis seimbang akan berupa garis lurus jika mengikuti hukum Henry seperti berikut: Jika persamaan (2) disubstitusikan ke dalam persamaan neraca massa (1) maka akan didapatkan: Dengan : Universitas Gadjah Mada 20

Dengan cara yang sama untuk stage 2 didapatkan: Y 1 dari persamaan (4) disubstitusikan ke persamaan (5) dan didapatkan: Jika disederhanakan didapatkan: Dengan cara yang sama sampai stage yang ke N dapat diperoleh persamaan yang mirip dengan persamaan (7), yaitu: Neraca massa di seluruh stage (stage 1 sampai dengan stage N ): Dan dapat ditulis sebagai: didapatkan: Substitusikan persamaan (8) ke persamaan (9), dan. setelah disederhanakan Atau dapat dituliskan sebagai: Atau dapat dituliskan menjadi: Universitas Gadjah Mada 21

Jika dilogkan didapatkan: Persamaan (10) dapat digunakan untuk menentukan jumlah stage jika data-data yang diperlukan diketahui. Perhitungan Stage Minimum Secara analitis Cara ini pertama kali ditemukan oleh Fenske, dan hanya berlaku untuk realtive volatility yang konstan. Berdasarkan definisi relative volatility AB =, dan untuk stage ke N dapat dituliskan: Pada reflux total (N min ), garis operasinya berimpit dengan garis diagonal sehingga Y N = X N - 1, dan didapatkan: Untuk stage N-1: Dan untuk seterusnya sampai stage 1, adalah: Untuk kondensor total Y 1 = X D dan untuk hasil bawah dalam bentuk cair X N X B, maka: Universitas Gadjah Mada 22