BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG"

Transkripsi

1 BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG Konsep stage seimbang dapat dipergunakan untuk memperkirakan hasil pemisahan suatu campuran. Konsep ini menggunakan dasar bahwa arus yang keluar stage dalam keadaan seimbang atau telah terjadi keseimbangan fase. Ada kemungkinan kedua fase yang berkontak dipisahkan sebelum keadaan keseimbangan terjadi karena untuk mencapai keadaan keseimbangan diperlukan waktu yang lama (ingat kecepatan perpindahan berjalan lambat bila sudah mendekati keadaan keseimbangan). Oleh karena itu diperlukan faktor efisiensi pemisahan. Seperti sudah diketahui bersama bahwa pada suatu stage seimbang untuk suhu dan tekanan tertentu komposisi hasil keseimbangan juga tertentu (ingat kaidah keseimbangan fase). Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang memenuhi spesifikasi tertentu digunakan cara operasi berulang (multiple stage). A. Seimbang Tunggal Alat kontak paling sederhana pada stage wise adalah single stage equilibrium. Misalnya ekstraksi single stage, yaita suatu larutan A C (umpan) ditambah dengan larutan B murni (atau tidak murni). Pertanyaannya adalah bagaimana komposisi hasil Ekstrak (E) dan Rafinat ( R). Persamaan matematis yang dapat disusun untuk konsep ini (ingat konsep Chemical Engineering Tools) 1. Neraca massa total 2. Neraca massa komponen solute (A) 3. Neraca massa komponen solvent (C) atau (neraca separating agent) 4. Hubungan keseimbangan ( ) ( ) ( ) Neraca panas tidak ditinjau karena umumnya ekstraksi berlangsung pada suhu tetap atau panas pelarutan umumnya rendah. Universitas Gadjah Mada 1

2 Perhitungan dapat dilakukan bila tersedia data seimbang untuk sistem (A, B, dan C) pada suhu dan tekanan operasi. Lukiskan kurva seimbangnya: - Segitiga ABC sama sisi Persamaan-persamaan aljabar yang tersusun dapat diselesaikan dengan bantuan komputer atau secara grafis. Pada era sekarang ini yang perkembangan komputer sudah sangat pesat dan didukung kemampuan berhitung secara analitis, numeris, dan kemampuan penyusunan program komputer yang baik maka persamaan-persamaan di atas dapat diselesaikan dengan sangat mudah. Pada kuliah ini akan dibahas secara rinci cara penyelesaian dengan cara grafis karena sampai saat ini masing-masing mahasiswa belum dimungkinkan membawa komputer ke kelas. Tetapi penanaman konsep-konsep penyusunan model matematis atau analisis kasus ditekankan sehingga cara penyelesaian persamaan yang dipilih dapat bebas karena merupakan bagian yang terpisah. Perhitungan secara grafis Pada perhitungan secara grafis muncul konsep penjumlahan secara grafis dan pengurangan secara grafis. Untuk itu muncul kaidah penjumlahan secara grafis dan pengurangan secara grafis. Kaidah penjumlahan secara grafis (graphical addition rule) campuran yang terjadi dari penjumlahan dua arus yang masuk atau keluar terletak pada garis lurus yang dibentuk dari kedua komposisi-komposisi tersebut. Sedangkan posisi titik campuran tersebut ditentukan dengan kaidah lengan tuas terbalik (inverse lever arm rule). Kaidah ini dijabarkan berdasarkan neraca massa sebagai berikut: Berdasarkan persamaan neraca bahan, kita dapat mengadakan analisis secara grafik. ( ) Universitas Gadjah Mada 2

3 Jadi m 1 berada pada garis dengan posisi dicari dari: berlaku untuk komponen A dan C Persamaan ini yang kemudian dinyatakan sebagai kaidah lengan tuas terbalik, dengan dasar pemikiran yang sama dapat dinyatakan sebagai panjang garis. dan seterusnya untuk perbandingan yang lain. Prinsip pengurangan Pengurangan dapat juga dilakukan secara grafis, konsep yang digunakan sama dengan prinsip penjumlahan arus. Prinsip pengurangan dapat digunakan untuk menentukan jumlah dan komposisi arus diantara dua stage yang berturutan dan dikenal dengan konsep arus netto. Kaidah lengan tuas terbalik juga berlaku pada pengurangan arus. Letak titik pada perpanjangan garis yang dihubungkan dari E 1 dan R 0 atau dari E 2 dan R 1 dan seterusnya, dan posisinya dapat ditentukan berdasarkan kaidah lengan tuas terbalik misalnya: untuk yang lain analog. Universitas Gadjah Mada 3

4 Penentuan Jumlah dan Komposisi Arus-arus yang Keluar dari Stage Seimbang Kuantitas (jumlah dan komposisi) ekstrak dan rafinat ditentukan berdasarkan persamaan-persamaan neraca massa dan keseimbangan yang telah disusun di atas. Komposisi ekstrak dan rafinat dalam keadaan seimbang maka titik ekstrak dan rafinat berada pada kurva seimbang dan tie line yang dihubungkan dari komposisi ekstrak dan rafinat harus melalui titik m 1 (seperti gambar di atas). Penentuan garis tersebut dilakukan dengan coba-coba. Bila garis yang dimaksudkan diperoleh maka komposisi ekstrak dan rafinat dibaca dan jumlahnya dapat ditentukan berdasarkan persamaan neraca massa total dan komponen atau dengan kaidah lengan tuas terbalik. Dan R 1 dicari dari : Pada konsep keseimbangan, E R, yang berarti = garis seimbang. Jadi kita harus mencari garis seimbang yang melalui m. Cara mencari garis tersebut dengan cara trial and error. Sebagai catatan, lebih mudah memakai kurva distribusi seimbang. a. Tarik garis sembarang (tie line) melalui m b. Cek apakah tie line tersebut merupakan tie line yang benar. B. Multi Stage Cross-Current Extraction Untuk masing-masing stage dapat disusun: Neraca massa total: Universitas Gadjah Mada 4

5 Neraca massa komponen Solut (A) Neraca massa komponen Solven (C) atau neraca separating agent dan hubungan keseimbangan Contoh soal: Larutan asam asetat (A) dan air (B) sebanyak 100 kg berisi 30% asam diekstraksi tiga tingkat secara arus silang dengan isopropil eter (C) dengan menggunakan 40 kg solven di tiap tingkatnya. Hitunglah komposisi dan jumlah tiap-tiap aliran. Hitunglah juga jumlah solven yang dibutuhkan apabila digunakan 1 tingkat ekstraksi dengan kondisi rafinat yang sama. Hubungan keseimbnagan diberikan dalam bentuk grafik berikut: Solven Diluen Solute Solven Diluen Solute 98,1 97,1 95,5 91,7 84,4 71,1 58,9 45,1 37,1 1,2 1,5 1,6 1,9 2,3 3,4 4,4 10,6 16,5 0,69 1,41 2,89 6,42 13,30 25,5 36,7 44,3 46,4 0,5 0,7 0,8 1,0 1,9 3,9 6,9 10,8 15,1 99,3 98,9 97,4 97,1 93,3 84,7 71,5 58,1 48,7 0,18 0,37 0,79 1,93 4,82 11,4 21,6 31,1 36,2 Penyelesaian: Tingkat I (Stage I): F = 100 kg, x F = 0,3, y s = 0, S 1 = 40 kg, Neraca massa total M 1 = F + S 1 = = 140 kg Neraca massa asam asetat Titik m 1 terletak pada garis FS 1 dengan komposisi asam asetat pada arus campuran (m) adalah x m1 = 0,214 maka titik m dapat ditentukan. Universitas Gadjah Mada 5

6 Jumlah dan komposisi ekstrak dan rafinat dapat ditentukan dengan bantuan kurva distribusi dengan cara coba-coba dicari tie line yang melalui m 1. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan x A1 = 0,258 dan y A1 = 0,117 Tingkat II: Titik m 2 terletak pada garis R 1 S 2 dengan komposisi asam asetat pada arus campuran (m 2 ) adalah x m2 = 0,1822 dengan bantuan kurva distribusi dapat dicari kesetimbangan melalui m 2, dan didapatkan x 2 = 0,227 dan y 2 = 0,095 Tingkat III: Dengan jalan yang sama didapatkan: S 3 = 40; m 3 = 130,1; x m3 = 0,1572; x 3 = 0,2; y 3 = 0,078; E 3 = 45,7; R 3 = 84,4 Jumlah asam dalam rafinat: (0,2) (84,4) = 16,88 kg Jumlah ekstrak: E 1 + E 2 + E 3 = 43,6 + 43,6 + 45,7 = 135,6kg Kandungan asam: E 1 y 1 + E 2 y 2 + E 3 y 3 = 13,12 kg Universitas Gadjah Mada 6

7 Bila digunakan 1 tingkat dengan kondisi rafinat yang sama x = 0,2, maka garis seimbang akan menjadi R 3 E 3. Dari perpotongan dan akan didapatkan x m = 0,12 Larutan yang Tak Tercampur Bila solven yang digunakan dan larutan umpan (diluen) tidak saling larut dan tetap demikian sampai zat yang terlarut terdistribusi sempurna, maka perhitungan dapat disederhanakan (KESEIMBANGAN EKSTRAKSI TIPE I) Kurva kesetimbangan untuk tipe ekstraksi ini sebaiknya dituliskan dalam bentuk: x = massa solute per massa diluen, y = massa solute per massa solven Universitas Gadjah Mada 7

8 OIeh karena larutan solvent dan diluent tidak saling tercampur, maka seluruh diluent akan terdapat di dalam rafinat dan solvent ada di dalam ekstrak, sehingga neraca massa untuk sistem ini adalah: R = massa diluen, E = massa solven Persamaan di atas adalah persamaan garis operasi untuk stage yang ke n dengan slope dengan melalui titik (x n-1,y s ) dan (x n,y n ) Contoh soal: Nikotin dalam air dengan konsentrasi 1% nikotin diekstraksi dengan kerosin pada suhu 20 C. Air dan kerosin tidak saling melarut. Pertanyaannya: a. Hitunglah persen nikotin yang terekstraksi bila 100 kg umpan diekstraksi dengan 150 kg solven (single stage) b. Ulangi perhitungan di atas untuk tiga stages cross current dengan menggunakan 50 kg solven pada tiap stagenya. Data keseimbangan untuk proses di atas adalah: 0 0, , , ,0075 0, , , , , , , ,01870 Universitas Gadjah Mada 8

9 Penyelesaian : a. Dari kurva kesetimbangan, dan titik umpan F ditarik garis lurus dengan slope = - 0,66, dan didapatkan x 1 = 0,00425 dan y 1 = 0,0038. Nikotin yang dihilangkan dari air = 99 (0,0101 0,00425) = 0,58 kg Atau 58% dari umpan. b. Untuk tiap stage Mulai dari F dibuat garis operasi dengan slope = - 1,98. Rafinat akhir yang didapatkan x 3 = 0,0034. Nikotin yang diekstraksi adalah: 99 (0,0101 0,0034) = 0,663 kg, atau 66,3% dari umpan: Universitas Gadjah Mada 9

10 MULTI STAGE ARUS LAWAN ARAH SEDERHANA COUNTE CURRENT MULTISTAGE OPERATIONS Di seluruh stage terdapat arus ekstrak dan rafinat yang mengalir dari stage ke stage secara berlawanan arah. Dari stage ke stage akan terjadi perpindahan massa. Arus-arus yang meninggalkan stage dalam keadaan keseimbangan. Tinjauan Umum secara Keseluruhan (untuk menentukan arus terminal) Neraca massa total di seluruh stage: Neraca massa komponen A di seluruh stage: Neraca massa komponen C di seluruh stage: Dari korelasi di atas dapat ditentukan arus yang sangat berguna untuk menentukan korelasi arus-arus Terminal I. Letak titik ( sebagai berikut: ) dapat ditentukan atau jika ditentukan secara grafis adalah Jika koordinat dan jumlah L 0, dan V N+1 diketahui, maka dengan korelasi di atas letak titik dapat ditentukan. Apabila komposisi ekstrak akhir yang diinginkan tertentu (sebagai Universitas Gadjah Mada 10

11 data yang diketahui), maka letak titik rafinat akhir dalam grafik dengan mudah dapat ditentukan. Hal-hal lain yang masih perlu dianalisis adalah sebagai berikut: 1. Berapa jumlah kebutuhan stage ideal yang harus digunakan agar komposisi terminal tersebut dapat dicapai. 2. Bagaimana komposisi arus-arus yang keluar atau masuk pada setiap stage Dalam kaitannya, terdapat dua konsep pokok yang bisa digunakan disini, yaitu: a. Arus yang meninggalkan stage dalam keadaan seimbang. Korelasi komposisi kedua arus yang ke luar stage ditunjukkan oleh garis seimbang. b. Korelasi komposisi arus-arus di antara dua stage yang berurutan dapat diketahui berdasarkan konsep arus netto. Oleh karena akumulasi massa dalam setiap stage adalah 0, maka arus netto pada setiap stage besarnya tetap. Hal ini dapat digunakan pada prinsip pengurangan. Universitas Gadjah Mada 11

12 Arus netto total: Arus netto komponen A: Arus netto komponen C (ekstraksi): Letak titik ( ) dapat ditentukan kemudian. Secara Grafis Titik terletak pada perpotongan perpanjangan garis yang menghubungkan keempat titik terminal yang ada, yaitu garis dan. Jika titik sudah dapat ditentukan, maka korelasi arus netto di antara dua stage dapat digambarkan. Garis-garis ini selanjutnya disebut sebagai garis operasi. Kebutuhan stage dapat ditentukan dengan pertolongan garis operasi dan garis seimbang secara bergantian dan berurutan. Urutan pengerjaan secara grafis untuk menentukan jumlah stage adalah sebagai berikut: 1. Menentukan letak titik terlebih dahulu, untuk mencari neraca massa di sekitar seluruh stage yang selanjtunya dipakai untuk menentukan arus-arus terminal. 2. Menentukan letak titik A pada perpotongan perpanjangan garis dan 3. Perhitungan dari stage ke stage dapat dimulai dari y 1 dan x n. jika dari y 1 dengan korelasi garis seimbang dapat ditentukan letak x 1, kemudian dari x 1 dihubungkan dengan titik, titik potong antara garis dan kurva seimbang di cabang ekstrak adalah letak titik y 2 (korelasi garis operasi), dan seterusnya sampai didapatkan komposisi yang dikehendaki. Universitas Gadjah Mada 12

13 Universitas Gadjah Mada 13

14 Jika jumlah stage diketahui (sudah tertentu), kemurnian hasil yang ditanyakan dapat dicari dengan cara coba-coba. 1. Tentukan letak titik ( = L 0 + V n+1 ) 2. Coba titik x n, lalu hubungkan dengan titik yang memotong kurva seimbang di y Tentukan titik (titik [otong antara dan 4. Hitung jumlah stage, jika jumlah stage hasil hitungan belum sama dengan jumlah stage yang diketahui, cobalah dengan nilai x n yang lain sampai didapatkan hasil : N diketahui = N hasil hitungan Perancangan dan Variabel Operasi Terdapat 4 ubahan penting yang ada pada operasi arus lawan arah, yaitu : 1. Kemurnian hasil (kadar solute dalam ekstrak yang lebih besar) 2. Persentase recovery yang dapat memungut solute sebanyak mungkin (V 1 y A1 yang lebih besar atau L N x AN yang makin kecil) 3. Jumlah stage (N), karena jika N bertambah, maka biaya akan mengalami kenaikan 4. V/L ratio, karena jika V/L rationya besar, maka hasil pada arus V akan encer sehingga biaya recovery menjadi tinggi Apabila 2 ubahan dari keempat ubahan di atas kita tentukan, maka 2 ubahan sisanya akan tertentu pula. Penentuan ubahan optimum akan mempengaruhi analisa ekonomi. ( ) Memilih dua variable dari keempat variable operasi tidak selalu memberikan hasil seperti yang dikehendaki, karena ada nilai batas yang ditentukan oleh sifat fisis zat yang dipisahkan. Missal pada proses ekstraksi asam asetat air isopropyl eter, pada operasi pemisahannya diinginkan percent recovery sebesar 60 % dengan menggunakan ( ) tetapi tidak mungkin tercapai karena walaupun jumlah stagenya (N) tak terhingga hanya didapatkan percent recovery sebesar 31%. Apabila percent recovery diinginkan 60%, maka ( ) Universitas Gadjah Mada 14

15 Pada Proses Ekstraksi Jika solven (V) dikurangi untuk percent recovery yang sudah tertentu, maka jumlah N akan menjadi Iebih banyak, sehingga untuk pengurangan V yang terus menerus untuk precent recovery yang sama pada suatu ketika akan diperlukan jumlah N yang tak terhingga. Jadi untuk ( ) diperlukan jumlah stage yang tak terhingga. Nilai ( ) pada suatu proses pemisahan diperlukan untuk diketahui, karena merupakan nilai batas operasi yang digunakan, yang dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut: Universitas Gadjah Mada 15

16 dengan: Faktor = f (Teknis, ekonomis) Cara Menentukan NiIai ( ) Kondisi ( ) terjadi apabila garis seimbang berimpit dengan garis operasi atau dapat dikatakan dengan perpanjangan garis seimbang melalui titik. Jika ada beberapa garis seimbang yang melalui titik, maka ( ) yang dipilih adalah yang mempunyai harga V yang paling besar atau yang membentuk paling dekat dengan diagram segitiga. Menurut R.E. Treybal, perpanjangan garis seimbang yang melalui titik umpan adalah yang menentukan ( ) Cara menentukan letak ( ) - Tentukan letak titik L o (x o ) dan V n+1 (y n+1 ) yang sudah diketahui. - Letakkan titik x n, yang sudah ditentukan. - Dengan coba-coba letakkan titik ( ), kemudian hitung N sampai didapatkan jumlah N tak terhingga, sehingga didapatkan garis seimbang yang berimpit dengan garis operasi. Jika cara coba-coba untuk nilai Z dilakukan dengan memperkecil nilai Z, maka nilai Z yang pertama yang memberikan N tidak terhingga adalah ( ) Contoh soal: Suatu campuran berisi 50% ethyl benzene (A) dan 50% styrene (C) sebanyak 1000 kg/j dipisahkan menjadi produk yang bersisi 10% dan 90% styrene dengan menggunakan solven diethylene glycol. Hitunglah: a. Jumlah stage minimum b. Minimum extract reflux c. Jumlah stage bila reflux rationya 1,5 harga minimumnya. Universitas Gadjah Mada 16

17 Hydrocarbon Rich Solution Solvent Rich Solution x 0 0,0870 0,1883 0,288 0,384 0,458 0,464 0,561 0,573 0,781 1,00 N 0, , , , , , , , , , ,0256 X 0 0,1429 0,273 0,386 0,480 0,557 0,565 0,605 0,674 0,833 1,00 N 8,62 7,71 6,81 6,04 5,44 5,02 4,95 4,46 4,37 3,47 2,69 Data di atas diplot dalam koordinat solvent free. F = l000kg/j, x F = 0,5 x p E = 0,9; X R N P = 0,1 Titik E 1 dapat dilihat dari gambar dan NE 1 = 3,1 Penyelesaian: a. Jumlah stage minimum dicari dengan menggambar garis keseimbangan dari E 1, garis vertikal dari R 1, garis keseimbangan dari E 2 dan seterusnya sampai mencapai produk rafinat. Dari gambar didapatkan jumlah stage minimum adalah 9,5. b. Garis keseimbangan yang bila diteruskan melalui titik F adalah minimum reflux ratio dari gambar didapatkan N Em = 20,76 External reflux ratio minimum: c. Untuk = 1,5 (5,70) = 8,55 Universitas Gadjah Mada 17

18 d. Titik E digambar pada grafik kemudian ditarik garis lurus melalui F dan dari pertemuan dengan garis Y = 0,1 didapatkan titik R dengan N R = -29,6. e. Dengan bantuan kurva keseimbangan dihitung jumlah stage yang dipenlukan dan didapatkan = 15,5. Dari grafik didapatkan: Dari kedua persamaan di atas didapatkan: Universitas Gadjah Mada 18

19 Universitas Gadjah Mada 19

20 Countercurrent Multistage Operations pada Proses Distilasi Pada proses distilasi, uap pembawa panas mengalir secara berlawanan arah terhadap cairannya. Dari stage ke stage antara uap dan cairannya akan terjadi perpindahan panas dan massa. Tinjauan Umum Neraca massa total di seluruh stage: Neraca massa komponen A di seluruh stage: Neraca entalpi di seluruh stage: Universitas Gadjah Mada 20

21 Dari persamaaan-persamaan di atas dapat ditentukan komposisi dan jumlah arus terminal. Dan seterusnya, caranya sama dengan pada ekstraksi, tetapi hanya diagram entalpi - komposisi. Arus Lawan Arah Sederhana Cara Numeris y = f(x) diketahui h = f(x) diketahui N = f(y) diketahui Jumlah, komposisi dan entalpi umpan diketahui (L 0, x 0, h 0 ) Jumlah, komposisi dan entalpi media pemisah diketahui (V N+1, y N+1, H N+1 ) Diharapkan hasil x n akan tertentu (dikehendaki) I. Mencari Komposisi Arus Terminal Selanjutnya dicari 3 bilangan tertentu dengan 3 persamaan di atas. II. Mencari komposisi dari masing-masing stage Universitas Gadjah Mada 21

22 Crosscurrent Multistage Operations Universitas Gadjah Mada 22

23 REFLUKS Operasi Multi Stage Berlawanan Arah dengan Refluks Proses pemisahan dengan simple contercurrent flow tidak dapat memberikan hasil yang sempurna. Hasil yang tertinggi yang dapat dicapai dengan simple countercurrent flow jika digunakan jumlah stage tidak terhingga (N = tak terhingga). Kemungkinan lain yang dapat digunakan untuk menaikkan kemurnian hasil atas (E 1 ) adalah dengan cara menaikkan kemurnian (kandungan solut) dalam umpan yang masuk puncak kolom (R 0 ), oleh karena itu muncul fenomena Reflux. Reflux adalah sebagaian dari hasil atas yang mempunyai kemurnian tinggi dikembalikan ke cascade atau menara sebagai umpan pada bagian puncak menara. Tetapi biasanya kemurnian umpan alat pemisah merupakan hasil dari alat sebelumnya. Pertanyaan yang muncul umpan ini dimasukkan ke menara pada bagian mana?. Umpan sebenarnya dimasukkan ke menara melalui bagian plate yang mempunyai komposisi dan sifat-sifat yang mirip dengan komposisi dan sifat umpan. Plate dimana umpan dimasukkan disebut dengan feed plate. SISTEM REFLUX UNTUK EKSTRAKSI Stage 1 sampai F-1 disebut dengan dengan sesi enriching. Stage F sampai N disebut dengan sesi stripping. Nomor stage di mulai dari bagian puncak menara Bila dilihat perbagian (enriching dan stripping) dapat digunakan cara perhitungan arus lawan arah sederhana (simple countercurrent flow) konsep arus sigma (berdasarkan neraca massa pada seluruh kolom), arus netto (berdasarkan neraca massa tiap stage yang kemudian disebut sebagai garis operasi), dan keseimbangan (garis seimbang). Universitas Gadjah Mada 23

24 Data yang diketahui komposisi dan jumlah arus umpan dan separating agent (arus solvent). Data yang dikehendaki kemurnian hasil Data yang diambil atau diketahui perbandingan reflux ratio (R 0 /PE) Konsep arus netto pada seksi enriching (seksi ekstrak) Neraca massa total pada sesi enriching Neraca massa komponen A atau komponen C pada sesi enriching Konsep arus netto pada seksi stripping (seksi rafinat) Neraca massa total pada sesi enriching: Neraca massa komponen A atau komponen C pada sesi enriching: Neraca massa total pada sekitar kondenser: Neraca massa komponen A atau komponen C pada sekitar kondensor: Konsep arus netto pada seksi stripping (seksi rafinat) Neraca massa total pada sesi stripping: Neraca massa komponen A atau komponen C pada seksi enriching analog Neraca massa total pada seluruh stage Jika komposisi F,, dan telah diketahui atau telah terhitung maka letak titik-titik tersebut dalam satu garis lurus. Universitas Gadjah Mada 24

25 BAGAIMANA CARA MENENTUKAN LETAK TITIK DAN? 1. Gambarkan letak titik-titik arus terminal yang sudah diketahui komposisinya yaitu: 2. Cari komposisi arus E 1 yaitu y 1 berdasarkan neraca massa sekitar separation solvent (solvent recovery) yaitu: E 1 = BE + E SS jadi letak y 1, y BE, dan x SS dalam satu garis lurus, selain itu arus y 1 merupakan arus yang keluar dari stage seimbang sehingga titik y 1 terletak pada kurva seimbang. 3. Letak titik dapat dievaluasi dari arus netto pada bagian enriching. Neraca massa komponen A atau komponen C pada sesi enriching jika yang terambil dari solvent recovery (BE) adalah solven murni maka Y BBA = 0, maka dan dengan persamaan ini letak x dapat ditentukan atau letak titik dapat ditentukan. Letak titik dapat ditentukan berdasarkan persamaan arus netto pada sesi stripping, yaitu dengan: Dan persamaan neraca massa total pada seluruh kolom: Dengan menggunakan dua persamaan ini letak titik dapat ditentukan. Untuk selanjutnya perhitungan jumlah stage yang diperlukan untuk derajad pemisahan tertentu dapat dilakukan. Universitas Gadjah Mada 25

26 Untuk kasus ekstraksi dengan data korelasi keseimbangan yang memberikan kurva pada fase ekstrak sempit perhitungan berdasarkan fraksi massa total seperti contoh di atas tidak menguntungkan. Karena dengan dasar perhitungan fraksi massa total ini akan memberikan kesalahan hitung yang relatif tinggi. Oleh karena itu sebaiknya digunakan perhitungan atas dasar SOLVENT FREE. Keuntungan berhitung atas dasar solvent free adalah bentuk persamaan yang tersusun dan grafik yang diperoleh mempunyai bentuk yang sama dengan DISTILASI. Solvent Free Dasar-dasar perhitungan yang dipakai sama dengan cara sebelumnya. Dasar solvent free ini dapat dipilih terutama bila kita menggunakan teori kesamaan atau analogi antara proses distilasi dan ekstraksi, karena keduanya mempunyai bentuk kurva yang mirip. Notasi-notasi yang digunakan adalah sebagai berikut: Nilai V dan nilai L ditujukan untuk arus bebas solven Universitas Gadjah Mada 26

27 Contoh 6.1 (Foust) Diketahui: A. = styrene B. = ethyl-benzene C. = diethylene glycol Pertanyaan: a. Hitunglah N b. Jika F = 1000 kg, hitunglah V N+1 Penyelesaian: Universitas Gadjah Mada 27

28 Karena, maka tempat kdudukan adalah garis yang tegak lurus pada karena = =. Jadi titik merupakan titik potong antara garis yang tegak lurus dengan dengan kurva seimbang, karena merupakan arus yang keluar dari stage. Bila titik tertentu, maka dapat ditentukan. Menentukan letak titik : dengan,, dan pada satu garis lurus. Arus netto: Dengan letak titik pada garis lurus yang tegak lurus dengan x N, sehingga dapat ditentukan. Selanjutnya karena dan sudah dapat ditentukan, maka jumlah stage dapat ditentukan pula, yaitu N 23. = 1000 kg Universitas Gadjah Mada 28

29 dengan: V N+1 = 0 Komponen C : C dalam rafinat: Universitas Gadjah Mada 29

30 Universitas Gadjah Mada 30

31 Distilasi Reflux Perhitungan Distilasi Diperlukan Data Diagram Entalpi Komposisi Cara penyelesaiannya sama dengan ekstraksi yang sudah dibicarakan sebelumnya, tetapi neraca separating agentnya berupa panas. Sesi enriching: Sesi stripping: Neraca massa di sekitar kondenser: Neraca massa di sekitar reboiler: Arus netto entalpi untuk sesi atas (Enriching): Nilai, dapat ditentukan (dievaluasi) berdasarkan neraca entalpi di sekitar kondenser. Informasi yang diketahui untuk menentukan nilai adalah: a) beban kondensor atau b) nilai reflux. a. Jika diketahui beban kondensor: Universitas Gadjah Mada 31

32 Dengan: - = entalpi yang diambil oleh pendingin = entalpi pendingin ke luar entalpi pendingin masuk Maka: dengan: q C = D Q CD Jika diketahui X D = komponen distilat, h D = entalpi distilat, dan Q CD = q C /D = beban kondenser Maka titik ( ) dapat ditentukan. b. Jika diketahui nilai reflux: Jika diketahui = Reflux, maka penentuan h dapat dilakukan dengan persamaan berikut (analog dengan cara ekstraksi): Dengan : Universitas Gadjah Mada 32

33 Pada Sesi stripping, analisisnya analog dengan meninjau neraca panas sekitar reboiler, yaitu: Selanjutnya nilai dapat ditentukan jika yang diketahui nilai reflux. Umumnya nilai dievaluasi berdasarkan informasi nilai dengan menggunakan korelasi + F = (neraca massa seluruh kolom). Ada dua tipe kondensor yaitu: 1. Kondensor total (distilat dalam bentuk cair) pembahasan seperti yang sudah dipelajari 2. Kondensor parsial (distilat dalam bentuk uap) Universitas Gadjah Mada 33

34 Kondensor Total Nilai y 1 = X D = X 0 = X, sehingga jika X D sudah diketahui maka titik (X D, h D ) dapat ditentukan dan titik (y 1, H 1 ) juga dapat ditentukan. Menentukan titik h : Atau dengan cara : Kondensor Partial Tidak seluruh uap yang masuk kondensor diembunkan, hasil atas dapat dalam bentuk uap, dan reflux berbentuk cair. Terdapat dua keadaan yang mungkin terjadi dalam kondisi parsial yaitu: Uap dan cairan dalam keadaan keseimbangan Uap dan cairan tidak dalam keadaan keseimbangan Jika uap dan cairan dalam keadaan seimbang, maka akan ekuivalen dengan stage. Kondensor 1 stage seimbang. Universitas Gadjah Mada 34

35 Persamaan-persamaan yang dapat disusun dalam kondisi parsial, adalah: Atau jika diketahui, maka : 4.y D = K x 0 (korelasi seimbang) Reboiler (Still) Pada operasi distilasi, panas (q s ) ditambahkan pada still (S) untuk menguapkan sebagian dari cairan pada bagian bawah kolom. Uap yang terbentuk pada still kemudian di reflux (V s ) sebagai uap pembawa panas. Oleh karena itu, reboiler ekuivalen dengan satu stage seimbang. Cara perhitungan analog dengan kondensor parsial. Universitas Gadjah Mada 35

36 Secara skematis kondensor dan rebolier dapat digambarkan sebagai berikut: Perhitungan distilasi dengan menggunakan diagram entalpi-komposisi disebut Metode PONCHON-SAVARIT. Jumlah cairan yang direflux dapat bervariasi yaitu dari suatu jumlah minimal (REFLUX MINIMAL) sampai semua cairan dikembalikan (REFLUX TOTAL). Penentuan Reflux Maksimal dan Minimal Bila nilai perbandingan reflux ( ) tertentu,maka jumlah stage (N) yang dibutuhkan untuk derajat pemisahan yang tertentu mempunyai jumlah yang tertentu pula. Bila nilai ( ) diubah, maka N juga berubah menjadi minimum atau maksimum. Universitas Gadjah Mada 36

37 Reflux Minimum ( ) Bila ( ) berkurang untuk (X 0, X D, Y 1 ) yang tetap, maka letak X akan semakin mendekati Y 1, dan hal ini akan menyebabkan jumlah N naik. Batas nilai ( ) yang paling kecil adalah ( ) minimum. Bila garis operasi berimpit dengan garis seimbang, maka jumlah stage (N) maksimum adalah tak terhingga. Reflux Maksimum Bila nilai ( ) bertambah besar, sampai pada suatu nilai dimana semua hasil atas dimasukkan ke dalam kolom kembali sehingga nilai D = 0 maka keadaan ini disebut sebagai REFLUX TOTAL (R Total) D = 0 F = 0 B = 0 Jadi : ( ) =, maka letak titik dan pada tak terhingga berupa garis tegak lurus sehingga Y N+1 = X N ( ) = Pada keadaan ini jika reflux semakin besar maka N semakin kecil Reflux (R) yang semakin besar akan memerlukan jumlah stage (N) yang semakin kecil (harga murah), tetapi beban kondensor dan reboiler akan semakin besar (biaya mahal), sehingga perlu dipilih R tertentu agar total biaya yang diperlukan menjadi sekecil mungkin. Universitas Gadjah Mada 37

38 Ringkasan Metode PONCHON-SAVARIT Gambarkan letak arus-arus terminal yang diketahui: D (X D, h D ), F(X F, h F ), dan B (X B, h B ). Tentukan letak titik (x, h ) atau ( ). Tergantung data yang diketahui di kondensor atau di reboiler. Bila (x, h ) atau ( ) sudah dapat ditentukan, selanjutnya tentukan letak: o ( ), bila diketahui data di reboiler o (x, h ), bila diketahui data di kondensor dengan menggunakan korelasi: ( dalam satu garis lurus) (tempat kedudukan adalah garis tegak lurus pada x B ) x = x D (tempat kedudukan x adalah garis tegak lurus pada x D ) o ( ) bila diketahui data di reboiler o ( ), bila diketahui data di kondensor dengan menggunakan korelasi ( ) (tempat kedudukan adalah garis tegak lurus pada (tempat kedudukan adalah garis tegak lurus pada Gambarkan garis operasi dan garis seimbang secara bergantian pada masing masing sesi Hitung N pada sesi enriching dan sesi stripping serta letak feed plate. Reflux minimum (N = tak terhingga): garis operasi berimpit dengan garis seimbang. Pilihlah yang member R min yang paling maksimum (biasanya yang melewati feed) Reflux maksimum (N = minimum): D = =, letak titik di tak terhingga B = =, letak titik di tak terhingga Universitas Gadjah Mada 38

39 Atau garis operasi berupa garis tegak lurus pada masing masing komposisi. (Lihat gambar 6.11 dan 6.14, Foust). Universitas Gadjah Mada 39

40 Open Steam Uap pembawa panas dari reboiler diganti dengan steam dari sumber lain, sehingga biasanya bebas dari komponen yang dipisahkan. Universitas Gadjah Mada 40

41 Untuk sesi atas (Enriching), sama dengan proses distilasi yang sudah dibahas. Jika kondensor total : y 1 = X 0 = X D Letak titik letak ditentukan dengan neraca entalpi tegak lurus pada Sekitar kondensor: Bila Q CD yang diketahui Universitas Gadjah Mada 41

42 dengan: Bila yang diketahui, maka: Sesi stripping: dengan:, L m dan V m+1 pada satu garis lurus pada garis seimbang. Neraca massa di sekitar kolom: dengan: Contoh soal (Brown, 1950) Tentukan jumlah stage seimbang yang diperlukan untuk memisahkan campuran etanol-air dengan konsentrasi etanol 42,2% menjadi distilat dengan konsentrasi etanol 90% dan hasil bawah dengan konsentrasi etanol 10%. Dsitilasi mi menggunakan open steam yang mempunyai entalpi BTU/lb, lalu dimasukkan langsung dari bagian bawah kolom dengan kecepatan 0,416 lb steam per lb umpan. Umpan masuk dengan entalpi 200 BTU/lb dan hasil atas (distilat) mempunyai entalpi 50 BTU/Ib diperoleh dengan menggunakan kondensor total. Universitas Gadjah Mada 42

43 INTERMEDIATE STREAM Dalam operasi perpindahan massa (operasi pemisahan) ada kemungkinan lebih dari satu umpan yang dimasukkan atau lebih dari dua hasil yang diambil, arus-arus ini disebut sebagai arus intermediate: Universitas Gadjah Mada 43

44 Persamaan yang dapat disusun pada keadaan ini adalah: dengan : Data-data yang diketahui adalah komposisi dan jumlah arus-arus terminal. Data lain yang merupakan parameter perancangan yang diambil atau ditentukan adalah atau N. Jika diketahui, maka akan didapatkan: Untuk menentukan titik : Persamaan (1), terletak pada garis atau sehingga,, dan sudah dapat ditentukan. Persamaan (8) dengan yang diketahui dapat ditentukan. Universitas Gadjah Mada 44

45 Menentukan titik : Persamaan (2) terletak pada garis Persamaan (5a) titik dapat ditentukan Persamaan (5b) terletak pada garis Menentukan titik : Persamaan (6) terletak pada garis Persamaan (7) terletak pada garis Universitas Gadjah Mada 45

46 Bagaimana jika arus I bukan merupakan umpan tetapi merupakan hasil? Cara pengerjaannya sama seperti di atas, yang berbeda hanya pada persamaan (5) (5) F I + = (5a) F + I = (prinsip pengurangan) Dalam garis digambarkan sebagai berikut: Untuk yang lain sama dengan gambar terdahulu. Penyulingan dengan Umpan Ganda Cara yang dilakukan sama dengan seperti proses ekstraksi, hanya dalam hal ini menggunakan diagram entalpi-komposisi. Universitas Gadjah Mada 46

47 Persamaan-persamaan yang dapat disusun: Atau Universitas Gadjah Mada 47

48 Universitas Gadjah Mada 48

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods) Di muka telah dibicarakan tentang penggunaan diagram entalpi komposisi pada proses distilasi dan penggunaan diagram (x a y

Lebih terperinci

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB II. KESEIMBANGAN BAB II. KESEIMBANGAN Pada perhitungan stage wise contact konsep keseimbangan memegang peran penting selain neraca massa dan neraca panas. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak jenis

Lebih terperinci

Bab VI. CAMPURAN MULTI KOMPONEN

Bab VI. CAMPURAN MULTI KOMPONEN Bab VI. CAMPURAN MULTI KOMPONEN Pada bab ini akan dibahas secara ringkas prinsip pemisahan multi komponen. Pembahasan pemisahan campuran multi komponen bersifat singkat karena secara prinsip atau konsep

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina

Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina IMMISCIBLE EXTRACTION Pustaka: Wankat, chap. 16. Dalam sistem immiscible extraction, hanya solut yang terdistribusi di kedua fase. Keseimbangan solute dinyatakan

Lebih terperinci

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR Materi kuliah OTK 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris Pustaka: Foust,.., 1960, Principles of Unit Operation,

Lebih terperinci

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR Peserta kuliah harus membawa: 1. kertas grafik milimeter 2. pensil/ballpoint berwarna 3. penggaris PM 3 perisa istantina EKTRKI CIR-CIR Ekstraksi adalah proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu

Lebih terperinci

PARTIALLY MISCIBLE EXTRACTION

PARTIALLY MISCIBLE EXTRACTION 1 Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina PARTIALLY MISCIBLE EXTRACTION Pustaka: Geankoplis, C.J., 1985, Transport Processes and Unit Operation, Prentice Hall, Inc., Singapore. Wankat, P.C., 1988, Equilibrium

Lebih terperinci

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER PMD D3 Sperisa Distantina ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER Silabi D3 Teknik Kimia: 1. Prinsip dasar alat transfer massa absorber dan stripper. 2. Variabel-variabel proses alat absorber dan stripper.

Lebih terperinci

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I DISTILASI BATCH BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

PMD D3 Sperisa Distantina

PMD D3 Sperisa Distantina PMD D3 Sperisa Distantina Materi sebelumnya adalah neraca eksternal, untuk menghitung jumlah stage harus dianalisis neraca internal. Materi Neraca internal adalah materi optional, diberikan jika Neraca

Lebih terperinci

BAB V. CONTINUOUS CONTACT

BAB V. CONTINUOUS CONTACT BAB V. CONTINUOUS CONTACT Operasi pemisahan continuous contact secara prinsip berbeda dengan stage wise contact. Pada operasi pemisahan ini, kecepatan perpindahan massa berlangsung saat kedua fasa tersebut

Lebih terperinci

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan

PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan PENGAMBILAN ASAM PHOSPHAT DALAM LIMBAH SINTETIS SECARA EKSTRAKSI CAIR-CAIR DENGAN SOLVENT CAMPURAN IPA DAN n-heksan Yoga Saputro, Sigit Girindra W Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

FISIKA 2. Pertemuan ke-4 FISIKA 2 Pertemuan ke-4 Teori Termodinamika Bila suatu campuran memenuhi sifat ideal, baik fasa gas dan fasa cairannya, maka hubungan keseimbangannya dapat dinyatakan dengan Hukum Raoult dan Dalton: dengan

Lebih terperinci

Diagram Segitiga dan Kesetimbangan Cair-Cair

Diagram Segitiga dan Kesetimbangan Cair-Cair Diagram Segitiga dan Kesetimbangan Cair-Cair Membuat Diagram Segitiga dan Cara Membacanya Kesetimbangan Cair-Cair dalam Diagram Segitiga Contoh dalam Ekstraksi Cair-Cair Setijo Bismo DTK FTUI 25 Nopember

Lebih terperinci

MATERI : MENARA DISTILASI CAMPURAN BINER

MATERI : MENARA DISTILASI CAMPURAN BINER 1 OTK 3 S1 Sperisa Distantina MATERI : MENARA DISTILASI CAMPURAN BINER Sumber Pustaka : Geankoplis, C.J., 1985, Transport Processes and Unit Operation, Prentice Hall, Inc., Singapore. Wankat, P.C., 1988,

Lebih terperinci

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin PERANCANGAN TRAY TOWER PERANCANGAN ALAT PROSES Asep Muhamad Samsudin Ruang Lingkup 1. Pemilihan Tipe Kolom 2. Penentuan Kondisi operasi 3. Perancangan Tray Tower 4. Perancangan Packed Tower Penentuan Kondisi

Lebih terperinci

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Studi eksperimental pembuatan biodiesel dengan Reactive Distillation melalui rute transesterifikasi trigliserida

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara Distilasi.

Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara Distilasi. MATERI : MENARA DISTILASI CAMPURAN BINER PMD D3 Sperisa Distantina Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Distilasi Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan campuran bahan kimia berdasarkan perbedaan kemudahan menguap (volatilitas) bahan dengan titik didih

Lebih terperinci

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN 1. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair cair. 2. Mengetahui nilai koefisien distribusi dan yield proses ekstraksi. 3. Menghitung neraca massa proses

Lebih terperinci

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA 1 NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA PENYUSUNAN DAN PENYELESAIAN NERACA MASSA KONSEP NERACA MASSA = persamaan yang disusun berdasarkan hukum kekekalan massa (law conservation of mass), yaitu

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE) EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN Dapat menerapkan prinsip perpindahan massa pada operasi pemisahan secara ekstraksi dan memahami konsep perpindahan massa pada operasi stage dalam kolom berpacking. II. III.

Lebih terperinci

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Before UTS. Kode Mata Kuliah : Before UTS Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS Pertemuan Materi Submateri 1 2 3 4 Konsep dasar perpindahan massa difusional Difusi molekuler dalam keadaan tetap Difusi melalui non stagnan film 1.

Lebih terperinci

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah : TRANSFER MASSA ANTAR FASE Kode Mata Kuliah : 2045330 Bobot : 3 SKS ALAT-ALAT TRANSFER MASSA Perancangan alat transfer massa W A = W A = N A A jumlah A yang ditransfer waktu N A : Fluks molar atau massa

Lebih terperinci

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin PERANCANGAN PACKED TOWER PERANCANGAN ALAT PROSES Asep Muhamad Samsudin Ruang Lingkup 1. Perhitungan Tinggi Kolom Packing 2. Perhitungan Diameter Kolom Perhitungan Tinggi Kolom Packing Tinggi kolom packing

Lebih terperinci

DISTILASI 08/03/2018 Nur Istianah-KP1-Distilasi-2015

DISTILASI 08/03/2018 Nur Istianah-KP1-Distilasi-2015 DISTILASI Distilasi Proses pemisahan dua komponen atau lebih berdasarkan perbedaan titik didihnya atau volatilitas Pemisahan tepat terjadi pasa saat kondisi setimbang atau equilibrium Feed Distillate Residue/

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP

OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP OPTIMALISASI PEROLEHAN MINYAK MENGGUNAKAN PEMISAHAN SECARA BERTAHAP Reza Fauzan *Email: reza.fauzan@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang peningkatan jumlah produksi minyak yang diperoleh dari sumur produksi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Destilasi adalah proses pemisahan secara fisik yang berdasarkan atas perbedaan titik didih dan sedikitnya dibutuhkan dua komponen proses pemisahan tidak dapat dilakukan

Lebih terperinci

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB

Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB Evaporasi S A T U A N O P E R A S I D A N P R O S E S T I P F T P UB M A S U D E F F E N D I Pendahuluan Evaporasi bertujuan untuk memekatkan atau menaikkan konsentrasi zat padat dari bahan yang berupa

Lebih terperinci

PMD D3 Sperisa Distantina

PMD D3 Sperisa Distantina PMD D3 Sperisa Distantina KESEIMNGN UP CIR Pustaka: Foust,.S., 1960, Principles of Unit Operation, John Wiley and Sons. Geankoplis, C.J., 1985, Transport Processes and Unit Operation, Prentice Hall, Inc.,

Lebih terperinci

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN Oleh : Nama : Ni Made Susita Pratiwi Nim : 1008105005 Kelompok : II Tanggal Praktikum : 9 April 2012 LABORATORIUM KIMIA FISIK

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs KESETIMBANGAN FASA Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang

Lebih terperinci

Ruang Lingkup. 1. Pemilihan Tipe Kolom 2. Penentuan Kondisi operasi 3. Perancangan Tray Tower 4. Perancangan Packed Tower

Ruang Lingkup. 1. Pemilihan Tipe Kolom 2. Penentuan Kondisi operasi 3. Perancangan Tray Tower 4. Perancangan Packed Tower Ruang Lingkup 1. Pemilihan Tipe Kolom 2. Penentuan Kondisi operasi 3. Perancangan Tray Tower 4. Perancangan Packed Tower Penentuan Kondisi Operasi Kolom Kondisi operasi kolom ditentukan oleh pasangan suhu

Lebih terperinci

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam 2. Fase komponen dan derajat kebebasan Pak imam Fase dan komponen Fase adalah keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, dalam komposisi kimia maupun fisiknya. (Gibbs) Banyaknya fase diberi lambang

Lebih terperinci

BASIC OF SHORT CUT & RIGOROUS COLUMN DISTILLATION SIMULATION IN HYSYS. CREATED BY DENNY FIRMANSYAH

BASIC OF SHORT CUT & RIGOROUS COLUMN DISTILLATION SIMULATION IN HYSYS. CREATED BY DENNY FIRMANSYAH BASIC OF SHORT CUT & RIGOROUS COLUMN DISTILLATION SIMULATION IN HYSYS CREATED BY DENNY FIRMANSYAH Email : dennyfirmansyah49@gmail.com EXAMPLE CASE Sebuah larutan yang merupakan campuran dari komponen methanol

Lebih terperinci

KOLOM BERPACKING ( H E T P )

KOLOM BERPACKING ( H E T P ) PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 1 KOLOM BERPACKING ( H E T P ) LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA

Lebih terperinci

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T. Pembuatan Gula Berapa banyak air yang dihilangkan didalam evaporator (lb/jam)? Berapa besar fraksi massa komponen-komponen dalam arus buangan

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL PRKTIKUM OPERSI TEKNIK KIMI II MODUL 2 EQUILIRIUM STILL LORTORIUM RISET DN OPERSI TEKNIK KIMI PROGRM STUDI TEKNIK KIM FKULTS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERN JW TIMUR SURY EQUILIRIUM STILL TUJUN Percobaan

Lebih terperinci

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI Disusun Oleh : Kelompok II Salam Ali 09220140004 Sri Dewi Anggrayani 09220140010 Andi Nabilla Musriah 09220140014 Syahrizal Sukara 09220140015 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN) Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 1108105034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V

SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V SIMULASI KONSUMSI ENERGI PEMURNIAN BIOETANOL MENGGUNAKAN VARIASI DIAGRAM ALIR DISTILASI EKSTRAKTIF DENGAN KONFIGURASI, V Johana Tanaka* dan Dr. Budi Husodo Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemisahan campuran azeotrop multikomponen dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemisahan campuran azeotrop multikomponen dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemisahan campuran azeotrop multikomponen dengan menggunakan kolom destilasi seperti pada azeotropic distillation memerlukan beberapa kolom dengan urutan tertentu

Lebih terperinci

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada I. TUJUAN PERCOBAAN 1.1 Memahami pemisahan berdasarkan ekstraksi asam asetat. 1.2 Menentukan harga koefisien distribusi senyawa dalam dua pelarut yang tidak saling campur (ekstraksi cair - cair) II. DASAR

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem KESETIMBANGAN FASA Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh

Lebih terperinci

PERSENTASE PRODUK ETANOL DARI DISTILASI ETANOL AIR DENGAN DISTRIBUTE CONTROL SYSTEM (DCS) PADA BERBAGAI KONSENTRASI UMPAN

PERSENTASE PRODUK ETANOL DARI DISTILASI ETANOL AIR DENGAN DISTRIBUTE CONTROL SYSTEM (DCS) PADA BERBAGAI KONSENTRASI UMPAN TUGAS AKHIR PERSENTASE PRODUK ETANOL DARI DISTILASI ETANOL AIR DENGAN DISTRIBUTE CONTROL SYSTEM (DCS) PADA BERBAGAI KONSENTRASI UMPAN (PERCENTAGE OF ETHANOL PRODUCT FROM ETHANOL WATER DISTILATION WITH

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS)

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS) TUGAS AKHIR PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS) (The Influence Of Reflux Ratio Increasment To Heat Requiry at Distilation

Lebih terperinci

TETAPAN PERANCANGAN. Rancang ukuran RDVF yang bisa menjalankan tugas yang diberikan berdasarkan data plate and frame filter tersebut.

TETAPAN PERANCANGAN. Rancang ukuran RDVF yang bisa menjalankan tugas yang diberikan berdasarkan data plate and frame filter tersebut. TETAPAN PERANCANGAN Alat 1 Tetapan 2 Perancangan Alat 2 Tetapan 2 perancangan adalah besaran 2 yang tetap berlaku baik pada alat 1 maupun alat 2, meskipun prosesnya berbeda. Besaran2 ini sangat bermanfaat

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisik

Laporan Praktikum Kimia Fisik Laporan Praktikum Kimia Fisik DestilasiCampuranBiner Oleh :Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004) Annisa Novita Nurisma (131424005) Rahma Ausina (131424022) Kelas : 1A- Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS NME D3 Sperisa Distantina 1 BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS Dalam industri kimia beberapa macam sistem aliran bahan dilakukan dengan tujuan antara lain: 1. menaikkan yield. 2. mempertinggi

Lebih terperinci

PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT

PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT Disusun oleh: Garry Sinawang Lutfia 2309100030 2309100136 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc = DIAGRAM TERNER I. DASAR TEORI erdasarkan hukum fase Gibbs jumlah terkecil peubah bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan dilengkapkan sebagai : V = C

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1 III. LANDASAN TEORI 3.1 Diagram suhu dan konsentrasi Hubungan antara suhu dan konsentrasi pada sistem pendinginan absorpsi dengan fluida kerja ammonia air ditunjukkan oleh Gambar 6 : t P = Pc = P 3 = P

Lebih terperinci

OTK 3 S1 Sperisa Distantina

OTK 3 S1 Sperisa Distantina OTK 3 S1 Sperisa Distantina KESEIMNGN UP CIR Pustaka: Foust,.S., 1960, Principles of Unit Operation, John Wiley and Sons. Geankoplis, C.J., 1985, Transport Processes and Unit Operation, Prentice Hall,

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

EKSTRAKSI. Nur Istianah,ST,MT,M.Eng

EKSTRAKSI. Nur Istianah,ST,MT,M.Eng EKSTRAKSI Nur Istianah,ST,MT,M.Eng Ekstraksi adalah metode pemisahan suatu komponen dari satu zat menggunakan zat lain, serta melibatkan dua fasa berbeda liquid-liquid extraction solid-liquid extraction

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1 Bahan Baku 1. Gliserin (C3H8O3) Titik didih (1 atm) : 290 C Bentuk : cair Spesific gravity (25 o C, 1atm) : 1,261 Kemurnian : 99,5 %

Lebih terperinci

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air:

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air: Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air: Metode pemisahan atau pengambilan zat terlarut dalam larutan (biasanya dalam air) atau menggunakan pelarut lain (biasanya organik) Tidak memerlukan alat khusus atau

Lebih terperinci

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2 Kuliah #3: Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2 Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA. DTK-FTUI, 27 Oktober 2015 Beberapa Model Kolom Absorpsi A. Kolom Talam (Tray-type Plate Columns)

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORITIS PERANCANGAN KOLOM DISTILASI UNTUK PRA-RENCANA PABRIK SKALA INDUSTRI

TINJAUAN TEORITIS PERANCANGAN KOLOM DISTILASI UNTUK PRA-RENCANA PABRIK SKALA INDUSTRI TINJAUAN TEORITIS PERANCANGAN KOLOM DISTILASI UNTUK PRA-RENCANA PABRIK SKALA INDUSTRI Leily Nurul Komariah, A. F. Ramdja, Nicky Leonard Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya e-mail

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II NAMA MAHASISWA : STAMBUK : KELOMPOK / KLS : LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. _Indra Wibawa Dwi Sukma_ _. 1. Pengertian Ekstraksi

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. _Indra Wibawa Dwi Sukma_ _. 1. Pengertian Ekstraksi _Indra Wibawa Dwi Sukma_0715041046_ EKSTRAKSI CAIR-CAIR 1. Pengertian Ekstraksi Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga

Lebih terperinci

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1 Diagram Fasa Zat Murni Pertemuan ke-1 Perubahan Fasa di Industri Evaporasi Kristalisasi Diagram Fasa Diagram yang bisa menunjukkan, pada kondisi tertentu (tekanan, suhu, kadar, dll) zat tersebut berfasa

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etanol Etanol merupakan bahan yang volatile, mudah terbakar, jernih, dan merupakan cairan yang tidak berwarna. Salah satu sifat istimewa dari etanol adalah volume shrinkage

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

Salah satu aplikasi data keseimbangan uap-cair adalah analisis flash distillation. FLASH DISTILATION

Salah satu aplikasi data keseimbangan uap-cair adalah analisis flash distillation. FLASH DISTILATION 3 S Sperisa Distantina Salah satu aplikasi data keseimbangan uap-cair adalah analisis flash distillation. LASH DISILAION Alat kontak uap-cair yg paling sederhana, biasanya digunakan untuk kapasitas kecil.

Lebih terperinci

SKRIPSI PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

SKRIPSI PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA PRA RANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DARI ASAM ASETAT DAN ETANOL KAPASITAS 25.000 TON/TAHUN SKRIPSI PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA Disusun Oleh : Rezeki Dewantari Y 121080057 Dian Geta 121080078 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

Heri Rustamaji Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung

Heri Rustamaji Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung Heri Rustamaji Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung Optimasi mencakup dua proses : ❶ formulasi problem optimasi dalam bentuk persamaan matematis, ❷ penyelesaian problem matematis yang terbentuk Tujuan

Lebih terperinci

12. PERSAMAAN GARIS LURUS

12. PERSAMAAN GARIS LURUS 12. PERSAMAAN GARIS LURUS A Persamaan Garis Lurus Persamaan garis lurus merupakan sebuah persamaan linier dua variabel (PLDV) dengan dua variabel yang tidak diketahui. Ilustrasi: Dari persamaan garis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produksi bahan bakar alternatif (biofuel) saat ini mendapat perhatian lebih dari beberapa pemerintahan di seluruh dunia. Beberapa pemerintahan telah mengumumkan komitmen

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak Keberadaan natural gas (gas alam) di dalam perut bumi tidak dapat terpisahkan dari air. Pada umumnya gas alam

Lebih terperinci

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses

MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses MINYAK ATSIRI (2) Karakteristik Bahan dan Teknologi Proses O L E H : D R. I R. S U S I N G G I H W I J A N A, M S. J U R U SA N T E K N O L O G I I N D U S T R I P E RTA N I A N FA KU LTA S T E K N O L

Lebih terperinci

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas.

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas. Pra (Rancangan PabrikjEthanoldan Ethylene danflir ' BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah proses Pada proses pembuatan etanol dari etilen yang merupakan proses hidrasi etilen fase

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Bahan Baku dan Produk 2.1.1. Spesifikasi bahan baku 2.1.1.1. Ethylene Dichloride (EDC) a. Rumus Molekul : b. Berat Molekul : 98,96 g/mol c. Wujud : Cair d. Kemurnian

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

III. PERANCANGAN KONDISI PROSES

III. PERANCANGAN KONDISI PROSES III. PERANCANGAN KONDISI PROSES III.1 Kondisi Proses Yang diartikan dengan kondisi proses adalah kondisi operasi yang diperlukan sehingga perancangan yang dilakukan itu dapat memenuhi design itention,

Lebih terperinci

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI PERCOBAAN VI Judul Percobaan : DESTILASI Tujuan : Memisahkan dua komponen cairan yang memiliki titik didih berbeda. Hari / tanggal : Senin / 24 November 2008. Tempat : Laboratorium Kimia PMIPA FKIP Unlam

Lebih terperinci

PENGAMBILAN AIR DARI SISTEM ISOPROPIL ALKOHOL AIR DENGAN DISTILASI ADSORPTIF MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM DAN SILIKA GEL

PENGAMBILAN AIR DARI SISTEM ISOPROPIL ALKOHOL AIR DENGAN DISTILASI ADSORPTIF MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM DAN SILIKA GEL 1 PENGAMBILAN AIR DARI SISTEM ISOPROPIL ALKOHOL AIR DENGAN DISTILASI ADSORPTIF MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM DAN SILIKA GEL Mona Silvia (L2C004248) dan Ragil Darmawan SAC (L2C004264) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN

LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN LAMPIRAN 1 DATA PERCOBAAN L1.1 DATA RENDEMEN EKSTRAK Dari hasil percobaan diperoleh data rendemen ekstrak sebagai berikut: Jumlah Tahap Ekstraksi 2 3 Konsentrasi Pelarut (%) 50 70 96 50 70 96 Tabel L1.1

Lebih terperinci

Kesetimbangan Fasa Bab 17

Kesetimbangan Fasa Bab 17 14.49 Pada diagram fase dibawah ini kesetimbangan cair uap digambarkan sebagai T terhadap xa pada tekanan konstan, tentukan fase-fase dan hitunglah derajat kebebasan dari daerah yang ditandai. Jawab: Daerah

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB) Disusun oleh: Dinna Rizqi Awalia Dr. Danu Ariono Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TEKNOLOGI HEMAT ENERGI UNTUK PRODUKSI ALKOHOL FUEL GRADE YANG EFISIEN

TEKNOLOGI HEMAT ENERGI UNTUK PRODUKSI ALKOHOL FUEL GRADE YANG EFISIEN TEKNOLOGI HEMAT ENERGI UNTUK PRODUKSI ALKOHOL FUEL GRADE YANG EFISIEN Srie Muljani Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Abstrak Sasaran kajian penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

Matematik Ekonom Fungsi nonlinear

Matematik Ekonom Fungsi nonlinear 1 FUNGSI Fungsi adalah hubungan antara 2 buah variabel atau lebih, dimana masing-masing dari dua variabel atau lebih tersebut saling pengaruh mempengaruhi. Variabel merupakan suatu besaran yang sifatnya

Lebih terperinci

HUKUM RAOULT. campuran

HUKUM RAOULT. campuran HUKUM RAOULT I. TUJUAN - Memperhatikan pengaruh komposisi terhadap titik didih campuran - Memperlihatkan pengaruh gaya antarmolekul terhadap tekanan uap campuran II. TEORI Suatu larutan dianggap bersifat

Lebih terperinci

- Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya

- Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya 1. Diagram Fasa dalam Sistem Logam - Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya adalah suatu daerah (region) yang berbeda struktur atau komposisinya dari daerah lain. - Diagram fasa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Furfural dari Tongkol Jagung dengan Kapasitas ton/tahun. I.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Furfural dari Tongkol Jagung dengan Kapasitas ton/tahun. I.1 Latar Belakang BAB I PENGANTAR I.1 Latar Belakang Berbagai macam industri kimia membutuhkan furfural sebagai bahan pendukung dalam proses produksinya. Industri yang dimaksud seperti industri cat, industri di bidang farmasi

Lebih terperinci

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT

Modul Sifat dan Operasi Gaya. Ir.Yoke Lestyowati, MT Modul Sifat dan Operasi Gaya Ir.Yoke Lestyowati, MT Konten E-Learning IDB 7in1 Terintegrasi PDITT 2015 BAB I SIFAT DAN OPEASI GAYA 1.1. Capaian Pembelajaran 1.1.1. Umum 1. Mampu menggunakan teori gaya

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT III.1. Spesifikasi Alat Utama III.1.1 Reaktor : R-01 : Fixed Bed Multitube : Mereaksikan methanol menjadi dimethyl ether dengan proses dehidrasi Bahan konstruksi : Carbon steel

Lebih terperinci

NERACA MASSA TANPA REAKSI Pertemuan ke 2 s/d 4

NERACA MASSA TANPA REAKSI Pertemuan ke 2 s/d 4 NERACA MASSA TANPA REAKSI Pertemuan ke 2 s/d 4 Neraca massa Dengan Reaksi : ditandai dengan terjadinya perubahan kimia pada umpan yang diproses Tanpa Reaksi: umpan hanya mengalami proses fisika seperti:

Lebih terperinci