BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan hasil pendidikan yang berkualitas. Itulah sebabnya seorang guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

SERTIFIKASI PENDIDIK PERLU EVALUASI BERKALA. Oleh : Sukidjo Staf Pengajar FISE Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

PENDIDIKAN PROFESI GURU: IMPLIKASI DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 KAMIN SUMARDI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebab itu hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai suatu hal yang

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

I. PENDAHULUAN. ekonomi di negara ini belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Salah satu

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran

P., 2015 PENGARUH PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMPN SE-RAYON 03 KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109

Tatacara Sertifikasi Dosen

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BAB VI PENUTUP. prosentase sebesar 58,1%. Sisanya sebesar 41,9% dipengaruhi oleh. pengaruh antara kompetensi guru tersertifikasi melalui portofolio

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. maju dapat dilihat dari mutu pendidikannya. Menurut data Organisasi Pendidikan,

I. PENDAHULUAN. yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius pemerintah. Sejalan dengan upaya peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

KUALITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR BIDANG KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN DI SMKN 1 SEYEGAN PASCA SERTIFIKASI GURU JURNAL SKRIPSI

PRESTASI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) DAN MINAT MAHASISWA TERHADAP KOMPETENSI GURU PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

Organisasi Profesi. Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu memahami Organisasi Profesi Keguruan. Afid Burhanuddin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah. persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional seperti yang tertulis pada Undang-undang nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru telah ditetapkan sebagai jabatan profesional. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Education For All Global Monitoring Report tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Norep, 2012) Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

Suwarsi : Q

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. tercapai. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

ISU GENDER DAN SERTIFIKASI GURU VERSUS PRESTASI BELAJAR SISWA


Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DAN SERTIFIKASI GURU

yang identik dengan berhitung, dan membutuhkan kosentrasi lebih, serta menuntut begitu banyak pencapaian konsep sehingga terkesan sangat sulit, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktor utama yang

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

SAMBUTANBUPATI SEMARANG PADA ACARA PENYERAHAN SERTIFIKAT PENDIDIK TANGGAL 15 PEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakan seluruh kegiatan dan menentukan keberhasilan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. S1/D-IV Jurusan/Program Studi PGSD /Psikologi/Pendidikan lainnya, sedangkan

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi mutu pendidikan di Indonesia dinilai masih rendah bila dibandingkan dengan negara negara tetangga di Asia Tenggara lainnya. Harian Kompas, 03 Maret 2011 melansir berita Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011; yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebuda-yaan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNESC0) di NEW York, Amerika Serikat, menyatakan bahwa indeks pembangunan pendidikan Indonesia (education development index) adalah 0,934. Nilai ini menempatkan Indonesia di posisi ke 69 dari 127 negara di dunia. Terjadi penurunan dibandingkan tahun 2010 yang berada di peringkat 65. Indonesia masih tertinggal dari Brunei yang berada di peringkat 34, sementara Malaysia berada di peringkat 65. Melihat turunnya mutu pendidikan di Indonesia, maka upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu terus dilakukan. Salah satu komponen pendidikan yang berperan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan adalah guru dan tenaga kependidikan. Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 dalam pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan 1

tugas utama, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada TK, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Oleh karena itu guru dituntut mempunyai kualifikasi yang mengacu pada profesionalisasi, yaitu guru yang berkompeten di bidangnya masing masing. Guru yang berkompetensi adalah guru yang memiliki kemampuan dalam menunjukkan etos kerja dan kinerja mengajar sesuai dengan jenjang tingkat pendidikan yang dimiliki, sehingga mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsi di dunia pendidikan secara optimal. Guru yang berkompeten akan memberi dampak pada proses belajar mengajar (Depdiknas, 2003). Sesuai Permen Diknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, bahwa seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma IV atau Sarjana (Strata I) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan, dan kompetensi guru yaitu kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional melalui pendidikan profesi. Sebagai bentuk penghargaan pemerintah terhadap guru dan dosen tidak hanya menganugerahkan gelar Pahlawan tanpa tanda jasa tetapi juga meningkatkan kesejahteraan dan martabat guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Menteri Pendidikan Nasional menetapkan Permen Diknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Program sertifikasi 2

guru akan memberi jaminan terhadap peningkatan etos kerja dan kompetensi guru. Guru yang mengikuti program sertifikasi diwajibkan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan kualifikasi akademik dan kompetensi khusus yang dijadikan barometer mutu, sehingga kiprah guru yang bersertifikasi menjadi cerminan bagi guru yang belum bersertifikasi maupun calon guru. Bagi guru yang sudah menyandang predikat guru profesional mempunyai kebanggaan tersendiri karena memperoleh sertifikat pendidik, dimana semua guru yang sudah memperoleh sertifikat pendidik akan mendapatkan tunjangan profesi. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan profesional dan akan diberikan tambahan tunjangan sebesar satu kali gaji pokok. Setiap guru pemegang sertifikat pendidik profesional wajib menunjukkan kompetensinya dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya (Keppres RI No. 3 tahun 2003). Salah satu kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru. Guru merupakan komponen vital, penggerak utama sebagai faktor kesuksesan dari sistem pendidikan dan pengajaran yang akhirnya akan mempengaruhi mutu pendidikan. Secara umum kualitas pendidikan formal yang tercermin dari lulusannya sangat dipengaruhi oleh kualitas masukan (calon siswa), proses belajar mengajar, dan kinerja guru. Haryadi (2005) menyatakan bahwa kualitas pendidik- 3

an dipengaruhi oleh: (1) kualitas tenaga pengajar termasuk kepala sekolah, (2) sistem belajar mengajar, (3) sarana dan prasarana, (4) lokasi, (5) administrasi dan birokrasi. Oleh karena itu salah satu upaya yang harus dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas sekolah adalah melalui peningkatan etos kerja guru. Faktor yang meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru. Sejalan dengan pendapat Kusumastuti (2001) yang menyatakan bahwa, pengembangan mutu pendidikan dapat ditempuh melalui pengembangan mutu para pendidiknya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu guru melalui pendidikan dan latihan, seminar, Kelompok Kerja Guru (KKG), musyawarah guru mata pelajaran, pendidikan penyetaraan, dan pendidikan lanjut. Seorang guru yang mempunyai etos kerja tinggi, akan melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Sedangkan seorang guru yang mempunyai etos kerja rendah, akan bermalas-malasan dan kurang bertanggungjawab, setengah-setengah dalam melaksanakan tugas mengajar. Hasil survei yang dilakukan di lima kota di Indonesia menunjukkan bahwa guru pasca sertifikasi tidak menunjukkan grafik peningkatan dalam segi etos kerja dan kompetensinya. Sebanyak 64,36% guru responden masih stagnan atau tidak ada perubahan (Baedhowi, dalam Solopos, 2009). Hasil survei tersebut 4

ditandai dengan kompetensi guru bersertifikasi maupun yang belum bersertifikasi tidak berbeda tingkatannya sehingga guru bersertifikasi dianggap belum mampu meningkatkan etos kerja dan kompetensinya. Kondisi di lapangan pada setiap akhir semester, menunjukkan adanya keluhan dari masyarakat (orang tua siswa) yang beranggapan bahwa guru kurang mampu dalam melaksanakan tugasnya, manakala putra-putrinya memperoleh nilai yang tidak baik, ketika prestasi anaknya menurun, ketika nilai ujian nasionalnya sekolah turun dan ranking sekolahnya di bawah sekolah yang lain. Pihak orang tua akan langsung memprotes gurunya, serta masyarakat dengan tegas menyatakan bahwa hal tersebut kesalahan sepenuhnya terletak pada guru. Mereka kurang menyadari bahwa pendidikan adalah menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah, keluarga dan masyarakat (UPT Dinas Pendidikan Kec. Kaloran). Penelitian yang berhubungan dengan etos kerja yang dilakukan oleh Darmini (2011), berjudul Persepsi Guru Belum Sertifikasi terhadap Etos kerja dan Kinerja Mengajar Guru Sekolah Dasar bersertifikasi di Kecamatan Kandangan, menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan etos kerja guru SD yang bersertifikasi dengan guru SD yang belum sertifikasi di Kecamatan Kandangan Sementara itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Sholihah (2003) berjudul Studi Komparatif 5

tentang Etos Kerja Guru belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Madrasah Aliyah se Kab. Rembang, menyatakan bahwa: terdapat perbedaan yang signifikan etos kerja antara guru yang belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Madrasah Aliyah se- Kabupaten Rembang. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uji-t sebesar 4,944, dengan dk = 58 yang menunjukkan signifikan bila dikonsultasikan dengan tabel harga baik pada taraf signifikansi P = 0,01 maupun P = 0,05. Hasil penelitian Darmini (2011) menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan etos kerja guru yang belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi, tetapi hasil penelitian Sholihah (2003), menemukan bahwa terdapat perbedaan etos kerja yang signifikan antara guru yang belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Madrasah Aliyah se-kabupaten Rembang. Hal ini terlihat dari hasil uji-t sebesar 4,944, dengan dk = 58 yang menunjukkan signifikan bila dikonsultasikan dengan tabel harga, baik pada taraf signifikansi P = 0,01 maupun P = 0,05. Oleh karena itu pendapat dan pemahaman yang telah diuraikan membuat ispirasi penulis untuk melakukan penelitian tentang perbedaan etos kerja antara guru yang belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran. Berdasarkan permasalahan yang terjadi di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran dengan temuan Darmini (2011) yang menyatakan bahwa etos kerja 6

guru non sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Kecamatan Kandangan tidak ada perbedaan yang signifikan. Hasil ini diuji keabsahan datanya dengan dilakukan triangulasi data pada Kepala Sekolah, 2 Pengawas, dan 23 guru lain di luar responden penelitian. Berbeda dengan Sholihah (2003) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan etos kerja yang signifikan antara guru belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi di Madrasah Aliyah se-kabupaten Rembang, dilihat dari hasil uji-t sebesar 4,944, dengan dk = 58 yang menunjukkan signifikan bila dikonsultasikan dengan tabel harga, baik pada taraf signifikansi P = 0,01 maupun P = 0,05. Maka penelitian ini mencoba mencari kembali signifikansi perbedaan etos kerja antara guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran. Hal ini diperkuat dengan hasil pra penelitian yang dilakukan pada tanggal 17 24 Juni 2013 terhadap 60 guru sekolah dasar di wilayah UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran. Dari 60 orang guru sekolah dasar UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran yang menjadi responden. Tingkat etos kerja guru dibagi menjadi lima kategori menggunakan rumus sebagai berikut: Tingkat etos kerja guru dibagi menjadi lima kategori menggunakan rumus sebagai berikut: 7

skor maximal= skor tertinggi secara teori dari jawaban skor minimal= skor terendah secara teori dari jawaban k = jumlah klasifikasi yang hendak dibuat Diketahui : Skor Maximal = 25 x 4 = 100 Skor Minimal = 25 x 1 = 25 K = 5 = 15 Untuk mengetahui etos kerja 30 orang guru belum bersertifikasi dan 30 guru bersertifikasi, berikut disajikan nilai etos kerja guru yang diperoleh dari raport Tabel 1.1 di bawah ini. Kategori Tabel 1.1 Kategori Nilai Etos Kerja Guru Belum Bersertifikasi N = 30 dan Guru Bertifikasi N = 30 Skor Guru Belum bersertifikasi Etos Kerja Guru Bersertifikasi F % F % Sangat Tinggi (ST) 85 100 5 16,7 10 33,3 Tinggi (T) 70 84 18 60 20 66,7 Sedang (S) 55 69 4 13,3 0 0 Rendah (R) 40 54 3 10 0 0 Sangat Rendah (SR) 25 39 0 0 0 0 Jumlah 30 100 30 100 8

Berdasar Tabel 1.1 sebagian besar etos kerja guru bersertifikasi pada kategori Tinggi (66,7%), sedangkan etos kerja guru belum bersertifikasi juga ada pada kategori Tinggi (60%). Walau keduanya ada pada kategori tinggi tetapi ada sedikit perbedaan persentase etos kerja antara guru bersertifikasi dengan guru belum sertifikasi. Dari hasil pra-penelitian, penulis hendak melanjutkan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar yaitu terhadap seluruh guru sekolah dasar di UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran, untuk mengetahui adakah perbedaan yang signifikan etos kerja antara guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi. 1.2 Rumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Adakah perbedaan yang signifikan etos kerja antara guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: untuk mengetahui signifikansi perbedaan etos kerja antara guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi di Sekolah Dasar Negeri UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran? 9

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan dua manfaat yaitu manfaat teoritik dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Teoritik Apabila hasil penelitian ini menemukan adanya perbedaan yang signifikan etos kerja antara guru belum bersertifikasi dengan guru bersertifikasi di sekolah dasar negeri UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Kaloran, maka hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sholihah (2003). Namun apabila hasil penelitian menemukan tidak ada perbedaan etos kerja antara guru belum sertifikasi dengan guru bersertifikasi maka penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Darmini (2011). 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah sebagai masukan bagi sekolah dalam pengembangan etos kerja guru. 10

1.5 Sistematika Penulisan Tesis ini terdiri dari lima bab, yang dapat diuraikan sebagai berikut: Bab I : Bab II : Bab III : Bab IV : Pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan; Landasan teori terdiri atas pengertian etos kerja, faktor faktor yang mempengaruhi etos kerja, mengukur etos kerja, hakikat guru bersertifikasi, guru belum bersertifikasi, jalur/pendaftaran sertifikasi, kajian yang relevan dan hipotesis; Metode penelitian yang meliputi jenis dan lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, uji validitas item dan reabilitas instrument, teknik analisis data; Analisis data dan pembahasan, memuat analisis deskriptif etos kerja, analisis perbedaan, uji hipotesis; Bab IV : Penutup, berisi kesimpulan dan saran penelitian. 11