BAB I PENDAHULUAN BUS UUS BPRS

dokumen-dokumen yang mirip
BAGIAN I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Pertemuan: 3

Materi 3 Tujuan & Prinsip Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB II PEMBAHASAN PENDAHULUAN I.1 Tujuan dan Peranan KDPPLKS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah ED KDPPLKS Hak Cipta 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA 1 ED KDPPLKS PENDAHULUAN Tujuan

KERANGKA DASAR LAPORAN KEUANGAN SYARIAH. Budi Asmita, SE Ak, Msi Akuntansi Syariah Indonusa Esa Unggul, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi tingkat bunga akhir-akhir ini memberikan perhatian lebih kepada

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

5. Tujuan laporan keuangan syariah untuk tujuan umum adalah :

PSAK AKUNTANSI SYARIAH. Imam Subaweh

BAB I PENDAHULUAN. bidang perbankan merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

Ruang Lingkup PSAK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan berkembangnya industri perbankan syariah yang terjadi pada

BAGIAN II LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN SYARIAH

AKUNTANSI BANK SYARIAH. Imam Subaweh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai financial

AKUNTANSI BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Sistem perbankan ganda (sistem konvensional dan sistem syariah)

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis, emansipatoris,

BAB I PENDAHULUAN. Aturan ekonomi yang ada dalam Al-Qur an dan Al-Hadits, telah. mengatur sistem ekonomi dengan teliti melalui nilai-nilainya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Disamping itu bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

REGULASI ENTITAS SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan lembaga keuangan syariah di tengah masyarakat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. tinggi bahkan melebihi tinggi dari rata-rata perbankan syari ah dunia. 1

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat/unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (Surplus Unit)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Oleh: Budi Santoso NIM.F BAB I PENDAHULUAN. dan semakin lengkapnya lembaga keuangan syariah di negeri ini, yakni dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya yang dilakukan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian pasti ada hubungannya dengan dunia keuangan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMBIAYAAN SYARIAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah Konsep dan Implementasi PSAK Syariah, P3EI Press, Yogyakarta, 2008, hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung pada tahun 2008 dan sepanjang tahun 2009 kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

Prinsip Sistem Keuangan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup signifikan. Menurut outlook perbankan syariah 2012 yang

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan. Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian yang semakin modern seperti sekarang ini, uang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada Al Qur an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank syari ah adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. sosialisme. Sistem tersebut mengacu pada prinsip-prinsip yang sebenarnya

DAFTAR ISTILAH. xxiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELAPORAN KEUANGAN ETAP DAN NIRLABA Latar Belakang Pelaporan Keuangan ETAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah. Praktik ekonomi yang terjadi saat ini, baik yang dilakukan para praktisi maupun para

BAB I PENDAHULUAN. keberlanjutan entitas bisnis dan untuk mengukur kemampuan bersaing dalam

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

Materi 4 Perkembangan Lembaga Bisnis Syariah. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tabungan, giro dan deposito berjangka (Oktriani, 2011).

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.05/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN MODAL VENTURA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan perbankan syariah di Indonesia semakin dinamis. Hal ini setidaknya dapat ditandai dengan semakin banyak bank dengan nama baru yang mulai memperkenalkan jati dirinya sebagai Bank Umum Syariah (BUS)., Bank Indonesia (200) menyebutkan bahwa sudah terdapat 3 BUS, 24 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 44 Bank perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi di Indonesia. Tabel. Perkembangan Bank Syariah Indonesia Indikasi 2000 200 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Mei-0 KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS KP/UUS BUS 2 2 2 2 3 3 3 3 5 6 0 UUS 3 3 6 8 5 9 20 25 27 25 24 BPRS 79 8 83 84 88 92 05 4 3 39 44 Sumber : Bank Indonesia (200) Tabel.. tersebut menunjukkan adanya indikasi bahwa bahwa bank syariah masih memiliki peminat dan peluang pasar yang cenderung meningkat. Melihat kecenderungan ini alangkah baiknya kalau perkembangan ini sejalan dengan rencana yang telah disusun serta tetap berkomitmen dengan nilai nilai syariah yang mendasari terbentuknya dahulu, hingga tujuan akhir dalam perekonomian Islam yang sedang berjalan tercapai. Bank syariah pada dasarnya adalah bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah. Oleh karenanya bank harus senantiasa memperhatikan prinsip prinsip syariah dalam aktivitas operasionalnya.

2 Hal ini sejalan dengan Bank Indonesia (2002) yang menyatakan bahwa dalam rangka mengembangkan sistem perbankan syariah yang sehat dan mempersiapkan tren perkembangan dan permasalahan utama (key issues) yang dihadapi, ditetapkan sasaran pengembangan perbankan syariah nasional yang objektif dan realistis untuk periode sepuluh tahun kedepan. Bank Indonesia (2002) melalui Cetak Biru Perkembangan Perbankan Syariah Indonesia menetapkan rangkaian arahan, tahapan tahapan untuk mewujudkan sasaran pengembangan perbankan Islam untuk jangka panjang, menyebutkan bahwa pegembangan perbankan Islam di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip Islam. Dalam rangka mendukung terciptanya bank Islam yang mampu memenuhi prinsip-prinsip Islam, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang didukung oleh Bank Indonesia dan Dewan Islam Nasional Majelis Ulama Indonesia menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk perbankan Islam pada tahun 2002. Seiring berjalannya waktu, ruang lingkup dalam standar tidak mencakup kepentingan seluruh lembaga keuangan Islam lainnya. Untuk itu tahun 2007 terdapat revisi dan menghasilkan PSAK Akuntansi Islam yang telah mendapat opini dari DSN MUI bahwa standar ini tidak bertentangan dengan prinsip prinsip Islam dan telah sesuai dengan fatwa DSN MUI. Seperti sebelumnya PSAK Akuntansi Islam ini memiliki dua pembahasan, yaitu Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keaungan Islam (KDPPLKS) dan PSAK 0 06, yang secara berurut mengatur tentang penyajian laporan keuangan Islam, akuntansi murabahah, akuntansi salam, akuntansi istishna, akuntansi mudharabah, dan akuntansi musyarakah, dan pada tahun 2009 terdapat penambahan PSAK 07 dengan terbitnya standar akuntansi tentang akuntansi ijarah. 2

3 Pada saat revisi pertama yaitu terbitnya PSAK Akuntansi Islam (2007) sebenarnya perkembangan perbankan Syariah di Indonesia sudah masuk tahap kedua berdasarkan Cetak Biru yang telah disusun oleh Bank Indonesia. Tahapan kedua ini bertujuan untuk memperkuat struktur industri perbankan syariah. Bank Indonesia (2002) juga menekankan kepada peningkatan kepatuhan operasional bank syariah atas nilai-nilai Islam. Hal ini tentunya membutuhkan hadirnya konsep pengawasan yang lebih intensif atas kepatuhan prinsip Islam. Shahul (200) menyatakan bahwa akuntansi dapat memiliki peran penting dalam mengarahkan pengguna 'perilaku terhadap kegiatan (biasanya dalam lingkungan ekonomi) yang akan menuntun untuk mencapai falaah. Menurut Belkoui (2002) output dari sistem akuntansi yang diterapkan dalam satu badan usaha adalah laporan tahunan. Laporan tahunan yang diterbitkan oleh bank syariah diharapkan tidak hanya memuat informasi tentang keuangan namun lebih dari itu informasi yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan kesesuaian antara laporan tahunan bank syariah batas nilai-nilai Islam telah dilakukan oleh Syafei et.al (2004). Syafei et.al (2004) menyimpulkan bahwa laporan tahunan BMI belum bisa dikatakan sebagai laporan tahunan yang Sharia`tic. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Nasrifah (2006) yang menyatakan bahwa tingkat kesesuaian annual report bank Syariah di Indonesia terhadap standar akuntansi untuk perbankan Syariah sudah relative bagus. Melihat pada beberapa penelitian sebelumnya yang bersandar pada standar yang pada saat itu digunakan, membuat Penulis ingin mereplikasi peenlitian sebelumnya tersebut namun dengan pendekatan KDPPLKS dan PSAK 0 yang berlaku di Indonesia saat ini. Pada penelitian ini penulis ingin melihat bagaimana kesesuaian laporan tahunan bank Syariah di Indonesia terhadap nilai nilai Islam 3

4 yang termuat dalam KDPPLKS. KDPPLKS penulis gunakan sebagai sumber informasi dasar melihat nilai nilai Islam yang akan dilihat kesesuaiaanya dalam laporan tahunan. Dalam menganalisis kesesuaian laporan tahunan tersebut, penulis menggunakan alat ukur berdasarkan PSAK 0. Pada dasarnya, menurut IAI (2007), bank Syariah seharunsya menyajikan informasi kepada publik sebagaimana yang diatur di dalam PSAK 0. Pemikiran ini yang membuat Penulis tertarik untuk mengangkatnya menjadi judul skripsi Analisa Tingkat Kesesuaian Laporan Tahunan Bank Syariah di Indonesia terhadap Nilai Nilai Islam dengan pendekatan KDPPLKS dan PSAK 0 sebagai alat ukurnya..2 Batasan Masalah Penulis membatasi penelitian dengan mengukur kesesuaian laporan tahunan perbankan indonesia dalam lingkup BUS di Indonesia berdasarkan nilai- nilai Syariah, hanya pada hal hal yang bersifat umum, yakni pada tujuan laporan keuangan, tujuan lainnya, pengakuan, pengukuran, asumsi dasar dan pengguna. Hal yang perlu diperhatikan, dalam penelitian ini penulis tidak melakukan pengukuran operasional atas transaksi, tetapi hanya terfokus kepada laporan tahunan BUS yang disajikan untuk publik..3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah pada paragraf sebelumnya, penulis memiliki rumusan masalah sebagai berikut :. Bagaimana tingkat kecenderungan kesesuaian laporan tahunan masing - masing bank Syariah di Indonesia terhadap nilai nilai islam dalam KDPPLKS dan PSAK 0? 2. Bagaimana tingkat kesesuaian laporan tahunan bank Syariah di Indonesia terhadap nilai nilai Islam dengan pendekatan KDPPLKS dan PSAK 0? 4

5.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :. Untuk mengetahui tingkat kecenderungan kesesuaian laporan tahunan masing - masing bank Syariah di Indonesia terhadap nilai nilai islam dalam KDPPLKS dan PSAK 0 2. Untuk mengetahui tingkat kesesuaian laporan tahunan bank Syariah di Indonesia terhadap nilai nilai Islam dengan pendekatan KDPPLKS dan PSAK 0. 5

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Kerangka Konseptual dan Standar Akuntansi Keuangan Syariah 2.. Kerangka Konseptual Kieso dan Weygandt (2008: 46-47) menyatakan bahwa kerangka konseptual adalah: Suatu sistem koheren dari tujuan- tujuan dan dasar- dasar yang saling terkait yang dapat mengarah pada standarstandar yang konsisten dan yang menentukan sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan. Terdapat dua alasan pentingnya ada suatu kerangka konseptual. Kieso dan Weygandt (2008) juga menegaskan agar dihasilkan standar dan aturan yang koheren yang disusun atas dasar yang sama sehingga menambah pengertian dan kepercayaan para pengguna laporan keuangan serta mendorong keterbandingan diantara perusahaan yang berbeda. Kieso dan Weygandt (2008) juga menyampaikan bahwa masalah- masalah praktis yang baru muncul sesuai dengan berkembangnya kompleksitas bisnis dan lingkungan dapat segera diselesaikan dengan referensi kerangka teori dasar yang sudah ada. Senada dengan Kieso dan Weygandt (2008), Johnson (2004) mengatakan bahwa kerangka kerja konseptual lebih mirip dengan konstitusi yang menjadi dasar yang terdirid ari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan dalam penetapan standar yang konsisten dan penetuan sifat funsgi dan batas-batas dari laporan keuangan. 2..2 Konsep Dasar Peyusunan dan Penyajian laporan Keuangan Syariah Triyuwono (2003) menyatakan bahwa akuntansi adalah sebuah entitas yang mempunyai dua arah kekuatan, artinya akuntansi tidak saja dibentuk oleh lingkungannya, tetapi juga mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi lingkungannya, termasuk perilaku manusia yang menggunakan informasi. Kajian 6

7 Triyuwono ini terbatas pada pembentukan akuntansi akibat lingkungannya, keterkaitan dengan penelitian ini dalam hal akuntansi Syariah adalah nilai- nilai islam. Akuntansi Syariah dalam lingkup nilai nilai Islam memiliki peluang yang muncul dari lingkungan masyarakat yang mayoritas Islami dan akhirnya menghasilkan suatu studi akuntansi Syariah atau nilai nilai Islam dipandang sebagai suatu bentuk yang dapat mempengaruhi para pelakunya yang mayoritas berada dalam lingkungan Islam dalam penggunaan informasi. Istilah kerangka konseptual di Indonesia dikenal dengan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan atau KDPPLK (Chariri&Ghazali, 2003: 02). Kerangka dasar ini telah mendapat persetujuan terbit oleh DSN MUI dengan opini bahwa hal ini tidak bertentangan dengan prinsip prinsip Syariah dan telah sesuai dengan fatwa DSN MUI dan telah diterbitkan oleh IAI dan mulai berlaku sejak tahun 2007. Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS) merupakan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Tujuannya untuk digunakan sebagai acuan bagi: a. Penyusunan standar akuntansi keuangan Syariah. b. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi Syariah yang belum di atur dalam standar akuntansi keuangan Syariah. c. Auditor, dalam memberikan pendapat apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi Syariah yang berlaku umum. d. Pengguna laporan keuangan, dalam penafsiran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan Syariah. Kembali pada pendapat Triyuwono (2003) yang menyatakan bahwa pembentukan akuntansi akibat lingkungannya, yang dalam hal akuntansi Syariah 7

8 adalah nilai- nilai islam. Nilai nilai Islam yang secara tidak langsung membentuk suatu pemahaman, kerangka berpikir, hingga terbitnya standar. Semua berjalan berawal dari lingkungan masyarakat yang membutuhkan lembaga yang seirama dengan nilai- nilai yang dibutuhkan sesuai dengan yang mereka jalani dan yakini dalam Islam. Seperti yang diketahui tujuan hidup dalam ekonomi Islam adalah falah, dengan cara memenuhi maqasid Syariah. Memiliki pengertian kebahagiaan dunia akhirat dapat tercapai apabila memenuhi maqasid Syariahnya. Pencapaian falah selama praktik kehidupan di dunia, kehidupan akhirat tidak dapat diobservasi, namun perilaku manusia di dunia akan mempengaruhi kehidupan dan kebahagiaannya kelak di akhirat. Hendrieanto et.al (2007) mengatakan, falaah dipandang sebagai tujuan hidup dan dapat terwujud apabila terpenuhinya kebutuhan hidup (materi dan spiritual) secara seimbang. KDPPLKS sebagai konsep, berfungsi sebagai alat perantara pencapaian falah dalam lingkup ekonomi, dimana pemenuhan kebutuhan menjadi salah satu jalan menuju kebahagiaan. Tapi pemenuhan yang seperti apa dan bagaimana-lah yang dapat membawa kita semua menuju tujuan hidup yang hakiki. Dalam KDPPLKS, paradigma falah yang melandasi transaksi Syariah, bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual. Terdapat penekanan didalamnya akan setiap aktivitas manusia haruslah memiliki akuntabilitas dan nilai illahiah, yang menjadikan perangkat Syariah dan akhlak sebagai parameter baik dan buruknya suatu usaha. Syariah merupakan perangkat ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat, yang berisi perintah dan larangan, baik interaksi vertikal dan horizontal. Sementara akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilai nilai moral dalam interaksi sesama makhluk, agar tercipta hubungan yang saling menguntungkan, sinergis dan harmonis. Nilai nilai Islam terdapat dalam lima prinsip Syariah yang dimuat dalam KDPPLKS ini, yakni: 8

9 a. Persaudaraan (ukhuwah) Dalam prinsip ini ditekankan bahwa sangat dijunjung tinggi nilai kebersamaan dengan semangat tolong menolong dalam memperoleh manfaat (sharing economics), sehingga tidak terdapatnya keuntungan diatas kerugian orang lain. Prinsip ini pun ada berdasarkan beberapa prinsip lain, yaitu prinsip saling mengenal (ta`aruf), saling memahami (tafahum), saling menolong (ta` awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf). b. Keadilan (`adalah) Prinsip ini memiliki esensi menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai dengan posisinya, hingga melahirkan prinsip bermuamalah, yaitu melarang adanya unsur riba, kezaliman, maysir, gharar, dan haram. c. Kemaslahatan (maslahah) Esensi dalam prinsip ini ialah segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan kolektif. Untuk diakui, kemaslahatan perlu memenuhi unsur halal dan thayib secara menyeluruh agar tidak menimbulkan kemudharatan. Tercapainya kemaslahatan apabila telah memenuhi unsur - unsur yang menjadi ketetapan Syariah (maqasid Syariah), yaitu pemeliharaan terhadap akidah (dien), akal (`aql), keturunan (nasl), jiwa dan keselamatan (nafs) dan harta benda (mal). Menurut as-shatibi, kelima hal (maqasid Syariah) tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi agar manusia dapat hidup bahagia dunia akhirat. d. Keseimbangan (tawazun) Esensi dalam prinsip ini adalah keseimbangan yang meliputi aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan riil, bisnis dan sosial, serta keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian. Penekanan prinsip ini tidak hanya untuk kepentingan pemilik 9

0 (shareholder), tetapi juga manfaat yang akan dirasakan oleh semua pihak (stakeholder). e. Universalisme (syumuliyah) Esensi prinsip ini dapat dilakukan oleh, dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder), tanpa membedakan suku, ras, dan golongan. 2..3 Standar Akuntansi Syariah di Indonesia Shahul (200) mengatakan bahwa sebagai institusi yang bergerak dengan nama Syariah, sudah seharusnya setiap lembaga bisnis Syariah termasuk Bank Syariah mendasari seluruh kegiatannya dengan nilai nilai kesyariahan, dan menjalankan aturan berdasarkan standar yang mengaturnya. Sebagai sistem alternatif yang memiliki peluang yang cukup besar, harus terdapat standar serta aturan legal untuk mengguidance perkembangan perbankan Syariah. Seperti yang dikatakan oleh Antonio (200: 98), bahwa suatu standar akuntansi akan menjadi kunci suksesnya bank Islam dalam melayani masyarakat. Bank Indonesia (BI) melalui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menerbitkan standar akuntansi untuk lingkup Syariah yang dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 59 tentang akuntansi perbankan Syariah (revisi 2003) dan mulai digunakan efektif per Januari 2003. Didalamnya terdapat tiga point pembahasan, yaitu pengakuan dan pengukuran, penyajian, dan pengungkapan. Beberapa tahun berikutnya, pada 2007 terbitlah KDPPLKS dan PSAK Syariah. KDPPLKS dan PSAK Syariah ini disahkan telah sesuai dengan prinsip Syariah dan fatwa DSN MUI pada tanggal 27 Juli 2007. Pada PSAK 0 tentang penyajian laporan keuangan Syariah terdapat sub penarikan (par 90) menyatakan bahwa pernyataan ini menggantikan PSAK 59 tentang akuntansi perbankan Syariah yang berhubungan dengan pengaturan penyajian laporan keuangan bank Syariah. Salah satu keuntungan terbitnya PSAK Syariah adalah 0

cakupan lingkup penggunaannya menjadi lebih luas, tidak hanya untuk perbankan Syariah tetapi juga dapat digunakan untuk lembaga keuangan Syariah. PSAK Syariah terdiri atas 0 06 (per September 2007) yang secara berurutan mengatur tentang penyajian laporan keuangan Syariah, akuntansi murabahah, akuntansi salam, akuntansi istishna, akuntansi mudharabah, akuntansi musyarakah. Pada 2 April 2009 terbit PSAK 07 dan PSAK 08, tentang akuntansi ijarah dan akuntansi transaksi asuransi Syariah. Komponen dan unsur laporan keuangan Syariah yang diatur dalam PSAK 0 yang dianggap sesuai dijadikan alat ukur berdasarkan tujuan laporan keuangan dalam KDPPLKS diantaranya: Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat, Laporan Rekonsiliasi Pendapatan Bagi Hasil, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan Atas Laporan Keuangan, Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq Dan Shadaqah, Laporan Sumber Dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan Sementara unsur laporan keuangan yang digunakan sebagai alat ukurnya ialah Dana Syirkah Temporer dalam Neraca, pos atau akun pendapatan nonhalal. 2.2 Perbankan Syariah 2.2. Karakteristik dan Tujuan Bank Syariah Perbankan Syariah merupakan salah satu institusi keuangan yang memiliki peran aktif dalam mensukseskan ekonomi Syariah saat tergoncangnya stabilitas ekonomi Indonesia yang saat itu masih didominasi oleh perbankan konvensional ketika terjadinya krisis global. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup

2 kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sementara Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Sesuai dengan definisi bank yang merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Kegiatan dasar dalam definisi bank ini sesuai dengan tujuan perbankan Syariah, yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Menurut Harahap (200), bank Syariah memiliki beberapa tujuan, diantaranya: a. Mengarahkan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam dalam perbankan. b. Menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, agar tidak terdapat kesenjangan antara pemilik modal dan pihak yang membutuhkan dana. c. Meningkatkan kualitas hidup umat dengan tujuan menciptakan kemandirian usaha. d. Sebagai penanggulangan masalah kemiskinan dengan merealisasikan program program pembinaan pengembangan usaha bersama. e. Menjaga stabilitas ekonomi dan moneter dengan menunjukan persaingan yang sehat antar lembaga keuangan. f. Menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non Syariah. 2

3 Dalam penjelasan Undang Undang tentang Perbankan Syariah terdapat tujuan pembangunan nasional, yaitu terciptanya masyarakat adil dan makmur, yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan. Dimungkinkan dengan menggunakan potensi yang ada di masyarakat guna merealisasikan tujuan pembangunan nasional, dengan salah satu wujud kontribusi masyarakat tersebut adalah pengembangan sistem ekonomi berdasarkan nilai Islam (Syariah) dengan mengangkat prinsip-prinsipnya ke dalam Sistem Hukum Nasional. Prinsip Syariah berlandaskan pada nilai-nilai keadilan, kemanfaatan, keseimbangan, dan keuniversalan (rahmatan lil 'alamin). Salah satu implementasi prinsip Syariah (`adalah) dalam ekonomi Islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya, dan menggunakan sistem antara lain prinsip bagi hasil. Dengan prinsip bagi hasil, Bank Syariah dapat menciptakan iklim investasi yang sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi baik keuntungan maupun potensi risiko yang timbul sehingga akan menciptakan posisi yang berimbang antara bank dan nasabahnya. Dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong pemerataan ekonomi nasional karena hasil keuntungan tidak hanya dinikmati oleh pemilik modal saja, tetapi juga oleh pengelola modal. Bank Syariah juga memiliki khas (Antonio, 200) yang membedakannya dengan bank konvensional, yakni: a. Investasi hanya yang bersifat halal saja. b. Perjanjian / akad hanya berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. c. Profit dan falaah oriented. d. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan. e. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah. Sedangkan berdasarkan IBI (2002) dalam Harahap, diantaranya: a. Dalam falsafahnya bank Syariah tidak berdasarkan bunga, spekulasi dan ketidakjelasan 3

4 b. Dalam operasionalnya, dana yang baik dalam bentuk titipan dan investasi akan menghasilkan apabila terdapat dalam usaha, dalam artian suatu dana akan memperoleh hasil apabila dipergunakan untuk sektor riil. Tentunya pada penyaluran yang bersifat halal. c. Aspek sosial dipaparkan secara tegas dalam misi dan visi. d. Harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS). 2.3 Laporan Tahunan Menurut Belkoui (2002), laporan tahunan merupakan laporan perkembangan dan pencapaian yang berhasil diraih organisasi dalam setahun. Biasanya laporan tahunan ini terdiri dari info seputar perusahaan, laporan keuangan, gambaran kinerja manajemen, tanggung jawab sosial yang telah dilakukan, penghargaan yang pernah didapati, dan harapan harapan yang menjadi tujuan berikutnya di masa depan. 2.3. Laporan Keuangan Dalam KDPPLKS (2007), laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas Syariah. Darsono & Ashari (2005:5) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memuat informasi mengenai pelaksanaan tanggung jawab manajemen mengenai kondisi perusahaan yang diungkapkan dalam bentuk mata uang. Sementara menurut Harahap (2000), laporan keuangan atau laporan tahunan dianggap sebagai bahasa bisnis yang memungkinkan manajemen untuk mengkomunikasikan kondisi keuangan organisasi mereka, hasil dari operasi, dan informasi lainnya kepada pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan ini bermanfaat untuk dijadikan sebagai salah satu dasar dalam pengambilan keputusan ekonomi. 4

5 2.3.2 Tujuan laporan keuangan Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan entitas Syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan. Secara umum tujuan ini tidak berbeda dengan tujuan laporan keuangan konvensional, tetapi tujuan lainnya lah yang membedakannya dengan konvensional, yakni: a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip Syariah baik dalam transaksi maupun kegiatan usaha. b. Informasi kepatuhan entitas Syariah terhadap prinsip Syariah. c. Informasi untuk membantu evaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas terhadap amanah dalam mengamankan dana, serta menginvestasikannya dalam tingkat keuntungan yang layak. d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer, informasi mengenai pemenuhan kewajiban fingsi sosial entitas Syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat infak, sedekah, dan wakaf. Tujuan khusus laporan keuangan Syariah memperlihatkan bahwa terdapat tuntutan informasi lain yang harus dipenuhi oleh Lembaga Keuangan Syariah dalam memperlihatkan kepatuhan kepatuhan Syariah seperti apa yang seharusnya di jalankan, informasi seperti apa yang dapat menyatakan bahwa lembaga tersebut telah melaksanakan kepatuhan Syariahnya. Hal hal seperti ini yang akan dibahas dalam penelitian Penulis, hanya sebatas lingkup laporan tahunan, tidak pada operasional transaksi. 2.3.3 Informasi dalam Laporan Keuangan Syariah. Berdasarkan tujuan laporan keuangan Syariah, tujuan disusunnya laporan keuangan bukan hanya untuk sekedar memberikan informasi 5

6 keuangan dan kinerja suatu entitas Syariah, tetapi juga menyajikan informasi yang mengindikasikan kepatuhan Syariah, evaluasi atas tanggung jawab entitas terhadap amanah dana investasi, serta pertanggungjawaban atas fungsi sosial entitas Syariah. Syafei, et.al (2004) menyatakan, untuk lembaga-lembaga bisnis Islam, selain dari tujuan finansial, informasi lain yang terkait dengan kepatuhan organisasi dalam menerapkan aturan-aturan syari'at adalah penting. Yang bahwa penyajian informasi yang peduli terhadap transenden, etika, moral, dan agama yang dijalankan dalam perusahaan harus disertakan dalam laporan tahunan. Untuk itu laporan keuangan Syariah yang lengkap meliputi laporan keuangan atas kegiatan komersial dan sosial. Laporan kegiatan komersial yakni, neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Informasi yang diberikan dalam laporan kegiatan komersial terdiri atas tiga fokus, antara lain: a. Informasi posisi keuangan yang disediakan dalam neraca. Dalam neraca dapat diketahui informasi likuiditas dan solvabilitas yang berguna memprediksi kemampuan entitas Syariah dalam pemenuhan kewajiban kueangannya pada saat jatuh tempo. b. Informasi kinerja entitas Syariah terutama disediakan dalam laporan laba rugi. Kinerja yang dapat dilihat dalam laporan laba rugi berisi informasi yang dapat memprediksi kapasitas entitas Syariah dalam menghasilkan arus kas dari sumber yang ada, serta dapat menjadi sumber pertimbangan dalam efektivitas pemanfaatan sumber daya. c. Informasi perubahan posisi keuangan disediakan dalam laporan arus kas, yang bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selam periode pelaporan. Informasi ini juga digunakan sebagai dasar menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas (setara kas). 6

7 Sementara laporan keuangan atas kegiatan sosial meliputi laporan sumber dan pengunaan dana zakat dan laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Terdapat pula komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab yang mencerminkan perubahan dalam investasi terikat yang dikelola oleh bank Syariah yang diperuntukkan berdasarkan akad mudharabah sebagai agen investasi dalam laporan perubahan dana investasi terikat. Penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan dikarenakan dapat memberikan informasi kepada pengguna bukan hanya tansaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang dapat merepresentasikan penerimaan kas dimasa depan. Hal ini diakibatkan pengaruh transaksi atas suatu peristiwa diakui pada saat kejadiannya, bukan pada saat kas diterima atau dibayar. Berbeda pada saat perhitungan pendapatan yang bertujuan pembagian hasil usaha berdasarkan keuntungan bruto (gross profit) yang menggunakan dasar kas. Tidak lupa dalam penyusunan laporan keuangan memasukkan asumsi terdapatnya keberlanjutan kelangsungan usaha di masa depan. 2.3.4 Pengguna Laporan Keuangan Syariah Secara detail terdapat sepuluh golongan pengguna laporan keuangan. Pengguna laporan keuangan adalah pihak pihak yang memiliki kepentingan terhadap informasi yang dimiliki oleh laporan keuangan, baik secara langsung maupun tidak menjadikan informasi tersebut sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Kesebelas pengguna dijelaskan bersamaan dengan kebutuhan informasi dalam laporan keuangan, yakni: a. Investor. Para pemilik ataupun calon investor membutuhkan informasi yang menentukan keputusan mereka untuk membeli, menahan bahkan menjual investasi tersebut, untuk para 7

8 pemegang saham juga melihat seberapa besar kemampuan entitas dalam pembayaran deviden. b. Pemberi dana qardh. Pemberi dana lebih melihat apakah informasi ini memberikan kepastian atas dana qardh yang dapat dibayarkan pada jatuh tempo. c. Pemilik dana syirkah temporer. Para pemilik dana ini lebih memikirkan apakah dengan menginvestasikan dalam dana syirkah temporer adalah jenis investasi yang menguntungkan serta aman. d. Pemilik dana titipan. Para pemilik dana jenis ini lebih melihat kepada fleksibilitas penarikan dana. e. Pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf. Sebagai salah satu fungsi pengawasan terhadap sumber dan penggunaan dana yang telah disalurkan. f. Pengawas Syariah. Dalam hal ini DPS berkepentingan untuk memastikan informasi terkait kepatuhan pengelola akan prinsip Syariah. g. Karyawan. Informasi yang dibutuhkan lebih cenderung kepada hal hal yang bersifat profitabilitas, yang memungkin kan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan terhadap manfaat pensiun yang akan diberikan, seputar kesempatan kerja. h. Pemasok dan mitra usaha lainnya. Bagi pengguna yang satu ini mungkin lebih tertarik akan informasi yang berkaitan dengan kemampuan bayar entitas pada saat jatuh tempo. i. Pelanggan. Bagi pelanggan informasi yang harus mereka ketahui seputar kelangsungan hidup entitas, karena terdapat harta mereka yang berada di bawah kelola entitas Syariah. j. Pemerintah. Sebagai lembaga yang menaungi entitas Syariah, segala informasi yang disajikan tentunya menjadi bahan 8

9 pertimbangan untuk membuat kebijakan pengaturan sumber daya yang digunakan dalam aktivitas entitas Syariah. k. Masyarakat. Informasi yang mungkin dibutuhkan berupa perkembangan terakhir entitas Syariah. 2.4 Nilai Nilai Islam Segala yang kita lakukan di dunia (Islami) termasuk ekonomi, hanya dalam rangka mengikuti kaidah hukum Allah. Ekonomi akan membawa kepada falah ketika mampu membawa hukum buatan manusia kembali kepada hukum Allah. Hendrieanto, et.al (2007) menyatakan bahwa upaya mewujudkan falaah dengan cara meningkatakan kesejahteraan material yang sekaligus meningkatkan kesejahteraan spiritual. Karena aspek spiritual harus hadir bersamaan dengan tercapainya target material, maka sarana penopang utama terwujudnya ini ialah moralitas pelaku ekonomi. Hanya dengan moral Islam inilah bagunan ekonomi Islam dapat tegak dan hanya dengan ekonomi Islam-lah falah bisa dicapai. Moral ekonomi diuraikan menjadi dua komponen, yaitu a. Nilai ekonomi Islam Nilai yang dimaksud disini merupakan kualitas yang diharapkan dari suatu perilaku atau keadaan. Nilai ini merupakan pesan moral yang dibawa dari suatu kegiatan. b. Prinsip Ekonomi Islam Prinsip merupakan suatu mekanisme atau elemen pokok yang menjadi struktur kelengkapan suatu kegiatan atau keadaan. Nilai nilai Islam (Hendrieanto, et.al, 2007) yang ingin Penulis teliti antara lain: ) Keadilan (adl) Merupakan nilai yang paling asasi dalam ajaran Islam. Secara garis besar keadilan memilik pengertian, suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan. 9

20 Makna adil bisa diturunkan menjadi beberapa nilai turunan lainnya, seperti: Persamaan kompensasi Dapat diartikan bahwa seeorang harus memberikan kompensasi yang sepadan kepada pihak lain sesuai dengan pengorbanan yang telah dilakukan. Dan pengorbanan ini yang menimbulkan hak seseorang atas pengorbanan untuk memperoleh balasan yang seimbang dengan pengorbanannya Persamaan hukum Diartikan bahwa setiap orang diperlakukan sama di depan hukum. Dalam penyusunan laporan keuangan sebaiknya tidak ada kecenderungan untuk melebihkan atau megunggulkan pihak lain hanya demi kepentingan golongan tertentu saja. Moderat Moderat memiliki makna tengah. Keadilan yang dimaksud adalah mampu memposisikan diri dalam posisi tengah, yang berarti tidak mengambil keputusan yang terlalu memberatkan ataupun memberikan keputusan yang terlalu memperingan. Proporsional Memiliki pengertian kesamaan hak yang lebih memperhatikan ukuran kecukupan masing masing individu yang ada. Dan makna adil sendiri akan terwujud apabila tiap orang menjunjung tinggi nilai kebenaran, kejujuran, keberanian, kelurusan. Nilai kebenaran diperlukan dalam hal ini karna memiliki makna kesesuaian dengan Syariah. Keadilan hanya akan memiliki makna, kalau setiap orang berpikir, bersikap dan berperilaku secara benar. Nilai kejujuran juga dirasa perlu, karena terdapat kecenderungan bila seseorang tidak dapat berlaku dengan jujur, maka keputusan yang diambil pasti tidak benar dan tidak akan mencerminkan keadilan (Hendrieanto.et,al, 2007). Adil juga tidak akan bisa diwujudkan apabila tidak terdapat keberanian untuk menjadikannya suatu keputusan. Nilai kelurusan merupakan kondisi yang mendukung terciptanya 20

2 suatu keadilan, karena terdapat ketaatan atas asas Syariah yang menjadi kekonsistensian tujuan dalam mewujudkan keadilan. 2) Khilafah Secara umum mengandung tanggung jawab sebagai wakil Allah atau khalifah untuk memakmurkan bumi dan alam semesta. Melalui amanah dan tanggung jawab manusia terhadap apa yang telah dikuasakan atasnya, baik bersikap, perilaku manusia dengan sesama, hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan alam semesta. Tanggung jawab dengan berperilaku ekonomi melalui cara yang benar. Hal ini dapat terjadi apabila bentuk pengelolaan suatu sumber daya menggunakan cara yang benar. Cara pengelolaan benar yang dimaksud ialah pengelolaan yang mengikuti semua petunjuk Allah dan menjauhi segala larangan-nya. Apabila bentuk pengelolaan tidak sesuai dengan Syariah Islam, maka cepat atau lambat akan mengakibatkan kerusakan, kemubadziran yang hanya akan merugikan kelangsungan hidup. Tanggung jawab untuk mewujudkan maslahah maksimum. Pemanfaatan sumber daya ekonomi dalam Islam ialah memberikan manfaat sebesar besarnya bagi kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraan. Untuk itu sebaiknya tidak terdapat monopoli sumber daya yang menentukan kelangsungan hidup manusia oleh kelompok tertentu, sehingga menjadi penghalang terwujudnya kesejahteraan. Tanggung jawab perbaikan kesejahteraan setiap individu. Rizki yang diterima tiap- tiap individu tidak mungkin sama, perbedaan tersebut merupakan kehendak Allah semata. Seharusnya perbedaan ini tidak menjadi masalah, karena dalam kelebihan rizki yang diperoleh individu terdapat kewajiban untuk membagi sebagian rizkinya kepada pihak pihak yang membutuhkan. 3) Takaful Konsep penjaminan yang dilatari pemahaman bahwa sesama muslim adalah saudara. Sesama saudara dituntut untuk menjaga hubungan baik sesama 2

22 individu dan dalam bermasyarakat. Jaminan oleh masyarakat ini merupakan bantuan yang diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu atau sedang dalam kesulitan, tidak hanya seputar materi tetapi juga nonmateri. Penjabaran konsep ini (Hendrieanto, et.al, 2007) dikelompokkan menjadi empat, yakni: Jaminan terhadap pemilikan dan pengelolaam sumber daya oleh individu. Dalam Islam konsep kepemilikan hanya milik Allah, sedangkan dalam poin ini yang dimaksud adalah manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang memiliki hak untuk memiliki serta mengembangkan sumber daya alam yang dikuasainya untuk kesejahteraan umat tanpa terdapat monopoli yang bertujuan hanya untuk keuntungan bagian kelompok tertentu. Jaminan setiap individu untuk menikmati hasil pembangunan atau output. Selain pengelolaan, tiap individu juga memiliki hak mendapatkan kesempatan menikmati sumber daya ciptaan Allah. Sekecil apapun output yang dihasilkan harus lah didistribusikan secara merata dan tetap berpegang teguh pada nilai keseimbangan. Jaminan setiap individu untuk membangun keluarga sakinah Masyarakat dibangun secara hierarkis. Elemen terkecil yang ada dalam masyarakat adalah keluarga. Dalam Islam untuk mencapai masyarakat yang sejahtera dibutuhkan individu individu yang baik. Individu baik ini dimungkinkan muncul sebagai keturunan dari keluarga yang sakinah. Jaminan untuk amar ma`ruf nahi munkar Seorang muslim diwajibkan menjalani kehidupan dengan melakukan kebaikan dan mencegah keburukan. Melalui konsep ini dimungkinkan terwujudnya masyarakat yang harmonis, karena dalam tiap diri manusia akan berusaha untuk mewujudkan kehidupan yang baik dan menjauhan diri dari hal-hal yang menjadi larangan Allah. Nilai nilai Islam yang telah Penulis sebutkan tercermin dalam prinsip prinsip Syariah dalam KDPPLKS. Nilai adl terdapat dalam prinsip keadilan, nilai 22

23 khilafah tercermin dalam prinsip kemaslahatan, dan nilai takaful terlihat pada prinsip persaudaraan, prinsip keseimbangan serta prinsip universalisme. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 menyatakan: Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip Syariah. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang Syariah. Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam pernyataan kesesuaan Syariah perihal permohonan review PSAK Akuntansi Syariah (2007) menyatakan bahwa PSAK Syariah yang terdiri dari KDPPLKS, PSAK 0 06 tidak bertentangan dengan prinsip prinsip Syariah dan telah sesuai dengan fatwa fatwa DSN MUI. Secara tidak langsung dapat dikatakan nilai nilai Islam yang tercermin dalam prinsip Syariah tidak bertentangan dengan prinsip dan fatwa DSN MUI. Nilai nilai Islam ini dilihat melalui penyajian laporan keuangan dalam laporan tahunan masing masing BUS, maka Penulis mengikutsertakan PSAK 0 sebagai alat ukur atas informasi terkait tujuan laporan keuangan yang terdapat dalam KDPPLKS. Pada penyajiannya, terdapat dua kriteria penting untuk pengungkapan dalam akuntansi Islam: suatu bentuk akuntabilitas sosial dan aturan pengungkapan penuh. Dan informasi yang digunakan untuk melihat kesesuaian penyajian laporan tahunan perbankan Syariah terhadap nilai nilai Islam dalam KDPPLKS sebagai berikut: a. Berdasarkan tujuan umum laporan keuangan. Informasi yang disajikan merupakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja serta posisi keuangan suatu entitas Syariah. Informasi ini terlihat dalam Neraca, Laporan laba rugi, Laporan arus kas, Laporan 23

24 perubahan ekuitas, Laporan perubahan dana investasi terikat, dan Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil. Meskipun setiap laporan menyediakan informasi yang berbeda satu sama lain, tidak ada yang dimaksudkan untuk memenuhi tujuan tunggal, jadi masing-masing laporan keuangan memiliki keterkaitan yang saling melengkapi satu sama lain. b. Berdasarkan tujuan khusus:. Informasi yang ingin diperlihatkan kesesuaiannya yaitu tentang informasi yang meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip Syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha. Informasi ini terdapat dalam Laporan opini DPS yang juga memperlihatkan terdapatnya susunan DPS aktif dalam BUS tersebut. 2. Informasi yang ingin diperlihatkan kesesuaiannya seputar kepatuhan Syariah terkait informasi asset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip Syariah, berikut perolehan dan penggunaannya. Dan informasi ini biasa ditemukan pada laporan dana kebajikan dan catatan atas laporan keuangan (CALK). 3. Informasi yang ingin diperlihatkan kesesuaiannya terkait pemenuhan tanggung jawab entitas Syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak sehubungan fungsi bank Syariah sebagai manajer investasi. Informasi ini dapat dilihat dalam laporan neraca, khususnya pada pos dana syirkah temporer. Dapat juga dilihat pada laporan perubahan dana investasi terikat. 4. Informasi yang ingin diperlihatkan kesesuaiannya terkait pemenuhan fungsi social entitas Syariah, didalamnya termasuk tentang penyaluran dana Zakat, Infaq, dan Sodaqoh (ZIS) dan Wakaf. Informasi pertanggungjawaban social ini dapat dilihat melalui laporan kepedulian sosial entitas, laporan sumber dan penggunaan dana ZIS, serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. 24

25 c. Berdasarkan pengakuan dan pengukuran unsur pembentuk laporan keuangan: Dalam KDPPLKS (2007, par 0) menyatakan, bahwa pos yang memenuhi unsur diakui, kalau:. Terdapat kemungkinan manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam entitas Syariah. 2. Pos tersebut memiliki nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut dengan kata kata maupun diukur dengan jumlah uang dan dicantumkan dalam neraca attau laporan laba rugi. Sementara untuk pengukuran, merupakan proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukan tiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Dasar pengukuran terbagi tiga, yakni menggunakan biaya historis, biaya kini, dan nilai realisasi. Pada tahap penyusunan biasanya pengukuran menggunakan dasar nilai historis, sedangkan nilai realisasi digunakan pada saat terjadi revaluasi secara periodik. 2.5 Tinjauan Penelitian Sebelumnya Harahap (2003) menyimpulkan bahwa Bank Muamalat Indonesia telah menyusun informasi dalam laporan tahunannya menggunakan standar akuntansi kapitalis, dimana terdapat indikasi bahwa saat ini (periode penelitian) digunakan sistem pengungkapan yang tidak memberikan indikasi keadilan dan sangat tidak kompatibel dengan nilai Islam, karena bukti kelemahan sistem kapitalis adalah hanya menerapkan prinsip keadilan hanya kepada para shareholder. Dalam periode laporan tahunan yang ditelitinya belum terdapat pedoman ataupun standar yang mengatur tentang akuntansi untuk lembaga keuangan Syariah (tahun 993 2000). Syafei, et.al (2004), dengan judul penelitian Tingkat kesesuaian Syariah Laporan Tahunan Bank Islam, dengan menggunakan perbandingan dua bank Islam dan tiga pendekatan, yakni AAOIFI (Accounting and Auditing 25

26 Organization Islamic Financial Institution) (2002), Shahul Hameed (200), dan Baydon & Willet (2000) berkesimpulan bahwa pada periode tahun 2003, laporan tahunan Bank Islam XYZ Bhd tampaknya lebih Islami daripada laporan tahunan PT. Bank Islam ABC (Ind), dengan tingkat kesesuaian 67% (Bhd) dan 59% (Ind) walaupun kedua laporan tahunan bank Islam tersebut tidak dapat dikatakan murni Islam. Maula (2006) yang menggunakan pendekatan PSAK Perbankan Syariah (2002) menyimpulkan bahwa dari total 00% tingkat kesesuaian yang seharusnya, dengan hasil tingkat kesesuaian sebesar 75% (BSMI 2004), 8% (BSMI 2005), 88% (BMI 2003-2005, BSM 2003-2004) dan 00% (BSM) sudah dapat dikatakan bahwa tingkat kesesuaian annual report bank terhadap standar sudah bagus yang berarti tingkat kesesuaiannya terhadap Syariah juga bagus. Sementara hasil dengan pendekatan AAOIFI (Accounting and Auditing Standard For Islamic Financial Institution) manghasilkan menunjukkan hasil yang lebih rendah, yakni sebesar 78% untuk BMI (2003 2005) dan BSM (2003 2004), 83% untuk BSM (2005), untuk BSMI tahun 2004 2005 masing - masing memperoleh 67% dan 72%. 2.6 Perbedaan Dengan Penelitian Sebelumnya Dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan pendekatan yang sama dalam ketiga penelitian terdahulu, karena penulis menggunakan pendekatan KDPPLKS dan PSAK 0. Penulis menggunakan periode laporan tahun 2007 hingga tahun 2009. 26

27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2. Objek Penelitian Dalam penelitian ini Penulis menggunakan Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri sebagai objek penelitian. Dasar penggunaan ketiga BUS sebagai objek penelitian mengikuti tahun disahkannya Konsep Dasar Penyajian dan Penyusunan Laporan keuangan Syariah (KDPPLKS) dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah No. 0 yaitu tahun 2007. Penulis juga berpandangan bahwa kedua BUS tersebut adalah dua BUS terbesar di bank Indonesia. Sehingga pemilihan kedua bank tersebut dapat mewakili populasi Bank Syariah di Indonesia. Kedua BUS tersebut juga sudah berdiri dan beroperasi semenjak disahkannya KDPPLKS dan PSAK 0 oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data melalui dokumentasi, yaitu dengan mengambil data publikasi yang diterbitkan oleh masing masing obyek penelitian dalam bentuk laporan tahunan BUS. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu laporan tahunan BUS diperoleh dengan cara mendownload melalui website masing masing BUS yang menjadi objek peneliitan. Selain melalui fasilitas internet, data juga diperoleh melalui laporan tahunan yang tersedia di BEI dan BI. Penggunaan kriteria data time series selama tiga tahun sejak tanggal efektif diberlakukannya KDPPLKS dan PSAK 0 yakni tahun 2007 sampai dengan 2009. Untuk tahun 200 tidak diikutsertakan karena laporan tahunan BUS tahun tersebut belum tersedia. 27

28 2.3 Metodologi Penelitian Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis konten (content analysist). Analisis konten ini merupakan suatu alat dalam sebuah penelitian yang digunakan untuk menentukan keberadaan suatu objek dibandingkan dengan standarnya. Dalam penganalisaan yang bersifat induktif ini, akan di sajikan secara deskriptif yang disertai dengan tabel. Penelitian ini menggunakan metode dummy variable, yang juga digunakan pada penelitian sebelumnya oleh Syafei, et.al (2004) dan Maula (2006) dalam operasinya dengan memasukkan variabel independent kualitatif tersebut (yang tidak berbentuk angka) ke dalam model regresi. Variabel kualitatif tersebut harus dikuantitatifkan atributnya (cirinya). Untuk mengkuantitatifkan atribut variabel kualitatif, dibentuk variabel dummy dengan nilai dan 0. Jadi, inilah yang dimaksud dengan variabel dummy tersebut. Nilai menunjukkan adanya, sedangkan nilai 0 menunjukkan tidak adanya ciri kualitas tsb. (Kategori yg diberi nilai 0 disebut kategori dasar, dlm artian bahwa perbandingan dibuat atas kategori tsb.) Skor pengukuran yang digunakan adalah angka dan 0. Skor jika alat ukur dalam penelitian ini tersedia dalam annual report bank Syariah dan skor 0 jika alat ukur dalam penelitian ini tidak tersedia dalam annual report bank Syariah. Langkah-langkah dalam proses pengukuran kesesuaian adalah sebagai berikut: ) Memasukkan alat ukur dengan pendekatan KDDPLKS dan PSAK 0. 2) Mengevaluasi keberadaan alat ukur dalam masing-masing pendekatan. 3) Apabila alat ukur tersebut tersedia dalam annual report bank Syariah, maka dinilai dengan skor dan apabila alat ukur tersebut tidak tersedia dalam annual report bank Syariah dinilai dengan skor 0. 4) Menghitung total skor yang didapat, kemudian dibagi dengan skor maksimal. 28

29 5) Melihat adanya kenaikan/penurunan pertahun tingkat kesesuaian dari masing-masing bank. Tabel 3. Tabel Alat Pengukuran Tingkat Kesesuaian Keterangan Pendekatan KDPPLKS dan PSAK 0 Alat Ukur Maksimal Tujuan Umum Aspek Keuangan Aspek Syariah Informasi Posisi Keuangan Neraca Informasi Perubahan Posisi Keuangan Laporan Arus kas Laporan Laba Rugi Informasi Kinerja Entitas Syariah Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat Laporan rekonsiliasi pendapatan bagi hasil. Laporan Perubahan Ekuitas Informasi tak terpisahkan dengan Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan ) Informasi Kepatuhan Terhadap Prinsip Syariah 2) Informasi kepatuhan entitas atas keterdapatan unsur - unsur laporan keuangan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah ) Komposisi DPS 2) Laporan opini DPS ) Catatan atas laporan keuangan 2) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan 3) Informasi Pemeriksaan Badan Independen Laporan Auditor Independen Tujuan Lain Aspek Keuangan ) Informasi pemenuhan tanggung jawab bank sebagai manajer investasi dari dana nasabah ) Neraca (Dana Syirkah Temporer) 2) Informasi pemenuhan tanggung jawab bank terhadap dana investasi terikat 2) Laporan perubahan dana investasi terikat ) Laporan sumber dan penggunaan dana ZIS 2) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan 3) Laporan kepedulian sosial (Corporate Sosial Responsibility) Pengakuan Transaksi Finansial Finansial ) Saat penyusunan Laporan Keuangan Biaya historis Pengukuran Moneter 2) Saat penyajian bagi efek - efek tertentu, AYDA dll Biaya kini / nilai realisasi Asumsi Dasar Pengguna Aspek Sosial Dasar Akrual Kelangsungan Usaha ) Informasi pemenuhan fungsi sosial bank Informasi asumsi dasar saat Penyajian laporan keuangan (Akrual Basis), (kecuali Lap Arus Kas) Informasi asumsi dasar saat perhitungan pendapatan untuk pembagian hasil usaha ( Cash Basis) Informasi tentang asumsi keberlangsungan usaha dimasa depan Stakeholder Total skor kesesuaian dengan pendekatan KDPPLKS dan PSAK 0 Persentase (nilai total skor/skor maksimal) Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan Auditor Independen ) Pemilik Dana Investasi 2) Sumber dan pengguna dana sosial 3) Dewan Pengawas Sharia 4) Regulator 5) Stakeholder lainnya 28 00% a. Penjabaran Tabel 3.: ) Berdasarkan Tujuan Umum Dalam aspek keuangan informasi seputar posisi keuangan, dapat dilihat dalam Neraca. Informasi kinerja entitas syariah dapat dilihat dalam laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan dana investasi terikat, dan laporan rekonsiliasi pendapatan bagi hasil. 29

30 Informasi perubahan posisi keuangan entitas dapat dilihat melalui laporan arus kas. Sebagai informasi yang tak terpisahkan dengan laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan juga ikut dimasukkan sebagai salah satu alat ukur yang lebih bersifat deskriptif dibandingkan alat ukur sebelumnya. 2) Berdasarkan Tujuan Lain Pada aspek syariah, terdapat tiga informasi yang mencerminkan nilai nilai Islam. Pertama informasi tersebut tentang kepatuhan entitas terhadap prinsip syariah yang terlihat dalam komposisi Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan laporan DPS yang berisi opini atas kepatuhan syariah entitas tersebut. Opini yang dimaksud adalah pernyataan seputar pelaksanaan produk dan jasa seputar penghimpunan dan penyaluran dana yang telah sesuai dengan Fatwa DSN serta keputusan DPS, penggunaan pedoman operasional dan produk seputar penghimpunan dan penyaluran dana yang telah sesuai dengan Fatwa DSN serta keoutusan DPS, dan laporan keuangan yang telah disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip syariah. Kedua, informasi tentang kepatuhan pengungkapan, apabila kedapatan akun ataupun informasi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan prinsip syariah dan disajikan dalam laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan. Seperti penerimaan non halal, menurut PSAK 0: Penerimaan non halal adalah semua penerimaan dari kegiatan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, antara lain penerimaan jasa giro atau bunga yang berasal dari bank umum konvensional. Penerimaan non halal pada umumnya terjadi dalam kondisi yang tidak diinginkan oleh entitas syariah karena secara prinsip dilarang. 30