PENYELIDIKAN TERPADU DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA KABUPATEN MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA TERPADU DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA KABUPATEN MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMBU KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN BONE DAN KABUPATEN SOPPENG, PROVINSI SULAWESI SELATAN

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GEOFISIKA DI LAPANGAN PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH.

SURVEI PENDAHULUAN PANAS BUMI GEOLOGI DAN GEOKIMIA

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

Penyelidikan Terpadu Geologi, Geokomia, dan Geofisika di Daerah Panas Bumi Tambu, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OGAN KEMIRING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI GUNUNG ARJUNO- WELIRANG JAWA TIMUR

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

PENYELIDIKAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH LOMPIO KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Oleh: Dedi Kusnadi, Supeno, dan Sumarna SUBDIT PANAS BUMI

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

PENYELIDIKAN GEOFISIKA TERPADU DAERAH PANAS BUMI MARANDA, KABUPATEN POSO, PROPINSI SULAWESI TENGAH. Dendi Surya K., Bakrun, Ary K.

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI G. KAPUR KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA

Penyelidikan Pendahuluan Panas Bumi Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

Sari. Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

EKSPLORASI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH BONJOL, KABUPATEN PASAMAN SUMATERA BARAT

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN. Oleh: Wiwid Joni 1), Muhammad Kholid 1)

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium

EKSPLORASI ENERGI PANAS BUMI DENGAN METODE GEOFISIKA DAN GEOKIMIA PADA DAERAH RIA-RIA, SIPOHOLON, KABUPATEN TAPANULI UTARA, SUMATERA UTARA

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH BANDA NEIRA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP SISTEM PANAS BUMI KEPULAUAN BANDA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DAERAH PANAS BUMI SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

Survei Magnetotellurik dan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Bittuang, Provinsi Sulawesi Selatan

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB III PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PANTAR, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI MARITAING, KABUPATEN ALOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI LAINEA KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA. Oleh: Pusat Sumber Daya Geologi. Puslitbang Geotek LIPI

BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

BAB II METODE PENELITIAN

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

SURVEI PENDAHULUAN DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN MAHAKAM HULU DAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

SURVEY GEOMAGNET DI DAERAH PANAS BUMI SONGA-WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, MALUKU UTARA. Eddy Sumardi, Timor Situmorang

SURVEI GEOFISIKA TERPADU AUDIO MAGNETOTELIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI KALOY KABUPATEN ACEH TAMIANG, PROVINSI ACEH

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN, PROPINSI SUMATERA UTARA

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LILLI-MATANGNGA KABUPATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. uap yang terbentuk di dalam reservoir bumi melalui pemanasan air bawah

DAERAH PROSPEK PANAS BUMI RISO KALIMBUA, KABUPATEN POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

SURVEI TERPADU GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA DAERAH PANAS BUMI WAI SELABUNG, KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI CIMANDIRI

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB V PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

Penyelidikan Head On di Daerah Panas Bumi Jaboi Wilayah Kota Sabang - Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Penyelidikan Geolistrik Schlumberger di Daerah Panas Bumi Jaboi Kota Sabang, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam

Penyelidikan Geolistrik Tahanan Jenis di Daerah Panas Bumi Pincara, Kabupaten Masamba Sulawesi Selatan. Oleh: Edi Suhanto dan Bakrun

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MAPOS, KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

Survei Magnetotellurik (MT) dan Time Domain Electro Magnetic (TDEM) Daerah Panas Bumi Lainea, Provinsi Sulawesi Tenggara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KABUPATEN SID- RAP, PROVINSI SULAWESI SELATAN. Mochamad Nur Hadi, Suparman, Arif Munandar

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTRO MAGNETIC (TDEM) DAERAH PANAS BUMI MAPOS KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 5 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DI DAERAH PANAS BUMI TAMBU, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

MODEL SISTEM PANAS BUMI BERDASARKAN DATA GRAVITY PADA DAERAH SONGA - WAYAUA, PULAU BACAN, MALUKU UTARA

Survei Terpadu Geologi Daerah Panas Bumi Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara SARI

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

Transkripsi:

PENYELIDIKAN TERPADU KABUPATEN MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA Asep Sugianto, Bakrun, Dendi Suryakusuma Kelompok Program Penelitian Panas Bumi Abstract Detailed survey include geology, geochemistry, and geophysics (gravity, magnetic, and resistivity) have been done in Sampuraga Geothermal Area during FY 27. The surface thermal discharges mainly occur in Panyabungan graben which is a part of Sumatera Fault Zone. These include fumaroles and hot spring with temperature of 97 o C and 97-1.8 o C, respectively. Estimated reservoir temperature based on Na-K- Mg is about 23 o C. The result can delineate prospect area of about 1 km 2 and estimate geothermal energy potential of about 115 MWe. Keywords: Sampuraga, geothermal system, detailed survey SARI Telah dilakukan penyelidikan panas bumi secara terpadu meliputi geologi, geokimia, dan geofisika (gaya berat, magnetik, dan geolistrik) di daerah panas bumi Sampuraga pada tahun 27. Kenampakkan gejala panas bumi secara umum terdapat di graben (terban) Panyabungan yang merupakan bagian dari Sesar Besar Sumatera. Kenampakkan panas bumi tersebut meliputi fumarol dan mata air panas dengan suhu masing-masing sekitar 97 o C dan 97-1,8 o C. Suhu bawah permukaan (reservoar) berdasarkan geotermometer geokimia Na-K-Mg sekitar 23 o C. Hasil dari penyelidikan memperlihatkan luas daerah prospek sekitar 1 km 2 dengan estimasi potensi energi panas bumi sekitar 115 MWe dan termasuk ke dalam kelas cadangan terduga. Kata kunci: Sampuraga, sistem panas bumi, penyelidikan terpadu PENDAHULUAN Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau besar di Indonesia yang memiliki potensi panas bumi cukup besar. Di pulau ini terdapat 84 lokasi panas bumi dengan total estimasi energi panas bumi sekitar 13.419 MWe (Status Potensi Panas Bumi Tahun 26). Salah satunya adalah daerah panas bumi Sampuraga yang secara administratif berada di Kecamatan Panyabungan Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Propinsi Sumatera Utara (Gambar 1). Manifestasi permukaan yang muncul di daerah ini berupa mata air panas dengan suhu antara 87 11 o C pada suhu udara di sekitarnya 3 o C dengan ph normal dan debit minimum,5 2 liter/detik (Akbar, N., 1972). Munculnya air panas ini diperkirakan berhubungan dengan sesar normal yang memanjang berarah baratlaut tenggara dan membentuk zona depresi (graben) Panyabungan. Kemuculan manifestasi dipermukaan dengan didukung oleh kondisi geologi dimana terdapat struktur di sekitar daerah manifestasi, memungkinkan di daerah tersebut terdapat sistem panas bumi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Salah satunya sebagai sumber energi listrik melalui PLTP. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sistem panas bumi di daerah ini, maka perlu dilakukan penyelidikan secara terpadu geologi, geokimia, dan geofisika. Tujuan dari penyelidikan ini adalah untuk mengetahui luas daerah prospek, estimasi suhu bawah permukaan (suhu reservoar), sistem panas bumi yang terjadi, dan estimasi potensi energi panas bumi. GEOLOGI Daerah penyelidikan berada di dalam graben (terban) Penyabungan yang merupakan bagian

dari Sesar Besar Sumatera. Di sebelah tenggara terdapat gunung api aktif G. Sorik Marapi yang berjarak sekitar 15 km. Daerah ini juga berada dekat dengan busur magma yang terbentuk di Pulau Sumatera yaitu Pegunungan Bukit Barisan. Secara umum geologi daerah Sampuraga ditempati oleh batuan vulkanik Tersier dan batuan Kuarter. Batuan Tersier umumnya berkomposisi andesitik, sedangkan batuan Kuarter pada umumnya tersusun atas batuan vulkanik yang berkomposisi dasitik dan batuan sedimen (Gambar 2). Sruktur geologi yang berkembang pada umum berarah baratdaya-timurlaut. Struktur geologi yang dapat dikenali di daerah ini adalah Sesar Normal Longat, Sesar Normal Sirambas, Sesar Normal Batang Gadis, dan Sesar Normal Panyabungan. Sesar Normal Longat dan Sesar Normal Sirambas diperkirakan merupakan dua buah struktur yang mengontrol kemunculan mata air panas di permukaan. Hidrologi daerah Sampuraga terbagi menjadi areal resapan (recharge area) tempat terjadinya penetrasi air meteorik di permukaan bumi dan areal munculan (discharge area). Areal resapan terletak di daerah yang berelevasi tinggi berupa pegunungan dan perbukitan, sedangkan areal limpasan terletak di daerah berelevasi rendah berupa pedataran dan tekuk lereng. GEOKIMIA Manifestasi permukaan muncul di daerah Sampuraga berupa fumarol dengan suhu 97 o C, ph asam dan mata air panas dengan suhu 97-1,8 o C, ph netral. juga muncul di daerah Longat dengan suhu 42-43 o C, ph netral. Di luar daerah penyelidikan juga terdapat mata air panas, yaitu di daerah Roburan Lombang dan Roburan Dolok, dengan temperatur masing-masing 49,8 o C dan 79-1,7 o C. Dari keempat lokasi tersebut diambil sampel air dan gas untuk dianalisis. Hasil analisis kimia air diplot pada diagram segitiga Cl-SO 4 -HCO 3, Na-K-Mg, dan Cl-Li-B yang mengacu kepada Giggenbach (1988) (Gambar 3). Berdasarkan diagram segitiga Cl - SO 4 -HCO 3, air panas Sampuraga 1 dan air panas Roburan Dolok 2 yang ph asam terletak pada posisi sulfat. Sampel air ph netral Air panas Sampuraga 2, Air panas Sampuraga 3, Air panas Sampuraga 4 dan air panas Roburan Lombang terletak pada posisi klorida, sedangkan air panas ph netral lainnya Air panas Longat, Air panas Bor Longat, dan Air panas Roburan Dolok 1, pada posisi bikarbonat. Berdasarkan diagram segitiga Na-K-Mg, air panas Sampuraga 2, Sampuraga 3, dan Sampuraga 4, terletak pada partial equilibrium, yang mengindikasikan bahwa manifestasi yang muncul ke permukaan dipengaruhi oleh interaksi antara fluida dengan batuan dalam keadaan panas sebelum bercampur dengan air permukaan (meteoric water). Sedangkan Air panas Sampuraga 1, Air panas Longat, Air panas Bor Longat, Air panas Roburan Lombang, Air panas Roburan Dolok 1 dan Air panas Roburan Dolok 2, terletak pada immature water, yang mengindikasikan kalau pengaruh air permukaan lebih dominan pada pembentukan air panas tersebut. Diagram Cl-Li-B menunjukkan bahwa posisi air panas bertipe klorida terletak mengarah ke posisi tengah diagram. Pada pembentukan manifestasi berupa mata air panas yang netral pada daerah penyelidikan Sampuraga ada interaksi antara fluida panas dengan batuan panas bumi. Hasil analisis isotop ditampilkan dalam bentuk kurva δd terhadap δ 18 O (Gambar 4). Kurva tersebut memperlihatkan posisi sampel air panas sampuraga 3 dan sampuraga 4 terletak pada posisi sebelah kanan dari garis meteoric water line ( 18 O shift) yang signifikan, sebagai indikasi adanya pengkayaan oksigen 18 dari air panas tersebut, akibat reaksi substitusi oksigen 18 dari batuan dengan oksigen 16 dari fluida panas pada saat terjadi interaksi fluida panas dengan batuan sebelum muncul ke permukaan berupa mata air panas. Sedangkan air panas longat, air bor longat, dan air panas roburan lombang, serta air dingin Sirambas pada garis meteoric water line, sebagai indikasi air permukaan. Suhu bawah permukaan berdasarkan geotermometer geokimia air Na-K- Mg dan geotermometer geokimia gas CO 2 sekitar 23 o C dan termasuk ke dalam tipe temperatur tinggi. Peta distribusi Hg (Gambar 5), memperlihatkan bahwa anomali Hg tinggi >2 ppb tersebar di sekitar mata air panas Sampuraga, sedangkan anomali Hg sedang antara 1-2 ppb tersebar secara tidak beraturan di sekitar anomali Hg tinggi, sebelah barat dan selatan mata air panas Sampuraga. Distribusi CO 2 (Gambar 6), memperlihatkan anomali tinggi >2% tersebar

secara tidak beraturan, sedangkan anomali sedang antara 1-2% di sekitar mata air panas Sampuraga dan melebar ke arah baratlaut dan tenggara. Anomali CO 2 rendah tersebar di sebelah baratdaya dan timurlaut mata air panas Sampuraga. GAYABERAT Densitas batuan hasil analisis laboratorium adalah 2,68 gr/cm 3, digunakan dalam pengolahan data gaya berat. Anomali bouguer sisa merupakan anomali hasil ekstraksi antara anomali bouguer oleh anomali regional, anomali ini memperlihatkan sebaran batuan yang bersifat lokal atau dangkal. Peta anomali bouguer sisa (Gambar 7) memperlihatkan bahwa anomali rendah tersebar di sekitar mata air panas Sampuraga dan cenderung melintang berarah baratlaut-tenggara. Kondisi ini menunjukkan kalau batuan di sekitar manifestasi telah terubahkan oleh sumber panas. Anomali tinggi tersebar di sekitar timurlaut manifestasi Sampuraga, diperkirakan anomali ini menunjukkan batuan lebih segar yang berfungsi sebagai sumber panas. MAGNETIK Anomali magnet total berada pada kisaran antara - 379 nt sampai 679 nt (Gambar 8). Anomali rendah antara -379- nt yang berasosiasi dengan batuan alluvium, sedimen dan lahar tersebar disekitar air panas Sampuraga menerus ke selatan dan tersebar di sebelah utara daerah penyelidikan (Kecamatan Panyabungan). Anomali magnet sedang antara -325 nt berasosiasi dengan batuan piroklastik, granit, dan batusabak. Anomali tinggi >325 nt tersebar di sekitar air panas Longat dan sedikit melebar ke selatan dan berasosiasi dengan lava andesit segar. GEOLISTRIK Tahanan jenis semu hasil pengukuran mapping dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger dikelompokkan menjadi tahanan jenis semu rendah <1 Ohm-m, tahanan jenis semu sedang antara 1-15 Ohm-m dan 15-25 Ohm-m, dan tahanan jenis semu tinggi >25 Ohm-m. Peta tahanan jeni semu bentangan AB/2 = 1 m (Gambar 9), memperlihatkan bahwa tahanan jenis semu rendah tersebar disekitar mata air panas Sampuraga dan melebar ke arah utara dan baratdaya (Desa Longat) serta menerus ke arah tenggara (Desa Sirambas). Daerah ini diperkirakan sebagai daerah prospek panas bumi Sampuraga. Tahanan jenis semu sedang tersebar dari sebelah utara sampai ke baratdaya daerah penyelidikan dan sedikit melebar ke sebelah selatan. Tahanan jenis semu tinggi tersebar di sebelah timur daerah penyelidikan. Berdasarkan pengukuran sounding dengan menggunakan konfigurasi yang sama, tahanan jenis sebenarnya dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu tahanan jenis rendah <1 Ohmm, tahanan jeni sedang antara 1-4 Ohm-m, dan tahanan jenis tinggi >4 Ohm-m (Gambar 1). Tahanan jenis rendah diperkirakan berasosiasi dengan batuan penudung (Clay Cap) yang berada pada kedalaman antara 1-9 m di bawah permukaan dengan ketebalan bervariatif antara 4-7 m. Tahanan jenis tinggi diperkirakan berasosiasi dengan reservoar panas bumi yang berada pada kedalaman antara 9-2 m di bawah permukaan. HEAD-ON Pengukuran head-on dilakukan pada dua lintasan yang berarah tegak lurus struktur geologi. Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa di sebelah timurlaut mata air panas Sampuraga terdapat kelurusan yang menerus sampai ke bentangan AB/2 = 6 m (Gambar 11). Kelurusan ini berhubungan dengan struktur yang mengontrol terhadap kemunculan manifestasi di permukaan. DISKUSI Indikasi adanya gejala panas bumi di daerah Sampuraga ditunjukkan oleh munculnya manifestasi panas bumi permukaan berupa mata air panas dan fumarol yang tersebar di daerah Sampuraga, Longat, Roburan Lombang dan Roburan Dolok. Aktivitas vulkanik pada umur Pliosen-Plistosen menghasilkan beberapa struktur yang membentuk sesar menangga (graben). Salah satu sesarnya adalah sesar Sirambas yang memicu terjadinya terobosan sebagian magma ke permukaan dan menghasilkan tubuh intrusi dasit. Tubuh intrusi inilah yang diperkirakan berfungsi sebagai sumber panas (heat source). Daerah Sampuraga yang berada pada terban Panyabungan menjadikan daerah ini memiliki kemampuan untuk meloloskan air permukaan ke bawah

permukaan. Air meteorik ini berinteraksi dengan fluida magmatik dan gas-gas vulkanik yang berasal dari tubuh magma menghasilkan fluida panas. Fluida ini terakumulasi pada batuan yang permeable (reservoar) dengan batuan diatasnya menghasilkan batuan ubahan yang bersifat kedap air (impermeable) yang disebut sebagai Clay Cap (batuan penudung). Berdasarkan hasil dari pengukuran sounding tebal batuan penudung ini berada pada kedalaman antara 1-9 m dengan ketebalan antara 4-7 m. Berdasarkan peta kompilasi dari beberapa metode geosain, terlihat bahwa daerah prospek panas bumi tersebar di sekitar mata air panas Sampuraga yang melebar ke sebelah barat dan tenggara (Desa Sirambas) dengan luas sekitar 1 km 2 (Gambar 12). Sistem panas bumi yang terbentuk di daerah ini tersusun atas sumber panas, reservoar, dan batuan penudung (Gambar 13). Batuan yang berfungsi sebagai sumber panas adalah intrusi dasit, sedangkan reservoar panas bumi diduga merupakan batuan vulkanik Tersier (aliran lava) dan batuan metasedimen dan batuan metavulkanik yang bersifat permeabel karena memiliki banyak struktur rekahan. Batuan penudung yang ditandai oleh sebaran tahanan jenis rendah <1 Ohm-m diperkirakan berada pada kedalaman antara 1-9 m dengan ketebalan antara 4-7 m. Estimasi potensi energi panas bumi kelas cadangan terduga dihitung dengan menggunakan asumsi tebal reservoar 2 km, suhu reservoar 23 o C dan suhu cut off 18 o C. Berdasarkan hasil perhitungan estimasi potensi energi panas bumi daerah ini sekitar 115 MWe dan termasuk ke dalam kelas cadangan terduga. KESIMPULAN Daerah prospek panas bumi terakumulasi di sekitar mata air panas Sampuraga dan sedikit melebar ke sebelah barat dan tenggara (Desa Sirambas). Luas daerah prospek ini sekitar 1 km 2. Suhu bawah permukaan berdasarkan geotermometer geokimia air Na-K-Mg dan geotermometer geokimia gas CO 2 sekitar 23 o C dan termasuk ke dalam tipe temperatur tinggi. Sistem panas bumi yang terjadi berada di sekitar mata air panas Sampuraga. Estimasi potensi energi panas bumi daerah ini sekitar 115 MWe dan termasuk ke dalam kelas cadangan terduga. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kelompok Program Penelitian Panas Bumi dan Pusat Sumber Daya Geologi yang telah memberikan ijin untuk menggunakan data hasil penyelidikan dalam penulisan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim penyelidikan terpadu panas bumi daerah Sampuraga. DAFTAR PUSTAKA Akbar, N., 1972. Inventarisasi dan penyelidikan pendahuluan gejala panas bumi di daerah Sumatra Barat, bagian Proyek Survei Energi Geothermal. Dinas Vulkanologi, Direktorat Geologi, Bandung. Badan Standardisasi Nasional. 1999. Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia. SNI 13-512-1999. Badan Standardisasi Nasional BSN. Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague. Netherlands. Distamben Kabupaten Pasaman, 26. Potensi Energi Panas Bumi (Geothermal) Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Giggenbach,W.F, and Goguel, 1988, Methods for the collection and analysis of geothermal and volcanic water and gas samples. Petone New Zealand Kastowo, Gerhard W. Leo, dkk. 1996. Peta Geologi Lembar Padang, Sumatera Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. Rock, N.M.S., dkk. 1983. Peta Geologi Lembar Lubuk Sikaping, Sumatera. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Daerah Penyelidikan Gambar 1. Peta Indeks Lokasi Penyelidikan Gambar 2. Peta Geologi Daerah Panas Bumi Sampuraga

4 6 Volcanic waters 8 Cl Matu re waters Phe rip heral waters KETERANGAN Ap. Sampuraga 1 (APS1) Ap. Sampuraga 2 (APS2) Ap. Sampuraga 3 (APS3) Ap. Sampuraga 4 (APS4) Ap. Longat (APL) Ap. Bor Longat (APB) Ap. Rob Lombang(APRL) Ap. Rob Dolok 1 (APRD1) Ap. Rob Dolok 2 (APRD2) 2 Steam heated waters SO 4 2 4 6 8 HCO 3 Na/1 KETERANGAN Ap. Sampuraga 1 (APS1) Ap. Sampuraga 2 (APS2) Ap. Sampuraga 3 (APS3) 8 Ap. Sampuraga 4 (APS4) Ap. Longat (APL) % Na K Ap. Bor Longat (APB) Ap. Rob Lombang(APRL) 6 Full equilibrium Ap. Rob Dolok 1 (APRD1) Ap. Rob Dolok 2 (APRD2) 16 T Kn T Km 22 1 4 Partial equilibrium 2 Immature waters ROCK K/1 2 4 6 % Mg 8 Mg KETERANGAN Ap. Sampuraga 1 (APS1) Ap. Sampuraga 2 (APS2) Ap. Sampuraga 3 (APS3) Ap. Sampuraga 4 (APS4) Ap. Longat (APL) Ap. Bor Longat (APB) Ap. Rob Lombang(APRL) Ap. Rob Dolok 1 (APRD1) Ap. Rob Dolok 2 (APRD2) Gambar 3. Diagram Segitiga SO 4 -Cl-HCO 3, Na-K-Mg, dan Cl-Li-B

δ O -3-11 -1-9 -8-7 -6-5 -4-4 δd=8δ 18 O+14 AP Sampuraga 3 AP Sampuraga 4 δ D -5 AP Longat AP Bor Longat AD Roburan Lombang -6 AD Sirambas -7 Gambar 4. Kurva Isotop δd terhadap δ 18 O Air Panas Bumi Sampuraga 96 Hutabargiculu Sabaninjang Hutabarosdolok Sabapadang Hutanaingkan Pasamutabargo Adianyior T. 222.4 19 Sigalepangjae Kayujati Kampungpadang PETA DISTRIBUSI Hg TANAH KAB. MANDAILING NATAL, SUMUT Panyabungan Hutasiantar Barbaranjae A68 94 Runding Barbaranjulu Hututanga T. 997 218.5 Tarutungjae B7 C65 A. Sipolupolu A Lopan Pulolimbang D7 E7 Kampungbaru Sipolupalu Pagaransigantal Pidotidolok 2 4 m KETERANGAN: 92 Longat B. Gadis F65 G7 >2 CD1 Hutabaringina 1-2 9 A1 T. 791 998 DK. SIPIPISAN B1 C1 TB TL H APB APL CD3 I-5 H185 APS3 APS1 APS4 APS2 TP1 EF1 Sirambas Sabajior Dalanlidang D. Siombun Porbangunan Aekgodang <1 Fumarola D1 SIHIREHIRE F35 Titik pengamatan 88 E1 F1 Daerah perkampungan G1 Jalan raya 86 AOLANSIPALIS ADIAN NAGOON Aekngali DK. PARLAYANAN Limbandolok Sungai dan anak sungai Kontur topografi interval 5 meter 552 554 556 558 56 562 564 Gambar 5. Peta Distribusi Hg Tanah Daerah Panas Bumi Sampuraga

96 Hutabargiculu Sabaninjang Hutabarosdolok Sabapadang Hutanaingkan Pasamutabargo Adianyior T. 222.4 19 Sigalepangjae Kayujati Kampungpadang PETA DISTRIBUSI CO2 UDARA TANAH KAB. MANDAILING NATAL, SUMUT A. Bargot Panyabungan Hutasiantar Barbaranjae A68 94 Runding Gatang Barbaranjulu Hututanga Tarutungjae B7 A. Sipolupolu A Lopan Kampungbaru Sipolupalu Pagaransigantal 2 4 m A. Gatang 4 T. 997 218.5 C65 D7 E7 Pulolimbang Pidotidolok KETERANGAN: 92 9 A. Longar 5 A1 6 T. 791 998 DK. SIPIPISAN 7 B1 3 A. Langat C1 Longat TB TL H CD3 I-5 A. Sirambas CD1 APB APL H185 APS4 TP1 EF1 B. Gadis Hutabaringina APS3 APS1 APS2 Sirambas Sabajior F65 A. Garoga G7 Dalanlidang D. Siombun Porbangunan Aekgodang >2 % 1-2 % <1 % Fumarola 8 9 D1 SIHIREHIRE F35 Titik pengamatan 88 86 12 AOLANSIPALIS 13 12 1 11 A. Sirambasnamanek ADIAN NAGOON E1 A. Sirambas F1 A. Nagari G1 Aekngali 4 DK. PARLAYANAN Limbandolok 5 3 A. Tolang Daerah perkampungan Jalan raya Sungai dan anak sungai Kontur topografi interval 5 meter 552 554 556 558 56 562 564 Gambar 6. Peta Distribusi CO 2 Tanah Daerah Panas Bumi Sampuraga 96 94 92 9 88 RA-13 Hutabarosdolok RA-14 Sabapadang RA-15 RA-12 Hutabargottarimbaru RB-1 RB-11 Hutanaingkan Pasamutabargo Gunungmanauon Manyabar Adianyior Sabajambu Iparbonda Sigalepangjae Panyabungan Gunungtua Kampungpadang Kayujati Hutasiantar RA-16 RA-28 RB-15 RB-16 Barbaranjae RB-17 A-685 RA-24 A-675 RB-18 A-65 A. Sipolupolu Kampungbaru Tarutungjae RA-8 RA-17 Sipolupalu RA-29 RA-25 Runding Barbaranjulu A-625 B-695 Pagaran A-6 RA-18 RA-19 RA-26 B-675 RA-9 RA-3 RA-27 A-575 A Lopan RA-2 RA-21 B-65 A-55 Hututanga Pagaransigantal B-625 A-525 C-665 B-6 RA-1 C-65 RA-31 A-5 Pidotidolok B-575 C-625 Pulolimbang A-475 B-55 D-7 C-6 RB-9 A-45 B-525 T. 218.5 997 C-575 D-675 RA-33 RA-32 BM A-425 E-7 B-5 C-55 D-65 A-4 B-475 D-625 E-675 RB-8 C-525 A-375 E-65 B-45 C-5 D-6 B. Gadis A-35 E-625 B-425 D-575 Longat C-475 A-325 D-55 E-6 RB-7 B-4 C-45 F-67 A-3 E-575 F-65 B-375 C-425 D-525 G-7 A-275 D-5 E-55 B-35 F-625 C-4 G-675 A-25 D-475 RB-6 E-525 F-6 B-325 C-375 D-46 G-65 A-225 D-45 E-5 F-575 B-3 C-36 C-35 D-435 G-625 C-34 E-475 Hutabaringina A-2 D-425 F-55 B-275 C-325 G-6 RB-5 C-315 D-41 D-4 E-45 F-525 A-175 B-25 C-3 G-575 C-29 D-385 E-425 D-375 F-5 A-15 B-225 C-275 G-55 D-36 E-4 D. Siombun C-26 APB D-35 F-475 Dalanlidang RB-4 A-125 B-2 C-25 D-34 APS2E-375 APS1 Sabajior G-525 C-24 D-325 APL E-35 LUMPUR AL F-45 G-5 RE-4 B-175 C-225 D-315 C-215 D-3 F-425 G-475 B-15 C-2 D-29 E-325 RE-3 RB-3 C-175 D-275 F-4 G-45 B-125 D-265 E-3 C-15 D-25 F-375 RE-2 G-425 B-1 E-275 RE-6 RE-7 RE-8 RB-2 C-125 D-225 F-35 G-4 Porbangunan E-25 BASE RE-1 D-2 Sirambas C-1 F-325 G-375 E-225 Aekgodang D-175 F-3 G-35 E-2 RB-1 D-15 F-275 G-325 E-175 D-125 F-25 E-15 SIHIREHIRE G-3 D-1 F-225 E-125 G-275 F-2 E-1 G-25 F-175 G-225 F-15 RKS-1 G-2 F-125 G-175 F-1 G-15 RKS-2 G-125 ADIAN NAGOON RA-11 RB-12 RB-13 RB-14 G-1 Aekngali RB-2 RB-21 RB-22 RB-19 RB-23 RB-24 RB-25 RB-26 RK-1 RK-2 RB-27 RA-2 T. 222.4 19 RA-3 RA-4 RA-5 RA-6 RA-7 RA-22 RA-23 PETA SEBARAN ANOMALI BOUGUER SISA KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA DENSITY 2.68 U KETERANGAN F5 1 2 3 4 meter Skala Anomali Bouguer Sisa (mgal) -7-4 -1 2 5 Kontur anomali bouguer sisa Titik pengukuran gaya berat Struktur Kontur topografi interval 5 meter Sungai dan anak sungai Jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan lokal 86 RK-3 DK. PARLAYANAN RK-4 Limbandolok 556 558 56 562 564 RK-5 Gambar 7. Peta Sebaran Anomali Bouguer Sisa Daerah Panas Bumi Sampuraga

3 PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 27 98 96 94 92 9 88 86 6 7 A. Bargot 12 A.Karora A. Longar AOLANSIPALIS 13 A. Gatang 12 11 Hutabargiculu 1 Sabaninjang 9 8 5 6 7 Hutabarosdolok 4 RA-14 Sabapadang 3 Hutabargottarimbaru RB-1 RB-11 Hutanaingkan Pasamutabargo Gunungmanauon RB-22 Adianyior Manyabar Sabajambu 4 Iparbonda 5 Sigalepangjae Panyabungan 3 Gunungtua 3 Kampungpadang Kayujati Hutasiantar RA-16 RA-28 RB-15 RB-16 Barbaranjae RB-17 A-685 RA-24 A-675 RB-18 A-65 A. Sipolupolu RA-8 Kampungbaru Tarutungjae RA-17 Sipolupalu Runding Barbaranjulu A-625 RA-29 RA-25 B-695 Pagaran RA-18 RA-19 A-6 B-675 RA-26 RA-9 RA-3 RA-27 A-575 A Lopan RA-2 RA-21 B-65 A-55 Hututanga B-625 Pagaransigantal A-525 C-665 B-6 RA-1 C-65 RA-31 A-5 B-575 Pidotidolok C-625 Pulolimbang A-475 B-55 D-7 A-45 C-6 RB-9 BM B-525 T. 218.5 997 C-575 D-675 RA-33 RA-32 A-425 E-7 B-5 C-55 D-65 A-4 B-475 E-675 C-525 D-625 RB-8 A-375 D-6 E-65 B-45 C-5 B. Gadis A-35 E-625 B-425 C-475 D-575 A-325 Longat D-55 E-6 RB-7 B-4 C-45 F-67 A-3 E-575 B-375 D-525 F-65 C-425 G-7 A-275 B-35 D-5 E-55 F-625 C-4 G-675 A-25 D-475 RB-6 E-525 B-325 F-6 C-375 D-46 G-65 A-225 D-45 E-5 B-3 C-36 F-575 C-35 D-435 G-625 C-34 D-425 E-475 Hutabaringina F-55 A-2 B-275 C-325 D-41 G-6 RB-5 C-315 D-4 E-45 F-525 A-175 B-25 C-3 D-385 G-575 C-29 D-375 E-425 A-15 B-225 F-5 C-275 G-55 D-36 E-4 D. Siombun C-26 APB D-35 F-475 Dalanlidang RB-4 A-125 B-2 C-25 D-34 APS2E-375 APS1 Sabajior G-525 C-24 A-1 D-325 APL E-35 LUMPUR AL F-45 G-5 RE-4 B-175 C-225 C-215 D-315 D-3 F-425 C-2 G-475 B-15 D-29 E-325 RE-3 RB-3 DK. SIPIPISAN C-175 D-275 F-4 B-125 G-45 D-265 E-3 C-15 D-25 F-375 G-425 RE-2 B-1 E-275 RE-6 RE-7 RE-8 RB-2 C-125 D-225 F-35 G-4 Porbangunan E-25 BASE RE-1 C-1 D-2 F-325 Sirambas G-375 E-225 Aekgodang D-175 F-3 G-35 E-2 RB-1 D-15 F-275 E-175 G-325 D-125 F-25 E-15 SIHIREHIRE G-3 D-1 F-225 E-125 G-275 F-2 E-1 G-25 F-175 G-225 F-15 RKS-1 G-2 F-125 G-175 F-1 G-15 RKS-2 G-125 T. 791 998 A. Sirambasnamanek RA-13 RA-15 RA-12 ADIAN NAGOON RA-11 RB-12 RB-13 RB-14 G-1 Aekngali RB-2 RB-21 RB-19 RB-23 RB-24RB-25 RB-26 RK-1 RK-2 RK-3 RK-4 DK. PARLAYANAN Limbandolok RB-27 RA-2 T. 222.4 19 RA-3 RA-4 RA-5 RA-6 RA-22 RA-23 RA-7 3 4 PETA ANOMALI MAGNET SISA TOTAL KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA 2 4 meter KETERANGAN F5-4 s.d nt s.d 25 nt > 25 nt Kontur anomali magnet Titik pengukuran geomagnet Struktur U Kontur topografi interval 5 meter 11 12 13 6 5 84 9 8 7 RK-5 Sungai dan anak sungai Roburanlombang Jalan provinsi, jalan kabupaten dan jalan lokal 552 554 556 558 56 562 564 Gambar 8. Peta Anomali Magnet Total Daerah Panas Bumi Sampuraga 95 94 PETA TAHANAN JENIS SEMU AB/2 = 1 meter KAB. MANDAILING NATAL, PROV. SUMATERA UTARA 93 T. 997 218.5 5 1 15 2 meter 92 KETERANGAN : 91 9 791 1 15 25 Titik pengukuran mapping Titik pengukuran sounding Ohm-m 89 SIHIREHIRE Kontur ketinggian interval 5 m Sungai 88 Jalan Kampung 87 555 556 557 558 559 56 561 562 563 Gambar 9. Peta Tahanan Jenis Semu Bentangan AB/2 = 1 m Daerah Panas Bumi Sampuraga

Baratlaut Tenggara 2 1 B-4 C-4 15 5 4 D-4 E-4 F-4 15 8 3 1.7 3 25 6 2 1-1 -2 2.7 3 17-1 -2-3 -4-5 7 3.5 5 1.5-3 -4-5 -6 4-6 -7-8 -9 1 6 4-7 -8-9 -1-1 < 1 Ohm-m 1-4 Ohm-m >4 Ohm-m Gambar 1. Penampang Tahanan Jenis Sebenarnya Lintasan Gabungan 2 Daerah Panas Bumi Sampuraga 1 LINTASAN H 5 4 6 8 1 12 14 16 18 2-5 AB/2 = 2 m -1-15 1 4 6 8 1 12 14 16 18 2-1 AB/2 = 4 m 2-2 6 8 1 12 14 16 18 AB/2 = 5 m 2-26 8 1 12 14 16 18 AB/2 = 6 m 8 9 1 11 12 13 14 15 16-5 AB/2 = 8 m Gambar 11. Profil Head-On Lintasan H Daerah Panas Bumi Sampuraga

98 96 Hutabargiculu Sabaninjang Hutabargottarimbaru Hutanaingkan Pasamutabargo Hutabarosdolok Sabapadang Gunungmanauon Manyabar Sabajambu Adianyior Gunungtua Iparbonda T. 222.4 19 Sigalepangjae Kayujati Kampungpadang PETA KOMPILASI GEOSAIN KAB. MANDAILING NATAL, SUMATERA UTARA Panyabungan Hutasiantar Barbaranjae 94 Runding Barbaranjulu Hututanga Tarutungjae A. Sipolupolu A Lopan Kampungbaru Sipolupalu Pagaran Pagaransigantal 1 2 3 4 meter 92 Longat T. 218.5 997 B. Gadis Pulolimbang Pidotidolok KETERANGAN : Anomali Hg tinggi > 2 ppb 9 88 T. 791 998 DK. SIPIPISAN SIHIREHIRE Hutabaringina SIRAMBAS Dalanlidang Sabajior Sirambas D. Siombun Porbangunan Aekgodang Anomali sisa gayaberat rendah <-2 mgal Anomali sisa gayaberat tinggi >3 mgal Anomali tahanan jenis semu rendah < 1 Ohm-m Anomali sisa magnet rendah < nt Estimasi daerah prospek AOLANSIPALIS ADIAN NAGOON Aekngali Perkiraan struktur geologi 86 DK. PARLAYANAN Limbandolok 84 552 554 556 558 56 562 564 Saran pengeboran landaian suhu Gambar 12. Peta Kompilasi Daerah Panas Bumi Sampuraga Gambar 13. Model Tentatif Sistem Panas Bumi Daerah Panas Bumi Sampuraga