ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Medan Hp ,

3.2. Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan... 5

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAMALAN (FORECASTING)

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

Disusun Oleh : DIAN AYU PURNAMASARI B

BAB I PENDAHULUAN. penting diantara rempah-rempah lainnya; sehingga seringkali disebut sebagai

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN

Analisis Daya Saing Komoditi Crude Palm Oil (CPO) Indonesia Tahun Ni Nyoman Ayu Puri Astrini

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KINERJA DAN PROSPEK SWASEMBADA KEDELAI DI INDONESIA. Muhammad Firdaus Dosen STIE Mandala Jember

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hidayat (2013) dengan judul Analisis Daya Saing Produk Ekspor Provinsi

ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF EKSPOR PRODUK BERBASIS KELAPA SULAWESI UTARA

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

ANALISIS PANGSA PASAR DAN DAYA SAING CPO INDONESIA DI UNI EROPA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

PENINGKATAN DAYA SAING EKSPOR PRODUK OLAHAN KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL (Studi pada Ekspor Produk Olahan Kakao Indonesia tahun )

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

Deret Berkala dan Peramalan

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

Jurnal PASTI Volume VIII No 2,

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI PASAR DUNIA COMPETITIVENESS OF INDONESIAN NATURAL RUBBER AT WORLD MARKET

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. Kesenjangan menurut Sudibyo (1994) adalah ketidakmerataan akses

DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani dan Fahriyah. Abstrak

PERAMALAN HARGA DAN PERMINTAAN KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN JEMBER. Oleh : OKTANITA JAYA ANGGRAENI *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI PENJUALAN SERTA PENAWARAN CPO DI PT AGRICINAL ANALYZING OF PRODUCTION SALES AND SUPPLY GROWTH OF CPO IN PT AGRICINAL

IV. METODE PENELITIAN

DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP TIGA NEGARA DI ASIA. Ineke Nursih Widyantari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Transkripsi:

SEPA : Vol. 9 No.1 September 2012 : 125 133 ISSN : 1829-9946 ANALISIS DAYA SAING CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL RASHID ANGGIT Y.A.D 1, NI MADE SUYASTIRI Y.P 2, ANTIK SUPRIHANTI 2 1 Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta 2 Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta ABSTRACT This study aims to analyze export volume trend of Indonesian CPO in International market for the next 3 years and to analyze competitiveness of Indonesian crude palm oil in International market. To analyze the competitiveness of Indonesian crude palm oil in International market used Revealed Comparative Advantage analysis (RCA) to analyze comparative advantage and Trade Specialization Index (ISP) to analyze competitive advantage. Mean while, to analyze the export volume of Indonesian crude palm oil in the international market for next 3 years used least squares method. Results of this research show that trend of export volume of crude palm oil for the next 3 years tend to increase in 2013-2015. Indonesian crude palm oil has comparative disadvantage in international markets, because the RCA index is lower than 1 is about 0.85 but Indonesian CPO has competitive advantage that indicated from ISP that equal to 0,95 (stage IV/maturation). Keywords: Comparative Advantage, Competitive Advantage, Trend Exports, CPO. PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menghasilkan minyak sawit mentah (CPO; crude palm oil) menjadi andalan komoditi ekspor Indonesia. Kelapa sawit memiliki peran strategis karena (1) kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng sehingga pasokan yang kontinyu ikut menjaga kestabilan harga minyak goreng. Hal ini penting karena minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok kebutuhan masyarakat sehingga harganya harus terjagkau oleh seluruh lapisan masyarakat. (2) kelapa sawit sebagai salah satu komoditi pertanian andalan non migas, mempunyai prospek yang baik sebagai sumber pendapatan devisa maupun pajak (3) Dalam proses produksi maupun pengolahan mampu menciptakan kesempatan kerja dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Cyirillus Benikrisanto, 2006) Minyak kelapa sawit merupakan komoditas ekspor yang sangat menguntungkan karena harga minyak sawit di pasaran Internasional cenderung mengalami peningkatan. Pengembangan kelapa sawit baik melalui perluasan areal, peningkatan kualitas dan kuantitas produksi minyak sawit perlu terus dilakukan agar mampu bersaing di pasar International. Berikut disajikan perkembangan luas areal dan produksi kelapa sawit di Indonesia (Tabel 1). Berdasarkan data pada tabel 1, dapat diketahui bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit semakin bertambah dari tahun 2001-2010, yang diikuti dengan produksi yang cenderung meningkat pula. Tahun 2009-2010 produksi kelapa sawit Indonesia mengalami peningkatan sebesar 1.204.020 ton. Hal ini merupakan peluang besar bagi Indonesia sebagai salah satu negara pemasok minyak sawit mentah dunia, untuk lebih meningkatkan daya saingnya di pasar internasional. Beberapa lahan digunakan/ disewakan oleh negara Malaysia sebagai negara kompetitor terbesar dalam hal mengekspor CPO ke pasar Internasional. 125

Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Tahun 2001-2010 No Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) 1 2001 4.713.435 8.396.472 2 2002 5.067.058 9.622.345 3 2003 5.283.557 10.440.834 4 2004 5.284.723 10.830.389 5 2005 5.453.817 11.861.615 6 2006 6.594.914 17.350.848 7 2007 6.766.836 17.664.725 8 2008 7.363.847 17.539.788 9 2009*) 7.508.023 18.640.881 10 2010**) 7.824.623 19.844.901 Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan 2010 Keterangan / Note : *) Sementara / Preliminary **) Estimasi / Estimation Pemerintah harus mampu mengontrol penyewaan lahan-lahan kepada negara pesaing agar Indonesia bisa menjadi negara pengekspor CPO terbesar di dunia. Saat ini Indonesia menjadi negara dengan areal kelapa sawit terluas di dunia dengan jumlah lebih dari 7 juta ha dan produksi minyak sawit mentah (Crude palm oil, CPO) diperkirakan akan meningkat setiap tahun. Dengan melihat kondisi potensi lahan yang cukup besar ini, harusnya industri minyak kelapa sawit Indonesia bisa memanfaatkan potensi lahan yang cukup besar, supaya negara Indonesia ini menjadi negara pengekspor minyak kelapa sawit mentah (Crude palm oil, CPO) terbesar di dunia. Gambar 1 mengilustrasikan perkembangan volume ekspor minyak sawit selama kurun waktu 10 tahun. Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa perkembangan volume ekspor minyak sawit Indonesia tahun 1991-2000 berfluktuasi, volume ekspor perlahan-lahan naik dari tahun 2001 sampai mencapai titik tertinggi pada tahun 2009, kemudian turun pada tahun 2010 dengan nilai penurunan sebesar 966.681 kg. Volume ekspor pada tahun 1998 mengalami penurunan Volume ekspor yang tidak stabil dapat mempengaruhi daya saing minyak sawit mentah Indonesia di pasar Internasional. Minyak sawit mentah Indonesia harus mampu bersaing dengan produk minyak sawit mentah dari negara lain. Jika minyak sawit mentah Indonesia memiliki daya saing di pasar Internasional diharapkan akan lebih banyak lagi negara yang membeli minyak sawit mentah dari Indonesia dan para pengusaha akan lebih bersemangat lagi untuk memproduksi minyak sawit mentah dengan mutu yang lebih baik dan biaya produksi yang lebih rendah sehingga pada harga-harga yang terjadi di pasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh produsen dengan memperoleh laba dan dapat mempertahankan kelangsungan produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis trend volume ekspor CPO Indonesia pada tahun 2013-2015 dan menganalisis daya saing (keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif) crude palm oil Indonesia di pasar International. LANDASAN TEORI Teori Perdagangan Internasional Ada dua alasan suatu negara melakukan perdagangan internasional. Pertama, setiap negara mempunyai perbedaan dalam pemilikan sumberdaya alam dan pengolahannya. Kedua, negara-negara yang berdagang bertujuan untuk mencapai skala ekonomis (economics of scale) dalam produksi (Krugman dan Obsfeld,1994). Perbedaan antar negara dalam pemilikan sumberdaya tersebut memberikan peluang bagi 126

terjadinya perdagangan antar negara dan masing-masing menyumbangkan keuntungan perdagangan (gains of trade) bagi mereka. Teori perdagangan internasional yang pertama dikemukakan oleh David Ricardo, jika suatu negara dapat memproduksi barang atau jasa lebih murah, maka negara tersebut akan memproduksi barang atau jasa tersebut dari pada membeli dari negara lain atau mengimpor dari negara lain. Tetapi kalau biaya produksinya relatif lebih mahal bila dibandingkan dengan ongkos produksi di negara-negara lainnya, maka barang atau jasa tersebut dibeli dari negara lain atau mengimpor dari negara lain. Barang atau jasa dengan ongkos produksi yang relatif lebih rendah, disamping bisa di konsumsi sendiri, juga bisa di ekspor. Perdagangan antarnegara memungkinkan terjadinya tukar menukar barang dan jasa, pergerakan sumberdaya dan pertukaran serta perluasan penggunaan teknologi yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi negara-negara yang terlibat di dalamnya (Salvatore, 1994). Tanpa perdagangan internasional maka harga pasar suatu produk di suatu negara akan berbeda dengan negara lain, dengan adanya perdagangan internasional harga yang terjadi akan sama. Gambar 2, mengilustrasikan perdagangan internasional secara teoritis, suatu negara (misal negara A) akan mengekspor suatu komoditas (komoditas x) ke negara lain (misal negara B) apabila harga domestik di negara A (sebelum terjadi perdagangan) relatif lebih rendah dibandingkan harga domestik di negara B. Kondisi awal di negara A misalnya berada dalam kondisi keseimbangan dan harga berada pada P1. Pada kondisi ini tidak terjadi ekspor dari negara A. Ketika harga berada pada posisi P2, struktur harga yang relatif lebih tinggi ini menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran (excess supply) di negara A yaitu sebesar QA QA. Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah, dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Sebaliknya di negara B, pada kondisi harga berada di P2, negara ini terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand) sebesar QB QB sehingga harga menjadi lebih tinggi. Pada keadaan ini, negara B berkeinginan untuk membeli komoditas dari negara lain dengan harga yang relatif lebih murah. Apabila kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan B, maka terjadi perdagangan antar kedua negara tersebut. 12000000 10000000 Volume Ekspor 8000000 6000000 4000000 2000000 0 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 Tahun Gambar 1. Volume Ekspor Crude Palm Oil Indonesia Tahun 1991-2010 Sumber : BPS, Diolah 127

P S Dx Ekspor Sx D P3 A A* P2 B E B E B* Impor A E* P1 C* P P O QB QB QB Q O QA QA QA Q O QP1 Q Negara A Negara B Pasar Internasional Gambar 2. Ilustrasi Perdagangan Internasional (Salvatore (1994) Keterangan Gambar 2: P1 = Harga domestik negara pengekspor tanpa perdagangan internasional OQA = Jumlah konsumsi domestik negara pengekspor tanpa perdagangan internasional P3 = Harga domestik negara pengimpor tanpa perdagangan internasional OQB = Jumlah konsumsi domestik negara pengimpor tanpa perdagangan internasional P2 = Harga setelah ada perdagangan internasional Supply di pasar Internasional akan terjadi jika harga lebih besar dari P1, sedangkan permintaan di pasar Internasional akan terjadi jika harga Internasional lebih rendah dari P3. Dengan kata lain, besarnya ekspor suatu komoditas perdagangan akan sama besarnya dengan besarnya impor komoditas tersebut. Peramalan (Foreasting) merupakan Seni dan ilmu untuk memprediksi kejadian di masa depan. Metode peramalan dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu metode peramalan time series dan asosiatif. Metode Peramalan Time Series merupakan teknik peramalan yg menggunakan sekumpulan data masa lalu untuk melakukan peramalan didasarkan pada waktu yang berurutan atau yang berjarak sama (mingguan, bulanan, kuartalan, dan lainnya). Dekomposisi Time Series, antara lain: a. Tren merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau menurun, dipengaruhi oleh perubahan pendapatan, populasi, penyebaran umur atau pandangan budaya. b. Musim adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu. c. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. d. Variasi acak merupakan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh peluang dan situasi yang tidak biasa. Metode peramalan time series meliputi : (1) Pendekatan naif yaitu teknik peramalan yang mengasumsikan permintaan pada periode mendatang sama dengan permintaan terkini. (2) Rata-rata Bergerak adalah metode peramalan yang menggunakan rata-rata dari sejumlah (n) data terkini untuk meramalkan periode mendatang. (3) Rata-rata bergerak dengan pembobotan Saat ada tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Praktek ini membuat teknik peramalan lebih tanggap terhadap perubahan karena periode yang lebih dekat mendapatkan bobot yang lebih berat. (4) Penghalusan Eksponensial (Tingkat 1), teknik peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan dimana data diberi bobot oleh sebuah fungsi eksponensial. (5) Penghalusan Eksponensial dengan Penyesuaian Tren (Tingkat 2), teknik peramalan lain yang dapat menyesuaikan dengan tren dengan menghitung rata-rata data penghalusan eksponensial dan kemudian menyesuaikan (6) Proyeksi Tren, metode peramalan Time Series yang menyesuaikan sebuah garis tren pada sekumpulan data masa lalu dan kemudian diproyeksikan dalam garis 128

untuk meramalkan masa depan.menerapkan metode kuadrat terkecil (Least Square Method). Pendekatan ini menghasilkan sebuah garis lurus yang meminimalkan jumlah kuadrat dari deviasi vertikal garis pada setiap hasil pengamatan aktual. dengan keterlambatan (lag) positif atau negatif pada tren. Metode Peramalan Asosiatif meliputi Analisis Regresi & Korelasi. Analisis Regresi Linear adalah model matematis garis lurus yang menjelaskan hubungan fungsional antara variabel bebas dan variabel terikat. (Heizer F dan Render B. 2006) Analisis Daya Saing Menurut Tambunan (2003), Analisis daya saing khususnya analisis keunggulan komparatif dapat menggunakan Revealid Comparative Advantage (RCA). RCA adalah indeks yang menyatakan keunggulan komparatif yang merupakan perbandingan antara pangsa ekspor suatu komoditi dalam ekspor total negara tersebut dibandingkan dengan pasar ekspor komoditi yang sama dalam total ekspor dunia. RCA digunakan dalam studi-studi empiris untuk mengukur perubahan keunggulan komparatif atau tingkat daya saing dari suatu produk dari suatu negara terhadap dunia. Indeks RCA mengindikasikan bahwa jika pangsar ekspor dari suatu (atau kelompok) komoditi suatu negara di dalam ekspor dari komoditi yang sama di dalam total ekspor dunia negara tersebut memiliki keunggulan komparatif dalam produksi dan ekspor komoditi tersebut. Kelemahan metode RCA dikarenakan salah satu perbandingannya adalah pangsa pasar dunia dari komoditi yang diteliti dari negara bersangkutan. Pangsa pasar dunia yang besar belum menjamin apakah untuk komoditi dari negara tersebut mempunyai daya saing yang tinggi. Sebagai contoh, misalnya ekspor komoditi minyak sawit Indonesia sama dengan Malaysia, tetapi nilai total ekspor minyak sawit Indonesa lebih kecil dari Malaysia, maka nilai RCA Indonesia untuk minyak sawit menjadi lebih besar. Sebaliknya, apabila nilai ekspor minyak sawit Indonesia sama dengan Malaysia, sedangkan total nilai ekspor Indonesia lebih besar dibandingkan dengan Malaysia, maka nilai RCA minyak sawit Indonesia lebih kecil dari pada nilai RCA Malaysia untuk komoditi yang sama (Zamroni dalam Tambunan 2003). Rumus RCA C = Nilai indeks RCA Xij = Nilai ekspor komoditi i dari negara j Xj = Nilai ekspor total komoditi i dari negara j Xiw = Nilai ekspor komoditi i dari dunia Xw = Nilai ekspor total komoditi i dari dunia Menurut Tambunan (2003), Keunggulan kompetitif suatu produk dapat diukur menggunakan analisis Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Indeks Spesialisasi Perdagangan ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai ekspor dan nilai impor suatu negara dibadingkan dengan jumlah nilai ekspor dan nilai impor negara tersebut, atau dengan kata lain ISP merupakan perbandingan antara selisih nilai bersih perdagangan dengan nilai total perdagangan dari suatu negara. Indeks ISP juga bisa digunakan untuk analisis proses tahapan industrialisasi dan perkembangan pola perdagangan komoditi tersebut. Dasar pemikiran dari indeks ini sama seperti teori siklis produk, yang mana suatu produk bertahan di pasar lewat beberapa tahan. Rumus ISP: ISP = Indeks spesialisasi Perdagangan Nx = Nilai ekspor komoditas i dari Negara j Nm = Nilai impor komoditas i dari Negara j Posisi daya saing dibagi menjadi 5 tahap, sesuai teori siklus produk, yakni sebagai berikut : Nilai ISP antara -1 sampai +1. Apabila ISP berkisar antara -1 sampai dengan 0,5 adalah komoditi tersebut tahap pengenalan. Apabila antara -0,5 sampai dengan 0 adalah tahap subtitusi impor. Apabila antara 0 sampai 0,8 adalah pada tahap perluasan ekspor, kemudian apabila nilainya mendekati +1 adalah pada tahap pematangan. 129

1 1 2 3 4 5 0-1 Gambar 3. Kurva ISP Sesuai Teori Siklus Produk (Tambunan, 2003) METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. (Nazir, 1989). Dalam penelitian ini untuk menganalisis trend volume ekspor menggunakan data tahun 1991-2010 dengan menggunakan metode peramalan asosiatif yaitu analisis regresi linier dengn model persamaan : Y= a + bx Y = Volume ekspor CPO (kg) X = Nilai waktu a = Nilai trend pada waktu X=0 b = Kenaikan atau penurunan rata-rata Y untuk setiap kenaikan X Dalam penggunaan model, besarnya a dan b dapat diperhitungkan dengan rumus berikut ini : Untuk menganalisis daya saing menggunakan Revealid Comparative Advantage (RCA) dan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP). Analisis keunggulan komparatif dengan menggunakan RCA dengan rumus : C = Nilai indeks RCA Xij = Nilai ekspor crude palm oil dari negara Indonesia Xj = Nilai ekspor total minyak sawit negara Indonesia Xiw = Nilai ekspor crude palm oil dunia Xw = Nilai ekspor total minyak sawit dunia Jika nilai indeks RCA < 1 menunjukan bahwa negara Indonesia untuk komoditi CPO keunggulan komparatifnya rendah (di bawah rata-rata dunia) Jika nilai indeks RCA 1 menunjukan bahwa negara Indonesia untuk komoditi CPO dikatakan mempunyai keunggulan komparatif (di atas rata-rata dunia). Analisis keunggulan kompetitif dengan menggunakan : indeks spesialisasi Perdagangan (ISP) dengan rumus : ISP = Indeks spesialisasi Perdagangan Nx = Nilai ekspor crude palm oil Indonesia Nm = Nilai impor crude palm oil Indonesia. Nilai ISP antara -1 sampai +1. Apabila ISP berkisar antara -1 sampai dengan 0,5 adalah komoditi tersebut tahap pengenalan. Apabila 130

antara -0,5 sampai dengan 0 adalah tahap subtitusi impor. Apabila antara 0 sampai 0,8 adalah pada tahap perluasan ekspor, kemudian apabila nilainya mendekati +1 adalah pada tahap pematangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Volume ekspor crude palm oil Indonesia selama periode 2001-2010 terus meningkat, rata-rata volume ekspor crude palm oil Indonesia tiap tahunnya sebesar 5.254.327,6 kg. Volume ekspor perlahan-lahan mulai meningkat dari tahun 2001 sampai mencapai titik tertinggi pada tahun 2009, Setelah itu pada tahun 2010 volume ekspor mengalami penuruna sampai pada 8.600.065 kg pada tahun 2010. Peramalan volume ekspor crude palm oil Indonesia menggunakan data volume ekspor tahun 1991-2010. Hasil analisis trend volume ekspor crude palm oil Indonesia di pasar internasional di masa yang akan datang (tahun 2013-2015) cenderung meningkat. Persamaan trend untuk ekspor crude palm oil Indonesia di pasar Internasional adalah sebagai berikut : Y = 4.556.436,2 + 232.168,76 X Hasil perhitungan yang di tunjukan pada tabel di atas menunjukan bahwa trend volume ekspor CPO Indonesia terus meningkat pada tahun 2013-2015, volume ekspor CPO Indonesia pada tahun 2013 diramalkan sebesar 10.360.656 kg, tahun 2014 diramalkan sebesar 10.824.992kg, sedangkan pada tahun 2015 sebesar 11.289.328 kg. Analisis Daya Saing Keunggulan komparatif akan dimiliki suatu negara atau wilayah, jika negara atau wilayah tersebut mampu memproduksi dan mengekpor barang atau jasa yang dapat dihasilkan dengan biaya yang relatif lebih murah dari pada negara atau wilayah tersebut mengimpor barang dan jasa dari negara lain. Indonesia akan memiliki keunggulan komparatif jika perbandingan antara nilai ekspor crude palm oil dan nilai ekspor total minyak sawit Indonesia lebih besar dibandingkan dunia. Keunggulan komparatif dicerminkan oleh indeks RCA. RCA akan semakin besar jika nilai ekspor crude palm oil juga semakin besar. Oleh karena itu, langkah yang perlu ditempuh Indonesia adalah meningkatkan volume ekspor crude palm oilnya. Revealed Comparative Advantage (RCA) diperhitungkan dengan membandingkan ekspor crude palm oil Indonesia terhadap nilai ekspor total minyak sawit Indonesia yang dibandingkan dengan nilai crude palm oil dunia terhadap nilai ekspor total minyak sawit dunia. Keunggulan kompetitif tercapai saat sebuah perusahaan menerapkan strategi biaya rendah, yang membuatnya mampu menawarkan produk yang mempunyai kualitas sama dengan produk sejenis tetapi dengan harga yang lebih rendah dibandingkan pesaingnya. Keunggulan ini juga dapat diraih dengan strategi diferensiasi produk, sehingga pelanggan menganggap memperoleh manfaat unik yang sesuai dengan harga yang cukup. Berdasarkan perhitungan indek RCA dan ISP untuk melihat keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 3). Dari Tabel 3, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai RCA selama 10 tahun (2001-2010) sebesar 0,85, atau indeks RCA <1 yaitu sebesar 0,85, berarti negara Indonesia untuk komoditas minyak sawit mentah memiliki keunggulan komparatif rendah (di bawah ratarata dunia). Hasil analisis crude palm oil Indonesia selama periode 2001-2010 memiliki keunggulan kompetitif dengan Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) sebesar 0,95. Berdasarkan kriteria yang ada, jika nilai ISP mendekati 1 adalah pada tahap pematangan. artinya ekspor bersih CPO (crude palm oil) Indonesia lebih besar dari pada total perdagangan dan pada tahap ini Indonesia merupakan negara net eksportir. Rendahnya nilai RCA crude palm oil (CPO) Indonesia dikarenakan kebijakan pemerintah tentang Bea Keluar (BK) ekspor produk sawit yang diterapkan secara progresif memberikan dampak negatif terhadap daya saing ekspor CPO Indonesia, dimana meningkatnya permintaan CPO di pasar dunia akan dimanfaatkan oleh negara pesaing. Penerapan BK ekspor CPO yang maksimal bisa mencapai 25 persen justru berpotensi mendorong penyelundupan. 131

Tabel 2. Peramalan Volume Ekspor Crude palm oil Indonesia Tahun 2013-2015 No Tahun A b Volume Ekspor (Y) 1 2013 4.556.436,2 232.168,76 10.360.656 2 2014 4.556.436,2 232.168,76 10.824.992 3 2015 4.556.436,2 232.168,76 11.289.328 Jumlah 13.669.308,6 6.965.06,28 32.474.976 Rata-rata 4.556.436,2 232.168,76 10.824.992 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011 12000000 10000000 Volume Ekspor 8000000 6000000 4000000 2000000 0 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 Tahun Gambar 4. Tren Volume Ekspor tahun 2013-2015 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011 Keputusan menteri keuangan Nomor 61/PMK 001/2007 mengenai peningkatan pajak ekspor untuk CPO dari 1,5 persen menjadi 6,5 persen dan peningkatan pajak ekspor kelapa sawit segar (TBS) sebesar 10 persen dari sebelumnya hanya 3 persen. Dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah dengan adanya pajak ekspor yaitu mengurangi pendapatan produsen perkebunan kelapa sawit, menguntungkan negara eksportir lain berdampak kehilangan pasar. Lahan sawit di Indonesia sekitar 20 persen (15 ha) di kuasai perusahaan-perusahaan asal Malaysia, dengan peraturan investasi, pemerintah memang tidak bisa melarang perusahaan Malaysia untuk mengembangkan usaha kelapa sawit di Indonesia. Hal ini menyebabkan crude palm oil CPO Indonesia memiliki daya saing yang rendah di pasar Internasional. Tabel 3. Nilai Indeks RCA dan ISP Crude palm oil Indonesia tahun 2001-2010 No Tahun RCA ISP 1 2001 0,62 0,92 2 2002 0,83 0,93 3 2003 0,75 0,95 4 2004 0,68 0,91 5 2005 0,90 0,89 6 2006 0,63 0,98 7 2007 1,79 0,98 8 2008 0,75 0,96 9 2009 0,97 0,97 10 2010 0,62 0,98 Total 8,52 9,48 Rata-rata 0,85 0,95 Sumber: Analisis Data Sekunder, 2011 132

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari hasil analisis tren volume ekspor crude palm oil Indonesia pada 3 tahun mendatang mengalami peningkatan yaitu, pada tahun 2013 sebesar 10.360.656 kg, tahun 2014 sebesar 10.824.992 kg, dan pada tahun 2015 sebesar 11.289.328 kg. 2. Daya saing Crude palm oil Indonesia di pasar internasional, memiliki keunggulan kompetitif dengan ISP mendekati 1 yakni 0,95 dan memiliki keunggulan komparatif yang rendah di pasar Internasional dengan indeks RCA sebesar 0,85. Saran 1. Penerapan kebijakan pemerintah dengan mengurangi pajak ekspor dan bea keluar sehingga menambah gairah pengusaha untuk mengekspor CPO dan menguranginya resiko terjadinya penyelundupan. 2. Peningkatan daya saing crude palm oil dapat dicapai melalui upaya peningkatan kualitas dan produktivitas. Peningkatan kualitas dapat dicapai dengan peningkatan sarana dan prasarana dan teknologi. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2001. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran Teori dan Temuan Empiris. PT Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta. Anonim. 2001. Globalisasi dan Perdagangan Internasional. Ghalia Indonesia, Bogor. Badan Pusat Statistik. Ekspor Crude palm oil di Indonesia. http://bps.go.id/exim-frame.php. Badan Pusat Statistik. Impor Crude Palm Oil di Indonesia. http://bps.go.id/exim-frame.php. Direktorat Jendral Perkebunan. Volume dan Nilai Ekspor, Impor Indonesia. http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/in dex.php/viewstat/exportimport/16- kelapa%20sawit. Departemen Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Yogyakarta. Perdagangan Internasional. Harga Palm Oil di Pasar Internasional. http://www.kemendag.go.id. Food and Agriculture Organization Statistic. Value Of Agricultural. http://faostat.fao.org/site/613/desktop Default.aspx?PageID=613#ancor. Halwani, R.H.2002. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hasibuan, N. 1994. Ekonomi Industri. PT. Pustaka LP3ES, Jakarta. Heizer F dan Render B. 2006. Operation Management. Prentice Hall. Eight Edition. Krugman, P.R and Obsfeld. 1994. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan. Diterjemahkan oleh Faisal H. Basri. PAU FEUI. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Nazir, M. 1989. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. Pangestu, S. 1986. Forecasting Konsep dan Aplikasi. BPFE. Yogyakarta. Rinaldy, E. 2000. Kamus Istilah Perdagangan Internasional. Jakarta. Salvatore. 1994. Ekonomi Internasional. PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta Supranto, J. 1984. Metode Ramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan Edisi Kedua. P.T Gramedia, Jakarta. Tambunan, T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia beberapa Isu Penting. Ghalia Indonesia, Jakarta. Taufik, Y., dkk. 2010. Outlook Komoditas Pertanian Perkebunan. Pusat Data dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian 2010. Jakarta. Tim Penulis PS. 1992. Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. PT Penebar Swadaya. Jakarta. 133