Kriteria Kota Ideal berdasarkan Persepsi Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
Strategi Peningkatan Quality of Urban Life (QoUL) dengan Pertimbangan Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Kota Tempat Tinggal

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Lingkungan Rumah Ideal

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

INDONESIA MOST LIVEABLE CITY INDEX 2011

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Rumah Impian Mahasiswa

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

KORELASI TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN ELEMEN KOTA BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT INDONESIA

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

Perencanaan Fasilitas Permukiman di Kawasan Periferi Kasus : Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Most Livable City Index, Tantangan Menuju Kota Layak Huni

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Prioritas Pengembangan Kawasan Pusat Olahraga berdasarkan Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Pengunjung

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Kualitas Ruang Terbuka pada Permukiman Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Bandung, Jawa Barat

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

PENYUNTING : Ir. Bernardus Djonoputro Ir. Irwan Prasetyo, PhD Ir. Teti Armiati Argo, PhD Ir. Djoko Muljanto Dhani Muttaqin, ST

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

BAB VI KEBIJAKAN UMUM

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. atau daerah (Timmer, 2005). Kota layak huni merupakan kota dengan kondisi

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

MLCI tahun 2011: menghadapi tantangan dekade kedua abad 21

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kepanjen merupakan ibukota baru bagi Kabupaten Malang. Sebelumnya ibukota Kabupaten Malang berada di Kota Malang ( Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber: 25/4/

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

Persepsi Masyarakat tentang Penggunaan Energi dalam Rumah Tinggal Berdasarkan Profesi

Kafe Ideal. Devi J. Tania. Abstrak

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

Research Development Roadmap Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Eksternalitas Penggunaan Ruang Publik sebagai Pasar Kaget (Pop-up Market) bagi Masyarakat Dewasa Muda Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Indonesia Livable City Index 2014

Research Development Roadmap Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

Analisis Kualitas Faktual Sebagai Salah Satu Alat Evaluasi Penentu Kualitas Ruang Terbuka Publik di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan angkutan semakin diperlukan. Oleh karena itu transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kriteria Kota Ideal berdasarkan Persepsi Masyarakat Raisa N. Imanda Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung. Abstrak Pandangan mengenai kota yang ideal selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan konteks perkembangan peradaban manusia, dan perencanaan dan perancangan kota selalu mengikuti perkembangan tersebut untuk dapat menciptakan kondisi yang ideal pada sebuah kota. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai kelebihan dan kekurangan kota dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dinilai penting untuk mewujudkan kota yang ideal pada saat ini. Pengumpulan data dilakukan melalui survey online dan data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis data teks, analisis distribusi, dan analisis isi. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang dinilai penting berdasarkan persepsi masyarakat dalam menilai kualitas sebuah kota adalah ketersediaan dan kualitas sarana transportasi dan kelengkapan dan kualitas sarana publik, seperti fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas rekreasi, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Hal ini sejalan belakang dengan kriteria-kriteria good city yang pada umumnya digunakan untuk menilai kualitas kota-kota di dunia. Kata-kunci : kota ideal, livable city, kualitas kota, perancangan kota Pengantar Pandangan mengenai kota yang ideal selalu berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan konteks perkembangan peradaban manusia. Pada awal perkembangan manusia, kota terbentuk untuk mendukung kebutuhan manusia bertahan hidup sehingga pada umumnya berada di daerah aliran sungai, ataumengelompok antarorang-orang dengan latar belakang yang sama. Pada abad pertengahan & zaman reinassance, kota-kota banyak terbentuk dengan pertimbangan-pertimbangan geometris dengan mengedepankan keindahan visual. Kota-kota setelah masa revolusi industri mulai diatur dengan membagi-bagi zona sesuai dengan peruntukkannya seperti daerah industri, perdagangan dan jasa, serta permukiman yang dipisahkan pada lokasi yang berbeda, sehingga kita pun mengenal konsep garden city dari Ebenezer Howard. Pada perkembanganya di masa sekarang, kita mengenal istilah-istilah baru tentang perwujudan kota ideal yaitu livable city, compact city, eco-city, dan konsep perkembangan kota lainnya yang muncul untuk menjawab kebutuhan manusia akan tempat tinggal yang baik dan mengatasi persoalan-persoalan yang muncul pada saat sekarang. Saat ini, banyak dilakukan penilaian kualitas suatu kota yang dikemas dalam berbagai macam istilah seperti Livable City-EIU, Quality of Living Ranking-Mercer, Quality of Life Survey- Monacle, dan lain sebagainya. Di Indonesia, penilaian tentang The Most Livable City sudah pernah dilakukan oleh Ikatan Ahli Perencanaan (IAP). Berikut faktor-faktor yang dilihat dalam penilaian kualitas kota dari berbagai sumber. Tabel 1. Penilaian Kualitas Kota dari Berbagai Sumber Penilaian No Kualitas Kota 1 Livable Cities Economic Intelegence Unit Kategori/Variabel Penilaian Stabilitas, fasilitas kesehatan, budaya dan lingkungan, fasilitas pendidikan, kualitas infrastruktur Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 B 063

Kriteria Kota Ideal Berdasarkan Persepsi Masyarakat Penilaian No Kualitas Kota 2 Quality of Living Rangking - Mercer 3 Quality of Life Survey - Monacle 4 The Most Livable City Index IAP Kategori/Variabel Penilaian Iklim, sanitasi, situasi politik, kondisi sosial lingkungan, tingkat kriminalitas, mobilitas Jumlah rute penerbangan internasional, angka kriminalitas, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, iklim bisnis, dan penilaian liveability (jumlah ruang terbuka, budaya, jumlah sinar matahari, kemudahan berusaha, dll) Keamanan, ekonomi, infrastruktur dan utilitas, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, transportasi, lingkungan, tata ruang. Sumber: (The Economist, 2014), (Titel Media, 2014),(Mercer, 2015), (Hardiansyah & M., 2011) Perencanaan dan perancangan kota selalu mengikuti perkembangan manusia, teknologi, dan kondisi dan permasalahan yang ada untuk dapat menciptakan kondisi yang ideal pada sebuah kota. Oleh karena itu, informasi mengenai kondisi dan permasalahan perkotaan penting untuk menjadi pertimbangan utama dalam membentuk kota dengan kualitas yang baik. Masyarakat kota tentunya merupakan salah satu sumber informasi penting tentang bagaimana kondisi dan kualitas sebuah kota karena mereka adalah subjek yang merasakan langsung bagaimana keberlangsungan kehidupan di perkotaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai kelebihan dan kekurangan kota dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dinilai penting untuk mewujudkan kota yang ideal pada saat ini. Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif (Creswell, 2008) yang bersifat eksploratif(groat& Wang, 2002). Penelitian yang bersifat eksploratif bertujuan untuk mendapatkan informasi dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang terdapat di dalam objek yang diteliti. Dalam working paper ini yang akan diidentifikasi adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas suatu kota. B 064 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 Metode pengumpulan data adalah dengan teknik survey melalui kuesioner online, sedangkan metode analisis data dilakukan dengan beberapa metode yakni content analysis, analisis distribusi dan analisis analisis isi. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan ada 2 (dua) yaitu pertama melalui survei dalam bentuk kuisioner online untuk mengetahui persepsi masyarakat mengenai kota ideal, dan melalui arsip untuk mengetahui kriteria penilaian kualitas kota yang baik dari berbagai sumber. Pada proses pengumpulan data melalui survei online, total responden yang berpartisipasi adalah sebanyak 88 responden, yang terdiri dari berbagai latar belakang umur, pekerjaan, dan jenis kelamin. Sebagian besar responden tinggal di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan sekitarnya (29 orang), Bandung dan sekitarnya (40 orang), Semarang (7 orang), Malang (2 orang), dan Surabaya, Prabumulih, Purwodadi, Denpasar, Sanga-sanga, Makassar, Sibolga serta Timika masing-masing 1 orang. Terdapat 2 orang responden yang tinggal di luar Indonesia yaitu di Seoul-Korea (1 orang) dan di Penang-Malaysia (1 orang). Kuesioner online berisi pertanyaan yang disusun secara kualitatif dan kuantitatif (mix-method). Pertanyaan kuantitatif dengan pertanyaan tertutup (close-ended) diajukan untuk mendapatkan data responden seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan, lokasi tempat tinggal, dan lama tinggal. Pertanyaan kualitatif menggunakan struktur pertanyaan terbuka (open-ended), untuk mendapatkan persepsi responden mengenai kelebihan dan kekurangan kota tempat tinggal serta pandangan mengenai kota yang ideal. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data kualitatif dengan menggunakan metode content analysis, analisis distribusi, dan analisis isi. Metode analisis analisis isidigunakan untuk membandingkan data kategori yang didapat dengan data teoritis

atau yang pernah dilakukan sebelumnya (Creswell, 2008). Dalam hal ini, analisis isidilakukan untuk mengetahui kriteria-kriteria yang digunakan untuk menilai kota yang baik berdasarkan yang sudah dilakukan sebelumnya oleh beberapa pihak. Metode content analysis dan analisis distribusi digunakan untuk mengolah data hasil survei kuisioner. Metode content analysis dilakukan terlebih dahulu untuk mengetahui persepsi responden mengenai kelebihan dan kekurangan kota tempat tinggal serta pandangan mengenai kota yang ideal. Analisis distribusi kemudian dilakukan untuk mengetahui frekuensi jawaban responden yang sehingga dapat diidentifikasi faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kualitas sebuah kota. Analisis dan Interpretasi Pada tahap content analysis, dilakukan proses open coding untuk mengidentifikasi kata-kata kunci dari setiap data teks yang ada. Selanjutnya, dilakukan proses axial coding untuk mengelompokkan kata-kata kunci yang sama atau sejenis ke dalam kategori yang sama. Untuk dapat menghasilkan kategori yang jelas dan menghindari hasil yang bias, beberapa penentuan kategori dilakukan dengan mengacu kepada definisi-definisi baku baik secara peraturan maupun sumber-sumber lainnya. Contoh penentuan kategori dari kata-kata kunci yang sudah didapat melalui data responden dapat dilihat pada kutipan beberapa hasil kuisioner di bawah ini. Orang2nya ramah masih mengenal punten manggadan mulai banyak tempat makan dan wisata yang ramah anak dan nyaman untuk keluarga (Karyawan swasta, Bandung, 27 tahun) Kecil, cukup dekat kemana-mana. Fasilitas pemukiman, sekolah, ruang terbuka umum, akses(jalan) dirasa sudah cukup memadai. Itu dari segi fisik. Sedangkan alasan lainnya adalah kota Bandung memiliki masyarakat yang budayanya menyenangkan. Kreatif, suka nongkrong, suka sharing. (Wiraswasta, Bandung, 24 tahun) Lebih metropolitan, segala seatunya ada dan lengkap (Ibu Rumah Tangga, Jakarta, 26 tahun) Raisa N. Imanda Berdasarkan kutipan pertama dan kedua, didapatkan bahwa fasilitas-fasilitas kota seperti tempat makan, sekolah, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) disebutkan sebagai salah satu kelebihan kota tempat tinggal. Dalam kutipan ketiga didapatkan bahwa salah satu kelebihan kota tempat tinggal adalah mengenai kelengkapan dari segala sesuatu. Dalam hal ini, penulis mengkategorikan semua kata kunci tersebut dalam kategori yang sama yaitu Kelengkapan & Kualitas Sarana Publik. Hal ini didasarkan pada definisi yang diambil dari Permendagri No.9 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah, pasal 9. Sarana perumahan dan permukiman sebagaimana disebutkan pasal 7, antara lain: sarana rekreasi/perbelanjaan, sarana pelayanan umum dan pemerintahan, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, sarana rekreasi dan olahraga, sarana pemakaman, saranan pertamanan dan ruang terbuka hijau, dan sarana parkir. Dalam keberlanjutannya ditemukan bahwa keberadaan sarana ruang terbuka hijau/taman lebih dominan muncul dibandingkan sarana publik lainnya sehingga kemudian dijadikan kategori yang terpisah dari kategori Kelengkapan dan Kualitas Sarana Publik, yaitu kategori Ruang Terbuka Hijau. (Permendagri No.9, 2009) Dalam proses open coding dan axial coding ditemukan bahwa pada pertanyaan mengenai kelebihan kota, kekurangan kota, dan pandangan mengenai kota ideal, kata-kata kunci yang muncul cenderung membentuk katagori yang sama atau serupa namun berkebalikan (positif dan negatif). Oleh karena itu, pada akhirnya kategori untuk ketiga pertanyaan tersebut disamakan agar frekuensinya dapat lebih mudah untuk dibandingkan satu sama lain. Hasil axial coding untuk ketiga pertanyaan dapat dilihat pada Tabel 2. Terdapat 20 kategori yang sama untuk kelebihan dan kekurangan kota tempat tinggal, dan pandangan mengenai kota yang ideal. Hasil ini kemudian dianalisis dengan analisis distribusi untuk mengetahui frekuensinya dan mengidentifikasi kategori kualitas kota yang dominan dan tidak dominan. Analisis distribusi dilakukan Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 B 065

Kriteria Kota Ideal Berdasarkan Persepsi Masyarakat dengan membandingkan antara kelebihan dan kekurangan kota dengan menggunakan histogram yang sama. Kemudian melihat bagaimana distribusi tersebut pada pandangan mengenai kota ideal. Tabel 2. Hasil Axial Coding untuk Kelebihan, Kekurangan, dan Kota Ideal No Kategori Kata Kunci 1 Kemudahan akses/strategi s 2 Ketersediaan & kualitas sarana transportasi 3 Sistem Informasi Terpadu 4 Kemudahan hidup melalui teknologi Positif: Dekat dari pusat kota, strategis, akses mudah, jarak tempuh dekat, dekat dengan fasilitas, mudah dijangkau, kemudahan mobilitas Negatif: Jauh dari pusat kota, jauh dengan fasilitas Positif: kualitas transportasi umum baik, tidak/jarang macet, jalan lebar, sistem transportasi terintegrasi, kualitas jalan baik. Negatif: kualitas sistem transportasi buruk, jalan sempit, macet, kualitas jalan buruk, terlalu banyak kendaraan pribadi. Positif: Sistem informasi baik, akses terhadap informasi terintegrasi, kotanya update Negatif: - Positif: teknologi IT mempermudah hidup, konektivitas internet baik, teknologi maju, fasilitas wifi di tempat umum Negatif: - 5 Kenyamanan Positif: Nyaman, fasilitas pejalan kaki yang baik, ramah terhadap penyandang disabilitas, walkable, inklusif Negatif: fasilitas pejalan kaki buruk, banyak PKL, pengamen, & pengemis di trotoar. 6 Keamanan Positif: aman, angka kriminalitas rendah. Negatif: angka kriminalitas tinggi, tidak aman No Kategori Kata Kunci 7 Kebersihan Positif: bersih, tidak ada/sedikit sampah berceceran, terawat, sehat Negatif: tidak/kurang bersih, kotor, banyak sampah 8 Keindahan Positif: asri, tidak ada bangunan kumuh, rapi, indah 9 Tradisi/budaya dan perilaku masyarakat setempat 10 Jumlah dan kepadatan penduduk 11 Kelengkapan dan kualitas sarana publik 12 Ruang Terbuka Hijau 13 Kelengkapan dan Kualitas Infrastruktur Negatif: kumuh, tidak rapi, tidak terawat, berantakan. Positif: ramah, tradisi/budaya baik & terjaga, kreatif, masyarakat aktif secara sosial, manusiawi, keragaman etnis, tertib, hubungan antar masyarakat dekat, santun, tidak banyak konflik sosial, masyarakat peduli. Negatif: individualistis, tidak peduli, tidak disiplin, apatis, tidak beradab, pergaulan yang buruk, rentan stress, vandalisme, egois, tidak kreatif, kepedulian kurang Positif: tidak terlalu ramai, ramai, tidak terlalu padat, populasi besar, jumlah penduduk ideal Negatif: jumlah penduduk besar, terlalu banyak penduduk, padat, penuh sesak, overpopulated Positif: fasilitas publik yang nyaman, terawat, dan lengkap, kemudahan mendapatkan barang kebutuhan, serba ada Negatif: fasilitas publik tidak terawat, terbatas, terlalu banyak mall Positif: RTH banyak, banyak pohon & taman Negatif: kurang RTH, kurang penghijauan, kurang taman Positif: Infrastruktur/utilitas baik & lengkap, pengelolaan infrastruktur baik Negatif: penyebaran tidak merata, kualitas infrastruktur & utilitas buruk. B 066 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

Raisa N. Imanda No Kategori Kata Kunci 14. Ekonomi Positif: Kondusif, pusat ekonomi, peluang kerja besar, kesempatan luas, potensi ekonomi besar, biaya hidup murah 15 Pembangunan dan perkembangan kota 16 Kualitas lingkungan Negatif: serba mahal Positif: perkembangan pesat, maju, pembangunan dimana-mana, pusat perkembangan, banyak perluasan jalan, livable, tidak ada daerah kumuh, compact city Negatif:pembangunan lambat, urbanisasi tinggi, pembangunan tidak merata, terlalu banyak pabrik, terlalu banyak gedung-gedung Positif: sejuk, panas, polusi sedikit, hangat, segar, kualitas udara baik, bebas banjir, berkelanjutan Negatif: kualitas udara buruk (polusi), banjir, panas, tidak segar 17 Kondisi alam Positif: masih alami, dikelilingi gunung, di kaki gunung, ada kawasan pegunungan hingga pesisir, kicauan burung, sungai bersih, subur 18 Identitas/Citra kota Negatif: sungai kotor, daerah pesisir terkena rob, penggundulan hutan, daerah berbukit dan banyak tanah labil Positif: Kota modern, kota jasa, eksotis, banyak bangunan bersejarah, sangat hidup, kota fashion, wajah kota baik, kota budaya, memberi pengalaman visual yang baik Negatif: kehilangan identitas kota, identitas kota tidak jelas 19 Skala kota Positif: kota luas, metropolitan, kota besar, No Kategori Kata Kunci tidak gigantis 20 Kebijakan pemerintah terkait penataan kota Negatif: - Positif: community based development, penataan kota baik, berbasis green infrastructure, banyak terobosan, mempertimbangkan perubahan iklim, ramah lingkungan, sesuai RTRW, ada aturan tentang kepemilikan mobil pribadi Negatif: tata kota berantakan, terlalu mixeduse, belum tergali potensi kotanya, kurang terintegrasi dengan kebijakan pemerintah Hasil analisis distribusi untuk kelebihan dan kekurangan kota tempat tinggal dapat dilihat pada Gambar 1. Dapat dilihat bahwa faktor yang paling dominan dalam responden melakukan penilaian baik dan buruk terhadap kota tempat tinggalnya adalah Ketersediaan &Kualitas Sarana Transportasi dengan jumlah total 79 (20%), Kualitas Lingkungan dengan jumlah total 48 (12%), dan Kelengkapan dan Kualitas Sarana Publik dengan total 46 (11%). Sementara faktor yang paling tidak dominan adalah Sistem Informasi Terpadu dan Kemudahan Hidup melalui Teknologi IT yang masing-masing hanya berjumlah 2 (<1%). Hasil analisis distribusi mengenai kelebihan dan kekurangan kota tempat tinggal menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi penilaian responden terhadap kota tempat tinggal adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan dan kualitas sarana transportasi 2. Kualitas lingkungan 3. Kelengkapan dan kualitas sarana publik 4. Tradisi/budaya dan perilaku masyarakat setempat 5. Ruang Terbuka Hijau Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 B 067

Kriteria Kota Ideal Berdasarkan Persepsi Masyarakat -80-60 -40-20 0 20 40 60-61 -21-22 -15-4 -7-6 -6 0 0-10 -10-8 -3-2 -7-6 -2 0-6 2 2 4 3 3 2 5 6 8 9 7 5 7 12 15 19 18 17 26 36 Kemudahan akses/strategis Ketersediaan & Kualitas Sarana Transportasi Sistem Informasi Terpadu Kemudahan hidup melalui teknologi IT Kenyamanan Keamanan Kebersihan Keindahan Tradisi/Budaya dan Perilaku Masyarakat Setempat Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kelengkapan dan Kualitas Sarana Publik Ruang Terbuka Hijau Kelengkapan dan Kualitas Infrastruktur Kota Ekonomi Pembangunan dan Perkembangan Kota Kualitas Lingkungan Kondisi Alam Identitas/Citra Kota Skala Kota Kebijakan Pemerintah terkait Penataan Kota Gambar 1. Analisis Distribusi Kelebihan dan Kekurangan Kota Tempat Tinggal Hasil ini menunjukkan bahwa penilaian kelebihan dan kekurangan kota tempat tinggal pada responden banyak menyinggung tentang sarana prasarana yang digunakan oleh responden atau berdampak langsung pada kehidupan sehari-harinya. Ketersediaan dan kualitas sarana transportasi yang dilihat dari tingkat kemacetan, kualitas jalan raya, integrasi jaringan transportasi, dan transportasi umum menjadi hambatan yang cukup dirasakan oleh responden yang setiap harinya berpergian dari satu tempat ke tempat lain. Disisi lain, keberadaan sarana publik seperti sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana hiburan menjadi pertim-bangan yang penting dalam penilaian kualitas kota tempat tinggal responden. Hal lain yang juga banyak disinggung responden adalah mengenai kualitas lingkungan, yang sebagian besar dilihat dari kualitas udara (polusi) dan kualitas iklim mikro (sejuk atau panas). Selain persepsi mengenai kelebihan dan kekurangan kota tempat tinggal responden, lebih lanjut lagi dilihat pandangan mengenai kota yang ideal. Hasil analisis distribusi mengenai pendapat responden mengenai kota ideal dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa faktor yang dinilai berperan dalam pembentukan kota ideal adalah Ketersediaan & Kualitas Sarana Transportasi dengan jumlah 38 (15%), Kelengkapan & Kualitas Sarana Publik dengan jumlah 28 (11%), dan Kenyamanan dengan jumlah 26 (10%). Kemudahan akses/strategis Ketersediaan & Kualitas Sarana Sistem Informasi Terpadu Kemudahan hidup melalui teknologi IT Kenyamanan Keamanan Kebersihan Keindahan Tradisi/Budaya dan Perilaku Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kelengkapan dan Kualitas Sarana Ruang Terbuka Hijau Kelengkapan dan Kualitas Ekonomi Pembangunan dan Perkembangan Kualitas Lingkungan Kondisi Alam Identitas/Citra Kota Skala Kota Kebijakan Pemerintah terkait Gambar 2. Analisis Distribusi Pandangan tentang Kota Ideal 1 1 2 4 4 6 6 6 7 7 9 17 17 20 21 20 19 26 28 38 B 068 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015

Hasil analisis distribusi mengenai pandangan responden tentang kota ideal menunjukkan bahwa 5 (lima) faktor utama yang berpengaruh dalam menjadikan sebuah kota ideal adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan dan kualitas sarana transportasi 2. Kelengkapan dan kualitas sarana publik 3. Kenyamanan 4. Tradisi/budaya dan perilaku masyarakat setempat 5. Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Hasil ini menunjukkan bahwa secara umum pandangan responden mengenai kota yang ideal secara tidak langsung berangkat dari penilaian responden tentang kelebihan dan kekurangan tempat tinggal mereka. Secara umum, responden menyatakan bahwa Ketersediaan dan Kualitas Sarana Transportasi dan Kelengkapan dan Kualitas Sarana Publik menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas sebuah kota. Termasuk di dalamnya ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berupa taman kota maupun ketersediaan pohon-pohon yang rindang di perkotaan. Tradisi/budaya dan perilaku masyarakat setempat juga ditemukan menjadi faktor penentu bagi responden dalam menilai kualitas sebuah kota. Hasil ini dapat dikatakan sejalan dengan faktorfaktor yang menjadi penilaian kualitas kota yang telah dilakukan baik di dunia internasional maupaun di Indonesia. Ketersediaan dan kualitas sarana publik menjadi salah satu faktor penilaian kualitas kota seperti yang dilakukan oleh Economic Intelegence Unit, Monacle, dan IAP. Sedangkan ketersediaan dan kualitas sarana transportasi menjadi pertimbangan dari Economic Intelegence Unit, Mercer, dan IAP. Disisi lain faktor keamanan berdasarkan persepsi responden kurang menjadi isu penting dalam menilai kualitas kota, namun demikian faktor keamanan menjadi salah satu faktor penilaian yang dilakukan pada Economic Intelegence Unit, Mercer, Monacle, maupun IAP. Kondisi ekonomi juga merupakan salah satu faktor penilaian yang dipertimbangkan oleh Monacle dan IAP, namun Raisa N. Imanda berdasarkan hasil studi tidak menjadi faktor yang penting bagi responden dalam menilai kualitas suatu kota. Kesimpulan Faktor ketersediaan dan kualitas sarana transportasi, dan kelengkapan dan kualitas sarana publik menjadi dua faktor yang paling dominan dalam responden melakukan penilaian terhadap kelebihan dan kekurangan kota tempat tinggalnya dan menjadi dasar penilaian responden terhadap kualitas kota yang ideal. Temuan ini sejalan dengan faktor penilaian kualitas kota yang telah dilakukan oleh berbagai sumber seperti Economic Intelegence Unit, Monacle, Mercer, dan Ikatan Ahli Perencanaan. Penilaian suatu kota erat kaitannya dengan pengalaman responden mengenai kualitas kota tempat tinggalnya, dalam hal ini kekurangan dan kelebihan kota tempat tinggal. Oleh karena itu, faktor yang mempengaruhi kualitas suatu kota akan berbeda antara negara maju dan negara yang masih berkembang. Studi ini dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian lanjutan dalam mengidentifikasi lebih jauh lagi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan perkotaan di Indonesia secara lebih spesifik, sehingga dapat memberikan masukan mengenai bagaimana bentuk kebijakan penataan kota-kota di Indonesia agar dapat lebih implementatif dan tepat sasaran. Daftar Pustaka Creswell, J. W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc. Groat, L., & Wang, D. (2002). Architectural Research Methods. New York: John wiley and Sons. Inc. Hardiansyah, E. C., & M., D. M. (2011, Juli-Agustus). Most Livable City Pendekatan Baru dalam Mengukur Index Tingkat Kenyamanan Kota. BulletinTata Ruang.Retrievedfromhttp://penataanruang.pu.go.id/ bulletin/index.asp?mod=_fullart&idart=312 Mercer. (2015). Location Hardship Ratings and Quality-of-Living Allowances. Retrieved October 3, 2015,fromMercer: https://www.imercer.com/content/hardship.aspx Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9. (2009). Pedoman Penyerahan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Perumahan dan Permukiman di Daerah. Kementrian Dalam Negeri. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 B 069

Kriteria Kota Ideal Berdasarkan Persepsi Masyarakat The Economist. (2014). A Summary of the Liveability Rangking and Overview. London: The Economist Intelligence Unit Limited. Titel Media. (2014, August 22). Monocle s 2014 Quality of Life Survey Lists the Top 25 Most Liveable Cities. Retrieved October 3, 2015, from http://www.highsnobiety.com/: http://www.highsnobiety.com/2014/08/22/monocles -2014-quality-of-life-survey-lists-the-top-25-mostliveable-cities/ B 070 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015