PEMISAHAN DAN KARAKTERISASI EMAS DARI BATUAN ALAM DENGAN METODE NATRIUM BISULFIT

dokumen-dokumen yang mirip
PEMISAHAN EMAS DARI BATUAN ALAM DENGAN METODE REDUKTOR RAMAH LINGKUNGAN

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

PENGARUH KONSENTRASI AMONIA DALAM PROSES PEMBENTUKAN KOMPLEKS Au(NH 3 ) 2

Prosiding Tugas Akhir Semester Genap 2010/2011. Ciputra Frida Pratama*, Suprapto, Ph.D 1

DETOKSIFIKASI SIANIDA PADA TAILING TAMBANG EMAS DENGAN NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN HIDROGEN PEROKSIDA (H 2 O 2 )

*Alamat korespondensi, Tel : , Fax : ABSTRAK ABSTRACT

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 14 April 2014

PEMISAHAN EMAS PADA PC MAINBOARD KOMPUTER: PENGARUH RASIO SAMPEL : HNO 3 DAN JENIS PRESIPITAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

The Separation Study of Poboya Ore Gold (Central Sulawesi) with Flotation and Sink Tehniques with TBE (Tetrabromoethane) as a Media

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PENGARUH KONSENTRASI SIANIDA TERHADAP PRODUKSI EMAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel dan Tempat Penenlitian. Sampel yang diambil berupa tanaman MHR dan lokasi pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

EKSTRAKSI ALUMINA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN PELARUT ASAM KLORIDA

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

SINTESIS GARAM TIMAH KLORIDA (SnCl 2 ) BERBAHAN DASAR LIMBAH ELEKTRONIK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober

KURVA KALIBRASI. LARUTAN STANDAR Cu 10 ppm. ANALISIS KONSENTRASI LOGAM PENGGANGGU Cu DENGAN ICP-OES LOGO

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Riset (Research Laboratory),

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

PENGGUNAAN KARBON AKTIF SEBAGAI PENYERAP ION SIANIDA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

PELEBURAN LANGSUNG KONSENTRAT EMAS SEBAGAI ALTERNATIF MERKURI AMALGAMASI DI TAMBANG EMAS SKALA KECIL

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

Analisis Kation Golongan III

Penarikan sampel (cuplikan) Mengubah konstituen yang diinginkan ke bentuk yang dapat diukur Pengukuran konstituen yang diinginkan Penghitungan dan

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

BAB III METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 19: Cara uji klorida (Cl - ) dengan metode argentometri (mohr)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS. A.1. Pengujian Daya Serap Air (Water Absorption Index) (Ganjyal et al., 2006; Shimelis el al., 2006)

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

BAB III METODE PENELITIAN

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT

Penentuan Kesadahan Dalam Air

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

BAB I PENDAHULUAN I.1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI ADSORPSI ION Au (III) DENGAN MENGGUNAKAN ASAM HUMAT

PEMISAHAN EMAS PADA RAM (RANDOM ACCESS MEMORY) KOMPUTER: PENGARUH VARIASI RASIO JUMLAH SAMPEL : VOLUME PELARUT HNO 3 DAN JENIS PRESIPITAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB 3 METODE PENELITIAN

2 Ditinjau dari caranya, kimia analitik digolongkan menjadi : Analisis klasik Analisis klasik berdasarkan pada reaksi kimia dengan stoikiometri yang t

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

Air dan air limbah Bagian 13: Cara uji kalsium (Ca) dengan metode titrimetri

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

3 METODOLOGI PENELITIAN

Kelompok I. Anggota: Dian Agustin ( ) Diantini ( ) Ika Nurul Sannah ( ) M Weddy Saputra ( )

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

Eksplorium ISSN Volume 32 No. 2, November 2011:

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

EKSTRAKSI SILIKA DALAM LUMPUR LAPINDO MENGGUNAKAN METODE KONTINYU ABSTRAK ABSTRACT

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

Study Proses Reduksi Mineral Tembaga Menggunakan Gelombang Mikro dengan Variasi Daya dan Waktu Radiasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

Transkripsi:

PEMISAHAN DAN KARAKTERISASI EMAS DARI BATUAN ALAM DENGAN METODE NATRIUM BISULFIT Dwi Mei Susiyadi 1, I Wayan Dasna 1 dan Endang Budiasih 1 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Email: phenolptalin_chemist@yahoo.com ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk memisahkan emas pada batuan alam menggunakan metode natrium bisulfit yang ramah lingkungan. Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu, penetapan kondisi optimum metode natrium bisulfit menggunakan larutan standar emas dan penerapan metode natrium bisulfit pada batuan alam yang berada di salah satu wilayah Jawa Timur. Karakterisasi emas yang dihasilkan dianalisis dengan XRF dan EDX. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi minimum larutan emas yang dapat dipisahkan dengan metode natrium bisulfit adalah 400 ppm. Metode natrium bisulfit dapat memisahkan emas dari batuan alam Jawa Timur dan menghasilkan rendemen sebesar 1,020 % serta memiliki kemurnian sebesar 88,12%. Kata kunci: emas, batuan alam, natrium bisulfit. ABSTRACT: The research purpose to separate gold from stone found at East Java with sodium bisulfite method.the research involve of two steps: determination of optimum condition of sodium bisulfite method using gold standard solution, application of sodium bisulfite method to separate gold from natural stone. Characterization of gold that separated using XRF and EDX. The result shows that minimum concentration gold standard solution which can be separated with sodium bisulfite method is 400 ppm. Sodium bisulfite method can separate gold from natural stone East Java and produce 1,020 % yield, the gold have 88,12% purity. Key words: natural stones, gold, sodium bisulfite PENDAHULUAN Emas ditemukan di bumi dalam bentuk logam yang terdapat di dalam retakanretakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral. Kelimpahan relatif emas didalam kerak bumi diperkirakan sebesar 0,004 g/ton, termasuk sekitar 0,001 g/ton terdapat didalam perairan laut. Emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari batuan bijih emas. Metode isolasi emas yang saat ini banyak digunakan untuk eksploitasi emas skala industri adalah metode sianida dan metode amalgamasi (Steele dkk, 2000). Metode sianida memiliki keunggulan antara lain proses ekstraksi yang sederhana dan memiliki kemurnian emas 80% (Supriyadijaja, 2009). Metode sianida juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain proses berjalan sangat lambat dan menggunakan natrium sianida yang sangat beracun. Sianida merupakan racun pembunuh yang paling ampuh untuk semua jenis makhluk hidup. Sianida bisa larut dalam air, sedimen dan biota laut, akibatnya terjadi kontaminasi pada biota laut, sehingga dikhawatirkan keanekaragaman hayati mengalami kepunahan (Mukaddis, 2008). Penelitian Lutvi 1

(2009) menyatakan bahwa kegiatan pengolahan emas dengan metode amalgamasi dan proses sianidasi memberikan dampak negatif terhadap kualitas air dan sedimen disekitar lokasi pengolahannya. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk menciptakan metode pemisahan emas alternatif yang ramah lingkungan.. Penelitian tentang pemisahan emas menggunakan pelarut air raja pada waste printed circuit board (WPCB) telah dilakukan Park (2008) yang memiliki persen massa emas 93 %. Penelitian tentang natrium bisulfit juga dilakukan oleh Pitoi dkk (2008) yang menyatakan bahwa natrium bisulfit dapat menurunkan sianida bebas yang berasal dari proses pengolahan emas menggunakan proses sianidasi. Penambahan natrium bisulfit dengan katalis Cu pada limbah proses sianidasi dapat menurunkan kadar sianida bebas pada limbah tersebut. Kegunaan natrium bisulfit yang lain adalah sebagai metode alternatif pemisahan emas dengan sampel batuan alam. Prinsip metode ini adalah pengendapan. Natrium bisulfit diperoleh dari pelarutan natrium metabisulfit dengan air. Bijih emas dilarutkan dengan air raja sehingga dihasilkan senyawa kompleks tetrakloroaurat (III). Cara mendapatkan emas murni dari larutan emas yaitu dengan cara mereduksi larutan emas tersebut dengan natrium bisulfit. Pemilihan natrium bisulfit disebabkan harganya yang terjangkau. Alasan yang paling penting menggunakan natrium bisulfit yaitu tidak adanya zat berbahaya yang dihasilkan saat mereduksi emas dari senyawa kompleks tetrakloroaurat (III). Batuan yang berasal dari salah satu wilayah di Jawa Timur (selanjutnya disebut batuan alam Jawa Timur) diindikasikan mengandung emas. Studi awal melalui uji XRF menunjukkan persentase emas dalam batuan alam Jawa Timur sebesar 6,12%. Kandungan emas dalam sampel batuan alam Jawa Timur relatif lebih besar dibandingkan unsur-unsur lain seperti tembaga, besi dan silika. Kalsium memiliki kandungan yang paling besar yaitu 88 %, Silika 1,2%, belerang 0,06 % besi 1,41 % sisanya yaitu Mn, In, Eu dan Cu. Metode natrium bisulfit dicoba untuk memisahkan emas pada batuan alam Jawa Timur tersebut. METODOLOGI Penelitian merupakan penelitian eksperimen. Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu 1) penetapan kondisi optimum metode natrium bisulfit pada larutan standar emas, 2) penerapan metode natrium bisulfit pada batuan alam Jawa Timur. Karakterisasi emas yang dihasilkan dianalisis dengan XRF dan EDX. 1. Penetapan Kondisi Optimum Metode Natrium Bisulfit pada Larutan Standar Emas Penetapan kondisi optimum metode natrium bisulfit menggunakan larutan standar emas meliputi pembuatan larutan standar emas menggunakan emas murni, uji konsentrasi minimum metode natrium bisulfit dan pemisahan emas pada larutan standar menggunakan metode sianida dan metode natrium bisulfit 2

a. Pembuatan Larutan Standar Emas Menggunakan Emas Murni Sebanyak 1,04 gram emas murni (99%) ditambah dengan 80 ml larutan air raja dan diaduk menggunakan pengaduk magnet hingga homogen. Konsentrasi larutan setelah penambahan air raja yaitu 13000 ppm b. Uji Konsentrasi Minimum Larutan Standar Emas yang Masih Bisa Mengendapkan Emas dengan Metode Natrium Bisulfit Larutan standar emas 13000 ppm diencerkan pada konsentrasi berturut-turut 1000 ppm, 900 ppm, 800 ppm, 700 ppm hingga 100 ppm. Masing-masing konsentrasi ditambah 5 ml larutan natrium bisulfit 1M dan dibuat grafik pengamatan untuk konsentrasi minimal larutan standar emas yang masih bisa mengendapkan emas pada saat penambahan larutan natrium bisulfit. c. Pemisahan Emas dari Larutan Standar Emas dengan Metode Sianida Larutan standar emas diambil 5 ml dan ditambah larutan NaOH 2 M sampai ph 11. Setelah itu ditambah dengan larutan NaCN 1% 15 ml, ditutup dengan aluminium foil dan diaduk dengan pengaduk magnet selama 24 jam. Hasil dari pengadukan tersebut ditambah 0,5 gram seng foil. Seng foil diambil dengan cara didekantasi dan dibakar dengan alat pembakar. Emas yang terbentuk dicuci dengan asam nitrat kemudian dikeringkan dan ditimbang dengan timbangan analitik. Setelah ditimbang, dianilisis dengan EDX. d. Pemisahan Emas dari Larutan Standar Emas dengan Metode Natrium Bisulfit Sebanyak 5 ml larutan standar emas ditambah dengan 5 ml larutan NaHSO 3 1 M. Endapan yang terbentuk diambil dengan cara didekantasi dan dilakukan pencucian dua kali menggunakan aquades dan larutan HCl 32%. Hasil dari pencucian endapan dipanaskan sampai filtrat menguap, lalu ditimbang endapan kering yang tersisa. Diulangi langkah sebelumnya sampai tahap penimbangan Setelah itu dibakar dengan suhu 1100 C. Emas yang terbentuk ditimbang dan dianalisis dengan EDX. 2. Penerapan Metode Natrium Bisulfit pada Batuan Alam Jawa Timur Sebanyak 6,0081 gram dihaluskan dengan mortar hingga 75 mesh. Hasil penghalusan batuan alam dibakar pada suhu 1000 C. Pasir hasil pembakaran ditambah dengan 10 ml larutan HCl 32% dan diaduk selama 2 jam dengan pengaduk magnet. Hasil dari pengadukan disaring dengan kertas saring. Residu pada proses penyaringan ditambahkan 20 ml air raja dan diaduk selama 3 jam dengan pengaduk magnet kemudian didekantasi. Filtrat diuji kualitatif dengan SnCl 2 untuk memastikan ada emas yang terkandung dalam filtrat. Filtrat ditambah 5 ml larutan NaHSO 3 1 M. Endapan yang terbentuk dicuci dua kali menggunakan HCl 32% dan aquades kemudian diuapkan. Endapan ditimbang dan dibakar dengan alat pembakar. emas yang terbentuk ditimbang dengan neraca analitik. Kemudian dianalisis dengan EDX. 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Konsentrasi Minimum Larutan Standar Emas yang Masih Bisa Mengendapkan Emas dengan Metode Natrium Bisulfit Uji konsentrasi minimal larutan standar emas dengan metode natrium bisulfit dapat dilihat pada Gambar 1 Gambar 1 Uji Konsentrasi Minimal Larutan Standar Emas yang Masih Bisa Mengendapkan Emas dengan Metode Natrium Bisulfit 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Tidak ada endapan Ada endapan (ppm) Uji konsentrasi minimal larutan standar bertujuan untuk mengetahui kondisi konsentrasi minimum pada larutan standar emas yang dapat mengendapkan emas pada metode natrium bisulfit. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada konsentrasi 100 ppm sampai 300 ppm natrium bisulfit tidak dapat mengendapkan larutan standar emas sedangkan pada konsentrasi 400 ppm sampai 1000 ppm natrium bisulfit dapat mengendapkan larutan standar emas. Konsentrasi minimal larutan emas yang dapat dipisahkan dengan metode natrium bisulfit adalah 400 ppm. Kondisi optimum metode natrium bisulfit yaitu pada konsentrasi larutan emas di atas 400 ppm dan tidak bisa digunakan untuk pemisahan emas bila konsentrasinya di bawah 400 ppm. 2. Pemisahan Emas dari Larutan Standar Emas dengan Metode Sianida dan Metode Natrium Bisulfit Pemisahan emas dari larutan standar emas dengan metode sianida dan metode natrium bisulfit bertujuan untuk membandingkan keefektifan kedua metode dalam pemisahan emas dari larutan standar emas. Tahapan penelitian dan pengamatan pemisahan emas dari larutan standar emas dengan metode sianida dan metode natrium bisulfit dapat dilihat pada Tabel 4.1. 4

Tabel 1 Tahapan Penelitian dan Pengamatan Pemisahan Emas dari Larutan Standar Emas dengan Metode Sianida dan natrium Bisulfit Tahapan Penelitian 1. Metode Sianidasi a) 5mL larutan standar emas ditambah NaOH 2 M sampai ph 11. b) Ditambahkan natrium sianida 1% 15 ml dan diaduk 24 jam c) Ditambahkan 0,5 gram seng foil dan didekantasi d) Seng foil dibakar. e) Emas yang terbentuk dicuci dengan HNO 3 2 M. f) Ditimbang emas yang terbentuk. *2. Metode Natrium Bisulfit a) 5 ml larutan standar emas ditambah 5 ml NaHSO 3 1 M. (dilakukan secara duplo) b) Endapan dicuci dengan HCl 32% dan diuapkan c) Endapan dicuci dengan aquades dan diuapkan d) Ditimbang endapan kering e) Endapan kering dibakar dengan alat pembakar f) Emas yang terbentuk ditimbang Pengamatan a) Terbentuk larutan tidak berwarna. b) Terbentuk larutan tidak berwarna. c) Seng foil menjadi hitam d) Terbentuk butiran emas e) Pengotor larut dalam HNO 3 f) Massa yang diperoleh 0,0334 g a) Terbentuk endapan hitam. b) Endapan menjadi coklat muda. c) Endapan oranye tua d) Massa endapan kering 0,0589 g (1), 0,0569 g (2), rata-rata 0,0579 g e) Terbentuk butiran emas f) Massa emas 0,0534 gram *Prosedur 2(a-d) dilakukan secara duplo Emas yang diperoleh dari metode sianida sebesar 0,0334 g, yang berasal dari 5 ml hasil pelarutan emas murni seberat 1,04 g dengan 80 ml air raja. Rendemen emas dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: Rendemen emas =,, X 100%=51,38% Hasil emas yang diperoleh dari metode natrium bisulfit sebesar 0,0534 g, yang berasal dari 5 ml hasil pelarutan emas murni seberat 1,04 g dengan 80 ml air raja. Rendemen emas dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: Rendemen emas =,, X 100%=82,15% Hasil karakterisasi dengan EDX secara kualitatif menghasilkan kurva hubungan antara konsentrasi komponen dengan energi dari emas hasil pemisahan. Spektrum energi hasil pemisahan emas pada larutan standar emas menggunakan metode natrium bisulfit dan metode sianida dapat dilihat berturut-turut pada Gambar 2 dan 3 5

Gambar 2 Spektrum Energi Hasil Pemisahan Emas pada Larutan Standar Emas Metode Natrium Bisulfit Gambar 3 Spektrum Energi Hasil Pemisahan Emas dari Larutan Standar Emas dengan Metode Sianida Berdasarkan kurva tersebut, diketahui jenis unsur-unsur yang terkandung emas hasil pemisahan pada larutan standar menggunakan metode sianida dan natrium bisulfit. Unsur-unsur yang terkandung dalam emas dengan metode sianida adalah Au, Ag dan C, sedangkan Unsur-unsur yang terkandung dalam emas dengan metode natrium bisulfit adalah Au, C, O, Cl. Secara kuantitatif hasil karakterisasi melalui EDX terhadap pemisahan emas menggunakan larutan standar emas, menghasilkan persen massa unsur emas 78% pada metode sianidasi dan 83% pada metode natrium bisulfit. Dalam penelitian ini yang digunakan hanya data persen massa (%Wt). Perbandingan unsur-unsur pemisahan emas dengan metode sianida dan metode natrium bisulfit dapat dilihat pada Tabel 2. 6

Tabel 2. Perbandingan unsur-unsur pemisahan emas dengan metode sianida dan metode natrium bisulfit dapat dilihat pada Au Ag C Unsur Wt(%) 78.36 16.63 05.00 Metode sianida At(%) 41.07 15.92 43.01 Au Cl C O Unsur Metode Natrium Bisulfit Wt(%) 83.21 00.89 09.70 06.20 At(%) 25.72 01.52 49.17 23.58 Berdasarkan analisis EDX, metode natrium bisulfit menghasilkan emas dengan kemurnian 83%, lebih tinggi dari kemurnian emas yang dihasilkan metode sianida, yaitu 78%. Keefektifan metode natrium bisulfit dan metode sianida dapat dilihat pada rendemen dan kemurnian emas yang dihasilkan dari larutan standar emas. Metode natrium bisulfit lebih efektif dibandingkan metode sianida karena memiliki rendemen dan kemurnian yang lebih tinggi daripada metode sianida. 3. Penerapan Metode Pengendapan Emas Menggunakan Natrium Bisulfit Pada Batuan Alam Jawa Timur Tahapan penelitian dan pengamatan penerapan metode natrium bisulfit pada sampel batuan alam Jawa Timur disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Tahapan Penelitian dan Pengamatan Penerapan Metode Natrium Bisulfit pada Batuan Alam Jawa Timur Tahapan Penelitian 1. Batu Jawa Timur 6,0081 g a) Dihaluskan dengan mortar b) Dibakar pada suhu 1000 C c) Ditambah 10 ml larutan HCl 32% dan diaduk selama 2 jam d) Didekantasi e) Residu hasil dekantasi ditambah 20 ml air raja dan diaduk selama 3 jam lalu didekantasi f) Ditambah 5 ml NaHSO 3 1 M dan dibiarkan sampai terendap sempurna lalu didekantasi g) Endapan dicuci dengan HCl 32% kemudian diuapkan dan dicuci ulang dengan aquades kemudian diuapkan h) Endapan kering ditimbang i) Endapan kering dibakar dengan alat pembakar j) Emas yang terbentuk ditimbang Pengamatan a) Batuan menjadi serbuk. b) Serbuk merah kecoklatan c) Terbentuk filtrat dan residu d) Filtrat berwarna oranye dan endapan berwarna coklat kemerahan e) Terbentuk residu dan filtrat. Filtrat dan endapan berwarna kuning Massa residu sebesar 5,2 g f) Terbentuk endapan hitam dan filtrat tidak berwarna. g) Endapan berwarna coklat muda h) Massa endapan 0,0655 g i) Terbentuk butiran emas j) Massa emas 0,0613 g 7

Analisis pendahuluan dengan XRF batuan alam yang diperoleh dari suatu wilayah di Jawa Timur memiliki kandungan emas sebesar 6,10%. Kandungan unsur- Tabel unsur dalam batuan alam Jawa Timur pada analisis XRF bisa dilihat pada 4. Tabel 4 Kandungan Unsur-unsur dalam Batuan Alam Jawa Timur pada Analisiss XRF Compound Conc unit (%) Compound Conc unit (%) Au 6.10 Eu 0.3 Si S In Ca 1.2 0.06 1.7 88.288 Ti Fe Cu Mn 0.065 1.41 0.42 0.82 Kandungan unsur yang paling dominan adalah Ca yaitu 88,28 % dan masih ada unsur-unsur lain seperti Fe, S, Cu yang dapat menggaggu ketika dilakukan ekstraksi dengan air raja. Air raja dapat melarutkan semua senyawa yang terdapat dalam pasir tersebut termasuk emas. Kandungan yang ada di pasir bukan dalam bentuk unsur melainkan dalam bentuk senyawa.senyawa yang terkandung dalam batuan tersebut adalah senyawa sulfida, oleh karena itu perlu dilakukan pemekatan atau penghilangan kandungan senyawa yang dominan untuk meningkatkan kandungan emasnya (Wijayanti, 2012). Berdasarkan analisis XRF, Konsentrasi emas pada batuan alam Jawa Timur dapat dihitung dengan cara: Massa Au dalam batuan = %Au dalam batuan x massa batuan = 6,10% x 6,0081 g = 0,36 g = 360 mg Konsentrasi Au dalam batuan = Metode natrium bisulfit dapat memisahkan emas pada konsentrasi minimum sebesar 400 ppm sehingga emas dalam batuan alam Jawa Timur dapat dipisahkan dengan metode natrium bisulfit. Batuan alam Jawa Timur yang dilarutkan dengan air raja menghasilkan senyawa kompleks tetrakloroaurat (III). Natrium bisulfit berfungsi untuk mereduksi emas dari senyawa kompleks tetrakloroaurat (III) seperti pada persamaan reaksi berikut: 3NaHSO 3 (aq) + 2HAuCl 4 (aq) + 3H 2 O (l) 3NaHSO 4 (aq) + 8 HCl (aq) + 2Au (s) (Alicia, 2012) Massa emas yang diperoleh dari batuan alam Jawa Timur sebesar 0,0613 gram. Rendemen emas dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: = =18000 0 ppm, Rendemen emas = 8

Rendemen yang diperoleh 1,020 % mengalami penurunan dari persen massa awal yang dianalisis menggunakan XRF, yaitu 6,12%. Penurunan ini disebabkan luas permukaan batuan yang telah dihaluskan kurang luas, hanya 75 mesh, sehingga proses ekstraksi dengan air raja tidak optimal. Selain itu proses pembakaran pada krusibel menyebabkan emas banyak yang menempel pada krusibel tersebut. Proses pemekatan yang tidak optimal juga menyebabkan sedikitnya rendemen emas yang diperoleh. Berdasarkan analisis EDX, kemurnian emas hasil pemisahan pada batuan alam Jawa Timur adalah 88,12%. Perbandingan Unsur-unsur metode natrium bisulfit pada batuan alam Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Perbandingan Unsur-unsur Metode Natrium Bisulfit pada Batuan Alam Jawa Timur Au Ca Cl O Unsur Metode Natrium Bisulfit Wt(%) 88.12 04.84 01.30 05.74 At(%) 46.42 12.54 03.81 37.23 Kemurnian emas tidak jauh berbeda dengan kemurnian emas pada pemisahan larutan standar karena konsentrasi emas pada batuan alam tinggi, yaitu sebesar 18000 ppm. Konsentrasi 18000 ppm melebihi konsentrasi minimum pada metode natrium bisulfit, yaitu sebesar 400 ppm. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Metode natrium bisulfit lebih efektif dibandingkan dengan metode sianida. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai massa emas yang diperoleh, rendemen emas yang dihasilkan dan kemurnian emas pada metode natrium bisulfit lebih tinggi daripada metode sianida.rendemen emas yang diperoleh dari metode natrium bisulfit sebesar 82,15% sedangkan pada metode sianida menghasilkan rendemen sebesar 51,38%. Emas yang diperoleh pada metode natrium bisulfit memiliki kemurnian sebesar 83,21% lebih tinggi daripada metode sianida yang memiliki kemurnian 78,36%. Metode natrium bisulfit dapat digunakan pada konsentrasi larutan emas lebih dari 400 ppm. 2. Rendemen yang diperoleh dari pemisahan emas batuan Alam Jawa Timur dengan metode natrium bisulfit sebesar 1,020 %. 9

Saran Luas permukaan batuan yang telah dihaluskan seharusnya berukuran 200mesh atau lebih untuk memaksimalkan pelarutan emas ketika penambahan air raja. Proses pembakaran harus dilakukan pada wadah yang tahan pada suhu tinggi untuk memaksimalkan emas yang didapat pada proses pembakaran. Proses pemekatan dilakukan lebih dari sekali supaya senyawa-senyawa lain, selain emas dapat dihilangkan. Metode natrium bisulfit dapat digunakan pada konsentrasi larutan emas lebih dari 400 ppm. DAFTAR PUSTAKA Alicia. 2012. What is exactly chemical process and why gold drops. Gold Refining Forum (online), (http://goldrefiningforum.com).diakses 10 Juni 2013. Deschenes. G. 1998. Leaching of Gold from Chalcopyrite Concentrate by Thiourea. Hydrometalurgy, 20: 180 202. Housecroft, C. E & Sharpe, A. G. 2005. Inorganic Chemistry 2 nd ed. England: Ashford Colour Press Ltd., Gosport. Lutvi M. & Damayanti R. 2009. Karakterisasi Merkuri dalam Sedimen dan Air Pada Pengolahan Tailing Amalgamasi di Kegiatan Pertambangan Emas Rakyat Secara Sianidasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral: Prosiding Pertambangan. Kasongo, K. 2008. Enhanced Leaching of Gold and Silver from A Zinc Refinery Residue in Cyanide Media: Effect of Alkaline Pre-treatment of Jarosite Minerals. South Africa: Tshwan University Of Technology. Kurnia, A. 2011. Peningkatan Kualitas Bijih Emas Kadar Rendah dengan Metode Hidrometallurgi. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November. Park, Y. J & Fray, D. J. 2008. Recovery of High Purity Precious Metals from Printed Circuit Boards. Journal of Hazardous Materials. 164: 1152-1158. Pitoy, M. M., Wuntu, A. D., & Koleangan, H. S. J. 2008. Detoksifikasi Sianida pa Tailing Tambang Emas dengan Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) dan Hidrogen Peroksida (H 2 O 2 ). Manado: UNSRAT Manado Rusli, A. M. 2009. Pengembangan Metode Ekstraksi Emas terhadap Batuan Berkadar Emas Rendah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Simanjuntak, FN. 2010. Penentuan Kandungan Bijih Emas dari Batuan Penambangan Masyarakat Desa Beuteung-Aceh dengan Metode Sianidasi dan Pemurnian secara Elaktrolisis. Medan: Universitas Sumatra Utara. Steele, I. M., L. J., Gaspar, J. C., McMahon, G., Marquez, M. A. & Vasconcellos, M. A. Z. 2000. Comparative Analysis of Sulfides for Gold using SXRF and SIMS. The Canadian Mineralogist, 38: 1 10. Supriyadijaja, A & Widodo. 2009. Studi Penggunaan H 2 O 2 pada Pelarutan Bijih Emas Sukabumi Selatan dengan Larutan Sianida. Sukabumi selatan: LIPI. Svehla, G. 1979. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : PT Kalman Media Pusaka. Ucar. G. 2009. Kinetics of spahlerite dissolution by sodium chlorate in hydrochloric acid. Hydrometallurgy, 96: 39-43. 10

Wijayanti, F. A. 2012. Peningkatan Kandungan Emas Dari batuan Mineral Melalui Penghilangan Unsur-unsur Mayor. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang. Zipperian, D. dan Raghavan. 1998. Gold and Silver Extraction by Ammoniacal Thiosulfate Leaching from Rhyolite Ore. Hydrometallurgy, 20: 203 300. 11