ASPEK SEXUALITAS DALAM KEPERAWATAN. Andan Firmansyah, S.Kep., Ns.

dokumen-dokumen yang mirip
SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

- SELAMAT MENGERJAKAN -

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat

BAB II TINJAUAN TEORITIS Konsep Pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

Lampiran I. Permohonan Menjadi Responden. Dengan Hormat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

HUBUNGAN LAMA PERAWATAN PASIEN DENGAN MOTIVASI KEBUTUHAN SEKSUAL LAKI-LAKI USIA TAHUN DI RUMAH SAKIT UMUM ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

Keseimbangan Seks & Seksualitas,KDK/KDM- Sal

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Atas partisipasi dan kesediaan saudara/i sekalian untuk menjadi responden, peneliti mengucapkan terimakasih.

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa merupakan individu yang. bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 2004).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

Perilaku Seksual Mahasiswa Perguruan Tinggi X di Kabupaten Bangkalan-Madura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

Opini Edisi 5 : Tentang Seksualitas: Masyarakat Sering Menggunakan Standar Ganda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB V HASIL PENELITIAN

Gender. Aspek Seksualitas. Seks biologis. Kesehatan seksual ASPEK SEKSUALITAS DALAM KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hal ini dapat

Transkripsi:

ASPEK SEXUALITAS DALAM KEPERAWATAN Andan Firmansyah, S.Kep., Ns.

ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi hanya dikaitkan dengan masalah hubungan antar lawan jenis.

APA ITU SEX? BEDAKAH SEX DENGAN SEKSUALITAS?

DEFINISI Seksualitas dan sex merupakan hal yang berbeda sex --- kata sex lebih menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan perempuan atau suatu hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual genital). Seksualitas --- memiliki arti yang lebih luas yakni bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.

Klien tidak terlepas dari aspek seksualitasnya ketika mereka berada dalam sistem pelayanan kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan dengan pendekatan holistik, semua aspek saling berinteraksi. Aspek seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek biologi, psikologi, sosiologi, kultural dan spiritual. Perawat harus mempunyai dasar pengetahuan, ketrampilan dalam pengkajian dan komunikasi serta sikap yang tepat. Pengaruh penyuluhan keagamaan, peran jender secara kultural, keyakinan tentang orientasi seksual pengaruh sosial dam lingkungan masa lalu dan saat ini mempengaruhi sistem nilai klien maupun perawat.

IDENTITAS SEXUAL Identitas Biologis --- biologis antara pria dan wanita ditentukan pada masa konsepsi. Janin perempuan XX, sedangkan janin laki laki XY (satu dari setiap orang tuanya). Identitas jender --- merupakan perasaan seseorang tentang jenis kelaminnya, rasa menjadi feminin atau maskulin. Perilaku peran jender --- adalah bagaimana seseorang berperan sesuai jendernya --- nilai-nilai yang dianut individu dan lingkungannya/kultural.

ORIENTASI SEXUAL Orientasi seksual adalah keteratarikan emosional, romatik, seksual, atau rasa sayang yang bertahan lama terhadap orang lain. Sebagian besar orang termasuk heteroseksual yang memiliki ketertarikan hanya dengan lawan jenis Homoseksual merupakan orang yang mengalami ketertarikan emosional, romantik, seksual, atau rasa sayang pada sejenis Kaum homoseksual disebut gay (bila laki-laki) atau lesbian (perempuan). biseksual merasa nyaman melakukan hubungan seksual dengan kedua jenis kelamin

VARIASI EXPRESI SEKSUAL Transeksual adalah orang yang identitas seksual atau jender nya berlawanan dengan sex biologisnya. Transvetit biasanya adalah pria heteroseksual secara periodik berpakaian seperti wanita untuk pemuasan pikologis dan seksual. Interseks : orang yang memiliki organ seksual ganda (ambiguous) pada saat lahir --- hermaprodit Transeksual preoperatif adalah seseorang yang mengalami konflik antara jender dengan anatominya Transeksual postoperatif adalah orang yang telah menjalani operasi untuk mengubah jendernya

PERILAKU SEKSUAL perilaku seksual merupakan perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku Berfantasi : merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. Pegangan Tangan : Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain. Cium Kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir. Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir Meraba : Merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang seksual, seperti leher, breast, paha, alat kelamin dan lain-lain.

Berpelukan : Aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah aerogen/sensitif) Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) : perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual. Oral Seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara memaukan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis. Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin). Intercourse (senggama) : merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.

KESEHATAN SEKSUAL Kesehatan seksual didefinisikan sebagai pengintegrasian aspek somatik, emosional, intelektual, dan sosial dari kehidupan seksual, dengan cara yang positif yang memperkaya dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta (WHO, 1975). Definisi ini mencakup dimensi biologi, psikologi dan sosiokultural.

KARAKTERISTIK KESEHATAN SEKSUAL Kemampuan mengekspresikan potensi seksual, dengan meniadakan kekerasan, eksploitasi dan penyalahgunaan seksual. Gambaran tubuh positif, ditunjukkan dengan kepuasan diri terhadap penampilan pribadi Kongruen antara seks biologis, identitas jender, dan perilaku peran jender Kemampuan membuat keputusan pribadi (otonomi) mengenai kehidupan seksual yang dijalani dalam konteks personal dan etik sosial

Kemampuan mengekspresikan seksualitas melalui komunikasi, sentuhan, emosional dan cinta Kemampuan menerina pelayanan kesehatan seksual untuk mencegah dan mengatasi semua masalah, dan gangguan seksual Menerima tanggung jawab yang berkaitan dengan peran jendernya Menghargai sistem yang berlaku Mampu membina hubungan bertanggung jawab dengan orang lain

FREUD DALAM TEORI PSYCHOSEXUALNYA MEMBAGI PERKEMBANGAN SEKSUAL SESEORANG DALAM BEBERAPA TAHAP, YAITU: Oral stage (0-1 tahun) Anal stage (1-3 tahun) Phallic or Oediphal stage (3-6 tahun) Latency stage (6-11 tahun) Puberty (Genital Stage) Adolescence

TAHAP PERKEMBANGAN SEKSUAL BUKU FUNDAMENTAL OF NURSING (POTTER & PERRY. 2005) Bayi (0 12 bulan ) Penentuan jender laki-laki atau perempuan Pembedaan diri sendiri dengan orang lain secara bertahap Genital eksternal sensitif terhadap sentuhan Bayi laki-laki mengalami ereksi penis; bayi perempuan mangalami lubrikasi vagina Bayi laki-laki mengalami ereksi nokturnal spontan Stimulasi taktil (sentuhan, menyusu, memeluk, membuai) --- senang & nyaman berinteraksi dengan manusia

TODLER (1-3 TAHUN ) Identitas jender berkembang secara kontinyu (terus menerus) Mampu mengidentifikasi jender diri sendiri Mulai menirukan tindakan orang tua yang berjenis kelamin sama,misal berinteraksi dengan boneka, pakaian yang dipakai

Pra sekolah (4-5 tahun ) Kesadaran terhadap diri sendiri meningkat Mengeksplorasi anggota tubuh sendiri dan teman bermain Mempelajari nama anggota tubuh dengan benar Belajar mengendalikan perasaan dan tingkah laku Menyukai orang tua yang berbeda jenis Mempertanyakan mengenai bagaimana seorang bayi bisa ada

USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN Mempunyai identifikasi yang kuat dengan orang tua yang berjenis kelamin sama (misalnya anak perempuan ) dengan ibu) Senang berteman dengan sesama jenis Kesadaran diri meningkat Mempelajari konsep dan peran jender Mulai menyukai hal yang bersifat pribadi, modis Sekitar usia 8-9 tahun mulai memikirkan tentang perilaku seksual, menstruasi, reproduksi, seksualitas

Remaja (12-18 tahun ) Karakteristik seks mulai berkembang Mulai terjadi menarke Mengembangkan hubungan yang menyenangkan Dapat terjadi aktivitas seksual, misalnya masturbasi Mengidentifikasi orientasi seksual (homoseks / heteroseks) Mencari perawatan kesehatan tanpa ditemani orang tua

DEWASA AWAL (18-40 TAHUN ) Terjadi aktivitas seksual Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut telah kuat Beberapa pasangan berbagi tugas : keuangan, pekerjaan rumah tangga Mengalami ancaman terhadap body image akibat penuaan

Dewasa tengah (40-65 tahun ) Penurunan produksi hormon Wanita mengalami menopause (umumnya usia 40-55 tahun) Laki-laki mengalami klimakterik secara bertahap Mulai memperkokoh stándar moral dan etik

DEWASA AKHIR (65 TAHUN KEATAS ) Aktivitas seksual lebih berkurang Sekresi vagina berkurang, payudara mengalami atrofi Laki-laki menghasilkan sperma lebih sedikit dan memerlukan waktu lebih lama untuk dapat ereksi dan ejakulasi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEKSUALITAS Budaya berpakaian, tata cara pernikahan, perilaku yang diharapkan sesuai norma. Peran laki-laki dan perempuan mungkin juga akan dipengaruhi budaya Nilai-nilai religi (keagamaan) Aturan atau batasan yang boleh dan tidak boleh dilakukan terkait seksualitas. Misalnya larangan aborsi, hubungan seks tanpa nikah Status kesehatan Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.

BEBERAPA MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN SEKSUALITAS Penganiayaan seksual --- mencakup tindak kekerasan pada wanita, pelecehan seksual, perkosaan, pedofilia, inses, pornografi anak --- efek traumatik --- masalah fisik dan psikologis --- disfungsi seksual. Contoh : Ibu yang yang mengalami penganiayaan selama masa kehamilan cenderung melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah. Anak-anak yang mengalami penganiayaan dapat berisiko terhadap masalah kesehatan, emosional, kinerja di sekolah dan dapat terjadi peningkatan keagresifan dan menjadi orang dewasa yang suka melakukan tindak kekerasan. --- dukungan perlu diberikan kepada korban dan keluarga. Pelaku penganiayaan harus dilaporkan kepada yang berwenang

Aborsi --- dilakukan oleh wanita yang telah menikah maupun oleh wanita yang berhubungan seks sebelum nikah. --- kontroversi baik yang pro maupun kontra. --- Klien mungkin dapat mangalami rasa bersalah dan berduka Penyakit menular seksual (PMS) --- individu terlibat dalam melakukan hubungan seksual --- PMS ditularkan dari individu yang terinfeksi kepada pasangannya selama kontak seksual yang intim. --- Tempat penularannya biasanya genital, tetapi mungkin juga tertular melalui oral-genital atau anal-genital. Penyakit Gonorrea, Klamidia, Sífilis --- disebabkan oleh bakteri Penyakit Herpes genital dan HIV/AIDS --- oleh virus Malu mengungkapkan --- Ketrampilan komunikasi

Dengan demikian perhatian utama perawat terhadap klien adalah apakah perilaku, sikap, perasaan, sikap seksual spesifik itu normal. Klien yang dirawat juga harus diberi privasi ketika dikunjungi oleh pasangan seksualnya. Privasi ini memungkinkan waktu pembicaraan intim, menyentuh, atau berciuman. Ketika orientasi atau nilai seksual perawat berbeda dengan klien maka sesuatu yang aneh atau salah menurut perawat mungkin tampak normal dan dapat diterima oleh klien, maka disinilah timbul bias seksual. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi bias seksual agar tidak mengganggu proses perawatan antara lain: promosi tentang eduaksi seks dan pemeriksaan nilai dan keyakinan seksual dengan jujur. Pemberian informasi mengenai efek penyakit pada seksualitas secara jujur dan akurat.

SEKIAN..