Tri Hapsari, Euis Nurhayati, Sansri Diah

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu dianggap berasal dari endoderm. Pertumbuhan dan. perkembangan normal bergantung kepada rangsang endokrin dan

TUGAS MADIRI BLADDER TRAINING

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

STRIKTURA URETRA Batasan Gejala dan Tanda Terapi / Tindakan

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Hiperplasia prostat atau BPH (Benign Prostate Hiperplasia) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kelenjar prostat dikenal dengan Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiforis, biasanya

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar/jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal. dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. bermain toddler (1-2,5 tahun), pra-sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11

BAB I PENDAHULUAN. urin (Brockop dan Marrie, 1999 dalam Jevuska, 2006). Kateterisasi urin ini

BAB I PENDAHULUAN orang dan sekitar kasus SCI terjadi karena kasus. kecelakaan bermotor. Sekitar kasus baru muncul setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006). Kateterisasi urin ini dilakukan dengan cara memasukkan selang plastik

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah untuk

Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

TIDAK DAPAT DIUBAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ACUTE CORONARY SYNDROME

TINGKAT NYERI PEMASANGAN KATETER MENGGUNAKAN JELI OLES DAN JELI YANG DIMASUKKAN URETHRA

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

BAB I PENDAHULUAN. daerah kepala (Suriadi & Rita Yulaini, 2001). Salah satu faktor penyebab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

Efektivitas Bladder Training Terhadap Retensi Urin Pada Pasien Post Operasi BPH

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan terjadinya proliferasi sel stroma prostat yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyebab BPH ini masih belum diketahui, penelitian sampai tingkat biologi molekuler belum dapat mengungkapkan dengan jelas terjadinya BPH.

HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN DI RUANG RAWAT INAP PENYAKIT DALAM RSUDZA BANDA ACEH TAHUN 2012

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI IRNA B (BEDAH UMUM) RSUP DR M DJAMIL PADANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS.

Nopia, Mahyudin, Yasir Haskas Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

disebabkan internal atau eksternal trauma, penyakit atau cedera. 1 tergantung bagian neurogenik yang terkena. Spincter urinarius mungkin terpengaruhi,

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

INFOKES, VOL. 3 NO. 1 Februari 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

LAPORAN KASUS PENGELOLAAN NYERI PADA Tn. W DENGAN POST OP BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA DI RUANG MELATI RSUD AMBARAWA

HUBUNGAN STATUS GIZI PRE OPERATIF DENGAN PENYEMBUHAN LUKA OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dimana kanker tersebut tumbuh dan tipe dari sel kanker tersebut.

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak-anak. Infeksi mikroba. intrinsik untuk memerangi faktor virulensi mikroorganisme.

SILABUS MATA KULIAH A. IDENTITAS MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PASIEN FRAKTUR TENTANG TEHNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2014

(Informed Consent) yang berjudul Pengaruh Bladder Training Terhadap Pola Berkemih Pada Pasien Post

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk

PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERHADAP KEMAMPUAN IBU POST SECTION CAESAREAN DALAM MERAWAT BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. 50% kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan. selamat akan mengalami disabilitas permanen (Widiyanto, 2007).

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

INTISARI HUBUNGAN PERAN SERTA KELUARGA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERAWATAN PASCA HOSPITALISASI DI DESA GEDANGAN GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

PW212 KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1 (Praktikum)

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PULANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak

BAB I PENDAHULUAN. asli ke perifer dan menjadi kaspul bedah (Rahardjo, 1995). Benigna Prostat

BAB 1 PENDAHULUAN. Rheumatoid arthritis adalah penyakit kronis, yang berarti dapat

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Morgan, 2003). Bakteriuria asimtomatik di definisikan sebagai kultur

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

Anita Widiastuti Poltekkes Semarang Prodi Keperawatan Magelang

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PERAWAT DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

EDUKASI KLIEN BPH POST TURP DI RUMAH

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto Prosedur Penelitian dan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TUBERCULOSIS PARU DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM KONSUMSI OBAT. Nasrul Hadi Purwanto

BAB I PENDAHULUAN. ketika kulit terpapar suhu atau ph, zat kimia, gesekan, trauma tekanan dan radiasi.

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

Transkripsi:

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN PENDERITA STRIKTUR URETRA TENTANG PENCEGAHAN KEJADIAN ULANG STRIKTUR URETRA DI RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH SAKIT Dr HASAN SADIKIN BANDUNG Tri Hapsari, Euis Nurhayati, Sansri Diah ABSTRAK Striktur uretra merupakan penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan kontraksi. Penyebab striktur uretra umumnya adalah karena cedera, cedera akibat peregangan dan cedera yang berhubungan dengan kecelakaan mobil, uretritis gonorhea yang tidak ditangani dan abnormalitas kongenital. ( Smeltzer C. Suzanne, 22 : 48 ; Purnomo, Basuki,23). Striktur uretra yang dibiarkan secara terus menerus sangat beresiko terjadinya batu pada buli -buli. Hal ini disebabkan pengendapan urine yang terus menerus sehingga terjadi pengkristalan dan lama kelamaan terbentuklah batu. Batu yang terjadi pada buli-buli juga dapat memperberat derajat penyempitan uretra itu sendiri. (Ignatavicius,Bayne,99).Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah Businasi (dilatasi) dengan busi logam dilakukan secara hati hati, hal ini bisa digunakan sebagai antisipasi untuk mencegah terjadinya striktur uretra maupun terjadinya kambuh kembali striktur uretra ( Hidayat, De Yong, 25). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien penderita striktur uretra tentang pencegahan kejadian ulang striktur urethra di Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung. Metoda penelitian deskriptif dengan teknik pengambilan data secara survey terhadap pasien yang menderita striktur uretra di ruang perawatan bedah Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Hasil penelitian secara keseluruhan tentang pengetahuan dan perilaku responden tentang pencegahan kejadian ulang striktur uretra seperti yang tertera pada tabel 4.2 adalah bahwa responden (9, %) memiliki pengetahuan yang kurang dan hanya responden (8,4%) memiliki pengetahuan yang sedang dan tidak ada respondenpun yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pencegahan kejadian ulang striktur uretra Kata Kunci : Pengetahuan, Striktur Uretra A. PENDAHULUAN Striktur uretra merupakan penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut dan kontraksi. Penyebab striktur uretra umumnya adalah karena cedera uretral (akibat insersi peralatan bedah selama operasi trans - uretral, kateter indwelling atau prosedur sistoskopi), cedera akibat peregangan dan cedera yang berhubungan dengan kecelakaan mobil, uretritis gonorhea yang tidak ditangani dan abnormalitas kongenital ( Smeltzer C. Suzanne, 22 : 48 ; Purnomo, Basuki,,23). Gejala yang terjadi pada striktur uretra adalah kekuatan pancaran dan jumlah urine berkurang sehingga gejala infeksi dan retensi urinariuspun terjadi. Striktur menyebabkan aliran balik dan mencetuskan timbulnya sistitis, prostatitis dan pielonefritis. Elemen penting dalam pencegahannya adalah mengenai infeksi uretra dengan tepat. (Purnomo, Basuki, B,23:53). Dampak dari striktur yang paling sering dirasakan oleh klien adalah rasa nyeri yang hebat pada daerah supra pubik. Hal ini dikarenakan retensi urine, dimana terjadinya penumpukan urine pada buli-buli yang melebihi kapasitas. Selain itu pengeluaran urine menjadi terganggu yang dipengaruhi Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani

oleh derajat penyempitan uretra. Semakin berat derajat penyempitan uretra maka semakin sulit urine untuk keluar, bahkan sampai tidak keluar sama sekali. (Purnomo,Basuki.B,23:54 ) Striktur uretra yang dibiarkan secara terus menerus sangat beresiko terjadinya batu pada buli - buli. Hal ini disebabkan pengendapan urine yang terus menerus sehingga terjadi pengkristalan dan lama kelamaan terbentuklah batu. Batu yang terjadi pada buli-buli juga dapat memperberat derajat penyempitan uretra itu sendiri. Dampak dari striktur bagi organ tubuh yang lebih berat lagi adalah terjadinya gagal ginjal dikarenakan aliran balik urine ke ginjal (Ignatavicius,Bayne,99). Data yang diperoleh dari Rekam Medik Ruang C Lantai II Bedah Umum Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung mengenai distribusi pasien yang mengalami gangguan sistem perkemihan mulai bulan September 2 sampai Pebruari 27 adalah sebanyak 55 orang, sedangkan yang menderita striktur uretra adalah sebanyak 24 orang atau sekitar 5,5 %, dan hal ini merupakan nomor dua terbanyak dari seluruh penderita gangguan sistem perkemihan. Sedangkan data pasien yang mengalami striktur uretra dua bulan terakhir, yaitu bulan Mei 27 sampai Juni 27 adalah sebanyak orang dan 4 orang diantaranya atau sekitar 3 %, adalah pasien yang pernah mengalami striktur uretra sebelumnya. Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah Businasi (dilatasi) dengan busi logam dilakukan secara hati hati, hal ini bisa digunakan sebagai antisipasi untuk mencegah terjadinya striktur uretra maupun terjadinya kambuh kembali striktur uretra ( Hidayat, De Yong, 25). Untuk mencegah terjadinya kekambuhan, pasien penderita striktur uretra perlu mengetahui tindakan -tindakan yang harus dilakukannya, untuk itu perawat perlu memberikan penjelasan tentang perawatan terhadap penyakit yang diderita pasien serta upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Hal ini didasari oleh pernyataan bahwa Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang ( Overt Behavior ). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang positif akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan positif ( Notoatmojo, 23). B. METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Konsep Pengetahuan sembuh Penderita striktur Pulang dr perawatan Kambuh Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 2

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan membuat suatu gambaran obyektif untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi semua pasien yang menderita striktur uretra. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dirawat di Ruang Perawatan Bedah Laki-laki (Ruang C Lantai II) RS Dr. Hasan Sadikin Bandung yang dirawat di Ruang C Lantai II Bedah Umum RS Dr. Hasan Sadikin Bandung periode bulan September sampai dengan November 27. Besar sampel yang digunakan berdasarkan rumus adalah orang. Mengingat hasil studi pendahuluan terhadap jumlah kasus yang ada selama bulan yaitu 24 orang, maka besarnya sampel yang digunakan sebanyak orang. Proses pengumpulan data dengan cara survey menggunakan Kuosioner kepada sampel terpilih. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Responden Karakteristik Pasien Striktur Uretra berdasarkan tingkat usia, Pendidikan, Pekerjaan dan penyebaba penyakit Tabel Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Tingkat Usia, Pendidikan, Pekerjaan dan penyebab Penyakit Karakteristik. Usia ( Tahun) a. 5-24 b. 25-34 c. 35-44 d. 45-54 e. 55-4 2. Pendidikan a. SD b. SMP c. SMA & PT 3. Pekerjaan a. Pelajar b. Buruh Frekwensi (F) Prosentase (%) 2 5 3.7 4.7 8.3 8.3 25 Total 7 4 58.3 33.3 8.3 Total c. Penggangguran 8,3 83.4 8,3 Total 4. Penyebab Penyakit a. Kecelakaan b. Infeksi 8,7 4 33,3 Total Secara umum bisa penulis sampaikan bahwa berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pasien striktur uretra terbanyak berusia produktif (25-34 tahun) sebanyak 5 Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 3

responden (4,7%), dengan pendidikan terbanyak adalah SD sebanyak 7 responden (58,3%), responden (83,4%) memiliki pekerjaan sebagai buruh dan penyebab penyakit striktur uretra terbanyak 8 responden (,7%) karena kecelakaan pada saluran kencing karena terjatuh. Secara logika wajar bahwa dengan tingkat pendidikan yang rendah (SD) maka pekerjaan yang diperoleh hanyalah sebagai buruh kasar, sehingga seringlah terjadi kecelakaan pada saluran kencing yang bisa berakibat terjadinya striktur uretra, sesuai pendapat Smeltzer C. Suzanne, 22 ; Purnomo, Basuki,,23 yang menyatakan bahwa penyebab striktur uretra diantanya disebabkan karena trauma pada saluran kencing. 2. Pengetahuan Pasien Striktur Uretra a. Distribusi frekuensi pengetahuan responden (Pasien Striktur Uretra) dapat dilihat dibawah ini : Tabel 2 Distribusi Frekwensi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Striktur Uretra. Pengertian Striktur Uretra Jawaban Repsonden 2. Tanda dan Gejala Striktur Uretra 3. Penyebab Striktur Uretra a. Adanya batu pada sal. Kemih b. Infeksi a. Kecelakaan yang mengenai saluran kencing 4. Penanganan Striktur Uretra a. Dilakukan Businage b. Pemasangan slang kateter c. Tindakan Operasi Sachse Frekwensi (F) Prosentase (%) Total Total 8,7 4 33.3 Total 5 5 5 5 5 5 Total Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 4

Jawaban Repsonden 5.Kambuh atau tidaknya Striktur Uretra setelah operasi.perlu tidaknya kontrol berkala setelah operasi 7.Perlu tidaknya kontrol walau tidak ada keluhan 8. Buginase dapat mencegah striktur ureta Frekwensi (F) Prosentase (%) 5 5 Total Total Total 5 5 Total 9. Kontrol dilakukan bila air kencing keluar dng pancaran lemah 5 7 4, 58,4 Total Pengetahuan responden tentang pengertian striktur uretra,seluruh responden (%) mengetahui apa yang dimaksud dengan striktur uretra dan setelah dikonfirmasi ternyata pasien telah mendapat informasi dari dokter yang merawatnya. Responden pun telah mengetahui tanda dan gejala striktur uretra (%), karena pasien merasakan sendiri tanda dan gejalanya sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Purnomo, Basuki (23) yaitu kekuatan pancaran dan jumlah urine berkurang sehingga gejala infeksi dan retensi urinariuspun terjadi. Tetapi responden (%) tidak mengetahui bahwa striktur uretra bisa disebabkan karena adanya batu pada saluran kemih, hal ini sangatlah wajar karena penyebab striktur uretra pada seluruh responden tidak ada yang disebabkan karena batu saluran kemih,tetapi disebabkan karena kecelakaan dan karena infeksi, serta responden belum mendapatkan informasi tentang penyebab striktur uretra, selain penyebab yang diderita oleh responden sendiri. responden (5%) mengetahui tentang infeksi saluran kemih yang bisa menyebabkan striktur, hal ini disebabkan 4 responden diantaranya mengalami striktur uretra karena infeksi sedangkan yang 2 lainnya setelah kecelakaan pada saluran kencingnya kemudian mengalami infeksi sehingga responden mengetahui bahwa infeksi saluran kencing bisa mengakibatkan striktur uretra. Kecelakaan pada saluran kencing dapat menyebabkan striktur uretra,seperti yang disampaikan oleh Smeltzer C. Suzanne (22) ; Purnomo, Basuki (23), pengetahuan ini dimiliki oleh 8 responden (,7%), hal ini karena yang 8 responden ini mengalami striktur uretra karena kecelakaan. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 5

Pada penelitian ini responden (5%) mengetahui penanganan striktur uretra dapat dilakukan dengan businage, hal ini karena mereka memiliki pengalaman pernah dilakukan businage, dan responden (5%) dengan dilakukan pemasangan slang kateter, karena mereka punya pengalaman pernah dilakukan pemasangan slang kateter, dan mereka responen (%) mengetahui dengan dilakukan tindakan operasi sachse dapat menangani striktur uretra. Dan berdasarkan tabel diatas juga diketahui bahwa responden (5%) mengetahui bahwa setelah operasi masih bisa kambuh kembali, hal ini sesuai dengan pendapat bahwa penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus spongiosum (Purnomo, Basuki, B( 23:53), sementara responden (5%) lainnya tidak mengetahui hal ini, responden ini menganggap setelah operasi bisa sembuh total, kemungkinan karena memang belum mendapatkan informasi tentang hal ini. Dan seluruh responden (%) tidak mengetahui bahwa setelah operasi kontrol perlu dilakukan selama hidupnya secara berkala, walaupun tidak ada keluhan. Seperti juga disampaikan oleh Purnomo, Basuki, B (23) bahwa penyembuhan luka pada lumen uretra akan menimbulkan jaringan fibrotik yang bisa menimbulkan penyempitan lumen uretra dan akhirnya bisa menyumbat saluran pengeluaran urine. Hal ini bisa diatasi bila pasien striktur uretra selalu kontrol secara berkala dan setiap kontrol akan dilakukan pemeriksaan uroflometri, untuk mengetahui pancaran urine perdetik, bila terjadi penurunan pancaran urine maka bisa dilaksanakan buginase untuk mendilatasikan lumen uretra yang menyempit karena adanya fibrotik. Penanganan striktur uretra bisa dilakukan dengan tindakan buginase seperti pendapat Purnomo, Basuki, B (23) serta Hidayat, De Yong (25), untuk melakukan dilatasi lumen uretra yang mengalami penyempitan baik karena kecelakaan maupun karena infeksi, tapi hal ini tidak didukung oleh pengetahuan responden yang hanya responden (5%) yang tidak memilki pengetahuan tentang buginase yang dapat mencegah kejadian ulang striktur uretra, pengetahuan sangat penting agar seseorang melakukan tindakan. Tabel 3 Distribusi Frekwensi Pengetahuan dan Perilaku Responden Tentang Pencegahan Kajadian ulang Striktur Uretra Tingkat Pengetahuan&Perilaku Frekwensi (F) Prosentase (%) Kurang Sedang Baik 9. 8.4 Total Dari tabel 3 terlihat bahwa pengetahuan dan perilaku tentang pencegahan ulang striktur uretra responden (9,%) kurang dan responden (8,4%) sedang dan tidak ada satu respondenpun yang baik. Hal ini didasari oleh pernyataan-pernyataan pengetahuan responden Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani

tentang Striktur Rutra pada tabel 2 diatas. Hal ini karena memang pendidikan responden yang mayoritas berpendidikan SD dan pekerjaannya yang mayoritas buruh sehingga wajar bahwa responden mayoritas memiliki pengetahuan yang kurang, hal ini bisa diatasi dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang upaya pencegahan kejadian ulang striktur uretra. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (Overt Behavior). Perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang positif akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan positif ( Notoatmojo, 23). b. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Untuk meningkatkan pengetahuan responden, maka diperlukan adanya peningkatan pengetahuan dengan memberikan pendidikan kesehatan, terutama tentang strikutur uretra. Tetapi berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Ruang Perawatan C Lantai II Bedah Umum, bahwa belum ada Prosedur Tetap tentang Pendidikan Kesehatan pada pasien striktur uretra sebagai upaya pencegahan kejadian ulang striktur uretra dan tentunya juga tidak ada jadwal yang sudah terprogram untuk memberikan pendidikan kesehatan sehingga rencana melakukan observasi tentang pendidikan kesehatan tidak bisa dilaksanakan. Tetapi Hal ini bisa diatasi dengan membuat prosedur tetap tentang pendidikan kesehatan pada pasien striktur uretra dan jadwal yang terprogram untuk memberikan pendidikan kesehatan. D. KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Usia responden (pasien striktur uretra) yang mayoritas pada usia dewasa muda (produktif) yaitu usia 25-34 tahun (4,7%), sehigga apabila terjadi striktur maka akan sangat mengganggu aktifitasnya dalam melaksanakan pekerjaannya maupun aktifitas seksualnya. b. Pendidikan responden 58,3 % adalah SD sehingga pekerjaannyapun 83,4 % adalah buruh dan penyebab terjadinya striktur uretra,7% disebabkan karena kecelakaan pada saluran kencingnya. c. Secara keseluruhan tentang pengetahuan dan perilaku responden tentang pencegahan kejadian ulang striktur uretra seperti yang tertera pada tabel 3 adalah bahwa responden (9, %) memiliki pengetahuan yang kurang dan hanya responden (8,4%) memiliki pengetahuan yang sedang dan tidak ada respondenpun yang memiliki pengetahuan yang baik tentang pencegahan kejadian ulang striktur uretra. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 7

d. Belum adanya prosedur tetap dan jadwal yang terprogram tentang pendidikan kesehatan yang harus diberikan pada pasien striktur uretra sebagai upaya pencegahan kejadian ulang striktur uretra. 2. Saran Dari kesimpulan hasil penelitian di atas, peneliti merekomendasikan saran-saran sebagai berikut: a. Setiap lembaga pelayanan memiliki prosedur tetap pendidikan kesehatan tentang pencegahan kejadian ulang striktur uretra bagi pasien yang mengalami kecelakaan maupun infeksi saluran kemih, serta pasien yang menderita striktur uretra b. Setiap lembaga pelayanan memiliki jadwal yang terprogram tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan tentang pencegahan kejadian ulang striktur uretra c. Melakukan pendokumentasian tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan tentang pencegahan kejadian ulang striktur uretra DAFTAR PUSTAKA Ganong William F, 23, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta Guyton & hall, 997, Buku Ajar Fisiologi, EGC, Jakarta Hidayat S, De Yong W, 25, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta Ignatavicius D D, Bayne M V, 99, Medical-Surgical Nursing, A Nursing Process Approach, Saunders Company, USA Lemone P, Burke K, 24, Medical Surgical Nursing: Clinical Thinking in Client Care, Pearson Education Inc, New Jersey Luckman,Sorensens s,993, Medical-Surgical Nursing A Psychophysiologic Approach, WB Saunders Company, USA Purnomo, 23, Dasar-dasar Urologi, CV Sagung Seto, Jakarta Smeltzer SC, Bare BG, 22, Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah, EGC, Jakarta Sugiyono, 23, Statistik Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A. Yani 8