Gambar 2.1 ladder frame chassis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

Jurnal Teknika Atw 1

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II LANDASAN TEORI

FRAME DAN SAMBUNGAN LAS

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

BAB IV PERMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

ANALISIS KAPASITAS TEKAN PROFIL-C BAJA CANAI DINGIN MENGGUNAKAN SNI 7971:2013 DAN AISI 2002

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

Mekanika Bahan TEGANGAN DAN REGANGAN

SIMULASI BEBAN STATIS PADA RANGKA MOBIL GOKART LISTRIK TMUG 03 DENGAN MENGGUNAKAN SOLIDWORKS 2014

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

STUDI PEMBUATAN BEKISTING DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN, KEKAKUAN DAN KESTABILAN PADA SUATU PROYEK KONSTRUKSI

DEFORMASI BALOK SEDERHANA

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

ANALISA STRUKTUR PORTAL RUANG TIGA LANTAI DENGAN METODE KEKAKUAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS HERY SANUKRI MUNTE

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA

I.1 Latar Belakang I-1

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mesin CNC turning

III. METODE PENELITIAN

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

Tujuan Pembelajaran:

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER

PUNTIRAN. A. pengertian

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

sendi Gambar 5.1. Gambar konstruksi jembatan dalam Mekanika Teknik

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

Pertemuan V,VI III. Gaya Geser dan Momen Lentur

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

STUDI PUSTAKA KINERJA KAYU SEBAGAI ELEMEN STRUKTUR

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

KAJI NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL LENDUTAN BALOK BAJA KARBON ST 60 DENGAN TUMPUAN ENGSEL - ROL

Gambar 2.1 Rangka dengan Dinding Pengisi

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG DENGAN LUBANG PADA BADAN BALOK

Analisis Kekuatan Konstruksi Underframe Pada Prototype Light Rail Transit (LRT)

PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 IMMANIAR F. SINAGA. Ir. Sanci Barus, M.T.

sejauh mungkin dari sumbu netral. Ini berarti bahwa momen inersianya

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

Alternatif Material Hood dan Side Panel Mobil Angkutan Pedesaan Multiguna

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

Gambar 2.1 Bagian-bagian mesin press BTPTP [9]

ANALISA PENAMBAHAN VARIAN CHASSIS FRAME-ASSY FE MITSUBISHI Di PT. GEMALA KEMPA DAYA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

5- STRUKTUR LENTUR (BALOK)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Berikut adalah data data awal dari Upper Hinge Pass yang menjadi dasar dalam

Mesin atau peralatan serta komponenkomponenya pasti menerima beban operasional dan beban lingkungan dalam melakukan fungsinya.

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 205. Kolom. Pertemuan 14, 15

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

SIDANG TUGAS AKHIR: ANALISA STRUKTUR RANGKA SEPEDA FIXIE DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Andra Berlianto ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dosen Pembimbing: 1. Tavio, ST, MS, Ph.D 2. Bambang Piscesa, ST, MT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Analisis Pertemuan Balok-Kolom Struktur Rangka Beton Bertulang Menggunakan Metode Strut And Tie. Nama: Budi Piyung Riyadi NRP :

Studi Defleksi Balok Beton Bertulang Pada Sistem Rangka Dengan Bantuan Perangkat Lunak Berbasis Metode Elemen Hingga

Transkripsi:

4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Frame Chassis Sasis atau frame chassis atau frame assy dibidang otomotif adalah sebuah rangka pada kendaraan yang berfungsi menopang seluruh komponen kendaraan, dan menjadi dasar bagi sebuah kendaraan. Fungsi lain dari sasis adalah mentransfer beban vertikal dan lateral, yang disebabkan oleh beban muatan pada kendaraan yang kemudian diteruskan ke suspensi dan dua sumbu roda. Berdasarkan konstruksi menempelnya bodi pada sasis atau rangka, sasis dibedakan menjadi dua konstruksi kendaraan yaitu: konstruksi composite (terpisah) dan konstruksi monocoque (menyatu). Dan berikut adalah beberapa tipe dari sasis: 2.1.1. Ladder Frame Design Ladder frame atau frame berbentuk tangga adalah model paling sederhana dan paling tua yang masih dan banyak digunakan pada konstruksi kendaraan moderen. Frame tipe ini diadaptasi dari kereta kuda yang dapat mengangkut dan menahan berat dari beban, frame ini terdiri dari dua buah batang rangka inti memanjang sepanjang kendaraan dan dihubungkan dengan bagian yang melintang yaitu crossmember dan reinforcement sebagai penguat. Pada sasis model ini rangka terpisah dengan bodi sehingga antara sasis dan bodi kendaraan dapat dilepas. Karakter sasis ini adalah dapat mereduksi getaran akibat jalan yang tidak rata, karena adanya bantalan yaitu frame tersebut. Dari sisi desain juga lebih sederhana dan bodi kendaraan dapat diubah atau dirvarisi dengan sasis yang sama. Sasis pada kendaraan komersil sebagian besar menggunakan jenis sasis ini, begitu juga sasis FE74 long mitsubishi juga termasuk jenis ladder frame. Crossmember Side member Gambar 2.1 ladder frame chassis Side member pada sasis tipe ladder frame ini sering menggunakan channel dengan bentuk C (Open channel section), karena sangat baik dalam hal kekuatan lentur dan kekakuan (Bending strength & stiffness). Pada area flange adalah area dimana terdistribusinya momen inersia yang terjadi pada kendaraan. Bentuk C pada side member memudahkan akses tersambung atau menyatunya bracket, crossmember dan komponen lain dalam hal desain sasis secara keseluruhan.

5 Gambar 2.2 C Channel side member 2.1.2. Backbone Design Sasis dengan konsep dasar menghubungkan stuktur depan dan belakang kendaraan dengan sebuah rangka inti, rangka ini yang menopang semua beban kendaraan dan lengan yang menonjol sebagai pemegang bodi. Konstruksi rangka model ini memungkinkan titik pusat berat kendaraan dibuat lebih rendah. Gambar 2.3 Backbone design chassis 2.1.3. Space Frame Design Dianggap sebagai salah satu metode terbaik dimana sangat baik dalam segi ketahanan terhadap torsi, menahan beban, dan ketahanan terhadap impact. Desain ini sering diaplikasikan pada kendaraan kompetisi, dan kendaraan sport. Berbentuk seperti halnya jaring dengan pola segitiga untuk mendistribusikan seluruh beban kearah aksial sehingga beban tidak terkonsentrasi pada satu bagian sasis saja. Gambar 2.4 Space frame chassis

6 2.1.4. Monocoque Frame Design Rangka atau konstruksi bodi jenis ini menggunakan prinsip kulit telur dimana bodi dan rangka tersusun menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga semua beban terbagi merata pada semua bagian kulit, pertautan antara bodi dengan rangka menggunakan las. Kendaraan yang menggunakan rangka jenis ini bentuknya dapat menjadi lebih rendah dibanding dengan tipe terpisah, sehingga titik berat kendaraan juga rendah yang menjadikan kendaraan lebih stabil. Gambar 2.5 Monocoque frame design 2.2. Sasis FE 74 Mitsubishi Sasis FE 74 long adalah pengembangan dari sasis FE 74, kendaraan truk yang menggunakan sasis FE 74 adalah jenis kendaraan niaga mitsubishi new colt diesel model FE 74 S dan FE 74 HD 125 PS. Spesifikasi teknis truk FE 74 terdapat pada halaman lampiran. Gambar 2.6 truk mitsubishi FE 74

7 Keterangan: WB OL OW OH Gambar 2.7 Spesifikasi unit FE 74 = Wheel Base, Jarak sumbu roda (mm) = Overall Length, Panjang total (mm) = Overall Width, Lebar total (mm) = Overall Hight, Tinggi total (mm) FR Tr = Lebar jejak depan (mm) RR Tr = Lebar jejak belakang (mm) FOH = Front Overhang, Julur depan (mm) ROHF = Rear Overhang, Julur belakang (mm) 2.3. Metode Analisa Perancangan Produk Analisa kebutuhan mencakup pekerjaan penentuan kebutuhan atau kondisi yang harus dipenuhi dalam suatu produk baru atau perubahan produk. Menurut Morrison, kebutuhan (need) adalah kesenjangan antara apa yang diharapkan dan kondisi yang sebenarnya, sedangkan analisa kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasikan masalah guna menentukan tindakan yang tepat. Quality function deployment (QFD) dikembangkan dengan fokus utama yaitu pemenuhan harapan dan kebutuhan pelanggan yang mengacu pada suara pelanggan, sehingga menjamin produk yang memasuki tahap produksi benar-benar sesuai dengan keinginan pelanggan tidak berlebihan dan tidak kurang dari segi fungsi dan desain. Menurut Cohen (1995), QFD adalah sebuah metode yang dipakai untuk mengembangkan dan merencanakan produk agar tim pengembang dapat menspesifikasi secara rinci kebutuhan dan keinginan pelanggan. Menurut Ermer (1995), QFD adalah sebuah metode perbaikan kualitas yang didasarkan pada pencarian input secara langsung dari konsumen untuk selanjutnya dipikirkan bagaimana cara memenuhi input tersebut. Dengan QFD pelanggan dilibatkan sedini mungkin, karena meskipun produk yang dihasilkan sesempurna mungkin tetapi pelanggan tidak menginginkan atau membutuhkannya maka pelanggan tidak akan puas dengan produk tersebut.

8 Langkah-langkah dalam metode QFD meliputi 4 proses utama, yaitu product planning, design planning, process planning, dan production planning. Fase pertama adalah tahap perencanaan produk (House of Quality) pada fase ini suara pelanggan menjadi acuan dan diterjemahkan menjadi rencana dari karakteristik produk. Fase kedua adalah tahap perencanaan produk (Part Deployment) Persyaratan desain dari output house of quality dibawa ke langkah selanjutnya untuk menentukan rancangan bentuk atau desain sesuai karakteristik. Fase ketiga adalah tahap perancangan proses (Process Deployment) Proses produksi ditentukan sesuai tingkat kualitas yang ditetapkan pada fase sebelumnya. Fase terahir adalah tahap perancangan produksi (Manufacturing / Production Planning) pada fase ini dihasilkan prototype. Analogi yang paling sering digunakan untuk menggambarkan struktur QFD adalah suatu matriks yang berbentuk rumah. Istilah yang sering digunakan yaitu House of Quality yang digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.8 House of Quality QFD adalah matriks yang digunakan untuk menunjukkan hubungan secara langsung antara kebutuhan dan keinginan pelanggan dengan spesifikasi teknis dari produk atau jasa yang dihasilkan. Pada kolom kiri (Customer needs and expectations) adalah data kebutuhan dan harapan pelanggan dari suatu produk, data tersebut merupakan inputan dalam HoQ. Kemudian pada kolom langit-langit (Product Characteristics) adalah susunan karakteristik teknik atau persyaratan teknik seperti apa yang dapat mempengaruhi satu atau lebih persyaratan pelanggan. Pada bagian tengah rumah adalah kolom dimana dibandingkan persyaratan pelanggan dengan persyaratan teknik dan ditentukan hubungan masing-masing. Pada bagian atap adalah matriks hubungan antar persyaratan teknik, dengan tujuan mengetahui persyaratan teknik mana saja yang saling mendukung dan saling bertentangan. terahir pada bagian bawah merupakan daftar prioritas persyaratan proses produksi.

9 2.4. Metode Finite Element Analysis (FEA) Metode FEA digunakan dengan tujuan mengurangi biaya pengujian prototype suatu produk secara eksperimen. Istilah finite element analysis atau metode elemen hingga muncul pada tahun 1960, yang kemudian diakui sebagai cara yang efektif sehingga menjadi bidang pengkajian yang terkemuka dikalangan akademisi. Metode ini tidak hanya diterapkan dalam bidang aliran fluida, perpindahan kalor, medan magnet dan lainnya. Dalam bidang struktur, metode ini telah dikembangkan untuk menyelesaikan persoalan statik, dinamik, linier ataupun non linier. Metode finite element analysis adalah sebuah metode penyelesaian numerik yang menggunakan pendekatan dengan membagi-bagi (diskritasi) benda yang akan dianalisa menjadi bentuk elemen-elemen yang berhingga dan saling berkaitan. Software MSC FEA Package (Patran dan Nastran) adalah program paket yang dapat memodelkan elemen hingga, untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan mekanika, Secara umum metode penyelesaian FEA menggunakan MSC FEA dapat dibagi mejadi tiga langkah: 1. Processing (Pendefinisian masalah), pada langkah ini desainer membuat model 3D data dari struktur atau benda yang akan dianalisa, dapat dibuat disoftware Patran, dapat pula mengimpor data dari software CAD seperti Solid Works sehingga lebih mudah dalam menggambar model yang rumit. Kemudian model tersebut dibagi-bagi menjadi bagian kecil berupa elemen, proses ini disebut juga sebagai proses meshing. Elemen-elemen tadi dihubungkan dengan titik diskritisasi yang disebut node, node tertentu akan ditetapkan sebagai bagian yang kaku (fix displacement) dan node lain didefinisikan sebagai bagian yang terkena pembebanan (load). Pada proses ini juga didefinisikan sifat material yang digunakan seperti berat jenis, modulus elastisitas dan poisson rasio. Semua proses ini dikerjakan pada software Patran. 2. Analysis, Pada tahap ini seluruh data yang telah diinput pada langkah processing sebelumnya akan digunakan sebagai input pada kode elemen hingga untuk membangun dan menyelesaikan menggunakan sistem persamaan aljabar linier atau non linier. 3. Post Processing, adalah langkah akhir dari tahapan penggunaan software MSC FEA, tahap ini menampilkan hasil akhir analisa numerik dengan tampilan data displacement dan stress maksimum. data yang ditampilkan adalah grafis dengan kontur warna yang berdegradasi yang menggambarkan tingkatan tegangan yang terjadi pada model geometri. 2.4.1. Momen dan Gaya Bila jumlah gaya yang bekerja pada suatu partikel sama dengan nol, maka partikel tersebut akan tetap diam (jika mula-mula diam). atau akan bergerak dengan kecepatan tetap F=0 (hukum newton1) Gaya adalah hasil dari beban yang bekerja pada struktur, Gaya dapat dirumuskan sebagai berikut : F = m.a Dimana : F = gaya (Newton) m = massa (Kg) a = percepatan grafitasi (m/s)

10 Gaya aksi-reaksi dapat dicontohkan dengan seseorang yang memegang batang kayu dengan posisi tegak lurus (vertikal) yang beratnya 5kgf, agar tangan dapat menahan kayu maka: tangan memberikan gaya reaksi kearah atas sebesar 5kgf atau sama dengan gaya aksi yang dilakukan kayu ke tangan. Jadi bila suatu benda melakukan aksi gaya terhadap beda lain, maka benda tersebut akan menerima reaksi yang sama besar dengan arah yang berlawanan F aksi = - F reaksi (hukum newton 3) Momen dapat pula dicontohkan dengan analogi saat seseorang memegang kayu dengan posisi horizontal dengan berat yang sama 5kgf, maka akan terasa lebih berat bila dibandingkan dengan posisi tegak lurus. Keadaan tersebut disebabkan karena tangan menahan berat kayu sebesar 5kgf atau F dan momen sebesar F dikalikan jarak titik berat kayu sampai tangan. 2.4.2. Beban Pembebanan yang bekerja pada struktur dibedakan menjadi dua: a. Beban terpusat, yaitu beban yang bekerja pada luasan yang kecil, dan untuk memudahkan perhitungan luasan kecil tadi dianggap sebagai titik, penggambarannya dapat dilihat pada gambar Gambar 2.9 Beban terpusat b. Beban merata, yaitu beban yang bekerja merata pada seluruh luasan permukaan struktur, 2.4.3. Tegangan dan Kekuatan Bahan Gambar 2.10 Beban merata Jika sebuah batang baja dengan jenis material ST37 dijepit pada satu sisi, dan ditarik dengan gaya F, berapa besar gaya F yang menyebabkan batang tersebut putus? material ST37 berarti bahwa kekuatan tarik baja (S / tensile strength) tersebut adalah 37 kgf/mm 2. Jika tegangan yang terjadi pada material lebih besar dari 37 kgf/mm 2, maka batang tersebut akan putus. Tegangan adalah: Gaya per satuan luas penampang. Dimana : σ = tegangan F = gaya (newton) A = luas penampang (mm 2 ) σ = F / A atau F = σ A

11 Jika batang tersebut berbentuk silinder dengan diameter 10mm, maka luas penampang batang tersebut adalah 78.5 mm 2 (π.d 2 /4). Batang akan putus jika σ (tegangan yang terjadi) = S (kekuatan material). Gaya F yang menyebabkan silinder tersebut putus adalah: F = σ. A = S. A = F = 2906 Kgf = 2,9 ton Pada kasus ini tegangan yang terjadi arahnya tegak lurus terhadap penampang, sehingga tegangan tersebut disebut tegangan normal, notasi tegangan normal adalah σ (baca: sigma), tegangan normal yang melebihi kekuatan tarik material mengakibatkan benda akan rusak (patah atau putus). Kemudian pada kasus berikutnya terdapat dua pelat yang disambung dengan paku keling yang terbuat dari material ST37. Pelat tersebut ditarik dengan gaya F searah pelat. Tentukan gaya F yang menyebabkan paku keling patah? Pada paku keling akan timbul tegangan geser τ (baca: tau), besarnya: τ = F/A atau F = τ.a Paku keling akan putus apabila tegangan geser yang terjadi lebih besar dari kekuatan geser material, dimana kekuatan geser material = kekuatan tarik. Dengan persamaan F = τ. A, maka didapat bahwa gaya tarik yang menyebabkan material putus adalah 1453 Kgf atau 1,5 ton. 2.4.4. Defleksi Defleksi terjadi akibat adanya gaya atau beban pada struktur, permukaan atas dari struktur akan mengalami tekanan dan permukaan bawah akan mengalami tegangan tarik, kegagalan yang terjadi adalah ketika struktur mengalami patah pada bagian bawah yang disebabkan tidak mampu menahan tegangan tarik yang terjadi. Defleksi diukur dari titik awal sebelum pembebanan ke posisi setelah terjadi deformasi. pada gambar 2.9 jarak y adalah defleksi batang. Salah satu faktor baik tidaknya suatu struktur adalah nilai defleksi, suatu struktur yang baik tidak hanya mampu menahan beban yang diterima, namun juga mampu mengatasi terjadinya defleksi sampai batas tertentu. Gambar 2.9 Defleksi yang terjadi pada struktur

12