Faktor Perilaku yang Berhubungan dengan Kontaminan Bakteri Staphylococcus aureus pada Makanan Siap Saji

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

ABSTRACT. Keywords: Food Handler s Hygiene Sanitation Practice, Escherichia coli RINGKASAN

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kontaminasi Mikroorganisme pada Jamu Gendong Di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

Tingkat Pengetahuan Dan Praktik Penjamah Makanan Tentang Hygiene Dan Sanitasi Makanan Pada Warung Makan Di Tembalang Kota Semarang Tahun 2008

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

Ririh Citra Kumalasari 1. Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip *)Penulis korespondensi:

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

PERILAKU HIGIENE SANITASI PENJAMAH MAKANAN PADA KATERING RUMAH TANGGA DI LEUWIDAHU KOTA TASIKMALAYA. *Nunun Khoerun Nisa

ABSTRAK DUKUNGAN SEKOLAH BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DI KANTIN SEKOLAH DASAR KECAMATAN GIANYAR

HIGIENE PEKERJA DALAM PENENGANAN PANGAN

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMA KASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE PERORANGAN, FREKUENSI KONSUMSI DAN SUMBER MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

STUDI IDENTIFIKASI KEBERADAAN Escherichia coli PADA AIR CUCIAN DAN MAKANAN KETOPRAK DI KAWASAN KAMPUS UNDIP TEMBALANG

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

terlebih dahulu isi daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan, kemudian beri tanda ( ) pada jawaban yang

sikap food Selain itu

Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN DAN SIKAP PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

SIKAP MURID DAN PENJUAL MAKANAN JAJANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI KELURAHAN RONGTENGAH KECAMATAN SAMPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Unnes Journal of Public Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

ABSTRAK. Kiky Fitria, Pembimbing I : dr. Fanny Rahardja,M.Si. Pembimbing II : dr. Dani, M.Kes.

ANALISA SANITASI DAN HIGIENE PENYAJIAN MAKANAN DI KANTIN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

CARA PRODUKSI PANGAN Jejaring Promosi Keamanan Pangan dalam Sistem Keamanan Pangan Terpadu Nasional SIAP SAJI YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

10/13/2015 HIGIENE KARYAWAN DALAM PENGOLAHAN MAKANAN

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

Jurnal of Health Education

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (food borne diseases) dan kejadiankejadian

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

Lembar Observasi. Hygiene dan Sanitasi Pedagang Minuman Teh Susu Telur (TST) yang Dijual di Kecamatan Medan Area di Kota Medan Tahun 2012

Lembar Kuesioner Hygiene Sanitasi Pada Pedagang Siomay di Jl. Dr. Mansyur. Padang Bulan Di Kota Medan Tahun Nama : No.

ABSTRAK. Kata kunci : Tingkat pengetahuan sanitasi makanan, pemilihan tempat makan.

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

The Condition of Food Handler s Higiene and Canteen Sanitation in Senior High School 15 Surabaya

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA TERHADAP PHBS DAN PENYAKIT DEMAM TIFOID DI SMP X KOTA CIMAHI TAHUN 2011.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) untuk Industri Rumah Tangga

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

1,2,3 Dosen Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

HIGIENE SANITASI DI TEMPAT KERJA PERTEMUAN KE-6

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

LAMPIRAN. Keadaan Kantin di FIP UPI Bumi Siliwangi

BAB I PENDAHULUAN. empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi. pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus memenuhi kebutuhan zat gizi, makanan juga harus aman dari

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE KANTIN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENJAMAH MAKANAN PT. X DI KARANGANYAR

Sandi Fauzi Abdilah 1) Anto Purwanto M. Kes 2) Nur Lina S.KM., M.Kes 3)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN, TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR

Transkripsi:

168 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 Faktor Perilaku yang Berhubungan dengan Kontaminan Bakteri Staphylococcus aureus pada Makanan Siap Saji Behavior Factors Associated with Contamination of Staphylococcus aureus Bacteria in Fast Food Siti Thomas Zulaikhah 1 dan Elly Karlina 2 ABSTRACT Background: Food is an important environmental element in improving the optimal health status. Several foodborne-disease transmissions have been reported to have been associated with poor personal hygiene of people handling foodstuff including diarrhea, gastroenteritis, and food poisoning. This study aims at analysing the risk factor related to attitude associated with Staphylococcus aureus bacterial contaminants in food handler including knowledge, attitude and practices regarding contamination. Design and Method: A cross-sectional study included 22 ready served food seller in Telogosari Kulon, Pedurungan, Semarang. Result: The study showed there are no contamination in 14 (63.6%) samples of bacteria and 8 (36.4%) samples contain Staphylococcus aureus bacterial contaminants. There was a significant differences in knowledge, attitude and practice of the food handler with bacterial contamination. Further, we found significant correlation knowledge, attitude and practices of the food handler regarding contamination. Conclusion: Counseling, emphasis on food safety training for food seller, and supervision by visiting or laboratory tests on samples regularly are needed to ensure that food safety practices are followed, (Sains Medika, 1 (2) : 168-175). Keywords: behavior, food handler, Staphylococcus aureus. ABSTRAK Pendahuluan: Makanan adalah unsur lingkungan yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan secara optimal. Sebaliknya makanan dapat pula menjadi sumber penularan penyakit atau penyebab terjadinya keracunan makanan, jika makanan tersebut tidak dikelola secara hygiene. Penyakit yang sering terjadi berkaitan dengan penyediaan makanan yang tidak hygiene adalah diare, gastroenteritis, dan keracunanan makanan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor perilaku yang berhubungan dengan kontaminan bakteri Staphylococcus aureus pada penjamah makanan yang meliputi pengetahuan, sikap dan praktik dengan kontaminan bakteri Staphylococcus aureus. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 22 penjual makanan siap saji (nasi bungkus) di Telogosari Kulon, Pedurungan, Semarang. Hasil Penelitian: Sebanyak 14 (63,6%) sampel tidak terjadi kontaminasi Staphylococcus aureus dan 8 (36,4%) sampel kontaminan bakteri Staphylococcus aureus. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan praktik penjamah makanan dengan kontaminan bakteri Staphylococcus aureus. Kesimpulan: Upaya agar makanan siap saji menjadi aman dan terhindar dari kontaminan mikroba dapat dilaksanakan melalui penyuluhan dan peningkatan motivasi kepada penjual makanan, pengawasan dengan melakukan kunjungan atau pemeriksaan sampel di laboratorium secara berkala, (Sains Medika, 1 (2) : 168-175). Kata Kunci : perilaku, penjamah makanan, Staphylococcus aureus. 1 2 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Staf Balai Laboratorium Kesehatan Semarang, (thomasanalis17@yahoo.co.id)

Faktor Perilaku yang Berhubungan dengan Kontaminan Bakteri Staphylococcus aureus 169 PENDAHULUAN Makanan adalah unsur lingkungan yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan secara optimal dalam rangka pemenuhan sumber daya manusia yang berkualitas. Agar tersedia makanan sehat maka upaya higiene sanitasi makanan harus berdasarkan pada 6 (enam) prinsip upaya higiene sanitasi yang meliputi: 1) pengamanan bahan makanan, 2) penyimpanan bahan makanan, 3) pengolahan makanan, 4) pengangkutan makanan, 5) penyimpanan makanan, dan 6) penyajian makanan (Anwar, 1990). Makanan yang aman adalah makanan yang hygiene yaitu terhindar dari cemaran yang berasal dari faktor-faktor lingkungan seperti bangunan tempat pengolahan makanan, alat yang dipakai, hygiene perorangan penjamah makanan, dan air yang digunakan. Ada keterkaitan antara air, sanitasi, peralatan, lalat, hewan lain, hygiene perorangan dengan makanan yang mengakibatkan penularan penyakit (Sulistiyani,2002). Penyakit dapat ditularkan dari makanan ke manusia melalui tangan yang tidak bersih, kotoran yang menempel di badan maupun pakaian, dan percikan ludah. Penjamah makanan atau orang yang menangani makanan dengan personal hygiene yang rendah dan kebiasaan sanitasi yang tidak baik, lebih sering mengkontaminasi makanan dengan organisme enterik. Selama ini, kasus keracunan yang sering terjadi adalah akibat seseorang menelan makanan yang telah dicemari racun yang dikeluarkan oleh bakteri Staphylococcus (Hartono,1991). Makanan siap saji (nasi bungkus) yang di jual di warung-warung non permanen (tenda maupun gerobak) merupakan golongan makanan yang berisiko terkontaminasi kuman karena disajikan dalan keadaan tidak panas, sehingga sangat memungkinkan terkontaminasi mikroba. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada 4 sampel makanan siap saji (nasi bungkus) didapatkan 1 sampel (25%) terkontaminasi Staphylococcus aureus. Sumber Staphylococcus aureus adalah carrier atau orang pembawa Staphylococcus aureus dalam tubuhnya yang biasanya menderita luka atau lesi. Staphylococcus mengkontaminasi makanan dengan cara kontak langsung, misalnya kontak langsung melalui tangan atau kulit dan pakaian atau melalui sapu tangan. Dari survey yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa 43-97% pegawai yang bekerja pada berbagai

170 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 industri pengolahan makanan merupakan pembawa Staphylococcus, Coliform, dan Enterococci (Azwar, 1990). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktik tentang sanitasi makanan dengan kontaminan bakteri Staphylococcus aureus pada makanan siap saji. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian Observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian menggunakan sampel jenuh yaitu seluruh populasi menjadi sampel dalam penelitian ini, sebanyak 22 penjual makanan siap saji (nasi bungkus) di Telogosari Kulon, Pedurungan, Semarang. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium nasi bungkus dan pengisian kuesioner terhadap penjual makanan siap saji (nasi bungkus). Variabel bebas yaitu perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan paktik penjual makanan tentang hygiene sanitasi makanan. Variabel terikat yaitu bakteri Staphylococcus aureus pada makanan siap saji (nasi bungkus) di Kelurahan Telogosari Kulon, Pedurungan, Semarang. Data diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui gambaran distribusi masing-masing variabel. Untuk menganalisis hubungan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan uji Chi Square. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama dari semua variabel bebas dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. HASIL PENELITIAN Jenis kelamin responden 72,7% laki-laki dan 27,3% perempuan dari total 22 responden. Pengetahuan responden tentang hygiene sanitasi baik (72,7%) dan sedang (27,3%). Distribusi pengetahuan, sikap dan praktik penjamah makanan, serta kontaminan kandungan Staphylococcus aureus dapat dilihat pada Tabel 1. Pengetahuan responden tentang higiene sanitasi makanan berhubungan secara signifikan dengan kontaminan bakteri Staphylococcus aureus (p=0,011) (Tabel 2.). Higiene sanitasi makanan berhubungan secara signifikan dengan kontaminasi bakteri Staphylococcus aureus (p=0,002) (Tabel 3.). Praktek/kebiasaan responden terhadap higiene sanitasi makanan berhubungan secara signifikan dengan kontaminan bakteri Staphylococcus aureus (p=0,002) (Tabel 4.).

Faktor Perilaku yang Berhubungan dengan Kontaminan Bakteri Staphylococcus aureus 171 Hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda pada pengaruh ketiga faktor perilaku di atas terhadap kandungan Staphylococcus aureus menunjukkan bahwa ketiga variabel bebas yaitu pengetahuan (p= 0,003), sikap (p=0,012), dan praktik (p=0,020) responden terbukti bersama-sama berhubungan secara signifikan terhadap kandungan Staphylococcus aureus, sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Tabel 1. Distribusi Perilaku Penjamah Makanan dan kandungan Staphylococcus aureus Tabel 2. Hubungan antara pengetahuan responden dengan kontaminan bakteri Staphylococcus aureus pada makanan siap saji di Telogosari, Semarang tahun 2008 Tabel 3. Hubungan antara sikap responden dengan kontaminan bakteri Staphylococcus aureus pada makanan siap saji di Telogosari, Semarang tahun 2008

172 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 Tabel 4. Hubungan antara praktek/kebiasaan responden dengan kontaminan bakteri Staphylococcus aureus pada makanan siap saji di Telogosari, Semarang tahun 2008 Tabel 5. Hasil Analisis regresi logistik ganda pengetahuan, sikap dan praktik dengan kontaminan bakteri Staphylococcus aureus pada makanan siap saji di Telogosari, Semarang tahun 2008 PEMBAHASAN Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Staphylococcus aureus pada makanan siap saji (nasi bungkus) yang dijajakan oleh responden dengan pengetahuan sedang lebih besar (83,3%) dibandingkan dengan pengetahuan yang baik (18,7%). Bloom melaporkan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti umur seseorang. Semakin tua seseorang, maka akan semakin banyak pengalaman yang didapatkan dan diharapkan akan semakin banyak pengetahuan yang didapatkan terutama dalam pengamanan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan, sampai penyajian makanan. Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya. Disamping pendidikan formal yang didapat, pendidikan non formal maupun pengalaman sangat mempengaruhi pengetahuan. Pada penelitian ini pengetahuan yang dimiliki responden mayoritas karena pengalaman. Pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan. Pengalaman berjualan akan mempengaruhi seseorang dalam penyimpanan, pengamanan, pengolahan, pengangkutan, dan penyajian agar makanan tersebut terhindar dari kontaminan oleh kuman/bibit penyakit, sehingga aman untuk

Faktor Perilaku yang Berhubungan dengan Kontaminan Bakteri Staphylococcus aureus 173 dikonsumsi. Responden yang mempunyai sikap mendukung terhadap adanya sanitasi makanan sebesar 63,6%, sedangkan sisanya 36,4% kurang mendudkung. Sikap yang kurang mendukung akan berpengaruh terhadap praktik dalam pengamanan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan sampai penyajian makanan, sehingga hal tersebut akan berpengaruh terhadap kurangnya higiene sanitasi makanan yang pada akhirnya dapat menyebabkan makanan yang dijamah terkontaminasi bakteri patogen seperti Staphylococcus aureus. Sikap merupakan predisposisi emosional untuk bereaksi secara konsisten mendukung atau tidak mendukung dengan berbagai cara tertentu terhadap suatu obyek (Fisbein, 1975). Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi yang mendukung (favourable) ataupun yang tidak mendukung (unfavourable) terhadap suatu stimulus (Azwar, 1998). Hasil analisis menggunakan Chi Square diperolah nilai p <0,05 yang artinya ada hubungan signifikan antara sikap responden tentang sanitasi makanan dengan kandungan Staphylococcus aureus pada makanan siap saji (nasi bungkus) yang dijualnya. Terjadinya perubahan perilaku seseorang harus didasari dengan adanya pengetahuan yang positif, dimana hal ini akan menyebabkan seseorang mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek. Sikap yang positif ini akan mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan. Adanya niat untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya sangat menentukan apakah kegiatan tersebut betul-betul dilakukan apabila mendapat dukungan sosial dan tersedianya fasilitas. Dukungan dan fasilitas merupakan fakltor pemungkin (enabling factor) dan faktor penguat (reinforcing factor) (Green, 1991). Hubungan antara praktik/kebiasaan tentang sanitasi makanan dengan kandungan Staphylococcus aureus dianalisis dengan Chi Square diperolah nilai p <0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara praktik responden tentang sanitasi makanan dengan kandungan Staphylococcus aureus pada makanan siap saji (nasi bungkus). Praktik atau tindakan adalah respon seseorang terhadap obyek. Respon ini sudah dalam bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor atau seseorang telah mempraktikan apa yang diketahuinya atau disikapi. Praktik responden mengenai sanitasi makanan akan berpengaruh langsung terhadap kondisi makanan yang dijamahnya. Peran penjamah makanan dalam menyebarkan penyakit melalui makanan dengan berbagai cara, antara lain: a) kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit menular dengan konsumen yang sehat; b) kontaminasi makanan oleh penjamah makanan yang sakit,

174 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 misalnya batuk atau luka; c) pengolahan makanan oleh penjamah makanan yang sakit atau membawa kuman. Faktor penjamah makanan sangat berperan besar terhadap kondisi sanitasi makanan khususnya terhadap kontaminasi Staphylococcus aureus. Habitat kuman tersebut adalah hidung, kulit, tenggorokan dan saluran pencernakan manusia maupun hewan (Irianto,2007). Kontaminasi makanan siap saji yang dijajakan bisa dikarenakan praktik dari responden dalam upaya higiene sanitasi makanan (pengamanan, penyimpanan, pengolahan, pengangkutan, dan penyajian), terbukti masih ada responden yang mempunyai kebiasaan kurang baik (22,7%). Penyebaran Staphylococcus aureus lebih banyak berasal dari praktik higiene perorangan responden yang kurang baik, seperti: tidak mencuci tangan terutama apabila keluar dari toilet, tidak menjaga kebersihan pakaian kerja, tidak menutup rambut, menyisir rambut di area penyajian makanan, merokok di area penyajian, batuk dan bersin di area penyajian makanan, kukunya yang panjang atau kotor, kulit tangannya yang luka dan lain sebagainya. KESIMPULAN Kontaminasi Staphylococcus aureus ditemukan 36,4% sampel. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik (72,7%), sikap mendukung terhadap sanitasi makanan (63,6%) dan praktik sanitasi makanan yang baik (77,3%). Pengetahuan, sikap dan praktik sanitasi makanan, masing-masing berhubungan secara signifikan dengan kontaminan Staphylococcus aureus pada makanan siap saji. Pengetahuan, sikap dan praktik tentang sanitasi makanan terbukti bersama-sama berhubungan secara signifikan dengan kandungan Staphylococcus aureus. SARAN Dinas Kesehatan perlu melakukan beberapa upaya menjaga keamanan dan menghindarkan makanan siap saji dari kontaminan mikroba, antara lain melalui: 1) penyuluhan yang lebih intensif dan efisien kepada penjamah makanan khususnya tentang higiene perorangan dan sanitasi makanan dan 2) pengawasan dengan melakukan kunjungan atau pemeriksaan sampel di laboratorium secara berkala.

Faktor Perilaku yang Berhubungan dengan Kontaminan Bakteri Staphylococcus aureus 175 DAFTAR PUSTAKA Anwar,S, 1990, Pedoman Bidang Studi Sanitasi Makanan dan Minuman pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi, Pusat Tenaga Kesehatan, DepKes RI, Jakarta. Azwar, A,, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta. Azwar, S., 1998, Sikap Manusiawi: Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Depkes RI, 1998, Higiene dan Sanitasi Sarana Pengolahan Makanan, Jakarta. Fiehbein M and Ajzen, 2000, Belief attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research, Wesely Publishing Company, Manila. Hartono, R, 1991, Penyetahan Jasa Boga, Kumpulan makalah Pelatihan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman bagi GuruAPK/SPPH se Indonesia, Yogyakarta. Purawidjaya,T., 1988, Program Penyehatan Makanan, DepKes RI. Praditya, A; 2005, Keracunan Makanan, www.jilbabonline.htm, dikutip tgl. 12.08.2008. Saksono L, 1986, Pengantar Sanitasi Makanan, Alumni, Bandung. Sastroasmara, Sudigdo dan Sofyan I; 2002, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, CV. Sagung Seto, Jakarta. Sumoprastowo, 2000, Memilih dan Menyimpan Sayur-Mayur, Buah-buahan, dan Bahan Makanan, PT. Bumi Aksara, Jakarta. Supardi, Imam dan Sukamto, 1999, Mikrobiologi dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan, Penerbit Alumni, Bandung. Sulistiyani, 2002, Manajemen Penyehatan Makanan dan Minuman, Lembaga Penelitian, UNDIP, Semarang.