MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA MARKOV CHAIN DI KAWASAN MAMMINASATA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS GEOSPASIAL MENGGUNAKAN METODE CELLULAR AUTOMATA UNTUK PREDIKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI. Baharuddin, Samsu Arif, Sakka*)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dinamika dan Proyeksi Perubahan Penggunaan Lahan di Kawasan Peri-Urban Kota Makassar (Kawasan Mamminasata)

METODE PENELITIAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS GEOSPASIAL MENGGUNAKAN METODE CELLULAR AUTOMATA UNTUK PREDIKSI PERUBAHAN GARIS PANTAI OLEH : BAHARUDDIN H

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

APLIKASI CITRA LANDSAT UNTUK PEMODELAN PREDIKSI SPASIAL PERKEMBANGAN LAHAN TERBANGUN ( STUDI KASUS : KOTA MUNTILAN)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Tata Guna/Tutupan Lahan

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

2 TINJAUAN PUSTAKA Penggunaan Lahan dan Penutupan Lahan Penginderaan Jauh dalam Penutupan Lahan

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN ZONASI KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK

INTEGRASI MODEL SPASIAL CELLULAR AUTOMATA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Komparasi Akurasi Model Cellular Automata untuk Simulasi Perkembangan Lahan Terbangun dari Berbagai Variasi Matriks Probabilitas Transisi

MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PESISIR UNTUK MENDUKUNG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN SPASIAL PERKEMBANGAN FISIK KOTA YOGYAKARTA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN MULTI LAYER PERCEPTRON NEURAL NETWORK

Model Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Mendukung Rencana Pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (Studi Kasus KPH Yogyakarta)

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

TATA LOKA VOLUME 18 NOMOR 4, NOVEMBER 2016, BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIP P ISSN E ISSN

MODELING SPATIAL INTEGRATION PROBABILISTIC MARKOV CHAIN AND CELLULAR AUTOMATA FOR THE STUDY OF LAND USE CHANGES REGIONAL SCALE IN DIY YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Sistem Informasi Geografis

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

KONSEP MANAJEMEN BASIS DATA Sistem Informasi Geografis

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

PREDIKSI PERUBAHAN LAHAN PERTANIAN SAWAH SEBAGIAN KABUPATEN KLATEN DAN SEKITARNYA MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA DAN DATA PENGINDERAAN JAUH

Modeling Land Use/Cover Change Using Artificial Neural Network and Logistic Regression Approach (Case Study: Citarum Watershed, West Jawa)

PERBANDINGAN METODE SUPERVISED DAN UNSUPERVISED MELALUI ANALISIS CITRA GOOGLE SATELITE UNTUK TATA GUNA LAHAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

bidang REKAYASA PENDUDUK DALAM PEMODELAN SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN (STUDI KASUS KABUPATEN BANDUNG) LIA WARLINA

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

LOGO Potens i Guna Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMODELAN SPASIAL DEFORESTASI DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

BAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang

: ROSMAWATI SITOMPUL / MANAJEMEN HUTAN

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

KERENTANAN TERUMBU KARANG AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA MENGGUNAKAN CELL - BASED MODELLING DI PULAU KARIMUNJAWA DAN PULAU KEMUJAN, JEPARA, JAWA TENGAH

Pemrosesan Data DEM. TKD416 Model Permukaan Digital. Andri Suprayogi 2009

Prediksi Spasial Perkembangan Lahan Terbangun Melalui Pemanfaatan Citra Landsat Multitemporal di Kota Bogor

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Geographic Information and Spatial Information

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tujuan. Dunia Nyata dan SIG. Arna fariza. Mengubah dunia nyata menjadi informasi geografis di komputer 3/17/2016

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005),

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

BAB III IMPLEMENTASI MODEL MONTE CARLO

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SPASIAL RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN TORAJA UTARA Dr. Paharuddin, M.Si 1, Dr. Muh. Alimuddin Hamzah, M.Eng 1, Rezky Shakiah Putri 2.

Gambar 3.16 Peta RTRW Kota Bogor

Sistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

BAB III METODE PENELITIAN

Geographic Information System (GIS) Arna Fariza TI PENS. Apakah GIS itu?

12-5. Gambar 1.4 Volume Lalu Lintas Jalan-Jalan Utama. Studi Sektoral (12) TRANSPORTASI DARAT

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis terhadap Data Tutupan Lahan

PEMETAAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2007 DAN 2013

Analisis Perubahan Tutupan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Neraca Air dan Sedimentasi Danau Tempe

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PEMODELAN SPASIAL LAHAN SAWAH KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987).

Bab II. Tinjauan Pustaka

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial

Transkripsi:

MODEL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CELLULAR AUTOMATA MARKOV CHAIN DI KAWASAN MAMMINASATA Tiur Vera Damayanti Peruge, Drs. H. Samsu Arief, M.Si, Drs. Sakka, M.Si Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin E-mail : peruge.tiur@yahoo.com ABSTRACT Research about utilizing changing of Mamminasata area has done by Cellular Automata- Markov Chain model. The purpose of this research is to analyze changing of land use through land use map of the Mamminasata by 2004 and 2009 to acquire the land use in 2012 based Markov Chain with transition probability analysis of Markov. The results of the analysis performed using the Kappa validation with validation map land use in 2012 to determine the level of accuracy of the model. Kappa validation results are used to perform simulations Cellular Automata-Markov models for the next 20 years. Cellular Automata Markov simulation will generate estimation of land use in 2029 in Mamminasata. Keywords: M-CA, Markov Chain, Cellular Automata, Model, Land use change. ABSTRACT Telah dilakukan penelitian tentang perubahan penggunaan lahan di kawasan Mamminasata menggunakan model Cellular Automata-Markov Chain. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perubahan penggunaan lahan melalui peta penggunaan lahan kawasan Mamminasata tahun 2004 dan 2009 untuk memperoleh penggunaan lahan tahun 2012 berbasis Markov Chain dengan analisis probabilitas transisi Markov. Hasil analisis yang diperoleh dilakukan validasi dengan validasi Kappa menggunakan peta penggunaan lahan tahun 2012 untuk mengetahui tingkat keakuratan model. Hasil validasi Kappa tersebut digunakan untuk melakukan simulasi model Cellular Automata-Markov untuk 20 tahun ke depan. Simulasi Cellular Automata Markov akan menghasilkan estimasi penggunaan lahan untuk tahun 2029 di kawasan Mamminasata. Kata kunci: M-CA, Markov Chain, Cellular Automata, Model, Perubahan penggunaan lahan.

Pendahuluan Peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat disertai dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat telah mengakibatkan kebutuhan lahan semakin meningkat. Namun, karena persediaan lahan terbatas maka terjadilah alih fungsi lahan. Perencanaan tata guna lahan merupakan suatu bentuk aktivitas yang telah berlangsung lama sepanjang sejarah peradaban manusia. Bentuk perencanaan sangat beragam, mulai dari yang paling sederhana hingga yang sangat kompleks dan menerapkan berbagai pendekatan yang multi-konsep. Salah satu alternatifnya adalah pendekatan model. Pemodelan dengan pendekatan sistem dinamis memiliki sifat dinamik dalam waktu, sehingga dapat memprediksi kondisi waktu yang akan datang. Adapun pemodelan yang berbasis spasial dan bersifat dinamik, dapat dilakukan dengan pendekatan Celluslar Automata-Markov (CA-M). Model ini dapat memprediksi kondisi di waktu yang akan datang secara spasial. Otomata seluler (cellular automata) adalah model sederhana dari proses terdistribusi spasial (spatial distributed process) dalam GIS. Data terdiri dari susunan sel-sel (grid), dan masing-masing diatur sedemikian rupa sehingga hanya diperbolehkan berada di salah satu dari beberapa keadaan. Cellular system dapat didefinisikan sebagai suatu koleksi tersusun dari unsur-unsur serupa yang disebut cell. Struktur ini diberikan oleh pilihan dari bentuk pixel atau biasa disebut lattice. Beberapa lattice adalah 1 dimensi, 2 dimensi dan 3 dimensi. Sel-sel tetangga (neighborhoods) merupakan bagian penting yang merepresentasikan kesatuan cell yang berinteraksi langsung dengan pusat cell. Jumlah dari sel tetangga sangat dipengaruhi oleh lattice dari sel tersebut. Bentuk pixel cellular automata diperlihatkan pada gambar berikut : Gambar 1 Cellular Automata Pada gambar 1, pusat cell ditandai dengan warna merah sedangkan neighborhoods ditandai dengan warna magenta. Lattice yang akan digunakan dalam sistem ini adalah berbentuk Square dengan cell pusatnya yang berbentuk segiempat, maka sel-sel tetangganya akan semakin banyak. Sehingga sangat cocok digunakan dalam sistem yang dinamis. Ketetanggaan (neighborhood) artinya perubahan penggunaan lahan pada satu piksel akan dipengaruhi oleh penggunaan lahan pada piksel tetangganya. Dalam hal ini yang perlu didefenisikan adalah jumlah piksel yang dianggap sebagai tetangga. Konsep ketetanggaan ini, secara teknis diterjemahkan dengan filter/jendela, seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Gambar 2 Ilustrasi dari ukuran filter, (a) Filter 3x3, (b) Filter 5x5, (c) Filter 7x7, (d) Filter Oktogonal 5x5, (3)Filter Oktogonal 7x7, (f) Filter Cros 4 tetangga terdekat (Sumber: Jensen 1996)

Keadaan suatu cellular automata sepenuhnya dipengaruhi oleh variabel yang dimiliki tiap sel. Cellular automata bekerja dengan tahapan waktu yang diskrit, dimana nilai variabel sel dipengaruhi oleh nilai variabel sel tetangganya di tahapan waktu sebelumnya. Tetangga dari suatu sel yaitu sel-sel yang berdekatan dengan sel itu sendiri. Variable sel diperbaharui secara simultan, berdasarkan kepada nilai variabel yang dimiliki sel tersebut dan tetangganya di tahapan waktu sebelumnya, menurut aturan lokal tertentu ( wolfram, 1983 dalam Koomen E. dkk, 2007). Validasi Model Validasi model yang sering digunakan untuk menguji kualitas hasil klasifikasi penutupan lahan (land use) berbasis data penginderaan jauh adalah Kappa accuracy (Jensen, 1996). Perhitungan Kappa menurut Hagen (2002), didasarkan pada tabel kontingesi seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Pembuatan table kontingensi ini menurut Pontius (2000) umumnya adalah sebagai tahap awal dalam membandingkan peta secara obyektif. Tabel 1 Tabel Kontingensi untuk J Kategori Simu Realitas lasi 1 2 J Total 1 p 11 p 12 p 1J S 1 2 p 21 p 22 p 2J S 2 J p J1 p J2 p JJ S J p Total R1 p Sumber: Pontius (2000). Markov Chain R 2 p J R p 1 Markov Chain merupakan proses acak dimana semua informasi tentang masa depan terkandung di dalam keadaan sekarang p p (yaitu orang tidak perlu memeriksa masa lalu untuk menentukan masa depan). Dalam teori probabilitas statistik, yang dianalisis dalam proses Markov adalah fenomena yang berubah terhadap waktu secara acak untuk keadaan tertentu (Baja, 2012). Bentuk dan Peranan Sistem Informasi Geografik Dalam setiap tahap perencanaan tata guna lahan, GIS digunakan mulai dari perancangan awal kegiatan, inventarisasi informasi, analisis, manipulasi data, hingga peta penyajian hasil untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Di bidang perencanaan tata guna lahan, GIS telah banyak digunakan untuk berbagai aplikasi, baik untuk inventarisasi, deteksi, identifikasi, pemodelan, evaluasi dan pemantauan (Baja, 2012). Tata Ruang Maminasata Diusulkan definisi zonasi tataguna lahan yang jelas untuk Mamminasata, dalam hal ini lahan diklasifikasikan ke dalam zona urban, zonasemi-urban, zona produktif dan zona proteksi. Ke depan akan dibutuhkan sekitar 7,000 ha lahan untuk pemukiman. Sedangkan untuk kebutuhan industri pengolahan yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi, dibutuhkan persiapan lahan tambahan700 ha. Luas lahan untuk hutan dan kawasan hijau akan mencapai sampai 97000 ha. Termasuk wilayah reboisasi seluas 25000 ha. Dalam zoning tataguna lahan perhatian khusus harus diberikan untuk lahan-lahan riparian yang ekosistemnya sensitif dan tidak terpulihkan jika telanjur rusak. Dengan alasan inilah maka wilayah estuaria sungai Tallo yang bermuara di sebelah utara kota Makassar ditetapkan sebagai area control pada zona perencanaan urban dan pelarangan penggunaan lahan tersebut untuk industri,

komersil dan pemukiman (BKSPMM, 2011). Metode Penelitian Lokasi penelitian ini mencakup wilayah Kawasan Mamminasata yang meliputi seluruh wilayah kota Makassar, sebagian wilayah Kabupaten Maros, sebagian wilayah Kabupaten Gowa, dan seluruh wilayah Kabupaten Takalar. Secara geografis terletak pada 4 o 52 56,46 sampai 5 o 36 27,57 LS dan 119 o 15 0,84 sampai 119 o 52 14,67 BT. software ArcGis dan di export ke Idrisi menggunakan Global Mapper. Kemudian dilakukan analisis perubahan penggunaan lahan menggunakan software Idrisi. Pada tahap analisis perubahan penggunaan lahan yang di analisis adalah probabilitas markov dengan menggunakan peta penggunaan lahan kawasan Mamminasata tahun 2004 dan 2009 yang akan menghasilkan peta penggunaan lahan tahun 2012 berbasis Markov Chain. Kemudian melakukan validasi model kappa menggunakan peta penggunaan lahan berbasis markov chain dan peta penggunaan lahan tahun 2012 dari landsat citra sebagai gambar referensi. Hasil dari prosedur validasi akan dimanfaatkan untuk melihat kelayakan suatu operasi analisis pada tahap simulasi model menggunakan cellular automata markov. Hasil dan Pembahasan Hasil Konversi Data Vektor ke Raster Gambar 3 Peta Lokasi Penelitian Jenis data yang digunakan adalah peta penggunaan lahan kawasan Mamminasata tahun 2004, 2009 dan 2012, peta lereng, peta tubuh air, peta kawasan industri, peta kawasan pemukiman, peta rencana kawasan pemukiman, peta rencana kawasan perkotaan, peta jalan dan rencana jalan kawasan Mamminasata. Peta penggunaan lahan tahun 2004, 2009 dan 2012 dan peta pendukung lainnya seperti, peta lereng, peta tubuh air, peta kawasan industri, peta kawasan pemukiman, peta rencana kawasan pemukiman, peta rencana kawasan perkotaan, peta jalan dan rencana jalan dikonversi ke format raster menggunakan Gambar 4 Penggunaan Lahan Tahun 2004. Kode 1= Tubuh Air; 2= Lahan Terbangun; 3= TPLB; 4= TPLK; 5= Penggunaan Lahan Lain

Gambar 5 Penggunaan Lahan Tahun 2009. Kode 1= Tubuh Air; 2= Lahan Terbangun; 3= TPLB; 4= TPLK; 5= Penggunaan Lahan Lain Gambar 4 dan Gambar 5 merupakan peta penggunaan lahan untuk tahun 2004 dan 2009 dalam format raster. Untuk penggunaan lahan masing-masing dikodekan dengan 1 untuk kelas tubuh air, 2 untuk kelas lahan terbangun, 3 untuk kelas TPLB ( Tanaman Pangan Lahan Basah), 4 untuk TPLK ( Tanaman Pangan Lahan Kering ) dan 5 untuk kelas penggunaan lahan lain. Analisis Perubahan dengan Markov Chain Analisis dengan markov chain menghasilkan matriks probabilitas transisi, matriks area transisi serta gambar probabilitas bersyarat Gambar 6 Estimasi penggunaan lahan tahun 2012 berbasis Markov Chain. Kode: Class_1=tubuh air; Class_2=lahan terbangun; Class_3=TPLB; Class_4=TPLK;Class_5=penggunaan lahan lain. Gambar 6 menunjukkan hasil stokastik peta penggunaan lahan dengan mengevaluasi probabilitas bersyarat hasil markov dimana setiap tutupan lahan menghasilkan nilai acak anatara 0,0 dan 1,0 untuk setiap pixel dari distribusi seragam. Gambar yang dihasilkan ditandai dengan bintik yang disebabkan oleh proses acak pada modul stokastik. Validasi Model Kappa Hasil dari markov chain untuk penggunaan lahan tahun 2012 kemudian divalidasikan dengan peta penggunaan lahan tahun 2012. Dari hasil validasi model ini dapat dilihat berapa besar penyimpangan antara peta penggunaan lahan tahun 2012 berbasis markov chain dengan peta peta penggunaan lahan 2012 hasil analisis markov.

Cellular Automata-Markov Gambar 7 Estimasi penggunaan lahan tahun 2029 berbasis Cellular Automata- Markov. Kode: 1=tubuh air; 2=lahan terbangun; 3=TPLB; 4=TPLK; 5=penggunaan lahan lain. Gambar 7 menunjukkan estimasi penggunaan lahan tahun 2029 berbasis Cellular Automata-Markov, dimana perubahan penggunaan lahan terbesar telihat pada lahan terbangun. Perubahan penggunaan lahan yang disimulasikan adalah menggunakan peta penggunaan lahan tahun 2009 sebagai peta tutupan dasar ( masukan awal ) pada modul CA-Markov untuk memprediksi model penggunaan lahan pada tahun 2029 untuk kawasan Mamminasata. Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian tentang pemodelan perubahan pengunaan lahan menggunakan Cellular Automata-Markov di kawasan Mamminasata dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Hasil analisis pada probabilitas markov menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang berarti selama peridoe 2004 sampai 2009 pada kelas tubuh air dan kawasan terbangun. Kawasan tubuh air cenderung terkonservasi dengan baik serta lahan terbangun yang cenderung menetap dan tidak berubah ke kelas penggunaan lain. Variasi perubahan penggunaan lahan terjadi pada penggunaan lahan TPLB, TPLK dan penggunaan lahan lain. Disisi lain penggunaan lahan TPLB mengalami penurunan sebesar - 3713.45 Hektar yang terkonversi menjadi penggunaan lahan lainnya. Adapun untuk tahun 2009-2012 perubahan penggunaan lahan terjadi pada kelas TPLB dan TPLK yang mengalami penurunan sebesar -46916.8 Hektar dan -68084.36 Hektar yang terkonversi menjadi penggunaan lahan lain. 2. Hasil Validasi Kappa (nilai kappa) yang cukup yaitu 0.7019 ( 70.19 % )menunjukkan bahwa produk estimasi penggunaan lahan berbasis markov chain untuk tahun 2012 yang dihasilkan dapat dikatakan cukup baik, sehingga bisa dilanjutkan untuk simulasi model pada CA-Markov. 3. Model penggunaan lahan untuk tahun 2029 berbasis Cellular Automata- Markov cenderung besar mengalami peningkatan ke lahan terbangun dan TPLK. Penggunaan lahan untuk tubuh air, TPLB dan penggunaan lahan lain terkonversi menjadi lahan terbangun. Saran Pada penelitian ini parameter pembatas dan faktor pendukung hanya berdasarkan pada RTRW Mamminasata, padahal masih ada faktor lain yang juga bisa meyebabkan terjadinya pengalihan fungsi lahan. Untuk itu disarankan pada penelitian selanjutnya untuk memasukkan faktor lain, seperti kondisi sosial ekonomi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Baja, S. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah. Penerbit ANDI, Yogyakarta. BKSPMM.2011. Badan Kerja Sama Pembangunan Metropolitan Mamminasata.Manual Pelaksanaan Pengendalian Pemanfaatan Ruang di Kawasan Perkotaan Mamminasata. Koomen E. dkk. 2007. Geojurnal 90. Modelling Land Use-Change.The Geojurnal Library Volume 90. Pontius, R.G., and L.C. Schneider. 2000. Land-cover change model validation by and ROC method for the Ipswich watershed, Agriculture, Ecosystem & Environment. Massachusetts, USA.