ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM MENINGKATKAN AKURASI BIAYA PADA PT. MARTINA BERTO Hesti Wulandari Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dan untuk mengetahui alternatif penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam perusahaan, dapat meningkatkan akurasi biaya dalam perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) pada PT. Martina Berto. Penelitian ini menggunakan Sistem Activity Based Costing (ABC). Hasil perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan menggunakan sistem Activity Based Costing (ABC) dan sistem tradisional (konvensional) menunjukkan bahwa perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) menyebabkan terjadinya distorsi, yaitu overcosted untuk produk Type I, Bedak Padat Type II, dan Type IV serta undercosted untuk produk Type III. Terjadinya distorsi ini menyebabkan pelaporan biaya yang tidak akurat, sehingga mempengaruhi harga jual dan pengakuan terhadap laba perusahaan. Kata Kunci : Activity Based Costing (ABC), Biaya Produksi, Akurasi Biaya PENDAHULUAN Kegiatan oprasional suatu badan usaha, pada umumnya adalah untuk mendapatkan laba. Apapun strategi yang dilakukan adalah untuk laba. Dari laba yang diperoleh perusahaan akan bertahan (survive) dan tumbuh (grow). Bertahan artinya perusahaan tidak merugi dan tumbuh artinya perusahaan dapat berkembang. Banyak penelitian telah dilakukan tentang sistem Activity Based Costing (ABC) diantaranya oleh: Yuita Andriani (2003), melalui penelitian pada PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Bekasi, yang awalnya menerapakan sistem tradisional (konvensional) dan mencoba menerapkan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP), sehingga menghasilkan kesimpulan akhir yang dapat ditarik yaitu, bahwa sistem Activity Based Costing (ABC) mampu menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional (konvensional) dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP). Demikian juga, Rr. Eka Sri Mulyanti (2003), melalui penelitian pada Perusahaan Garment CV. Layonsari Kuta, yang awalnya menerapakan sistem tradisional (konvensional) dan mencoba menerapkan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP), sehingga menghasilkan kesimpulan akhir yang dapat ditarik yaitu, bahwa informasi biaya yang dihasilkan oleh sistem Activity Based Costing (ABC) dapat digunakan oleh pihak manajemen untuk memantau secara terus-menerus berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan menghilangkan kegiatan yang menambah biaya tinggi bagi konsumen. Serta, Eddy Yusuf (2004), melalui penelitian pada PT. Braja Mukti Cakra, yang awalnya menerapkan sistem tradisional (konvensional) dan mencoba menerapkan sistem Activity Based Costing (ABC) dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP), sehingga menghasilkan kesimpulan akhir yang dapat ditarik yaitu, bahwa sistem Activity Based Costing (ABC) memberikan keuntungan berupa informasi klasifikasi aktivitas sehingga dapat menentukan biaya overhead yang akurat berdasarkan klasifikasi aktivitas. Sistem Activity Based Costing (ABC) merupakan alat strategi kunci untuk perusahaan yang bersifat kompleks. Dalam hal tersebut, sistem penentuan biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing) dinilai mampu menutupi kelemahan dari sistem tradisional (konvensional) dalam pengaruhnya terhadap keakuratan data biaya. Hal ini telah dibuktikan melalui contoh ketiga penelitian diatas mengenai manfaat sistem Activity Based Costing (ABC) dalam menghasilkan informasi keakuratan biaya untuk pentuan Harga Pokok Produk (HPP). PT. Martina Berto merupakan badan usaha yang bergerak dibidang manufacturing industri kosmetika dan jamu. Dalam usahanya untuk memaksimalkan keuntungan, PT. Martina Berto berusaha mengendalikan kegiatannya secara efisien, dan salah satu alternatifnya adalah melalui penerapan analisis sistem Activity Based Costing (ABC) dalam meningkatkan akurasi biaya. Menurut Eddy Yusuf (2004), sistem Activity Based Costing (ABC) menggunakan aktivitas sebagai basis penggolongan biaya untuk informasi Activity Cost yang memberikan informasi bagi para pengambil keputusan untuk mengontrol kinerja perusahaannya. Informasi yang berlimpah mengenai aktivitas inilah yang menjadi keunggulan sistem Activity Based Costing (ABC), sehingga mampu memberdayakan personel perusahaan dalam melakukan efisiensi aktivitas yang diharapkan dapat mengurangi biaya produksi. Berdasarkan latar hal tersebut, maka penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2. Apakah alternatif penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) dapat meningkatkan akurasi biaya dalam perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) pada PT. Martina Berto? TINJAUAN PUSTAKA Dasar pemikiran sistem Activity Based Costing (ABC) ini adalah bahwa produk atau jasa yang dihasilkan dari aktivitas, dan aktivitas yang diperlukan dalam menghasilkan produk atau jasa disebut akan mengkonsumsi sumber daya sehingga mengakibatkan terjadinya biaya. Sistem Activity Based Costing (ABC) mengakui adanya hubungan timbal balik antara aktivitas dan biaya. Sistem Activity Based Costing (ABC) dianggap lebih realistis karena menganggap bahwa aktivitaslah yang menyebabkan terjadinya biaya, bukan produk. Asumsi yang digunakan dalam sistem Activity Based Costing (ABC), yaitu: 1. Semua aktivitas yang terjadi dalam perusahaan dapat ditelusuri ke produk secara individual. 2. Aktivitas dan biaya yang ditimbulkan bervariasi bukan hanya karena perubahan volume tetapi juga karena variasi aktivitas tersebut. Dan asumsi dasar yang digunakan dalam penentuan harga pokok berbasis aktivitas atau berdasarkan sistem Activity Based Costing (ABC) itu sendiri. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang sistem Activity Based Costing (ABC), berikut ini akan dikemukakan pendapat dari beberapa ahli tentang pengertian sistem Activity Based Costing (ABC). Menurut Mulyadi (25: 2003), mendefinisikan sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: ABC system merupakan sistem informasi biaya yang menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan penglolaan terhadap aktivitas. Sama dengan pendapat terdahulunya, menurut Armanto Witjaksono (210: 2006), mendefinisikan sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: ABC didefinisikan sebagai suatu metode pengukuran biaya produk atau jasa yang didasarkan atas penjumlahan biaya (cost accumulation) daripada kegiatan atau aktivitas yang timbul berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Armila Krisna Warindrani (27: 2006), mendefinisikan sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: Metode ABC merupakan salah satu metode kontemporer yang diperlukan manajemen modern untuk meningkatkan kualitas dan output, menghilangkan waktu aktivitas yang tidak menambah nilai, mengefisiensikan biaya, dan meningkatkan kontrol terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai suatu pendekatan perhitungan biaya yang didasarkan pada aktivitas yang dilakukan dan nilai sumber daya yang diserap oleh aktivitas untuk menghasilkan produk atau jasa. Sistem Activity Based Costing (ABC) dirancang atas dasar landasan pemikiran bahwa produk memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya, kerangka yang dipergunakan untuk menghitung biaya produksi, adalah: pertama, produk memerlukan aktivitas; dan kedua, aktivitas memerlukan sumber daya. Berikut ini akan dikemukakan pendapat, tentang manfaat sistem Activity Based Costing (ABC). Menurut Mulyadi (94: 2003), memberikan pendapat bahwa manfaat sistem Activity Based Costing (ABC) sebagai berikut: ABC system menjanjikan berbagai manfaat berikut ini: (1) menyediakan informasi berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer, (2) menyediakan fasilitas untuk menyusun dengan cepat anggaran berbasis aktivitas (activity-based budget), (3) menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya, dan (4) menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manfaat penggunaan sistem Activity Based Costing (ABC), adalah: 1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan, 2. Memungkinkan manajemen dalam melakukan perbaikan terus menerus terhadap kegiatan perusahaan untuk mengurangi biaya overhead, 3. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya yang relevan 4. Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) yang lebih akurat Kelebihan sistem Activity Based Costing (ABC), antara lain:
1. Sistem Activity Based Costing (ABC) dapat mengatasi diversitas volume dan produk sehingga pelaporan biaya produknya lebih akurat. 2. Sistem Activity Based Costing (ABC) mengidentifikasikan biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan biaya tersebut, sehingga hubungan aktivitas dengan biaya overhead dapat dipahami. 3. Sistem Activity Based Costing (ABC) dapat mengurangi biaya perusahaan dengan mengidentifikasikan value added activities dan non value added activities. Sedangkan kelemahan sistem Activity Based Costing (ABC), antara lain: 1. Sistem Activity Based Costing (ABC) yang lengkap dengan berbagai cost pool dengan pemicu biaya yang banyak (multiple cost driver) lebih kompleks dari sistem biaya tradisional (konvensional), sehingga lebih mahal untuk diadministrasikan. 2. Data yang diperlukan dalam menerapkan sistem Activity Based Costing (ABC) cukup banyak dan sulit diperoleh. 3. Masalah joint cost tetap tidak dapat teratasi. 4. Banyaknya aktivitas dalam menjalankan pabrik sehingga sulit untuk dimonitor. 5. Implementasi sistem Activity Based Costing (ABC) belum dikenal baik sehingga presentasi keengganan manajer untuk menerapkannya cukup besar. Berikut ini akan dikemukakan pendapat dari beberapa ahli, tentang akurasi biaya. Menurut Amin Widjaja Tunggal (144: 2003), memberikan pendapat tentang akurasi biaya sebagai berikut: ABC di disain untuk memberikan informasi yang lebih akurat tentang aktivitas produksi dan pendukung dan biaya produk, sehingga manajemen dapat memfokuskan perhatiannya pada produk dan proses dengan leverage yang paling besar untuk meningkatkan laba. Sejalan dengan pendapat terdahulunya, menurut Mulyadi (95: 2003), memberikan pendapat tentang akurasi biaya sebagai berikut: ABC system menyediakan informasi kos produk atau jasa secara akurat sehingga informasi tersebut dapat digunakan oleh personel sebagai dasar yang dapat diandalkan untuk penetapan kebijakan harga jual produk dan jasa. Sama dengan pendapat terdahulunya, menurut Armanto Witjaksono (217: 2006), memberikan pendapat tentang akurasi biaya sebagai berikut: Manfaat lain dari ABC adalah lebih akurat dalam perhitungan harga pokok unit. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Armila Krisna Warindrani (30: 2006), memberikan pendapat tentang akurasi biaya sebagai berikut: Metode ABC menggunakan dua macam pemicu biaya aktivitas yaitu unit dan non unit. Adanya penggunaan dua macam pemicu biaya aktivitas, menjadikan adanya pembagian biaya yang lebih adil diantara berbagai macam produk yang dihasilkan perusahaan, sehingga meningkatkan keakuratan perhitungan harga pokok masing-masing produk. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem Activity Based Costing (ABC) menggunakan berbagai activity driver dalam membebankan activity cost ke berbagai cost object yang dibutuhkan oleh consumer. Dengan demikian, biaya yang dibebankan ke produk atau jasa menjadi lebih akurat, karena dapat mencerminkan variasi konsumsi aktivitas oleh produk atau jasa yang disebabkan oleh bervariasinya kebutuhan consumer yang dipenuhi oleh perusahaan. Informasi biaya yang lebih akurat dapat meningkatkan pilihan strategik untuk produk yang bervolume tinggi. METODE PENELITIAN Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian studi kasus dengan objek penelitian yang penulis gunakan adalah PT. Martina Berto yang berlokasi di Jalan Pulo Kambing II No.1 Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur, Telp. 021-4603717. Waktu penelitian dilakukan selama 1 bulan, mulai pada tanggal 12 Mei 2008 sampai dengan 13 Juni 2008. Pengukuran konsep variabel yang penulis gunakan adalah: Analisis kuantitatif, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Perhitungan Harga Pokok Produk (HPP) atau cost of product dengan sistem tradisional (konvensional) dan sistem Activity Based Costing (ABC) 2. Membandingkan hasil perhitungan Harga Pokok Produk (HPP) per unit antara sistem tradisional (konvensional) dengan sistem Activity Based Costing (ABC), untuk mengetahui besarnya perbedaan perhitungan diantara kedua sistem tersebut. Analisis kualitatif, yaitu suatu teknik analisis yang digunakan untuk mendukung analisis kuantitatif. Data yang penulis gunakan adalah: 1. Data primer, yaitu besarnya kapasitas produksi dan besarnya biaya untuk menghasilkan satu paket produk dengan menerapkan sistem biaya tradisional (konvensional) untuk periode 2007.
2. Data sekunder, yaitu struktur organisasi, serta tugas dan tanggung jawab tiap-tiap bagian dalam perusahaan dalam struktur organisasi tersebut. Variabel yang penulis gunakan adalah: 1. Biaya bahan baku, 2. Biaya tenaga kerja langsung, dan 3. Biaya Overhead Pabrik. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Untuk menganalisis selanjutnya, dibawah ini akan diuraikan data-data yang telah dikumpulkan dalam perhitungan biaya produksi pada PT. Martina Berto pada tahun 2007 untuk memproduksi jenis produk bedak padat. Data tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1. dan Jam Kerja Mesin PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Produk (Unit) Jam Kerja Mesin (Jam) Type I 718.298 1.452.270 Type II 811.081 1.460.787 Type III 486.004 579.125 Type IV 1.743.216 2.941.180 TOTAL 3.758.599 6.433.362 Sumber : PT. Martina Berto Tabel 2. Biaya Bahan Baku PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Produk Jumlah Biaya Type I 4.927.639.208,00 Type II 5.564.526.642,00 Type III 3.334.419.984,00 Type IV 11.960.100.384,00 TOTAL 25.786.686.218,00 Sumber : PT. Martina Berto Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Produk Jumlah Biaya Type I 284.532.204,00 Type II 321.447.622,00 Type III 192.622.826,00 Type IV 690.958.526,00 TOTAL 1.489.561.178,00 Sumber : PT. Martina Berto Tabel 4. Biaya Overhead Pabrik PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Biaya Jumlah Biaya Bahan Penolong 697.006.992,00 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 4.912.060.102,00 Biaya Utility (Listrik, Air, dan Bahan Bakar) 1.480.786.167,00 Biaya Telepon 100.919.822,00 Biaya Penyusutan Peralatan 521.576.274,00 Biaya Penyusutan Mesin 269.748.308,00 Biaya Penyusutan Gedung 680.973.002,00 Biaya Penyusutan Kendaraan 69.795.017,00 Biaya Riset dan Pengembangan 26.408.925,00 Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Pabrik 598.916.698,00 Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Kendaraan 11.189.444,00 Biaya Asuransi Pabrik 62.249.610,00 TOTAL 9.431.630.361,00
Sumber : PT. Martina Berto Dari perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan sistem Tradisional (Konvensional), dengan pengalokasian Biaya Overhead Pabrik atas jam kerja mesin di dapat Harga Pokok Produksi
Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Berdasarkan Sistem Tradisional (Konvensional) Total Biaya Overhead Pabrik Tarif Biaya Overhead Pabrik = Total Jam Kerja Me sin Rp 9.43 1.630.361,00 Tarif Biaya Overhead Pabrik = 6.433.362 Jam Tarif Biaya Overhead Pabrik = Rp 1.466,05 / Jam Kerja Mesin Tabel 5. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit dengan Sistem Tradisional (Konvensional) Type I PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Biaya Total Biaya (Unit) Biaya Per Unit Biaya Bahan Baku 4.927.639.208,00 718.298 6.860,16 Biaya Tenaga Kerja Langsung 284.532.204,00 718.298 396,12 Biaya Overhead Pabrik Rp 1.466,05 x 1.452.270 Jam 2.129.100.433,50 718.298 2.964,09 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit 10.220,37 Sumber : PT. Martina Berto (Setelah Diolah) Tabel 6. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit dengan Sistem Tradisional (Konvensional) Type II PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Biaya Total Biaya (Unit) Biaya Per Unit Biaya Bahan Baku 5.564.526.642,00 811.081 6.860,63 Biaya Tenaga Kerja Langsung 321.447.622,00 811.081 396,32 Biaya Overhead Pabrik Rp 1.466,05 x 1.460.787 Jam 2.141.586.781,35 811.081 2.640,41 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit 9.897,36 Sumber : PT. Martina Berto (Setelah Diolah) Tabel 7. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit dengan Sistem Tradisional (Konvensional) Type III PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Biaya Total Biaya (Unit) Biaya Per Unit Biaya Bahan Baku 3.334.419.984,00 486.004 6.860,89 Biaya Tenaga Kerja Langsung 192.622.826,00 486.004 396,34 Biaya Overhead Pabrik Rp 1.466,05 x 579.125 Jam 849.026.206,25 486.004 1.746,95 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit 9.004,18 Sumber : PT. Martina Berto (Setelah Diolah) Tabel 8. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit dengan Sistem Tradisional (Konvensional) Type IV PT. Martina Berto Tahun 2007 Jenis Biaya Total Biaya (Unit) Biaya Per Unit Biaya Bahan Baku 11.960.100.384,00 1.743.216 6.860,94 Biaya Tenaga Kerja Langsung 690.958.526,00 1.743.216 396,37 Biaya Overhead Pabrik Rp 1.466,05 x 2.941.180 Jam 4.311.916.939,00 1.743.216 2.473,54 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit 9.730,85 Sumber : PT. Martina Berto (Setelah Diolah)
(HPP) per unit untuk Type I adalah Rp 10.220,37; Type II adalah Rp 9.897,36; Type III adalah Rp 9.004,18; dan Type IV adalah Rp 9.730,85. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Berdasarkan Sistem Activity Based Costing (ABC) Tahap Pertama a. Penggolongan berbagai aktivitas dan pengasosiasian berbagai biaya dengan berbagai aktivitas Tabel 9. Pengidentifikasian Biaya Overhead Pabrik ke dalam Kategori Aktivitas Biaya Overhead Pabrik Kategori Aktivitas - Biaya Bahan Penolong Unit Level - Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Unit Level - Biaya Utility (Listrik, Air, dan Bahan Bakar) Unit Level - Biaya Telepon Unit Level - Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Pabrik Batch Level - Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Kendaraan Batch Level - Biaya Riset dan Pengembangan Product Level - Biaya Penyusutan Peralatan Facility Level - Biaya Penyusutan Mesin Facility Level - Biaya Penyusutan Gedung Facility Level - Biaya Penyusutan Kendaraan Facility Level - Biaya Asuransi Pabrik Facility Level b. Penentuan kelompok biaya yang homogen Tabel 10. Aktivitas Biaya Produksi Cost Pool Jenis Biaya Overhead Pabrik Cost Driver I Biaya Bahan Penolong Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya Penyusutan Kendaraan Biaya Riset dan Pengembangan Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Pabrik Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Kendaraan II Biaya Utility (Listrik, Air, dan Bahan Bakar) Jam Kerja Mesin Biaya Telepon Jam Kerja Mesin Biaya Penyusutan Peralatan Jam Kerja Mesin Biaya Penyusutan Mesin Jam Kerja Mesin III Biaya Penyusutan Gedung Luas Persegi Biaya Asuransi Pabrik Luas Persegi Tabel 11. Alokasi Perhitungan Sistem Activity Based Costing (ABC) Tahun 2007 Keterangan Type I Type II Type III Type IV Dari perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dengan sistem Tradisional (Konvensional), dengan pengalokasian Biaya Overhead Pabrik atas jam kerja mesin di dapat Harga Pokok Produksi Total (Unit) 718.298 811.081 486.004 1.743.216 3.758.599 Jam Kerja Mesin (Jam) 1.452.270 1.460.787 579.125 2.941.180 6.433.362 Luas Persegi (m 2 ) 10.245 10.245 10.245 10.245 40.980 Sumber : PT. Martina Berto c. Penentuan tarif kelompok Tabel 12. Tarif Kelompok Biaya Overhead Pabrik Cost Pool I Biaya Bahan Penolong 697.006.992,00 Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung 4.912.060.102,00 Biaya Penyusutan Kendaraan 69.795.017,00 Biaya Riset dan Pengembangan 26.408.925,00 Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Pabrik 598.916.698,00 Biaya Perbaikan dan Pemeliharaan Kendaraan 11.189.444,00 Total Biaya 6.315.377.178,00 (Unit) 3.758.599 Tarif Biaya Overhead Pabrik Cost Pool I 1.680,25
Cost Pool II Biaya Utility (Listrik, Air, dan Bahan Bakar) 1.480.786.167,00 Biaya Telepon 100.919.822,00 Biaya Penyusutan Peralatan 521.576.274,00 Biaya Penyusutan Mesin 269.748.308,00 Total Biaya 2.373.030.571,00 Jam Kerja Mesin (Jam) 6.433.362 Tarif Biaya Overhead Pabrik Cost Pool II 368,86 Cost Pool III Biaya Penyusutan Gedung 680.973.002,00 Biaya Asuransi Pabrik 62.249.610,00 Total Biaya 743.222.612,00 Luas Persegi (m 2 ) 40.980 Tarif Biaya Overhead Pabrik Cost Pool III 18.136,23 Tahap Kedua Tabel 13. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit Type I Biaya Bahan Baku 4.927.639.208,00 Biaya Tenaga Kerja Langsung 284.532.204,00 Biaya Overhead Pabrik : Cost Pool I Rp 1.680,25 x 718.298 Unit 1.206.920.214,50 Cost Pool II Rp 368,86 x 1.452.270 Jam 535.684.312,20 Cost Pool III Rp 18.136,23 x 10.245 m 2 185.805.676,35 Total Biaya Overhead Pabrik 1.928.410.203,05 Total Biaya Produksi 7.140.581.615,05 Jumlah Produk yang Diproduksi (Unit) 718.298 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit 9.940,97 Tabel 14. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit Type II Biaya Bahan Baku 5.564.526.642,00 Biaya Tenaga Kerja Langsung 321.447.622,00 Biaya Overhead Pabrik : Cost Pool I Rp 1.680,25 x 811.081 Unit 1.362.818.850,25 Cost Pool II Rp 368,86 x 1.460.787 Jam 538.825.892,82 Cost Pool III Rp 18.136,23 x 10.245 m 2 185.805.676,35 Total Biaya Overhead Pabrik 2.087.450.419,42 Total Biaya Produksi 7.973.424.683,42 Jumlah Produk yang Diproduksi (Unit) 811.081 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit 9.830,61 Tabel 15. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit Type III Biaya Bahan Baku 3.334.419.984,00 Biaya Tenaga Kerja Langsung 192.622.826,00 Biaya Overhead Pabrik : Cost Pool I Rp 1.680,25 x 486.004 Unit 8 16.608.221,00 Cost Pool II Rp 368,86 x 579.125 Jam 213.616.047,50 Cost Pool III Rp 18.136,23 x 10.245 m 2 185.805.676,35 Total Biaya Overhead Pabrik 1.216.029.944,85 Total Biaya Produksi 4.743.072.754,85 Jumlah Produk yang Diproduksi (unit) 486.004 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit 9.759,33
Tabel 16. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit Type IV Biaya Bahan Baku 11.960.100.384,00 Biaya Tenaga Kerja Langsung 690.958.526,00 Biaya Overhead Pabrik : Cost Pool I Rp 1.680,25 x 1.743.216 Unit 2.929.038.684,00 Cost Pool II Rp 368,86 x 2.941.180 Jam 1.084.883.654,80 Cost Pool III Rp 18.136,23 x 10.245 m 2 185.805.676,35 Total Biaya Overhead Pabrik 4.199.728.015,15 Total Biaya Produksi 16.850.786.9256,15 Jumlah Produk yang Diproduksi (Unit) 1.743.216 Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit 9.666,49 Dari perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) per unit dengan Sistem Activity Based Costing (ABC) untuk Type I adalah Rp 9.940,97; Type II adalah Rp 9.830,61; Bedak Padat Type III adalah Rp 9.759,3 3; Type IV adalah Rp 9.666,49. Tabel 17. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Per Produk Per Unit Keterangan Type I Type II Type III Type IV Total Biaya Overhead Pabrik 1.928.410.203,05 2.087.450.419,42 1.216.029.944,85 4.199.728.015,15 (Unit) 718.298 811.081 486.004 1.743.216 Biaya Overhead Pabrik Per Unit 2.684,69 2.573,66 2.502,10 2.409,18 Dari perhitungan diatas dapat diketahui Biaya Overhead Pabrik per unit untuk Type I sebesar Rp 2.684,69; Type II sebesar Rp 2.573,66; Type III sebesar Rp 2.501,10; dan Type IV sebesar Rp 2.409,18. Analisis Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) antara Sistem Tradisional (Konvensional) Tabel 18. Perbandingan Biaya Overhead Pabrik Per Produk Per Unit Keterangan Type I Type II Type III Type IV Sistem Activity Based Costing (ABC) 2.684,69 2.573,66 2.502,10 2.409,18 Sistem Tradisional (Konvensional) 2.964,09 2.640,4 1 1.746,95 2.473,54 Selisih 279,40 66,75 755,15 64,36 % Perbedaan (9,43 %) (2,53 %) 43,23 % (2,60 %) Keterangan Tabel 19. Perbandingan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Produk Per Unit Type I Type II Type III Type IV Sistem Activity Based Costing (ABC) 9.940,97 9.830,61 9.759,33 9.666,49 Sistem Tradisional (Konvensional) 10.220,37 9.897,36 9.004,18 9.730,85 Selisih 279,40 66,75 755,15 64,36 % Perbedaan (2,73 %) (0,67 %) 8,39 % (0,66 %) Lebih Menguntungkan Menggunakan Sistem Activity Based Costing (ABC) Sistem Activity Based Costing (ABC) Sistem Tradisonal (Konvensional) Sistem Activity Based Costing (ABC)
Terjadinya perbedaan pengalokasian Biaya Overhead Pabrik dan perbedaan Harga Pokok Produksi (HPP), karena Activity Based Costing (ABC) menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menentukan seberapa besar setiap overhead tidak langsung dari setiap produk bedak padat mengkonsumsikan. Sistem Tradisional (Konvensional) mengalokasikan overhead hanya berdasarkan satu atau basis alokasi (dalam pembahasan ini menggunakan satu alokasi, yaitu Jam Kerja Mesin), dengan demikian gagal menyerap konsumsi overhead yang benar menurut produksi bedak padat individual. Sistem Activity Based Costing (ABC) menghasilkan perhitungan biaya produksi yang lebih akurat dibandingkan sistem Tradisional (Konvensional). Tingkat akurasi ini sangat penting bagi perusahaan dalam menetapkan keputusan yang berkaitan dengan manajemen perusahaan, misalnya dalam penetapan Harga Jual. Sehingga dapat digunakan untuk menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Keberhasilan Sistem Activity Based Costing (ABC) dalam Memperbaiki Kelemahan Sistem Tradisional (Konvensional) Apabila PT. Martina Berto ingin mencoba alternatif penerapan sistem Activity Based Costing (ABC), maka ada tiga petunjuk yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Usahakan sistem sesederhana mungkin dan mudah dimengerti. Sistem tersebut harus merefleksi bagaimana perusahaan menyebabkan biaya terjadi. 2. Setiap perusahaan adalah berbeda. Sifat biaya secara luas berbeda dari suatu perusahaan keperusahaan lain. Hal ini berguna dalam pemilihan Cost Driver. 3. Memahami tujuan apa yang manajemen inginkan adalah sistem biaya mendukungnya. Manajemen perusahaan mempunyai banyak keputusan yang dibuat sehubungan dengan desain sistem. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, seperti yang dilakukan sistem Activity Based Costing (ABC) pada kasus perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) dimuka, maka pihak manajemen PT. Martina Berto dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk mencapai impas (break event) atas produk-produk yang dihasilkan. Selain itu manajemen PT. Martina Berto juga dapat merekayasa kembali proses manufacturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam penerapan sistem tradisional (konvensional) untuk penentuan Harga Pokok Produksi (HPP), PT. Martina Berto biaya produksi dialokasikan berdasarkan jumlah jam kerja mesin dan jam tenaga kerja langsung sebagai dasar pengalokasian Biaya Overhead Pabriknya. Namun, untuk jenis produk bedak padat dialokasikan berdasarkan jam kerja mesin. Menggunakan pemacu biaya berbasis volume (jam kerja mesin) untuk membebankan Biaya Overhead Pabrik menghasilkan Harga Pokok Produksi (HPP) yang terdistorsi, sehingga Harga Pokok Produksi (HPP) yang dihasilkan oleh sistem tradisional (konvensional) menjadi tidak akurat. Dari hasil perbandingan pada pembahasan diatas, menunjukkan sistem tradisional (konvensional) overcosted untuk Bedak Padat Type I, Type II, dan Type IV. Dan undercosted untuk Type III. 2. Sistem Activity Based Costing (ABC) mampu menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan sistem tradisional (konvensional). Karena, pada sistem tradisional (konvensional), hanya mempergunakan satu dasar pembebanan Biaya Overhead Pabrik untuk masing-masing produk bedak padat, yaitu jam kerja mesin. Sedangkan, pada sistem Activity Based Costing (ABC), masing-masing produk bedak padat dibebankan Biaya Overhead Pabrik sesuai dengan tingkat konsumsi dari produk bedak padat tersebut. Oleh karena itu, alternatif penerapan sistem Activity Based Costing (ABC) pada PT. Martina Berto perlu dipertimbangkan oleh pihak manajemen perusahaan guna menjadi lebih kompetitif. Yang pada akhirnya nanti dapat memacu aktivitas untuk mencapai pola keluaran yang lebih efisien dan lebih tinggi. Setelah diuraikan secara teoritis dan diikuti dengan analisis dan pembahasan, banyak keunggulan yang dapat diperoleh dengan menggunakan sistem Activity Based Costing (ABC), maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. PT. Martina Berto sebaiknya mempergunakan sistem perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) berdasarkan sistem Activity Based Costing (ABC), untuk produk yang sebenarnya Harga Pokok Produksi (HPP)-nya rendah dibebankan lebih tinggi, yaitu: Type I, Type II, dan Type IV. Sedangkan untuk produk yang sebenarnya Harga Pokok Produksi (HPP)-nya tinggi dibebankan lebih rendah, yaitu Type III, maka perusahaan sebaiknya tetap menggunakan sistem tradisional (konvensional).
2. PT. Martina Berto kiranya perlu mempertimbangkan alternatif penerapan sistem Activity Based Costing (ABC), karena sistem biaya tradisional (konvensional) menyebabkan perhitungan biaya yang tidak akurat. 3. Menggunakan cost driver berlevel non-unit produk dalam perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) akan menghasilkan informasi Harga Pokok Produksi (HPP) yang lebih akurat. Maka, sebaiknya PT. Martina Berto menggunakan sistem berbasis aktivitas dalam menetapkan Harga Pokok Produksi (HPP). 4. Jika pihak manajemen perusahaan ingin menerapkan sistem Activity Based Costing (ABC) ini, maka pada saat mendisain sistem Activity Based Costing (ABC) harus tidak terlalu kompleks atau sistem tersebut terlalu sulit dimengerti dan mahal untuk dipertahankan. DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim. Akuntansi Manajemen, Edisi 1. Yogyakarta : BPFE. 2005. Amin Widjaja Tunggal. Activity-Based Costing : untuk Manufakturing dan Pemasaran, Edisi Revisi. Jakarta : Harvarindo. 2003. Armanto Witjaksono. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2006. Armila Krisna Warindrani. Akintansi Manajemen. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2006. Bastian Bustami, dan Nurlela. Akuntansi Biaya, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2007. Eddy Yusuf. Analisis Biaya Produksi Berdasarkan Perhitungan Metode Activity Based Costing dan Metode Konvensional (Studi Kasus di PT. Braja Mukti Cakra), Infomatek Volume 6 Nomor 4. 2004. http://unpas.ac.id/pmb/home/images/articles/infomatek/jurnal VI 4-4a.pdf Mulyadi. Activity Based Cost System : Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya, Edisi 6. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. 2003.. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. 2007. Nurhayari, Perbandingan Sistem Tradisional dengan Sistem ABC, Digitized by USU digital library. 2004. http://library.usu.ac.id/download/ft/industri-nurhayati3.pdf Rr. Eka Sri Mulyanti. Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Activity Based Costing (ABC) System Pada Perusahaan Garment CV. Layonsari Kuta. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. 2003. Slamet Sugiri, dan Sulastiningsih. Akuntansi Manajemen, Sebuah Pengantar, Edisi 3. Yogyakarta : UPP STIM YKPN. 2004. Yuita Andriani. Analisis Penggunaan Sistem Activity Based Costing dalam Meningkatkan Akurasi Biaya (Studi Kasus: PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Bekasi). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma. 2003.