IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING UNTUK MENCIPTAKAN CUSTOMER SATISFACTION

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, problem sentral yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Persaingan dalam dunia usaha yang semakin cepat mengharuskan

PENGARUH IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA PRODUK OLI PELUMAS PT PERTAMINA (PERSERO) ENDURO 4T

SKRIPSI PENGARUH IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN (STUDI KASUS PADA RUMAH MAKAN SUSHI YATAI DI MAKASSAR)

BAB I PENDAHULUAN. (21/8/2012). Hal ini tidak terkecuali pada perusahaan jasa, perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis. Banyak perusahaan yang saling berlomba untuk

PENGARUH IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (Survei pada Nasabah PT. XXX Cabang Malang)

ANALISIS PENGARUH IMPLEMENTASI INPUT RELATIONSHIP MERKETING TERHADAP CUSTOMER LOYALTY PADA PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA SKRIPSI

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN

DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman ISSN (Online):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH RELATIONSHIP QUALITY

Pengaruh Hubungan Pemasaran Terhadap Loyalitas Pelanggan PT Finansia Multi Finance/kredit plus Manado

PENGARUH IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PADA PRODUK OLI PELUMAS PT PERTAMINA (PERSERO) ENDURO 4T

BAB 1 PENDAHULUAN. kepuasan kepada pelanggan secara maksimal, karena pada dasarnya tujuan dari

PENGARUH KEPERCAYAAN DAN KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH PERBANKAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat besar, hal ini dapat dilihat dari berbagai strategi

tidak mempengaruhi loyalitas pelanggan jasa transportasi udara.

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

Fendy G. Tangkilisan, Relationship Marketing Pengaruhnya

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH (Survei pada Nasabah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Cabang Pasuruan)

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH MANAJEMEN KUALITAS DALAM PERUSAHAAN JASA. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Mutu Dosen Pengampu: Drs. Ketut Sudharma, M.

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan memperebutkan nasabah bank di Indonesia sangat ketat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, maka kesimpulan penelitian ini adalah sebagai

PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA (AJB) BUMIPUTERA 1912 CABANG PURWOREJO ABSTRAK

BAB II URAIAN TEORITIS. judul Pengaruh Relationship Marketing Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada CV.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian yang sangat dinamis seperti sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. waktu ke waktu. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan

PENGARUH KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH BANK

DAFTAR ISI... Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... viii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAKSI... BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan bisnis yang sangat kompetitif dewasa ini menuntut

Jordyanto Hermanus Laemonta & Metta Padmalia, Pengaruh Inovasi dan Kualitas Layanan terhadap Loyalitas Konsumen Terang Bulan Martabak 93

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, simpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING, CUSTOMER RELATIONSHIP MARKETING

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat dijelaskan dalam penelitian ini

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PENGUNJUNG HOTEL DI KOTA MAKASSAR (Studi pada Hotel TM Makassar) H A D I D U STIE-YPUP Makassar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang ada di negara kita

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pesat seiring dengan semakin berkembangnya industri perbankan syariah.

USULAN PERBAIKAN KUALITAS LAYANAN MENGGUNAKAN METODE SERVICE QUALITY

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Nasabah Standard Charterd Bank KCP Gajah Mada Jakarta. Dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

SKRIPSI PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN STUDI KASUS PADA RUMAH MAKAN SUSHI BIZKID DI MAKASSAR A.

BAB I PENDAHULUAN. cepat saji hingga restoran yang menyediakan full course menu. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. customer life value. Nilai seumur hidup pelanggan atau CLV (Customer Life Value)

PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN (STUDI PADA STIE TOTALWIN SEMARANG)

JURNAL. Oleh : DAVY MAYSANDI NPM

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh perusahaan atau organisasi adalah relationship marketing,

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko

* Agus Mansur, ** Intan Wahyu WD Jurusan Teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta * **

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan nilai konsumen, sehingga konsumen puas diikuti pula dengan. yang memperhatikan kualitas produk dan layanan.

BAB V PENUTUP. tanggap, jaminan, dan empati secara bersama-sama terhadap kepuasan

PENGARUH RELATIONSHIP MARKETING TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN (Survei pada Pelanggan Savana Hotel dan Convention Malang)

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis telah semakin ketat. Setiap perusahaan saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH KUALITAS LAYANAN, HARG DAN KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP LOYALITAS PENONTON UNTUK MENONTON FILM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

FAKTOR KUALITAS LAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT PADA PT. BANK PANIN TBK SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiri dikarenakan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan barang dagangan (merchandising), penetapan harga, pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Chan (2003) mendefinisikan relationship marketing sebagai pengenalan

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP INTENSI PEMBELIAN ULANG DI TOKO BUKU GRAMEDIA MERDEKA BANDUNG. Nur Hayati ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor

PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN. Diah Yulisetiarini Fakultas Ekonomi Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan dalam usaha yang semakin cepat mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan pemasaran (relationship marketing). Lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bernegara yang diorganisasi dalam bentuk republik,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas (globalisasi), setiap perusahaan harus

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN ANGGOTA KP-RI UNIVERSITAS JEMBER UNIT KERJA FKIP TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan, pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. Paragdima tersebut disebut customer relationship management (CRM) dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

BAB I PENDAHULUAN. signifikan membuat lembaga-lembaga keuangan Syariah tentunya harus memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEMBANGUN KESETIAAN PELANGGAN MELALUI KEPUASAN PELANGGAN. Dewi Fatmasari Jurusan Administrasi Niaga FISIP Universitas Pandanaran ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kepada nasabahnya selalu mengutamakan pelayanan yang berkualitas. persaingan dan jumlah pesaing menuntut perusahaan untuk selalu

Analisis kualitas pelayanan (service quality) terhadap kepuasan konsumen pada rumah makan sop ayam Pak Min Klaten di Malang

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK

ANALISIS PENERAPAN LOYALTY PROGRAM PADA INDUSTRI PERHOTELAN DI SURABAYA. Christina Esti Susanti ABSTRACT

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Rara Ayu Riandari B ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERADAP KEPUASAN NASABAH SIMPAN PINJAM. Made Mardhi Winata 1 Ni Wayan Ekawati 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pelanggan. membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

10 c. Persepsi sikap terhadap penggunaan (attitude) d. Persepsi minat perilaku (behavioral intention to use) Persepsi pengguna terhadap manfaat teknol

Ekuilibrium : Jurnal Ilmiah Bidang Ilmu Ekonomi P-ISSN X Volume 11, No 2, September 2016 E-ISSN

PENGARUH KULAITAS PELAYANAN SALESMAN TERHADAP KEPERCAYAAN PELANGGAN PADA PT. KALBE FARMA TRADING DAN DISTRIBUTION DI KOTA PALOPO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kazi Omar Siddiq dengan judul

Transkripsi:

Jurnal Ekonomi MODERNISASI Fakultas Ekonomi-Universitas Kanjuruhan Malang http://e-journal.ukanjuruhan.ac.id IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING UNTUK MENCIPTAKAN CUSTOMER SATISFACTION Dinda Frismandiri Abstract: Penelitian ini bertujuan menguji dampak relationship marketing inputs melalui understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, dan empowering employees terhadap customer satisfaction. Penelitian dilakukan pada nasabah Bank Central Asia Cabang Malang. Sampel diambil dengan metode accidental sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 100 nasabah. Metode analisis menggunakan Regresi Berganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, dan empowering employees teruji mampu menciptakan customer satisfaction nasabah. Di antara variabel relationship marketing inputs ternyata building service partnership memberikan dampak yang paling besar dalam menciptakan customer satisfaction nasabah.. Kata kunci: understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, empowering employees dan customer satisfaction. PENDAHULUAN Persaingan dunia usaha khususnya perusahaan jasa menuntut diterapkannya konsep pemasaran yang inovatif dalam rangka meningkatkan jumlah pelanggan. Konsep pemasaran menyatakan bahwa suatu organisasi harus memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat menguntungkan. Untuk menerapkan konsep pemasaran, organisasi harus memahami konsumen mereka dan tetap dekat dengan mereka untuk menyajikan produk serta layanan yang akan dibeli dan digunakan dengan baik oleh konsumen (Peter dan Olson,1996). Pencapaian kepuasan pelanggan merupakan tujuan utama bagi perusahaan jasa saat ini, peningkatan kepuasan pelanggan dan ingatan pelanggan mengarah pada perbaikan profit, karena pengeluaran marketing menjadi rendah (Reichheld, 1996). Hal ini menunjukkan bahwa orientasi profit bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa maupun produk difokuskan melalui upaya penciptaan kepuasan pelanggan. Relationship marketing merupakan upaya untuk menarik, memelihara dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan (Berry dalam Wibowo, 2006). Relationship marketing merupakan jenis pendekatan bersifat jangka panjang, yang berbeda dengan pendekatan pemasaran transaksional yang berorientasi jangka pendek. Tujuan dari pemasaran transaksional adalah untuk mendapatkan pelanggan semata, sedangkan tujuan dari relationship marketing adalah untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan. Dinda Frismandiri adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Kanjuruhan Malang 32

Dinda Frismandiri, Implementasi Relationship Marketing.. 33 Relationship marketing biasanya lebih sering digunakan dalam perusahaan jasa, sedangkan pemasaran transaksional lebih aplikatif dan sesuai untuk pemasaran bagi perusahaan yang menghasilkan produk manufaktur (Gronroos dalam Wibowo, 2006). Tujuan utama dari relationship marketing adalah meningkatkan kepuasan konsumen agar menjadi pelanggan yang setia kepada perusahaan, Customer satisfaction merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcomes) sama atau melampui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan (Enggel dalam Tjiptono, F 2000). Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Wibowo, (2006) dan Haruna (1997) yaitu meneliti pengaruh variabel relationship marketing inputs yang terdiri dari Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, Total Quality Management dan Empowering Employees terhadap Customer Satifaction. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi proses relationship marketing pada perusahaan perbankan dalam upaya menciptakan kepuasan pelanggan, karena perbankan merupakan salah satu penyedia jasa yang menerapkan adanya keramahtamahan dalam hubungan dengan konsumen. Tujuan penelitian adalah 1) menganalisis pengaruh variabel relationship marketing inputs yang terdiri dari Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, Total Quality Management dan Empowering Employees terhadap Customer Satifaction, dan 2) menguji di antara variabel relationship marketing inputs yang terdiri dari Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, Total Quality Management dan Empowering Employees yang berpengaruh dominan terhadap Customer Satifaction. TINJAUAN TEORITIS Customer Satisfaction Kepuasan atau ketidakpuasan akan suatu produk atau jasa sebagai akhir dari suatu proses penjualan memberikan dampak tersendiri kepada perilaku pelanggan akan produk tersebut. Pembentukan sikap dan pola perilaku seorang pelanggan terhadap pembelian dan penggunaan produk atau jasa merupakan hasil dari pengalaman mereka sebelumnya (Lupiyoadi, 2001). Kotler (2000) menyatakan kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Jika kinerja berada di bawah harapan pelanggan tidak puas. Jika kinerja melampaui harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Tjiptono (2000) kepuasan pelanggan dirumuskan sebagai evaluasi purna beli, dimana persepsi terhadap kinerja alternatif produk atau jasa yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian Menurut Lupiyoadi (2000) terdapat lima faktor utama yang harus diperhatikan dalam mengukur tingkat kepuasan pelanggan,, meliputi : 1. Kualitas produk, pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. 2. Kualitas layanan, pelanggan akan merasa puas mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan yang diharapkan. 3. Emosional, pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk atau jasa tertentu. 4. Harga, produk yang mempunyai kualitas sama dengan harga yang relatif murah akan memberikan nilai tinggi terhadap pelanggan.

34 MODERNISASI, Volume 4, Nomor 1, Februari 2008 5. Biaya, pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan dalam mendapatkan produk atau jasa cenderung puas terhadap poduk atau jasa yang digunakan.

Dinda Frismandiri, Implementasi Relationship Marketing.. 35 Relationship Marketing Relationship marketing menurut Evans dan Laskin dalam Wibowo S, (2006) diartikan sebagai proses dimana suatu perusahaan membangun aliansi jangka panjang dengan pelanggan dan calon pelanggan, bekerjasama untuk mencapai satu tujuan yang ditentukan. Tujuan tersebut dipenuhi dengan memahami kebutuhan konsumen, memperlakukan konsumen sebagai mitra, menjamin bahwa para pegawai memenuhi kepuasan konsumen dan memberikan kualitas yang baik kepada konsumen. Relationship marketing adalah proses berkelanjutan yang mensyaratkan suatu perusahaan agar menjalin komunikasi tetap dengan konsumen untuk memastikan tujuan tercapai, dan memadukan proses relationship marketing kedalam rencana strategik sehingga memungkinkan perusahaan mengelola sumber daya dengan baik dan memenuhi kebutuhan konsumen di masa mendatang. Tujuan utama relationship marketing sebenarnya adalah untuk menemukan lifetime value dari pelanggan. Setelah lifetime value didapat, tujuan selanjutnya adalah bagaimana agar lifetime value masing-masing kelompok pelanggan dapat terus diperbesar dari tahun ketahun. Setelah itu, tujuan ketiganya adalah bagaimana menggunakan profit yang didapat dari dua tujuan pertama untuk mendapatkan pelanggan baru dengan biaya yang relatif murah. Dengan demikian, tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan keuntungan terus menerus dari dua kelompok pelanggan : pelanggan yang sekarang dan pelanggan baru (Chan S, 2003). Model Relationship Marketing Model relationship marketing yang dirumuskan oleh Evans dan Laskin (Wibowo, 2006), adalah terdiri dari relationship marketing inputs yang mencakup : understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, empowering employees dan relationship marketing outcomes yang mencakup customer satisfaction, customer loyalty, quality of product, increased profitability. Relationship Marketing Inputs 1. Understanding Customer Expectation Pelanggan, terutama pelanggan yang loyal, harus tetap dijaga dan dimanjakan agar tidak berpaling keperusahaan lain. Perusahaan harus mempunyai strategi untuk mempertahankan konsumennya, disamping itu perusahaan harus bisa mengidentifikasikan apa yang diharapkan atau yang diinginkan konsumen. Sehingga semua produk yang ditawarkan, proses penawaran sampai pada cara bertransaksi disesuaikan dengan keinginan setiap individu pelanggan tersebut (Chan S, 2003) Understanding Customer Expectation merupakan kegiatan yang melibatkan kemampuan perusahaan untuk melakukan identifikasi apa yang diinginkan oleh konsumen dan memasarkan barang dan jasa di atas tingkat yang diharapkan. Tidak mudah untuk mengidentifikasi apa yang diharapkan oleh seorang pelanggan, pelanggan ingin pemasar mengetahui keinginan-keinginan mereka. Pelanggan juga ingin pemasar memahami prefensi, gaya hidup dan hobinya. Untuk memenuhi keinginan pelanggan yang semakin kompleks itu, sebuah perusahaan harus bisa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang pelanggan dan menggunakanya pada saat yang tepat. 2. Building Service partnership Beberapa pertimbangan dalam membangun pelayanan kemitraan menurut Evans dan Laskin dalam Wibowo S (2006) adalah : (1) kedua pihak yaitu pembeli dan penjual memiliki fokus yang sama mengenai kebutuhan spesifik yang ingin dicapai masing-masing harus merasa dalam posisi win-win, (2) kedua pihak merupakan kolaboratif yang harus bekerjasama mencapai tujuan yang sama, dan (3) kedua pihak harus melakukan antisipasi adanya masalah.

36 MODERNISASI, Volume 4, Nomor 1, Februari 2008 3. Total Quality Management Defiisi lainya menyatakan bahwa total quality management menggambarkan penekanan mutu yang memacu seluruh organisasi, mulai dari pemasok sampai pada konsumen (Render dan Heizer, 2001 dalam Wibowo S, 2006). Total quality management melibatkan kondisi secara penuh untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan terus menerus mengadakan perbaikan pada setiap perusahaan. Fokus dari total quality management adalah meningkatkan kepuasan konsumen, mengutamakan pendekatan kualitas, menggunakan banyak dimensi kualitas, melibatkan dan memperdayakan pegawai untuk mencari cara melakukan tindakan yang lebih baik dan memiliki orientasi proses. Total quality management ada bermacam-macam, total quality management diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan kedalam falsafah holistic yang dibagun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktifitas dan pengertian serta kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam Tjiptono, 2000) Total Quality Management atau manajemen mutu terpadu dapat dilihat sebagai pendekatan utama untuk mendapatkan kepuasan pelanggan dan keuntungan industri. Industri harus memahami bagaimana pelangganya memandang mutu dan tingkat mutu yang diharapkan pelanggan dengan mendefinisikan hubungan antara keinginan konsumen kedalam atribut-atribut barang atau jasa secara tepat. 4. Empowering Employees Pemberdayaan karyawan biasanya dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada karyawan untuk mempraktekan kreativitas mereka dalam menyelesaikan masalah konsumen, dengan memberikan otoritas lebih kepada pegawai berarti mengurangi birokrasi internal. Disamping itu pegawai yang diperbedayakan dapat mengubah hubungan yang singkat dengan konsumen menjadi hubungan jangka panjang. Peran karyawan yang terdiri dari karyawan sangat penting bagi keberhasilan setiap organisasi jasa, mereka memainkan peran didalam penyajian jasa serta mempengaruhi persepsi pelanggan. Relationship Marketing Outcomes 1. Customer Satisfaction Kepuasan atau ketidakpuasan akan suatu produk atau jasa sebagai akhir dari suatu proses penjualan memberikan dampak tersendiri kepada perilaku pelanggan akan produk tersebut. Pembentukan sikap dan pola perilaku seorang pelanggan terhadap pembelian dan penggunaan produk atau jasa merupakan hasil dari pengalaman mereka sebelumnya (Lupiyoadi, 2001). Berkembangnya masyarakat teknologi yang menyebabkan perkembangan konsep pemasaran, pada saat ini perusahaan dituntut menggapai cara-cara atau kebiasaan masing-masing dalam usahanya memenuhi kebutuhannya. Perusahaan tidak saja berorientasi kepada konsumen tetapi berorientasi juga pada masyarakat. Pada dasarnya tujuan bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan agar merasa puas (Schaar dalam Tjiptono, 2000). Kotler (2000) menyatakan kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Jika kinerja berada di bawah harapan pelanggan tidak puas. Jika kinerja melampaui harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. Kunci utama untuk memenangkan persaingan adalah memberikan nilai dan kepuasan kepada konsumen melalui penyampaian produk dan jasa yang berkualitas dengan harga bersaing. Dalam

Dinda Frismandiri, Implementasi Relationship Marketing.. 37 membeli suatu produk, konsumen biasanya berusaha memaksimalkan nilai (value) yang dirasakanya. Kepuasan konsumen dapat tercapai apabila kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen terpenuhi. Dengan mengetahui ada yang diinginkan oleh konsumen, akan memudahkan perusahaan dalam mengkomunikasikan produknya kepada target konsumenya. Pada umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survei, baik melalui pos, telepon maupun wawancara pribadi melalui survei perusahaan yang akan diperoleh tanggapan dan umpan balik (feed back) secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan memberikan perhatian khusus terhadap para pelangganya (Tjiptono, 2000) 2. Customer Loyalty Terdapat empat manfaat utama yang berkaitan dengan loyalitas konsumen, yaitu 1) loyalitas meningkatkan pembelian konsumen; 2) loyalitas konsumen menurunkan biaya yang ditanggung perusahaan untuk melayani konsumen; 3) loyalitas konsumen meningkatkan komunikasi yang positif dari mulut ke mulut; 4) Manfaat utama yang terakkhir dari loyalitas konsumen adalah retensi karyawan. Karyawan-karyawan pada bisnis jasa sering dipengaruhi oleh interaksi harian mereka dengan konsumenkonsumen perusahaan, karena orang cenderung lebih suka bekerja dengan organisasi organisasi yang konsumennya loyal dan puas (Zeithami, 2000). 3. Quality of Product Hasil positif dari relationship marketing adalah mendorong perusahaan untuk memperbaiki kualitas produk atau jasa. Kualitas sendiri memiliki banyak kriteria yang berubah secara terus-menerus. Kualitas sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri dari kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah ukuran seberapa jauh suatu produk memenuhi persyaratan atau spesifikasi kualitas yang ditetapkan (Tjiptono, 2000). Banyak pakar organisasi yang mencoba mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangya masing-masing. Meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat kesamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut : a) Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. b) Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan. c) Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah. Berdasarkan elemen-elemen tersebut, maka kualitas dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goets dan Davis dalam Tjiptono, 2000). Pemberian kualitas layanan superior tampaknya menjadi syarat sukses, karena jika tidak maka dalam jangka waktu tidak lama bisnis semacam ini tidak akan bertahan. Kualitas dipandang sebagai suatu bentuk evaluasi keseluruhan terhadap produk, sama halnya dengan sikap (Olshavsky, 1985 dalam Pasaruraman,et.al, 1988). Relationship marketing disini berfungsi sebagai pendorong bagi perusahaan untuk memperbaiki kualitas produk dan jasa. 4. Increased Profitability Untuk berhasil proses relationship marketing harus mampu menghasilkan laba jangka panjang yang lebih tinggi. Relationship marketing inputs mungkin membutuhkan pengeluaran yang cukup besar. Tetapi, outcomes dari proses relationship marketing akan menghasil kinerja penjualan yang lebih baik, efisiensi

38 MODERNISASI, Volume 4, Nomor 1, Februari 2008 biaya produksi dan pemasaran jadi akan berdampak positif pada kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Penelitian terdaulu tentang relationship marketing dilakukan oleh Wibowo S (2006), yaitu pada perusahaan industri Hospitality dengan hasil menunjukan bahwa Pengaruh variabel relationship marketing inputs terhadap Customer Satifaction adalah Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, dan Empowering Employees merupakan predikator bagi kepuasan pelanggan, sedangkan Total Quality Management bukan predikator bagi kepuasan pelanggan. Sedangkan pada variabel relationship marketing inputs terhadap Customer Loyalty adalah Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, dan Empowering Employees merupakan predikator bagi Loyalitas pelanggan, sedangkan Total Quality Management bukan predikator bagi Loyalitas pelanggan. Penelitian lain dilakukan oleh Haruna (1997) pada perusahaan jasa penerbangan Bouraq Airlines dengan hasil menunjukan bahwa Understanding Expectation dan Empowering Employees tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Customer Satisfaction, sedangkan Building Service Partnership dan Total Quality Management berpengaruh signifikan terhadap Customer Satisfaction. Untuk Customer Loyalty semua variabel yang termasuk dalam relationship marketing inputs berpengaruh signifikan. Hasil yang sama juga didapatkan bahwa variabel yang termasuk dalam relationship marketing inputs berpengaruh signifikan terhadap Quality of Service. Dan yang terakhir adalah Increased Profitability hanya dipengaruhi oleh Understanding Customer Expectation dan Total Quality Management. Sedangkan Building Service Partnership dan Empowering Employees tidak berpengaruh secara signifikan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya difokuskan pada relationship marketing inputs yang terdiri dari Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, Total Quality Management dan Empowering Employees terhadap Customer Satifaction. Model penelitian adalah sebagai berikut: Understanding Customer Expectation Building Service Partnership Total Quality Management Customer Satisfaction Empowering Employess Gambar 1. Model Penelitian

Hipotesis H1 H2 Dinda Frismandiri, Implementasi Relationship Marketing.. 39 Understanding Customer Expectation, Building Service Partnership, Total Quality Management dan Empowering Employees berpengaruh signifikan terhadap Customer Satifaction Building Service Partnership memiliki pengaruh dominan terhadap Customer Satifaction METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research dalam bentuk survey untuk pengujian hipotesis. Sampel penelitian sebanyak 100 nasabah Bank Central Asia Cabang Malang, diambil dengan metode Accidental Sampling. Jenis data adalah data primer sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner tertutup). Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, dan empowering employees dan variabel terikat customer satisfaction. 1. Understanding Customer Expectation ( X 1 ) Understanding customer expectation merupakan upaya perusahaan dalam melakukan identifikasi apa yang diinginkan oleh konsumen dan memasarkan barang dan jasa diatas tingkat yang konsumen harapkan (Wibowo S, 2006), diukur dengan indikator sikap karyawan, pelayanan karyawan, dan jaminan keamanan simpanan dana nasabah. 2. Building Service Partnership ( X 2 ) Building service partnership merupakan kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan dengan konsumen dalam menambahkan pelayanan yang diinginkan oleh konsumen atas suatu produk perusahaan (Wibowo S, 2006), diukur dengan indikator kemampuan karyawan menangani keluhan pelanggan, kemampuan perusahaan dalam melibatkan pelanggan dalam meningkatkan mutu, dan kemampuan perusahaan dalam mendorong karyawannya untuk melayani pelanggan dengan ramah dan bersahabat. 3. Total Quality Management ( X 3 ) Total quality management merupakan suatu usaha membangun mutu perusahaan secara terpadu yang memacu seluruh organisasi, mulai dari pemasok sampai pada konsumen (Wibowo S, 2006), diukur dengan indikator kemampuan perusahaan dalam meningkatkan mutu pelayanan, sikap karyawan yang percaya diri dalam melaksaakan tugas, dan kemampuan perusahaan dalam menyediakan fasilitas fisik yang baik. 4. Empowering Employees ( X 4 ) Empowering employees merupakan upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan kepada karyawanya untuk berusaha memenuhi kebutuhan konsumen dan menyelesaikan permasalahan konsumen (Wibowo S, 2006), diukur dengan indikator tanggung jawab karyawan dalam menyelesaikan masalah, kemampuan perusahaan dalam menyediakan lingkungan dan suasana kerja yang baik bagi karyawan, wewenang dan kemampuan karyawan dalam menyelesaikan masalah.

40 MODERNISASI, Volume 4, Nomor 1, Februari 2008 5. Customer Satisfaction ( Y ) Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya (Kotler, 2000). Pengukuran kepuasan pelanggan diukur berdasarkan kesetiaan kepada perusahaan, kepuasan terhadap kepuasan, switching intention, dan keputusan pilihan. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda, digunakan untuk menganalisis pengaruh perubahan variabel bebas terhadap perubahan variabel terikat, pengujian hipotesis menggunakan Uji t pada taraf signinifikan 5%. Persamaan Regresi Linier Berganda: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + e a = konstanta bi = Koefisien regresi X 1 = Variabel Understanding Customer Expectation X 2 = Variabel Building Service Partnership X 3 = Variabel Empowering Employees X 4 = Variabel Customer Satisfaction HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis regresi berganda antara relationship marketing inputs yang terdiri dari understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, dan empowering employees terhadap customer satisfaction adalah sebagai berikut: Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Variabel Bebas B t Prob. Keterangan Understanding customer expectation (X 1 ) 0,112 2,366 0,021 Signifikan Building service partnership (X 2 ) 0,153 2,853 0,006 Signifikan Total quality management (X 3 ) 0,134 2,050 0,045 Signifikan Empowering employees (X 4 ) 0,141 2,293 0,026 Signifikan Variabel Terikat: Customer satisfaction (Y) Multiple R = 0,863 Adjusted R 2 = 0,727 F = 40,850 Prob. = 0,000 Sumber: Data primer diolah

Dinda Frismandiri, Implementasi Relationship Marketing.. 41 Uji Model (Uji F) Pengujian model regresi dilakukan dengan Uji F pada taraf α = 0,05 berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai F hitung = 40,850 sedangkan nilai F tabel = 2,53 jadi F hitung > F tabel dengan probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05 hal ini menunjukkan bahwa understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, dan empowering employees dapat menjelaskan perubahan customer satisfaction, dengan demikian model regresi linier berganda yang digunakan tepat. Adapun kemampuan understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, dan empowering employees dalam menjelaskan customer satisfaction adalah sebesar 72,7%, ditunjukkan dari nilai Adjusted R Square sebesar 0,727 berarti sisanya sebesar 27,3% variasi customer satisfaction dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Uji Hipotesis Hasil uji t menunjukkan bahwa masing-masing variabel bebas adalah sebagai berikut: 1. Understanding customer expectation Koefisien regresi sebesar 0,112 dengan nilai probabilitas 0,021 lebih kecil dari α 0,05 maka Ho ditolak berarti understanding customer expectation teruji berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Semakin tinggi understanding expectation dari nasabah akan berdampak pada peningkatan kepuasannya. 2. Building service partnership Koefisien regresi sebesar 0,153 dengan nilai probabilitas 0,006 lebih kecil dari α 0,05 maka Ho ditolak berarti building service partnership teruji berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Semakin tinggi kemampuan perusahaan menciptakan service partnership dengan nasabah akan berdampak pada peningkatan kepuasannya. 3. Total quality management Koefisien regresi sebesar 0,134 dengan nilai probabilitas 0,045 lebih kecil dari α 0,05 maka Ho ditolak berarti total quality management teruji berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Semakin tinggi implementasi TQM di perusahaan akan berdampak pada peningkatan kepuasannya. 4. Empowering employees Koefisien regresi sebesar 0,141 dengan nilai probabilitas 0,026 lebih kecil dari α 0,05 maka Ho ditolak berarti empowering employees teruji berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Semakin tinggi upaya pemberdayaan karyawan akan berdampak pada peningkatan kepuasannya. Berdasarkan hasil uji t tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, dan empowering employees berpengaruh signifikan terhadap customer satisfaction diterima. Selanjutnya hipotesis kedua yang menyatakan bahwa building service partnership berpengaruh dominan terhadap customer satisfaction dapat diuji melalui nilai koefisien Beta standardized..

42 MODERNISASI, Volume 4, Nomor 1, Februari 2008 Tabel 2. Beta Standardized Koefisien Understanding customer expectation (X 1 ) Beta Standardized 0,264 Building service partnership (X 2 ) 0,289 Total quality management (X 3 ) 0,232 Empowering employees (X 4 ) 0,227 Sumber: Data primer diolah. Perbandingan nila Beta Standardized pada tabel 2 menunjukkan bulding service partnership memiliki nilai Beta paling besar di antara ketiga variabel bebas yang lain, dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan building service partnership berpengaruh dominan terhadap customer satisfaction diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wibowo S (2006) dan Haruna (1997) yang menunjukkan bahwa understanding customer expectation berpengaruh signifikan terhadap customer satisfaction. Understanding customer expectation berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Hal ini menunjukkan bahwa upaya perusahaan melakukan identifikasi apa yang diinginkan oleh konsumen mampu memberikan layanan kepada nasbaah di atas tingkat yang diharapkan. Identifikasi keinginan pelanggan ternyata mampu mengetahui keinginan-keinginan pelanggan. Pelanggan menjadi merasa bahwa BCA mampu memenuhi prefensi, gaya hidup mereka. Hal ini sejalan dengan dinamika nasabah yang memiliki keinginan yang semakin kompleks, Bank BCA mampu mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang pelanggan dan menggunakanya pada saat yang tepat. Jadi untuk memenuhi keinginan nasabah yang semakin kompleks, sebuah perusahaan perbankan harus bisa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang nasabah dan menggunakannya pada saat yang tepat. Dengan demikian, seorang nasabah merasa membeli sesuatu jasa perbankan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Building service partnership berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Kemampuan perusahaan perbankan menjalin kerjasama dengan nasabah dalam menambahkan pelayanan yang diinginkan nasabah atas suatu produk akan meningkatkan kepuasan nasabah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bank BCA mampu membangun pelayanan kemitraan sehingga antara bank dengan nasabah memiliki fokus yang sama mengenai kebutuhan spesifik yang ingin dicapai, pihak bank mengharapkan nasabah loyal terhadap perusahaan sehingga tetap membeli jasa yang ditawarkan bank, sedangkan nasabah menghadapkan layanan sebagaimana yang diinginkan. Total quality management berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Kemampuan perusahaan perbankan dalam meningkatkan mutu, sikap karyawan yang percaya diri dalam melaksanakan tugas dan kemampuan perusahaan menyediakan fasilitas yang baik akan meningkatkan kepuasan nasabah kepada perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan mutu berkelanjutan yang dilakukan oleh Bank BCA selama ini mampu memenuhi keinginan konsumen melalui atribut jasa yang ditawarkan BCA. Total quality management melibatkan kondisi secara penuh untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan terus menerus mengadakan perbaikan pada setiap tingkatan manajemen. Fokus dari total quality management adalah

Dinda Frismandiri, Implementasi Relationship Marketing.. 43 meningkatkan kepuasan konsumen, mengutamakan pendekatan kualitas, menggunakan banyak dimensi kualitas, melibatkan dan memperdayakan pegawai untuk mencari cara melakukan tindakan yang lebih baik dan memiliki orientasi proses. Empowering employees berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan perbankan kepada karyawannya untuk berusaha memenuhi kebutuhan nasabah dan menyelesaikan permasalahan nasabah akan meningkatkan kepuasan nasabah. KESIMPULAN Variabel understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, dan empowering employees teruji berpengaruh signifikan terhadap customer satisfaction. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi relationship marketing yang dilaksanakan perusahaan selama ini mampu meningkatkan customer satisfaction. Hasil ini relevan dengan tujuan utama dari relationship marketing yaitu meningkatkan kepuasan konsumen agar menjadi pelanggan yang setia kepada perusahaan. Customer satisfaction merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurangkurangnya memberikan hasil (outcomes) sama atau melampui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan. Bank BCA Cabang Malang selama ini berhasil memenuhi harapan pelanggan melalui marketing relationship yang telah dilaksanakan. Di antara indikator marketing relationship yaitu understanding customer expectation, building service partnership, total quality management, dan empowering employees ternyata building service partnership merupakan aktivitas marketing relationship yang paling besar memberikan dampak terhadap penciptaan customer satisfaction. SARAN Keterbatasan penelitian ini adalah hanya mengambil satu aspek saja dari relationship marketing outcomes yaitu customer satisfaction saja, sehingga kepada peneliti lain disarankan untuk mengembangkan pengaruh relationship marketing inputs terhadap aspek quality product dan increased profitability, sebagai pengembangan penelitian yang telah dilakukan ini maupun penelitian sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Chan, Syafruddin, 2003, Relationship Marketing : Inovasi Pemasaran Yang Membuat Pelanggan Bertekuk Lutut, Gramedia, Jakarta. Dharmmesta, B.S, 1999, Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual Sebagai Panduan Bagi Peneliti, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.14,No.3, Hal. 73-78. Haruna, S, 1997, The Implementation of Relationship Proses By Bauraq : The Customer s Perspective, Kelola Gadjah Mada University Business Review, Vol. 15 hal.24-37. Kotler, P, 2000, Manajemen Pemasaran, Analisis, Implementasi dan Pengendalian, Salemba Empat, Jakarta Lupiyoadi, Rambat, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa:Teori dan Praktik. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.

44 MODERNISASI, Volume 4, Nomor 1, Februari 2008 Parasuraman, A. 1988, SERVQUAL: a multiple-item scale for measuring consumer perceptions of service quality, Journal of Retailing, Vol. 64, Spring, pp. 12-40. Peter. J. P, and Olson. J. C. (1996), Consumer Behavior, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran, terjemahan edisi 4, Erlangga Jakarta. Render, B. And Heizer, J. 2001, Prinsip-prinsip Manajemen Operasi, Jakarta: Salemba Empat. Reichheld, F.F., 1996, The Loyalty Effect, Harvard Business School Press, Boston, MA. Tjiptono, F. 2000, Manajemen Pemasaran Jasa, Yogyakarta : Andi Offset. Wibowo, S., 2006, Implementasi Releationship Marketing Pada Industri Hospitality, Utilitas, Vol 14 No 2, Juni, Hal 178-196. Zeithaml, V.A dan Bitner, M.J, 2000, Marketing Service, 2 nd edition. Mc graw Hill co