B U P A T I B O Y O L A L I PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & JENIS KELAMIN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016

JUMLAH PEGAWAI NEGERI SIPIL/CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENURUT SATUAN KERJA & GOLONGAN PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI AUGUST 2016

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

D A F T A R I S I Halaman

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PENGANTAR. guna memenuhi kebutuhan masyarakat yang cenderung bertambah dari tahun

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

A. GAMBARAN WILAYAH. Kabupaten BOYOLALI. A.1. Kondisi Geografis

BAB I PENDAHULUAN...I.

PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR : 18 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

KATA PENGANTAR RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2018 KATA PENGANTAR

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN BOYOLALI

PERATURAN WALIKOTA PAGAR ALAM NOMOR 34 TAHUN 2016

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1 1

KATA PENGANTAR. Nanga Bulik, 27 Mei 2013 BUPATI LAMANDAU, Ir. MARUKAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

LAPORAN PERENCANAAN WILAYAH ACARA VI ANALISIS EKONOMI II. Disusun Guna Memenuhi Tugas Perencanaan Wilayah Dosen pengampu : Rita Noviani, S.Si, M.

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

BUPATI NGAWI PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH ( RKPD ) TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

DAFTAR ISI PENGANTAR

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR TAHUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

1. Seluruh Komponen Pelaku Pembangunan dalam rangka Penyelenggaraan Tugas Umum Pemerintahan Penyelenggaraan Tugas Pembangunan Daerah

B U P A T I B O Y O L A L I P R O V I N S I J A W A T E N G A H

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Direktorat Perencanaan Pembangunan Daerah

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

KATA PENGANTAR H. DJOHAN SJAMSU, SH PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

B U P A T I B O Y O L A L I PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI 2015

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GRAFIK... viii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-2 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-2 1.3. Hubungan antar Dokumen... I-4 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... I-5 1.5. Maksud dan Tujuan... I-6 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN II-1 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah... II-1 2.1.1 Aspek Geografi... II-1 2.1.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah... II-1 2.1.1.2 Penggunaan Lahan... II-4 2.1.1.3 Potensi Pengembangan wilayah... II-5 2.1.1.4 Kawasan Rawan Bencana... II-10 2.1.2 Aspek Demografi... II-15 2.1.2.1 Pertumbuhan dan Kepadatan penduduk Kabupaten Boyolali... II-15 2.1.2.2 Struktur Penduduk... II-17 2.1.3 Aspek Kesejahteraan Masyarakat... II-18 2.1.3.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi... II-18 2.1.3.2 Fokus Kesejahteraan sosial... II-26 2.1.3.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga... II-28 2.1.4 Aspek Pelayanan Umum... II-31 2.1.4.1 Fokus Layanan Urusan Wajib... II-31 2.1.4.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Pertanian... II-97 2.1.4.3 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang i

Kehutanan... II-114 2.1.4.4 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral... II-114 2.1.4.5 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Pariwista... II-116 2.1.4.6 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Kelautan dan Perikanan... II-117 2.1.4.7 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Perdagangan... II-123 2.1.4.8 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Perindustrian... II-124 2.1.4.9 Fokus Layanan urusan Pilihan Bidang Ketransmigrasian... II-124 2.1.5 Aspek daya Saing Daerah... II-125 2.1.5.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah... II-125 2.1.5.2 Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur... II-125 2.1.5.3 Fokus Iklim Berinvestasi... II-127 2.1.5.4 Fokus sumber Daya Manusia... II-128 2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiata RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD... II-129 2.2.1 Evaluasi Pelaksanaan RKPD... II-129 2.2.2 Realisasi Capaian RPJMD... II-133 2.3 Persalahan Pembangunan Daerah... II-133 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH... III-1 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah... III-1 3.1.1 Pertumbuhan Ekonomi... III-1 3.1.2 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah Tahun 2015 dan Tahun 2016... III-7 3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah... III-9 3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan... III-11 3.2.1.1 Arah Kebijakan Pendapatan daerah... III-11 ii

3.2.1.2 Arah Kebijakan Belanja Daerah... III-15 3.2.1.3 Kebijakan Pembiyaan Daerah... III-19 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016... IV-1 4.1 Visi, Misi, Sasaran dan Arah kebijakan Pembangunan Daerah Jangka Panjang... IV-1 4.2 Prioritas dan Pembangunan Daerah... IV-12 BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016... V-1 BAB VI PENUTUP... VI-1 LAMPIRAN II... 1 iii

DAFTAR TABEL Tabel II.1 Pengguna Lahan Pertanian... II-4 Tabel II.2 Luas kawasan peruntukan Pertanian Lahan Basah... II-6 Tabel II.3 Data kependudukan Kab. Boyolali 2010 dan 2014*... II-15 Tabel II.4 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan... II-16 Tabel II.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan kelompok Umur... II-17 Tabel II.6 Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto... II-18 Tabel II.7 Produk Domestik regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2013 dan 2014*... II-19 Tabel II.8 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tahun 2013 dan 2014*... II-20 Tabel II.9 Distribusi sumbangna PDRB ADHB Menurut Sektor/ Lapangan Usaha... II-21 Tabel II.10 Distribusi Sumbangan PDRB ADHK Menurut Sektor/ Lapangan Usaha... II-21 Tabel II.11 Pertumbuhan PDRB ADHB Kab. Boyolali... II-23 Tabel II.12 Pertumbuhan PDRB ADHK Kab. Boyolali... II-23 Tabel II.13 Perkembangan Inflasi Kab. Boyolali... II-24 Tabel II.14 Capaian Fokus Kesejahteraan Rakyat Bidang Pendidikan II-26 Tabel II.15 Capaian Fokus Kesejahteraan Rakyat Bidang Kesehatan. II-27 Tabel II.16 Capaian Fokus Kesejahteraan Rakyat Bidang Ketenagakerjaan... II-28 Tabel II.17 Capaian Fokus Bidang Kebudayaan... II-28 Tabel II.18 Capaian Fokus Bidang Pemuda dan Olahraga... II-29 Tabel II.19 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah... II-31 Tabel II.20 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pendidikan untuk fasilitas Pendidikan... II-33 Tabel II.21 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pendidikan untuk PAUD... II-34 Tabel II.22 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pendidikan untuk Angka Putus Sekolah... II-35 iv

Tabel II.23 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pendidikan untuk Angka Kelulusan... II-37 Tabel II.24 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kesehatan... II-39 Tabel II.25 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kesehatan di RSUD... II-40 Tabel II.26 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum untuk Kondisi Jalan da Irigasi... II-41 Tabel II.27 Capaian Aspek Pelayanan Bidang pekerjaan Umum untuk Rasio tempat Pembuangan Sampah... II-43 Tabel II.28 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perumahan untuk Rumah Tangga Pengguna Listrik... II-43 Tabel II.29 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Penataan Ruang... II-44 Tabel II.30 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perencanaan Pembangunan... II-44 Tabel II.31 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perhubungan... II-45 Tabel II.32 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Lingkungan Hidup... II-48 Tabel II.33 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pertanahan... II-55 Tabel II.34 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil... II-56 Tabel II.35 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak... II-59 Tabel II.36 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera... II-66 Tabel II.37 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Sosial... II-72 Tabel II.38 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan... II-73 Tabel II.39 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Koperasi Usaha Kecil dan Menengah... II-75 Tabel II.40 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Penanaman Modal... II-77 Tabel II.41 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kebudayaan... II-78 Tabel II.42 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pemuda dan Olahraga. II-80 Tabel II.43 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik dalam Negeri... II-80 Tabel II.44 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Otonomi Daerah... II-84 Tabel II.45 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Ketahanan Pangan... II-86 Tabel II.46 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pemberdayaan Masyarakat v

Dan Desa... II-93 Tabel II.47 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Statistik... II-93 Tabel II.48 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kearsipan... II-94 Tabel II.49 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Komunikasi dan Informatika... II-94 Tabel II.50 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perpustakaan... II-95 Tabel II.51 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pertanian... II-97 Tabel II.52 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pertanian untuk Peternakan... II-101 Tabel II.53 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kehutanan... II-114 Tabel II.54 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral... II-114 Tabel II.55 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pariwisata... II-116 Tabel II.56 Capaian Aspek Pelayanan BidangKelautan dan Perikanan... II-117 Tabel II.57 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perdagangan... II-123 Tabel II.58 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perindustrian... II-124 Tabel II.59 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Ketransmigrasian... II-124 Tabel II.60 Capaian Aspek Daya Saing Daerah Fokus fasilitas Wilayah/ infrastruktur Bidang Perhubungan... II-125 Tabel II.61 Capaian Aspek Daya Saing Daerah Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur Bidang Lingkungan Hidup... II-126 Tabel II.62 Capaian Aspek Daya Saing Daerah Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur Bidang Komunikasi dan Informatika... II-127 Tabel II.63 Capaian Aspek Daya Saing Daerah Fokus Iklim Berinfestasi Bidang Komunikasi dan Informatika... II-127 Tabel II.64 Evaluasi RKPD Triwulan I tahun 2015... II-129 Tabel II.65 Rekapitulasi Kesesuaian kegiatan antara RKPD dan APBD Tahun 2015... II-131 Tabel II.66 Realisasi Capaian RPJMD Tahun 2013 s.d Prediksi 2015 Kab. Boyolali... II-133 Tabel III.1 Perkembangan Produk domestik Regional Bruto Kab. Boyolali tahun 2012 dan 2013... III-3 vi

Tabel III.2 Laju Pertumbuhan PDRB sektoral Kab. Boyolali Tahun 2011-2013... III-3 Tabel III.3 Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) Kab. Boyolali Atas Harga Berlaku (ADHB) Th. 2010-2014*... III-4 Tabel III.4 Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB) Kab. Boyolali Atas Harga Konstan(ADHK) Th. 2010-2014*... III-5 Tabel III.5 Perkembangan Ekonomi Boyolali Th 2012-2014 dan Prospek Ekonomi Boyolali Th 2015-2016... III-8 Tabel III.6 Rekapitulasi Realisasi dan Prediksi Keuangan Kabupaten Boyolali dan Kerangka Pendanaanb Kab. Boyolali Th 2013 s.d Proyeksi tahun 2016... III-11 Tabel III.7 Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Kab. Boyolali Th 2013 s.d Th 2016... III-14 Tabel III.8 Realisasi dan Proyeksi Belanja Kab. Boyolali Th 2013 s.d Th 2016... III-18 Tabel III.9 Realisasi dan Proyeksi Pembiayaan Kab. Boyolali Th 2013 s.d Th 2016... III-20 Tabel IV.1 Keterkaiatan antara Visi Misi dengan Sasaran dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah tahap III RPJPD Kabupaten Boyolali tahun 2005-2025... IV-4 Tabel IV.2 Rencana Program prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2016... IV-14 Tabel V.1 Rekapitulasi Jumlah Anggaran, Program dan Kegiatan SKPD pada RKPD Kabupaten Boyolali tahun 2016... V-12 vii

DAFTAR GRAFIK Grafik II.1 PDRB kab. Boyolali Th 2013 dan 2014... II-19 Grafik II.2 Distribusi Sumbangan PDRB Kab. Boyolali Th 2014 Atas Dasar Harga Berlaku... II-22 Grafik II.3 Jumlah Produksi Padi dari Tahun 2010-2014... II-98 Grafik II.4 Tingkat Produktivitas padi dari tahun 2010-2014... II-99 Grafik III.1 Laju Pertumbuhan ekonomi Boyolali Th 2010-2014*... III-2 Grafik III.2 Laju Inflasi Boyolali Th 2010-2014... III-6 viii

DAFTAR GAMBAR Gambar II.1 Peta Rawan Bencana Banjir Air dan lahar Dingin... II-10 Gambar II.2 Peta Rawan Bencana Longsor... II-10 Gambar II.3 Peta Rawan Bencana Letusan gunung Berapi... II-11 Gambar II.4 Peta Rawan Bencana Kebakaran Hutan... II-11 Gambar II.5 Peta Rawan Bencana Gempa Bumi, Kekeringan dan Angin Topan... II-12 ix

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perencanaan pembangunan tahunan daerah dalam wilayah Kabupaten Boyolali disusun dan diuraikan kedalam dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2016, yang merupakan kelanjutan atas tahapan perencanaan pembangunan tahun sebelumnya. Mengingat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015 berakhir pada tahun 2015, sedangkan RPJMD Kabupaten Boyolali periode ke III dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) belum ditetapkan, maka perencanaan pembangunan Tahun 2016 yang diwujudkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2016 disusun dengan mendasarkan pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2025, capaian RPJMD tahun sebelumnya dan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018. Rencana Pembangunan Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2016 disusun sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2025 Tahap III, menetapkan visi pembangunan Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2025 yaitu TERWUJUDNYA KABUPATEN BOYOLALI YANG BERDAYA SAING, KONSTITUSIONAL, AMAN, MANDIRI DAN SEJAHTERA. Penyusunan RKPD ditujukan sebagai upaya mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi dan Kabupaten. Dokumen RKPD Kabupaten Boyolali Tahun 2016 bernilai strategis dan penting, karena: 1) Merupakan instrumen pelaksanaan yang menghubungkan antara RPJMD Kabupaten Boyolali Tahun Ke-2 (dua) dan Ke-3 (tiga) pada RPJPD Kabupaten Boyolali; I-1

2) Menjadi acuan penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) berupa program/kegiatan SKPD dan/atau lintas SKPD; 3) Mewujudkan konsistensi program dan sinkronisasi pencapaian sasaran RPJMD dan RPJPD; 4) Menjadi landasan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebagai dasar penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD); 5) Menjadi pedoman dalam mengevaluasi rancangan Peraturan Daerah tentang APBD. Sebagai dokumen perencanaan pembangunan daerah, RKPD Kabupaten Boyolali memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi daerah, serta program-program dan kegiatan pembangunan yang terukur disertai pagu indikatif dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Proses penyusunan RKPD Kabupaten Boyolali Tahun 2016 dilakukan dengan memperhatikan berbagai pendekatan perencanaan, yaitu dari bawah (bottom up), perencanaan dari atas (top down), perencanaan partisipatif, perencanaan teknokratik dan perencanaan politik. 1.2.Dasar Hukum Penyusunan Penyusunan RKPD Kabupaten Boyolali Tahun 2016 mendasarkan pada peraturan perundang-undangan, antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Tengah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 42); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 224, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kaliterakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); I-2

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terkahir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 8. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 29 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 (Berita Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 Nomor 29 ); 9. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 11 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 107); 10. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2010 Nomor 3); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Boyolali I-3

Tahun 2010-2015 (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2010 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 112); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2011 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 119); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Boyolali (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2011 Nomor 16, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 125); 14. Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 2 Tahun 2013 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2013 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Boyolali Nomor 140); 15. Peraturan Bupati Boyolali Nomor 32 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Boyolali (Berita Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2011 Nomor 32) sebagaimana telah di rubah dengan Peraturan Bupati Boyolali Nomor 28 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Bupati Nomor 32 Tahun 2011 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Boyolali (Berita Daerah Kabupaten Boyolali Tahun 2012 Nomor 28); 1.3.Hubungan Antar Dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2016 merupakan dokumen perencanaan pembangunan sebagai tahun awal periodisasi tahap ketiga RPJPD Kabupaten Boyolali Tahun 2005-2025, serta diselaraskan dengan Rancangan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2016 dan Rancangan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 dan dokumen perencanaan lainnya antara lain Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2031 yang ditetapkan dalam Perda Kabupaten Boyolali Nomor 11 Tahun 2011. Berdasarkan uraian di atas, maka RKPD Kabupaten Boyolali Tahun 2016 memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan dokumen-dokumen lain, baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten. I-4

1.4.Sistematika Dokumen RKPD Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2016, disusun dengan sistematika, sebagai berikut: BAB I. BAB II. PENDAHULUAN Memuat tentang latar belakang, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen perencanaan, sistematika dokumen RKPD serta maksud dan tujuan. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN Memuat kondisi yang sudah ada di wilayah Kabupaten Boyolali berdasarkan aspek geografis dan demografis, evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD sampai tahun berjalan dan realisasi RPJMD Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2015. BAB III. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Memuat tentang kebijakan ekonomi daerah dan kebijakan keuangan daerah, yang mencakup kondisi ekonomi tahun lalu dan perkiraan tahun berjalan, tantangan dan prospek perekonomian daerah, serta kebijakan sumber-sumber pendapatan daerah, belanja dan pembiayaan daerah. BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 Memuat arah, sasaran dan prioritas pembangunan daerah yang menjelaskan visi dan misi pembangunan daerah jangka panjang serta kebijakan umum pembangunan daerah Tahun 2016. BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016 Memuat rencana program dan fokus kegiatan Pemerintah Kabupaten Boyolali Tahun 2016 yang mendukung capaian Prioritas Pembangunan. I-5

BAB VI. PENUTUP Memuat harapan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan guna terlaksananya kegiatan pembangunan daerah Tahun 2016. 1.5.Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2016 adalah: 1. Memenuhi ketentuan peraturan perundangan antara lain: - Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); - Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); 2. Sebagai dasar dan pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) SKPD; 3. Sebagai dasar dalam penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS), Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) dan Rencana Kerja Anggaran (RKA) SKPD. Tujuan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2016 adalah: 1. Menerjemahkan perencanaan strategis jangka menengah yaitu RPJMD ke dalam rencana, program dan penganggaran tahunan; 2. Mengembalikan sinkronisasi, harmonisasi rencana tahunan dengan rencana strategis; 3. Mengoperasionalkan rencana strategis ke dalam langkah-langkah tahunan yang lebih konkrit dan terukur untuk memastikan keberlanjutan target sasaran yang telah ditetapkan dalam RPJMD dan dan RPJPD. I-6

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografi 2.1.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah Kabupaten Boyolali dengan bentang Barat-Timur sejauh 48 km dan bentang Utara-Selatan sejauh 54 km, mempunyai luas wilayah kurang lebih 101.510,10 hektar, dengan batas-batas wilayah, sebagai berikut : 1) Sebelah Utara yaitu Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Semarang; 2) Sebelah Timur yaitu Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Sukoharjo; 3) Sebelah Selatan yaitu Kabupaten Klaten dan Provinsi D.I. Yogyakarta; 4) Sebelah Barat yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang. Kabupaten Boyolali secara administratif terbagi dalam 19 kecamatan terdiri 261 desa dan 6 kelurahan. Kabupaten Boyolali terletak pada posisi geografis antara 110 0 22-110 0 50 Bujur Timur dan antara 7 0 7-7 0 36 Lintang Selatan. Posisi geografis wilayah Kabupaten Boyolali merupakan kekuatan yang dapat dijadikan sebagai modal pembangunan daerah karena berada pada segitiga wilayah Yogyakarta-Solo-Semarang (Joglosemar) yang merupakan tiga kota utama di wilayah Jawa Tengah- Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan dikembangkannya wisata Solo-Selo (Kabupaten Boyolali)-Borobudur (Kabupaten Magelang) atau SSB, diharapkan lebih meningkatkan pengembangan pariwisata di Kabupaten Boyolali. Disamping itu, seiring dengan mulai perencanaan pembangunan jalan tol Solo-Semarang dan jalan tol Solo- Kertosono yang melintasi wilayah Kabupaten Boyolali, II-1

maka diharapkan potensi pengembangan Kabupaten Boyolali, terutama dalam sektor perekonomian dan industri menjadi sangat besar. Topografi wilayah Kabupaten Boyolali adalah, sebagai berikut: a) Antara 75 400m dpl yaitu Kecamatan Teras, Banyudono, Sawit, Mojosongo, Ngemplak, Simo, Nogosari, Kemusu, Karanggede, Juwangi, Wonosegoro, Sambi, Andong, Klego dan sebagian Boyolali; b) Antara 400 700m dpl yaitu Kecamatan Boyolali, Musuk, Cepogo dan Ampel; c) Antara 700-1.000m dpl yaitu sebagian Kecamatan Musuk, Ampel dan Cepogo; d) Antara 1.000-1.300m dpl yaitu sebagian Kecamatan Cepogo, Ampel, dan Selo; e) Antara 1.300-1.500m dpl yaitu Kecamatan Selo. Wilayah Kabupaten Boyolali termasuk iklim tropis dengan rata-rata curah hujan sekitar 2000 milimeter/tahun. Dari sisi hidrologi, terdapat potensi/kekayaan sumber daya air, meliputi : a) Sumber air dangkal/mata air atau masyarakat setempat menyebutnya umbul, terdapat di Tlatar (Kecamatan Boyolali), Nepen (Kecamatan Teras), Pengging (Kecamatan Banyudono), Pantaran (Kecamatan Ampel); b) Waduk, terdapat di Kedungombo (Kecamatan Kemusu) seluas 3.536 ha, Kedungdowo (Kecamatan Andong) seluas 48 ha, Cengklik (Kecamatan Ngemplak) seluas 240 ha, dan Bade (Kecamatan Klego) seluas 80 ha; dan c) Terdapat 4 (empat) sungai sebagai penyedia air baku yaitu Sungai Serang, Cemoro, Pepe, dan Gandul. Struktur tanah wilayah Kabupaten Boyolali, sebagai berikut: a) Bagian timur laut sekitar wilayah Kecamatan Simo dan Karanggede, pada umumnya tanah lempung; b) Bagian tenggara sekitar wilayah Kecamatan Banyudono dan Sawit, pada umumnya tanah geluh; II-2

c) Bagian barat laut sekitar wilayah Kecamatan Musuk dan Cepogo pada umumnya tanah berpasir; dan d) Bagian utara, sepanjang perbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan (Kecamatan Juwangi, Kemusu, dan Wonosegoro) pada umumnya tanah berkapur. Jenis tanah yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali, yaitu : a) Tanah asosiasi litosol dan grumosol, terdapat di Kecamatan Kemusu, Klego, Andong, Karanggede, Juwangi; b) Tanah litosol cokelat, terdapat di Kecamatan Cepogo, Selo, dan Ampel; c) Tanah regosol kelabu, terdapat di Kecamatan Cepogo, Ampel, Boyolali, Teras, Mojosongo, Banyudono, Sawit, Ngemplak, Simo, dan Sambi; d) Tanah litosol dan regosol kelabu. Wilayah Boyolali terdapat 2 gunung, yaitu : a) Gunung Merapi; dan b) Gunung Merbabu, keduanya berada di wilayah Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel dan Musuk. Wilayah Boyolali terdapat beberapa bahan tambang, yaitu : a) Andesit, tersebar di wilayah : Kecamatan Ampel, Cepogo, Musuk, Mojosongo, Sambi, Simo, Wonosegoro dan Karanggede; b) Pasir Batu (Sirtu), tersebar di wilayah : Kecamatan Musuk, Cepogo, Selo, Simo, Teras, Banyudono, Sambi, dan Ampel; c) Bentonit, tersebar di wilayah : Kecamatan Karanggede, Wonosegoro, Klego, Simo dan Kemusu; d) Diatome, tersebar di wilayah : Kecamatan Mojosongo, dan Nogosari; e) Trass, tersebar di wilayah : Kecamatan Mojosongo, dan Klego; f) Lempung, tersebar di wilayah : Kecamatan Mojosongo, Teras, Ngemplak, Banyudono dan Sawit; II-3

g) Tanah Urug, tersebar di wilayah : Kecamatan Nogosari, Ngemplak, Banyudono, dan tersebar secara tidak merata di seluruh wilayah Kab. Boyolali; dan h) Gamping, tersebar di wilayah : Kecamatan Juwangi. 2.1.1.2 Penggunaan Lahan Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2013 seluas 101.510,1955 ha, sebagian besar (70%) merupakan lahan kering baik berupa tegalan, pekarangan, maupun hutan dan sisanya berupa sawah, waduk/kolam, dan lahan lainnya. Wilayah yang memiliki lahan kritis dan lahan kering meliputi Kecamatan Sambi, Simo, Nogosari, Andong, Klego, Karanggede, Wonosegoro, Kemusu, dan Juwangi. Kondisi tersebut kurang menguntungkan pengembangan pertanian dan upaya pemasaran dalam menarik investor. Sementara itu wilayah Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel, dan Musuk beriklim cukup sejuk mendukung untuk pengembangan budidaya peternakan sapi dan hortikultura. Penggunaan lahan secara lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut: No Tabel II.1 Tabel Penggunaan Lahan Pertanian Penggunaan Lahan Tahun 2012 Tahun 2013 Luas (Ha) % Luas (Ha) % 1. Lahan Sawah 22.830,83 22,49 22.711,16 22,37 a. Irigasi Teknis 5.146,36 5,07 5.074,25 5 b. Irigasi Teknis Setengah 4.850,55 4,78 4.852,75 4,78 c. Irigasi Sederhana 2.668,34 2,63 2.665,34 2,63 d. Tadah Hujan 10.165,58 10,01 10.118,81 9,97 2. Tanah Kering 78.679,16 77,51 78.800,61 77,63 a. Pekarangan/ Bangunan 25.329,10 24,95 25.271,62 24,9 b. Tegal/ Kebun 30.480,77 30,03 30.479,77 30,03 c. Padang Gembala 983,33 0,97 983,33 0,97 d. Tambak/ Kolam 821,09 0,81 820,45 0,81 e. Hutan Negara 14.835,50 14,61 14.835,50 14,61 II-4

No f. Penggunaan Lahan Perkebunan Negara/ Swasta Tahun 2012 Tahun 2013 Luas (Ha) % Luas (Ha) % - - 0 g. Lainnya 6.229,37 6,1 6.409,94 6,31 JUMLAH : 101.509,99 100 101.511,77 100 Sumber data : BDA Tahun 2014 2.1.1.3 Potensi Pengembangan Wilayah Potensi pengembangan wilayah Kabupaten Boyolali sangat bervariasi meliputi sektor pertanian, industri, jasa serta pariwisata. Pengembangan potensi wilayah di Kabupaten Boyolali dilaksanakan berdasar potensi komoditas unggulan, kondisi sosial, ekonomi serta pengaturan pola ruang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Boyolali. Penetapan kawasan pada RTRW Kabupaten Boyolali dititikberatkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya. Kriteria untuk mendefinisikan kawasan/sub kawasan budidaya secara umum lebih didasarkan pada faktor kesesuaian lahan. Dilihat dari kriterianya, pada dasarnya terdapat wilayah yang dapat saja memenuhi kriteria untuk pengembangan beberapa jenis kegiatan budidaya (misalnya pertanian tanaman pangan lahan basah, pertanian tanaman pangan lahan kering dan pertanian tanaman tahunan/perkebunan lahan kering). Hal ini berarti penggarisannya di atas peta akan menjadi tumpang tindih. Dengan demikian, pengalokasian ruangnya disamping didasarkan pada kesesuaian lahan juga mempertimbangkan aspek ekonomis serta kebijaksanaan secara nasional atau daerah bagi prioritasnya. Arahan Pengelolaan kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk pemenuhan kebutuhan akan II-5

ruang budidaya, menghindari konflik pemanfaatan ruang, dan kelestarian lingkungan hidup. Sedangkan sasaran yang diinginkan dari pengelolaan kawasan budidaya adalah : 1) Terselenggaranya pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan; 2) Pemenuhan kebutuhan akan ruang budidaya yang sesuai kriteria/ standar ruang masing-masing sektoral; dan 3) Terhindarinya konflik pemanfaatan sumberdaya dengan pengertian pemanfaatan ruang yang berdasarkan pada prioritas pemanfaatan bagi kegiatan yang memberikan keuntungan terbesar pada masyarakat. Kawasan budidaya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari: 1) Kawasan peruntukan hutan produksi Kawasan budidaya hutan produksi, meliputi hutan produksi tetap seluas ±12.461 Ha (Kecamatan Karanggede, Klego, Kemusu, Wonosegoro dan Juwangi) dan hutan produksi terbatas seluas ± 1.204 Ha (Kecamatan Klego, Kemusu, dan Juwangi). 2) Kawasan peruntukan hutan rakyat Kawasan hutan rakyat terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali, seluas ± 19.993 Ha. 3) Kawasan peruntukan pertanian Potensi kawasan peruntukan pertanian lahan basah seluas ± 22.711 Ha, sedang target yang akan dicapai yaitu sebagai berikut: Tabel II.2 Tabel Luas Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah No. Kecamatan Jumlah (Ha) 1. Selo 35 2. Ampel 571 II-6

No. Kecamatan Jumlah (Ha) 3. Cepogo 56 4. Boyolali 295 5. Mojosongo 943 6. Teras 1.423 7. Sawit 1.275 8. Banyudono 1.510 9. Sambi 2.205 10. Ngemplak 1.404 11. Nogosari 2.480 12. Simo 2.118 13. Karanggede 1.682 14. Klego 1.568 15. Andong 2.229 16. Kemusu 652 17. Wonosegoro 1.884 18. Juwangi 381 Jumlah 22.711 Sumber Data : Boyolali Dalam Angka 2014 Potensi kawasan pertanian lahan kering dibedakan ke dalam kawasan tegalan seluas ± 30.480 Ha tersebar di 19 kecamatan. Lokasi kawasan pertanian holtikultura yang berada di Kecamatan Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Boyolali, Mojosongo, Teras, Sawit, Banyudono, Sambi, Ngemplak, Nogosari, Simo, Karanggede, Klego, Andong, Kemusu dan Wonosegoro. 4) Kawasan peruntukan perikanan Peruntukan perikanan budidaya perkolaman berada di seluruh kecamatan. Peruntukan perikanan budidaya karamba meliputi: Kecamatan Sambi, Ngemplak, Kemusu dan Juwangi. Peruntukan perikanan tangkap di perairan umum meliputi: Kecamatan Sambi, Ngemplak, Klego, Kemusu, Juwangi. Peruntukan minapolitan terdiri atas: Kawasan inti minapolitan seluas kurang lebih 2.500 (dua ribu lima ratus) hektar meliputi: Kecamatan Teras, Sawit, dan Banyudono. Sedangkan penyangga minapolitan meliputi: selain ketiga kecamatan tersebut. Rencana pengembangan jaringan perikanan berupa Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Benih Ikan (BBI) meliputi: II-7

Balai Benih Ikan (BBI) Tlatar; dan Balai Benih Ikan (BBI) Bangak. 5) Kawasan peruntukan pertambangan Rencana kawasan pertambangan belum bisa direncanakan, tetapi langkahnya adalah: Menetapkan kawasan peruntukan pertambangan atau dapat diartikan sebagai wilayah yang berpotensi pertambangan, Investarisasi bahan tambang bernilai tinggi yang indikasinya telah ada dan Ekplorasi kekayaan tambang dan mineral dengan persiapan studi kelayakan, rencana tindak dan sistem kerjasama yang akan dikembangkan. 6) Kawasan peruntukan industri Kawasan peruntukan industri besar terdiri atas jenis industri permesinan, listrik, tekstil, alat angkutan, makanan, galian bukan logam, industri kayu, dan industri sejenis lainnya seluas kurang lebih 1.176 (seribu seratus tujuh puluh enam) hektar meliputi: Kecamatan Ampel, Cepogo, Mojosongo, Teras, Sambi, Ngemplak, Nogosari, Karanggede, Klego, Kemusu, Wonosegoro, Juwangi. Kawasan peruntukan industri menengah terdiri atas jenis industri pertanian, kertas, industri kayu, penerbit, percetakan, pakaian jadi dan industri sejenis lainnya seluas kurang lebih 444 (empat ratus empat puluh empat) hektar meliputi 18 kecamatan. 7) Kawasan peruntukan pariwisata Kawasan wisata alam terdiri atas: Air Terjun Kedung Kayang berada di Kecamatan Selo, Sumber Sipendok berada di Kecamatan Ampel. Agrowisata Sapi Perah berada di Kecamatan Cepogo; Kawasan Wisata Arga Merapi-Merbabu dan lain-lain. Kawasan wisata religi terdiri atas: Makam Ki Ageng Kebo Kanigoro berada di Kecamatan Selo, Makam Ki Ageng Pantaran berada di Kecamatan Ampel. Kawasan wisata budaya terdiri atas: Kesenian tradisional dan upacara tradisional berada di Kecamatan Selo, Wayang berada di Kecamatan Sawit, II-8

Upacara tradisional berada di Kecamatan Banyudono dan lain-lain. Kawasan wisata rekreasi terdapat di kawasan wisata: Pesanggrahan Paras berada di Kecamatan Cepogo, Waduk Cengklik berada di Kecamatan Ngemplak, Waduk Kedungombo berada di Kecamatan Kemusu dan lain-lain. 8) Kawasan peruntukan permukiman Permukiman Kota, yaitu Kawasan permukiman kota mencakup wilayah pengembangan kota (untuk ibukota Kabupaten dan IKK baik yang telah mempunyai RUTRK maupun belum). Kebijakan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi : penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali (evaluasi, revisi) rencana tata ruang kota. Permukiman Perdesaan, yaitu Kebijakan pemanfaatan ruang Permukiman Perdesaan didasarkan pada tujuan untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan yang terdapat dalam KTP2D. Sedangkan, permukiman pedesaan di luar KTP2D mencakup perkampungan yang ada dan arahan bagi perluasannya. II-9

2.1.1.4 Kawasan Rawan Bencana Gambar II.1 Peta Rawan Bencana Banjir Air dan Lahar Dingin ( (Peta Sumber data: RTRW Kab. Boyolali Tahun 2011-2031) Gambar II.2 Peta Rawan Bencana Longsor (Peta Sumber data: RTRW Kab. Boyolali Tahun 2011-2031) II-10

Gambar II.3 Peta Rawan Bencana Letusan Gunung Berapi (Peta Sumber data: RTRW Kab. Boyolali Tahun 2011-2031) Gambar II.4 Peta Rawan Bencana Kebakaran Hutan (Peta Sumber data: RTRW Kab. Boyolali Tahun 2011-2031) II-11

Gambar II.5 Peta Rewan Bencana Gempa Bumi, Kekeringan dan angin Topan (Peta Sumber data: RTRW Kab. Boyolali Tahun 2011-2031) Kabupaten Boyolali merupakan daerah yang memiliki kondisi geografis dan topografis yang memungkinkan terjadinya beberapa jenis bencana. Kondisi tersebut dapat terjadi karena faktor alam maupun non alam. Beberapa kejadian bencana yang sering terjadi di Kabupaten Boyolali antara lain : 1) Banjir Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan sungai. Lokasi yang merupakan rawan banjir di Kabupaten Boyolali adalah Kec. Ngemplak, Nogosari, Sawit, Banyudono, Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi. 2) Banjir lahar dingin Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam dapur magma di bawah gunung berapi menekan II-12

ke luar permukaan dalam bentuk lahar atau lava panas. Sedangkan ancaman banjir lahar dingin terjadi jika terdapat hujan yang cukup intensif di sekitar puncak dan lereng gunung berapi setelah peristiwa vulkanisme. Lokasi yang merupakan rawan banjir lahar di Kabupaten Boyolali adalah Kecamatan Selo, Musuk, Cepogo, Boyolali dan Mojosongo di mana letaknya berdekatan dengan Gunung Merbabu dan Merapi. 3) Tanah longsor Untuk bencana longsor, wilayah Kabupaten Boyolali yang potensial terjadi yaitu di seluruh kecamatan di Kabupaten Boyolali yang memiliki lembah sungai curam, perbukitan terjal di kaki Gunung Merapi dan Merbabu (Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel dan Kecamatan Musuk). Kecamatan tersebut secara geomorfologis berada pada lereng atas dan lereng tengah bagian utara dari Gunung Merapi dan bagian selatan dan timur Gunung Merbabu yang mempunyai jenis tanah Regosol, Andosol, dan Latosol. Pada tanah regosol dan andosol banyak terjadi longsor lahan (landslide) sedangkan pada tanah latosol selain longsor lahan juga terjadi rayapan tanah (soil creep). Pada musim hujan lebih tinggi dibanding pada musim kemarau. 4) Letusan gunung berapi Berdasarkan peta geologi Kabupaten Boyolali mempunyai 2 (dua) Gunung api yaitu Gunung api Merapi yang masih aktif dan Gunung api Merbabu yang sudah tidak aktif. Aktivitas Gunung api Merapi dapat dirasakan di kawasan rawan bencana II dan III seluas 1.143 Ha yang meliputi: Kecamatan Selo (Desa Tlogolele, Klakah, Jrakah, Lencoh, Samiran dan Suroteleng), Kecamatan Cepogo (Desa Wonodoyo), dan Musuk (Desa Cluntang dan Mriyan) yang ditandai dengan terjadinya hujan abu dan guguran lahar dingin, seperti yang terjadi pada Tahun 2006 dan 2010. 5) Kebakaran hutan Kebakaran hutan di Kabupaten Boyolali umumnya terjadi saat musim kemarau, wilayah yang potensial terjadi II-13

kebakaran hutan yaitu pada lereng gunung api Merapi dan Merbabu di Kecamatan Ampel, Selo, Musuk, Cepogo selain itu potensi kebakaran juga ada di Kecamatan Kec Ampel, Selo, Juwangi, dan Wonosegoro. 6) Angin topan Angin Topan atau badai besar adalah angin kencang dengan kecepatan 20 km/jam atau lebih. Angin Topan bisa mempunyai kekuatan hembusan angin sampai 200 km per jam yang dibarengi oleh hujan yang sangat lebat sehingga menyebabkan badai di daerah pesisir dan gelombang besar yang sangat kuat di laut. Lokasi yang merupakan rawan angin topan di Kabupaten Boyolali adalah Kecamatan Selo, Cepogo, Musuk, dan Wonosegoro. 7) Kekeringan Daerah rawan kekeringan terdapat di Kecamatan Ampel, Selo, Cepogo, Boyolali, Musuk, Mojosongo, Sambi, Nogosari, Simo, Andong, Klego, Wonosegoro, Kemusu, Juwangi, dan Teras. 8) Gempa bumi Daerah rentan gempa bumi di Boyolali ada dua daerah yaitu sekitar gunung merapi yang berpotensi atas gempa vulkanik seperti di Kecamatan Selo, Musuk dan Cepogo, sedangkan daerah Kecamatan Sawit terletak pada lempeng bumi yang rawan terhadap gempa tektonik. Oleh karena itu dalam rangka pengembangan kawasan rawan bencana tersebut, dilakukan dengan: 1) Menghindari kawasan yang rawan bencana alam banjir, banjir lahar, tanah longsor, letusan gunung berapi, kebakaran hutan, angin topan, kekeringan, gerakan tanah dan gempa bumi sebagai kawasan terbangun; 2) Memberikan peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana alam; Mengembangkan bangunan tahan gempa pada daerah terindikasi rawan gempa; 3) Membangun jalur evakuasi bencana. II-14

2.1.2 Aspek Demografi 2.1.2.1 Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Boyolali Penduduk Kabupaten Boyolali pada Tahun 2010 berjumlah 953.839 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 467.762 jiwa dan perempuan sebanyak 486.077 jiwa, dengan luas wilayah 101.510,1955 ha maka kepadatan penduduk sebesar 940 jiwa/km2. Sedangkan pada akhir Tahun 2014 jumlah penduduk menjadi 966.869 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 474.824 jiwa dan perempuan sebanyak 492.045 jiwa, serta kepadatan penduduk sebesar 952 jiwa/km2. Data tersebut memberikan gambaran bahwa jumlah penduduk Kabupaten Boyolali selama 5 tahun terjadi penambahan 13.030 jiwa atau terjadi pertumbuhan rata-rata per tahun 0,31%. Data perkembangan penduduk Kabupaten Boyolali sejak akhir Tahun 2010 sampai dengan akhir Tahun 2014, sebagaimana tabel berikut: Tabel II.3 Data Kependudukan Kabupaten Boyolali 2010 dan 2014* No 1. 2. 3. 4. 5. Tahun Jenis Kelamin Laki- Laki Perempu an Jumlah Perub ahan Pertumbuhan (%) Kepadatan penduduk (Jiwa/Km 2) 2010 467.762 486.077 953.839 2.122 0,22 940 2011 469.649 487.201 956.850 3.011 0,31 943 2012 471.593 488.139 959.732 2.882 0,3 945 2013 473.988 489.851 963.839 4.107 0,43 949 2014* 474.424 492.045 966.869 3.030 0,31 952 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali * ) Angka Sementara Penjelasan tabel di atas, bahwa rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk di Kabupaten Boyolali dari Tahun 2010 sampai Tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,43%, dan Tahun 2014 tingkat pertumbuhan penduduk II-15

sebesar 0,31%. Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk maka tingkat kepadatan penduduk yang semakin tinggi sehingga perlu menjadi perhatian utama dalam penyediaan lahan pemukiman dan pertanian. Untuk mengetahui data perkembangan penduduk Kabupaten Boyolali per Kecamatan pada akhir Tahun 2014, bisa dilihat sebagaimana tabel berikut : No Tabel II.4 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Boyolali Tahun 2013 dan 2014* Kecamatan Penduduk 2013 2014* 1. Selo 27.198 27.284 2. Ampel 69.861 70.081 3. Cepogo 54.033 54.203 4. Musuk 61.449 61.642 5. Boyolali 60.661 60.852 6. Mojosongo 52.007 52.170 7. Teras 46.895 47.042 8. Sawit 32.969 33.073 9. Banyudono 45.021 45.163 10. Sambi 48.825 48.978 11. Ngemplak 72.991 73.220 12. Nogosari 61.743 61.937 13. Simo 43.651 43.788 14. Karanggdede 40.933 41.062 15. Klego 46.371 46.517 16. Andong 61.967 62.162 17. Kemusu 46.544 46.690 18. Wonosegoro 55.205 55.379 19. Juwangi 35.515 35.627 JUMLAH 963.839 966.869 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali * ) Angka Sementara Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Tahun 2014 tingkat jumlah penduduk paling tinggi yaitu Kecamatan Ngemplak dengan jumlah penduduk 73.220 jiwa kemudian Kecamatan Selo tingkat jumlah penduduk paling rendah dengan jumlah 27.284 jiwa. II-16

2.1.2.2 Struktur Penduduk Penduduk Kabupaten Boyolali sejak Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 menurut kelompok umur dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Bab II.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2014* Rentang Usia II-17 Tahun (Tahun) 2010 2011 2012 2013 2014* 0 4 94.649 79.323 70.192 64.324 64.526 5 9 65.479 80.967 77.501 76.472 76.712 10 14 84.616 85.224 82.529 82.202 82.460 15-19 72.777 73.494 79.837 81.454 81.710 20 24 62.253 62.206 60.096 63.261 63.460 25 29 72.864 72.577 67.708 64.536 64.739 30 34 71.682 71.398 70.991 72.101 72.328 35 39 69.737 69.715 67.258 66.287 66.495 40 44 71.279 71.323 71.024 71.865 72.091 45-49 65.082 65.323 65.931 66.777 66.987 50-54 57.586 57.848 61.416 63.200 63.399 55 59 44.054 44.315 47.682 50.067 50.224 60 64 34.035 34.386 37.418 39.989 40.115 > 65 87.746 88.751 100.160 101.304 101.622 JUMLAH 953.839 956.850 959.732 963.839 966.869 Sumber data: BPS Kab. Boyolali * ) Angka Sementara Penjelasan tabel di atas, bahwa pengelompokkan penduduk berdasarkan kelompok umur sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan dalam penataan jumlah angkatan kerja penduduk yang umurnya adalah usia di atas 15 tahun sampai dengan dibawah 64 tahun atau yang dikenal dengan usia produktif. Pada gilirannya usia produktif tersebut akan berkurang perkembangannya tiap tahun karena sejumlah penduduk melanjutkan sekolah dan sejumlah penduduk terserap pada lapangan kerja, selisihnya dikenal dengan angka pengangguran.

2.1.3 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.3.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1) Kondisi Ekonomi a) Pendapatan Domestik Regional Bruto Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Boyolali dilihat dari indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), secara agregat ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2014 rata-rata terjadi kenaikan sebesar 10,10%. Sedangkan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) sejak Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2014 rata-rata terjadi kenaikan sebesar 5,48%. Adapun kondisi perkembangan PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2013 sampai Tahun 2014 atas dasar harga berlaku (ADHB) dan atas dasar harga konstan (ADHK) dapat dilihat, tabel berikut. Tabel II.6. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Boyolali Tahun 2013 dan 2014* PDRB ADHB PDRB ADHK Tahun Nilai (Rp 000) (%) perubahan Nilai (Rp 000) (% ) perubahan 2013 11.168.765.480 11,95 4.982.065.570 5,43 2014* 12.296.626.476 10,10 5.255.149.247 5,48 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali *) Angka Sementara II-18

Grafik II.1. Grafik PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2013 dan 2014 (dalam Jutaan Rupiah) Tabel II.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)Tahun 2013 dan 2014* (miliar Rp.) Tahun Pertumbu No. Lapangan Usaha han 2013 2014* (%) 1 Pertanian 1.461,68 1.490,88 2,00 2 Pertambangan/ 52,95 56,32 6,36 Penggalian 3 Industri 836,40 898,27 7,40 4 Listrik, Gas dan air 67,93 71,74 5,61 minum 5 Bangunan/Konstruksi 154,00 161,95 5,16 6 Perdagangan/Hotel/R umah makan 1.287,65 1.378,20 7,03 7 Angkutan dan komunikasi 147,59 158,01 7,06 8 Perbankan dan lembaga keuangan 334,57 361,33 8,00 9 Jasa-jasa 639,28 678,44 6,13 Jumlah 4.982,06 5,255,15 5,48 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali * Angka sementara II-19

Dari tabel II.7 terlihat bahwa PDRB (ADHK) Kabupaten Boyolali pada Tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 5,48% dibanding Tahun 2013. Pertumbuhan ini disumbang oleh pertumbuhan sektor-sektor antara lain : Perbankkan dan Lembaga Keuangan (8,00%), Industri (7,40%), Angkutan dan Komunikasi (7,06%), Perdagangan, Hotel dan Restoran (7,03%) serta sektor Pertambangan sebesar 6,36%. Adapun sektor-sektor yang pertumbuhannya di bawah rata-rata antara lain: sektor pertanian dan bangunan/konstruksi. Tabel II.8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Boyolali Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2013 dan 2014* (miliar Rp) No. Lapangan Usaha Tahun Pertumbuhan 2013 2014* (%) 1 Pertanian 3.852,05 3.974,92 3,19 2 Pertambangan/ 96,99 110,73 14,16 Penggalian 3 Industri 1.663,78 1.953,46 17,41 4 Listrik, Gas dan air 121,68 135,20 11,11 minum 5 Bangunan/Konstruk 277,39 312,91 12,81 si 6 Perdagangan/Hotel/ 2.821,08 3.160,97 12,05 Rumah makan 7 Angkutan dan 309,36 352,61 13,98 komunikasi 8 Perbankan dan 750,37 859,82 14,59 lembaga keuangan 9 Jasa-jasa 1.276,05 1.436,01 12,54 Jumlah 11.168,78 12.296,62 10,10 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali * Angka Sementara Berdasarkan tabel II.8 pertumbuhan PDRB (ADHB) Kabupaten Boyolali Tahun 2014 adalah sebesar 10,10% yang disumbang oleh pertumbuhan sektor-sektor industri, perbankkan dan lembaga keuangan, angkutan dan komunikasi serta pertambangan/penggalian. II-20

Tabel II.9. Distribusi Sumbangan PDRB ADHB Menurut Sektor/Lapangan Usaha Kabupaten Boyolali Tahun 2013 2014* TAHUN N0 SEKTOR 2013 (%) 2014* (%) 1. Pertanian 34,49 32,33 2. Pertambangan dan 0,887 0,90 penggalian 3. Industri pengolahan 14,90 15,89 4. Listrik dan air besar 1,09 1,10 5. Bangunan dan konstruksi 2,48 2,54 6. Perdagangan 25,26 25,71 7. Penggangkutan dan 2,77 2,78 komunikasi 8. Keuangan, persewaan dan 6,72 6,99 Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 11,43 11,68 JUMLAH 100,00 100,00 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali * Angka sementara Tabel II.9 menunjukkan bahwa struktur perekonomian daerah Kabupaten Boyolali berdasarkan PDRB ADHK Tahun 2014 masih didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 32,33% serta perdagangan sebesar 25,71% dan sektor industri pengolahan sebesar 15,89%. II-21 Tabel II.10. Distribusi Sumbangan PDRB ADHK Menurut Sektor/Lapangan Usaha Kabupaten Boyolali Tahun 2013 2014* TAHUN N0 SEKTOR 2013 (%) 2014* (%) 1. Pertanian 29,34 28,37 2. Pertambangan dan penggalian 1,06 1,07 3. Industri pengolahan 16,79 17,09 4. Listrik dan air besar 1,36 1,37 5. Bangunan dan konstruksi 3,09 3,08 6. Perdagangan 25,85 26,23 7. Pengangkutan dan komunikasi 2,96 3,01 8. Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan 6,72 6,88

TAHUN N0 SEKTOR 2013 (%) 2014* (%) 9. Jasa-jasa 12,83 12,91 JUMLAH 100,00 100 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali *) Angka Sementara Penjelasan atau interpretasi tabel II.10. bahwa PDRB berlaku Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Sektor/Lapangan Usaha Kabupaten Boyolali Tahun 2013 2014 sektor dominan di sektor pertanian sebesar 28,37%. Dari kedua tabel distribusi PDRB tersebut nampak bahwa sektor yang dominan adalah pertanian, kondisi ini dipengaruhi oleh sebuah situasi bahwa sebagian besar masyarakat di Boyolali bekerja di sektor pertanian. Dengan kata lain bahwa Boyolali merupakan daerah agraris. Sektor perdagangan memberikan andil terbesar ke dua setelah sektor pertanian. Tumbuhnya usaha kecil mikro secara mandiri di sektor perdagangan menjadikan sektor ini terbesar ke dua sebagai mata pencaharian masyarakat Boyolali. Selengkapnya dapat dilihat pada grafik berikut ini : Grafik II.2 Grafik Distribusi Sumbangan PDRB Kabupaten Boyolali Tahun 2014 Atas Dasar Harga Berlaku II-22

Selain distribusi sumbangan PDRB menurut sektor/lapangan usaha, disajikan pula perbandingan pertumbuhan PDRB Tahun 2013 dan Tahun 2014, sebagaimana dalam tabel berikut : Tabel II.11. Pertumbuhan PDRB ADHB Kabupaten Boyolali Tahun 2013 2014* Interval Tahun N0 SEKTOR 2013 Thd 2012 2014* Thd 2013 1. Pertanian 9,03 3,19 2. Pertambangan dan penggalian 11,46 14,16 3. Industri pengolahan 14,06 17,41 4. Listrik dan air besar 15,33 11,11 5. Bangunan dan konstruksi 10,74 12,81 6. Perdagangan 13,71 12,05 7. Pengangkutan dan komunikasi 8. Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan 14,81 13,98 15,02 14,59 9. Jasa-jasa 11,98 12,54 JUMLAH RATA RATA 11,95 10,10 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali * ) Angka sementara Penjelasan atau interpretasi tabel II.11. bahwa pertumbuhan PDRB harga berlaku rata-rata mengalami kenaikan secara beragam. Pertumbuhan tertinggi oleh sektor industri pengolahan (17,41%) adapun pertumbuhan paling rendah adalah sektor pertanian (3,19%). Tabel II.12. Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Boyolali Tahun 2013 2014* Interval Tahun N0 SEKTOR 2013 Thd 2012 2014* Thd 2013 1. Pertanian 2,15 2,00 II-23

Interval Tahun N0 SEKTOR 2013 Thd 2012 2014* Thd 2013 2. Pertambangan dan penggalian 4,97 6,36 3. Industri pengolahan 7,62 7,40 4. Listrik dan air besar 7,15 5,61 5. Bangunan dan konstruksi 6,23 5,16 6. Perdagangan 7,02 7,03 7. Pengangkutan dan komunikasi 5,76 7,06 8. Keuangan, persewaan dan Jasa 9,16 8,00 Perusahaan 9. Jasa-jasa 4,89 6,13 JUMLAH RATA-RATA 5,43 5,48 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali *) Angka Sementara Penjelasan atau interpretasi tabel II.12. bahwa pertumbuhan sektoral PDRB harga konstan apabila dibandingkan pada Tahun 2013 dan 2014 mengalami kenaikan dari semula 5,43% naik menjadi 5,48%. Sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah sektor Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (8,00%), Industri pengolahan (7,40%) hal ini terjadi karena meningkatnya arus investasi di Kabupaten Boyolali. b) Tingkat Inflasi Tabel II.13. Perkembangan Inflasi Kabupaten Boyolali Tahun 2010-2014* No. Kelompok Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* 1. Bahan Makanan 18,50 4,10 6,21 16,62 15,41 Makanan Jadi, 2. Minuman dan Rokok dan temabakau 5,72 5,23 4,30 3,04 3,25 3. Perumahan, Air, Listrik, Gas 2,20 1,44 2,01 3,25 6,44 4. Sandang 5,51 7,08 3,23 5,06 3,52 5. Kesehatan 0,73 3,60 1,86 4,46 2,90 II-24

No. 6. 7. Kelompok Pengeluaran 2010 2011 2012 2013 2014* Pendidikan, Rekreasi & Olah 0,29 1,13 1,38 0,83 4,43 Raga Transportasi, Komunikasi dan 6,06 1,93 0,87 12,94 10,21 Jasa Umum 7,34 3,35 3,45 8,21 7,45 Sumber data: BPS Kabupaten Boyolali * ) Angka Sementara Inflasi adalah besarnya perubahan harga barang dan jasa secara rata-rata yang mencakup ratusan komoditas yang dikonsumsi masyarakat. Indikator ini menunjukkan tingkat stabilitas perekonomian di suatu wilayah pada periode tertentu. Inflasi yang rendah dan terkendali merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi, karena kegiatan produksi barang dan jasa berlangsung sesuai hukum pasar yang berlaku dan dapat diprediksi sifat dan perilakunya di pasar. Laju Inflasi di Kabupaten Boyolali mulai Tahun 2011-2012 mulai berangsur turun dari tahun sebelumnya. Tahun 2010 sebesar 7,34% dan pada Tahun 2011 sebesar 3,35%, Tahun 2012 sebesar 3,45%, Tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 8,21% dan Tahun 2014 mengalami penurunan sebesar 7,45%. Secara umum dapat dilihat bahwa komoditas bahan makanan memberikan andil yang cukup besar pada inflasi Tahun 2014 ini. Walaupun kenaikan barang-barang yang ditetapkan Pemerintah (administered price) seperti kenaikan BBM pada bulan November, kenaikan gas elpiji non subsidi bulan September dan kenaikan tarif dasar listrik golongan daya di atas 1.300 VA pada mulai bulan Juli secara bertahap sampai bulan November juga memberikan kontribusi pada kenaikan inflasi. II-25

2.1.3.2 Fokus Kesejahteraan Sosial NO 1) Pendidikan Tabel II.14. Capaian Fokus Kesejahteraan Rakyat Bidang Pendidikan BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATU AN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Angka melek huruf % 99,90 99,90 99,92 2 Angka rata-rata lama sekolah % 8,65 8,68 8,71 3 Angka partisipasi kasar Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A % 98,97 99,27 101,20 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B % 92,08 93,62 98,00 Angka Partisipasi Kasar (APK)) % 69,45 69,91 70,00 SMA/SMK/MA/Paket C 4 Angka pendidikan yang ditamatkan SD % 33,71 33,97 34,00 SMP % 17,49 17,66 17,75 SMA % 13,87 14,42 14,50 D3 % 2,35 2,54 2,70 PT/DIV % 2,33 2,57 2,60 5 Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A % 83,72 84,71 85,00 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B % 72,05 68,61 73,48 Angka Partisipasi Murni (APM)) SMA/SMK/MA/Paket C % 48,57 49,71 49,19 Sumber data: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab.Boyolali * ) Angka Sementara APK SD/MI dan Paket A Tahun 2014 dengan target 101,2% dapat terealisasi 99,27% atau capaian kinerja sebesar 98,09%, dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 0,30%. APK SMP/MTs dan Paket B pada Tahun 2014 dengan target 97% dapat terealisasi 93,62% atau capaian kinerja sebesar 96,52%, sehingga indikator ini belum optimal (100%) tercapai, dibandingkan dengan tahun lalu II-26

mengalami kenaikan sebesar 1,54% dan target RPJMD pada Tahun 2015 sebesar 98,00% belum dapat tercapai. APK SMA/MA/SMK dan Paket C Tahun 2014 dengan target 68,50% dapat terealisasi 69,91% atau capaian kinerja sebesar 102,06%, sehingga indikator ini dapat tercapai dan jika dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 0,46%. APM SD/MI dan Paket A Tahun 2014 dengan target 85% dapat terealisasi 84,71% atau capaian kinerja sebesar 99,66%, dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 0,99%. APM SMP/MTs dan Paket B Tahun 2014 dengan target 73,23% dapat terealisasi 68,61% atau capaian kinerja sebesar 93,69%, sehingga indikator ini belum dapat tercapai, dikarenakan masih terbatasnya akses usia pendidikan menengah ke jenjang SMP, jika dibandingkan dengan tahun lalu mengalami penurunan sebesar 3,44%, target RPJMD pada Tahun 2015 sebesar 73,48% belum dapat tercapai. APM SMA/MA/SMK dan Paket C Tahun 2014 dengan target 47,03% dapat terealisasi 49,71% atau capaian kinerja sebesar 105,70%, sehingga indikator ini dapat tercapai, dan jika dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 1,14%, target RPJMD pada Tahun 2015 sebesar 49,19% dapat tercapai. 2) Kesehatan II-27 Tabel II.15 Capaian Fokus Kesejahteraan Rakyat Bidang Kesehatan Tahun 2013 s.d 2015* NO BIDANG SATUA HASIL Target URUSAN/INDIKATOR N 2013 2014 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Angka Kelangsungan (*) Tahun 70,71 72 Hidup Bayi 2 Angka Usia Harapan (*) Tahun (*) (*) Hidup

NO 3 4 BIDANG URUSAN/INDIKATOR Prosentase Balita Gizi Buruk Prosentase balita Gizi Baik SATUA N HASIL 2013 2014 % 0,7 0,9 % 81,2 91,7 Sumber data: Dinas Kesehatan Kab. Boyolali (*) Data belum tersedia Target 2015* (*) (*) 3) Ketenagakerjaan Tabel II.16 Capaian Fokus Kesejahteraan Rakyat Bidang Ketenagakerjaan Tahun 2013 s.d 2015* NO BIDANG HASIL Target SATUAN URUSAN/INDIKATOR 2013 2014 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Rasio penduduk yang bekerja % 76,01 (*) (*) Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Boyolali *) Angka Sementara (*) Data belum Tersedia 2.1.3.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga 1) Kebudayaan NO Tabel II.17 Capaian Fokus Bidang Kebudayaan Tahun 2013 s.d 2015* BIDANG HASIL URUSAN/INDIK SATUAN 2013 2014 ATOR 1 2 3 4 5 6 1 Jumlah grup kesenian Grup / pelaku Target 2015* 571 571 571 2 Jumlah gedung Lokasi 1 1 1 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Boyolali *) Angka Sementara Tahun 2014 keadaan group / pelaku kesenian tidak berkembang dan tidak berkurang hal ini disebabkan belum adanya pendataan yang baru karena belum ada II-28

pendataan lagi. Jumlah gedung kesenian yang dimiliki oleh dinas Kebudayaan dan Pariwisata baru 1 gedung, sedangkan milik swasta belum ada. 2) Pemuda dan Olahraga Tabel II.18 Capaian Fokus Bidang Pemuda dan Olahraga Tahun 2013 s.d 2015* NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUA N HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Jumlah klub olahraga Buah 17 19 20 2 Jumlah gedung 2 2 Buah 2 olahraga 3 Jumlah Organisasi 8 8 Buah 8 Pemuda 4 Jumlah Organisasi 17 17 Buah 15 Olahraga 5 Jumlah Kegiatan 16 17 Buah 13 Kepemudaan 6 Jumlah Kegiatan 7 7 Buah 6 Olahraga 7 Lapangan Olahraga Buah 20 20 20 Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kab. Boyolali *) Angka sementara Jumlah Klub olahraga yang di bawah binaan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali. sebanyak 19 Klub. Dalam pengalamannya, klub-klub olahraga ini menghasilkan atlet-atlet yang akan dipertandingkan dalam OOSN maupun Popda Kabupaten Boyolali. Jumlah Gedung olahraga untuk Tahun 2014 tetap dengan jumlah 2 gedung olahraga yaitu GOR Bulu Tangkis dan Indoor untuk Tenis Lapangan, sedangkan lapangan olahraga sebanyak 20 lapangan. Upaya untuk mengatasi keterbatasan sarana olahraga ini dilakukan melalui pengadaan/memperbaiki dan memelihara sarana dan prasarana olahraga, meningkatkan kemampuan pelatih olahraga, optimalisasi pembinaan bagi II-29

olahragawan berbakat, memberikan penghargaan (reward) kepada pelatih/insan olahraga yang berprestasi. Penggunaan metode yang digunakan antara lain melalui pemusatan latihan yang di dalamnya terdapat sistemsistem pembinaan kepada atlet dan juga programprogram latihan yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan atlet baik dari segi fisik, teknik, taktik, dan mental. Jumlah organisasi kepemudaan sejumlah 8 organisasi dan pada Tahun 2014 Kegiatan Kepemudaan yang dilaksanakan sebanyak 16 kegiatan. Dampak dari perkembangan zaman dan globalisasi, para pemuda juga ada yang mengalami sisi negatif yaitu mengalami degradasi moral. Degradasi moral berupa lunturnya rasa nasionalisme, hilangnya kepedulian terhadap lingkungan, menurunnya etika. Adanya perkembangan zaman dan globalisasi membuat kaum muda mengalami masa dimana pemuda cenderung meninggalkan kegiatan kepemudaan dan kepramukaan dan lebih memilih kegiatan lain yang menurut para pemuda lebih menarik, padahal belum tentu memberikan manfaat yang positif. Upaya untuk mendorong kegiatan kepemudaan dan pramuka dengan memberikan dukungan berupa sarana pendukung dan motivasi kepada peserta didik; Melakukan inovasi kegiatan kepramukaan dengan kegiatan yang menarik, menyesuaikan dengan perkembangan peserta didik, perkembangan zaman dan tantangan global; Pembina pramuka harus memperbanyak bekal pengetahuan, keterampilan, dan wawasan dalam membina, sehingga dalam proses pembinaan berjalan sesuai dengan kurikulum pembinaan gerakan pramuka. II-30

2.1.4 Aspek Pelayanan Umum 2.1.4.1 Fokus Layanan Urusan Wajib 1) Pendidikan Tabel II.19 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Pendidikan dasar: Angka partisipasi sekolah % 91,16 93,01 93,10 Rasio ketersediaan % sekolah/penduduk usia sekolah Rasio guru/murid % 12,62 12,77 12,83 2 Pendidikan menengah: Angka partisipasi sekolah % 52,03 52,92 53,85 Rasio ketersediaan sekolah % terhadap penduduk usia sekolah Rasio guru terhadap murid % 11 11 11 3 Penduduk yang berusia >15 Tahun melek huruf (tidak buta aksara) % 99,90 99,90 99,91 Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kab. Boyolali *) Angka sementara Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Dasar Tahun 2014 sebesar 93,01%. Meningkatnya angka partisipasi ini didukung oleh Program/kegiatan yang dilaksanakan cukup berhasil memenuhi target kinerja, sehingga secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang baik. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah kurangnya perluasan akses dan pemerataan serta peningkatan kualitas pendidikan. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah optimalisasi kegiatan yang mempunyai output perluasan akses dan pemerataan serta peningkatan kualitas pendidikan. II-31

Rasio guru terhadap murid pendidikan dasar sebesar 12,77%. Jika dilihat dari angka rasio ini maka jumlah guru sudah lebih dari cukup, namun permasalahannya adalah persebaran guru yang tidak merata di beberapa sekolah terjadi kekurangan guru (banyak terjadi pada jenjang SD) namun di sisi lain, banyak sekolah yang kelebihan guru (SMP). Angka Partisipasi Sekolah Pendidikan Menengah Tahun 2014 sebesar 52,92%. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja, sehingga secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah faktor geografis, rendahnya kesadaran orang tua dan masyarakat terhadap masalah pendidikan menengah, ketidakmampuan secara finansial untuk menyekolahkan anak-anaknya menjadi salah satu permasalahan rendahnya Angka Partisipasi, khususnya pada kelompok masyarakat miskin adalah tingginya biaya pendidikan, baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya langsung meliputi antara lain, iuran sekolah, buku, pakaian/seragam, dan alat tulis, sementara biaya tidak langsung meliputi antara lain biaya transportasi, uang saku, dan biaya lain-lain. Hal tersebut jelas mengungkapkan bahwa penduduk miskin tidak akan mampu menjangkau pendidikan jika tidak dibantu. Pemerintah tidak tinggal diam dalam menghadapi masalah ini. Beberapa kebijakan yang berpihak pada siswa miskin (pro poor policy) telah dijalankan. Kebijakan tersebut pada intinya bertujuan untuk meningkatkan akses siswa miskin terhadap layanan pendidikan. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah sisi pembiayaan atau dana, mengupayakan sekolah murah dan dari sisi ketersediaan sekolah. II-32

Rasio guru terhadap murid pendidikan menengah sebesar 11 Jika dilihat dari angka rasio ini maka jumlah guru pada jenjang pendidikan menengah dalam kategori kelebihan guru, namun permasalahan yang dihadapi adalah persebaran guru yang tidak merata di beberapa sekolah dan kelebihan guru itu terdapat pada guru mata pelajaran tertentu. Target Kinerja melek huruf sesuai dengan target dari pemerintah pusat sebesar 95% terealisasi sebesar 99,90% tercapainya ini melalui kegiatan : Menerapkan pembelajaran pendidikan keaksaraan berbasis kecakapan hidup dan Meningkatkan pelayanan Program Pendidikan Kesetaraan (dasar dan menengah) Seperti : Paket A, Paket B dan Paket C. NO Tabel II.20 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pendidikan Untuk Fasilitas Pendidikan BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 Fasilitas Pendidikan: 1 Sekolah pendidikan SD/MI kondisi % 92,23 93,05 90,48 bangunan baik 2 Sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA kondisi bangunan baik % 96,56 97,03 98,68 Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kab. Boyolali *) Angka sementara Sekolah pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik pada indikator ini dapat terealisasi 93,05 sehingga indikator ini dapat tercapai, hal ini didukung oleh adanya anggaran DAK, DID dan Bantuan Keuangan Provinsi Jawa Tengah untuk rehabilitasi ruang kelas rusak. Indikator ini pada SMA/SMK/MA pada Tahun 2014 terealisasi 97,03%, indikator ini belum dapat tercapai, II-33

dikarenakan belum optimalnya alokasi anggaran untuk rehabilitasi ruang kelas rusak, dibandingkan dengan tahun lalu kinerja mengalami kenaikkan sebesar 0,47% Tabel II.21 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pendidikan untuk PAUD NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014* Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) lembaga 849 903 875 Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kab. Boyolali *) Angka sementara Usaha dalam mencapai target kinerja indikator ini dilaksanakan dengan kegiatan yang berdampak secara signifikan pada indikator melalui Pembangunan gedung sekolah, Pengadaan alat praktik dan peraga siswa, Pelatihan kompetensi tenaga pendidik, Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini, Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini dan melakukan Monitoring, evaluasi Pendidikan Anak Usia Dini. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah terbatasnya anggaran untuk pembangunan unit gedung baru PAUD, kurangnya akses anak-anak usia dini yang berasal dari keluarga kategori miskin dan pemahaman orang tuanya yang masih rendah. Penyelenggaraan TK dengan biaya pendidikan murah belum dapat diwujudkan sepenuhnya, di lain pihak kemampuan pemerintah untuk membangun TK negeri sangat terbatas. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mendorong pihak swasta untuk turut berpartisipasi dalam pendirian lembaga PAUD, memperkuat pelayanan PAUD di daerah- II-34

daerah terpencil dan pelosok. Dengan demikian, akan tercipta pemerataan pendidikan usia dini. NO Tabel II.22 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pendidikan untuk BIDANG URUSAN/INDIKATOR Angka Putus Sekolah SATUA N HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 Angka Putus Sekolah: 1 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI % 0,07 0,03 0,03 2 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs % 0,33 0,36 0,23 3 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA % 0,47 0,48 0,26 Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kab. Boyolali *) Angka sementara Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI pada Tahun 2014 dengan target 0,04% terealisasi 0,03% atau capaian kinerja sebesar 133,33%, sehingga indikator ini dapat tercapai, dibandingkan dengan tahun lalu mengalami penurunan Angka Putus Sekolah sebesar 0,04%. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja dan berhasil memenuhi target kinerja, sehingga secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang amat baik. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah beberapa faktor, yaitu kemiskinan, minat anak yang kurang, perhatian orang tua rendah, faktor budaya, fasilitas belajar kurang, kurangnya akses terhadap sarana dan anak berkebutuhan khusus. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah pemberian beasiswa untuk siswa miskin, mendekatkan akses kepada anak di daerah pedesaan dan sekolah inklusif II-35

bagi anak berkebutuhan khusus Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs pada Tahun 2014 dengan target 0,28% terealisasi 0,36% atau capaian kinerja sebesar 77,78%, sehingga indikator ini belum dapat tercapai, dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 0,03%, target RPJMD pada Tahun 2015 sebesar 0,23% belum dapat tercapai. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum berhasil secara optimal memenuhi target kinerja, sehingga secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan, dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang baik. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah kemiskinan, budaya dan pemahaman orang tua. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah adanya beasiswa retrieval, pemberian pengertian kepada orang tua melalui guru/perangkat desa. Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA pada Tahun 2014 dengan target 0,32% dapat terealisasi 0,48% atau capaian kinerja sebesar 66,67%, sehingga indikator ini belum dapat tercapai, dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 0,01%. Program/kegiatan yang dilaksanakan dapat mengukur kinerja namun belum dapat berhasil secara optimal memenuhi target kinerja, secara umum program/kegiatan yang dilakukan sesuai dengan sasaran dan indikator kinerja yang telah ditetapkan; dan dapat menunjukkan tingkat akuntabilitas kinerja yang cukup. Hambatan/permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah faktor ketidakmampuan/ kemiskinan, biaya pendidikan, lingkungan/budaya, minat anak dan aksesibilitas wilayah. II-36

Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah memberikan beasiswa khususnya bagi siswa dari keluarga miskin untuk mendapatkan akses pendidikan menengah. NO Tabel II.23 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pendidikan BIDANG URUSAN/INDIKATOR Untuk Angka Kelulusan SATU AN CAPAIAN KINERJA 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 Angka Kelulusan: 1 Angka Kelulusan (AL) SD/MI % 100 100,00 99,00 2 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs % 99,69 99,91 99,00 3 Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA % 99,85 99,97 98,00 4 Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke % 93,73 97,54 99,54 SMP/MTs 5 Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke % 74,30 76,11 99,74 SMA/SMK/MA 6 Tambahan Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV orang 456 738 500 Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olahraga Kab. Boyolali *) Angka sementara Angka Kelulusan (AL) SD/MI pada Tahun 2014 dengan target 99% dapat terealisasi 100% atau capaian kinerja sebesar 101,01%, sehingga indikator ini dapat tercapai, dibandingkan dengan tahun lalu tidak mengalami kenaikan/penurunan. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs pada Tahun 2014 dengan target 99% dapat terealisasi 99,91% atau capaian kinerja sebesar 100,92%, sehingga indikator ini dapat tercapai, dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 0,22%. II-37

Angka Kelulusan (AL) SMA/MA/SMK, Indikator ini pada Tahun 2014 dengan target 98% dapat terealisasi 99,97% atau capaian kinerja sebesar 102,01%, sehingga indikator ini dapat tercapai, dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 0,12%. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs. Indikator ini pada Tahun 2014 dengan target 99,12% dapat terealisasi 97,54% atau capaian kinerja sebesar 98,41%, sehingga indikator ini belum dapat tercapai, dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 3,81%. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/MA/SMK. Indikator ini pada Tahun 2014 dengan target 99,74% dapat terealisasi 76,11% atau capaian kinerja sebesar 76,31%, sehingga indikator ini belum dapat tercapai, dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan sebesar 1,81%. Upaya-upaya dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target kinerja adalah mengupayakan subsidi pembiayaan atau dana operasional sekolah bagi anak kurang mampu (untuk seragam, transportasi dan lainnya) dan mengupayakan jumlah ketersediaan sekolah murah. Kenaikkan tambahan jumlah Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV didorong oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) Pasal 82 Ayat (2), "Guru yang belum memiliki kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang ini, wajib memenuhi kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini. Sehingga diharapkan sampai dengan akhir Tahun 2015, semua guru sudah harus memenuhi kualifikasi S1/D-IV. II-38

2) Kesehatan NO II-39 Tabel II.24 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kesehatan BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Rasio Posyandu per Per 100.000 (*) 2,43 2,77 satuan balita balita Rasio puskesmas, 2 poloklinik, postu per satuan penduduk 3 Rasio Rumah Sakit Per 100.000 per satuan penduduk Penduduk 10 10 (*) 4 Rasio Dokter per Per 100.000 satuan penduduk Penduduk 17,30 27,81 (*) 5 Bidan Rasio tenaga medis Per 100.000 per satuan penduduk Penduduk 53,66 111,26 (*) Perawat 77,83 87,15 (*) Perawat gigi 3,65 3,74 (*) Cakupan komplikasi 6 kebidanan yang % 110,87 121 (*) ditangani 7 Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki % 95,4 98,3 (*) kompetensi kebidanan 8 Cakupan Desa/ kelurahan Universal Child Immunization % 97 98,13 (*) (UCI) 9 Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat % 100 - (*) perawatan 10 Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA orang 142 196 (*) Cakupan penemuan 11 dan penanganan Per 100.000 penderita penyakit Penduduk 29,38 39,5 (*) DBD Cakupan pelayanan 12 kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin % Rawat Jalan % 37,65 (*) Rawat inap % 0,88 (*)

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 13 Cakupan kunjungan bayi % 96,46 (*) 14 Cakupan Puskesmas Unit 29 29 (*) 15 Cakupan Pembantu Puskesmas Unit 44 44 (*) Sumber data: Dinas Kesehatan olah Bappeda *) Angka Sementara (*) Data belum tersedia NO Tabel II.25 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kesehatan di RSUD BIDANG URUSAN/INDIKATOR II-40 SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Tingkat hunian (Bed Occupancy Rate / BOR) % 1. RSUD Simo 71,43 71,92 73,15 2. RSUD Pandan Arang 78,38 73,84 80,00 3. RSUD Banyudono 77,5 67,32 75 2 Lama tinggal (Length Of Stay / LOS) Hari 1. RSUD Simo 4,00 4,7 4,51 2. RSUD Pandan Arang 3,61 3,66 4,00 3. RSUD Banyudono 4,86 4,75 5 3 Turn Over lnterval (TOl) Hari 1. RSUD Simo 1,6 2,73 1,92 2. RSUD Pandan Arang 1,05 1,34 1,50 3. RSUD Banyudono 1,41 2,31 2 4 Bed Turn Over (BTO) Pasien 1. RSUD Simo 65,21 36,24 4,61 2. RSUD Pandan Arang 6,67 5,92 6,9 3. RSUD Banyudono 58,2 51,72 50 5 Pelayanan pasien Jamkesmas Jamkesda Pasien 1. RSUD Simo 14.119 18.120 7.375 2. RSUD Pandan Arang 7359 10.319 10.096 3. RSUD Banyudono 2626 174 4014 6 Gross Death Rate (GDR ) % 1. RSUD Simo 1,4 0,495 0,726 2. RSUD Pandan Arang 2,07 2,27 1,50 3. RSUD Banyudono 0,018 0,0105 0,009 Menurunya angka 7 kematian murni Net Death Rate /NDR ) % 1. RSUD Simo 0,66 0,495 0,2067 2. RSUD Pandan Arang 2,5 1,27 2,50

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 3. RSUD Banyudono 0,0102 0,0223 0,009 Sumber data: RSUD Pandanarang, RSUD Banyudono, RSUD Simo Kab. Boyolali *) Angka Sementara Tingkat hunian (BOR ) pada Tahun 2014 di RSUD Simo sebesar 71,92%; RSUD Pandan Arang sebesar 73,84%; RSUD Banyudono sebesar 67,32%. Nilai BOR ditentukan oleh angka prosentase pasien dirumah sakit yang menggunakan tempat tidur rawat inap. Untuk lamanya tinggal rawat inap (LOS) pada Tahun 2014 di RSUD Simo sebesar 4,7 hari; RSUD Pandan Arang sebesar 3,66 hari; RSUD Banyudono sebesar 4,75 hari. Angka LOS tersebut ditentukan oleh jumlah hari kalender pasien mendapatkan perawatan (rawat inap ) hingga keluar dari rumah sakit (discharge ) baik kondisi pasien keluar dari rumah sakit baik dalam kondisi hidup ataupun mati. TOI pada Tahun 2014 di RSUD Simo sebesar 2,73 hari; RSUD Pandan Arang sebesar 1,34 hari; RSUD Banyudono sebesar 2,31 hari. Angka TOI tersebut diperoleh dari rata rata pasien yang menempati tempat /ruangan dengan jumlah hari tidak terjadi kekosongan pasien sudah sembuh pulang dan selanjutnya ada pasien yang menunggu antrian pasien yang akan masuk. 3) Pekerjaan Umum Tabel II.26 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum Untuk Kondisi Jalan dan Irigasi NO BIDANG HASIL Target SATUAN URUSAN/INDIKATOR 2013 2014 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik % 66,54 70,24 71 II-41

NO BIDANG HASIL Target SATUAN URUSAN/INDIKATOR 2013 2014 2015* 1 2 3 4 5 6 2 Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik ( > 40 Km 366,960 387,590 391,799 km/jam) 3 Rasio Jaringan Irigasi % 74,58 79,542 84,034 Luas irigasi 4 Kabupaten dalam kondisi baik ha 8.301,54 8.853,70 9.353,70 Sumber: DPU ESDM Kab. Boyolali *) Angka sementara Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik, untuk Tahun 2013 sebesar 65,59% total panjang jalan kabupaten sepanjang 551,830 Km, dan untuk Tahun 2014 menjadi 70,24%. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik (<40 km/jam), untuk Tahun 2013 panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik sepanjang 361,94 km dan untuk Tahun 2014 sepanjang 387,59 km atau Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik (< 40 km/jam) dari Tahun 2013 sampai Tahun 2014 bertambah/naik sepanjang 25,6 Km untuk Tahun 2015 ditargetkan mempertahankan jalan dalam kondisi baik menjadi 71% atau +391,80 Km. Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik untuk tahun 2013 seluas 8.301,54 m 2, Tahun 2014 menjadi 8.853,70 m 2, rasio Jaringan Irigasi untuk Tahun 2014 sebesar 79,542%. 1. Rasio Tahun 2013= ( luas irigasi kondisi baik/total luas irigasi) x 100% = (8.301,54/11.130,79) x 100% = 74,58 %. 2. Rasio Tahun 2014= ( luas irigasi kondisi baik/total luas irigasi) x 100% = (8.853,70 /11.130,79) x 100% = 79,542%. 3. Rasio Tahun 2015 ditargetkan sebessar 84,034% dengan perhitungan : = (9.353,70 /11.130,79) x 100% = 84,034%. II-42

Tabel II.27 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pekerjaan Umum NO Untuk Rasio Tempat Pembuangan Sampah BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 1 2 3 4 5 1 Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Sumber: DPU ESDM Kab. Boyolali (*) Data belum tersedia Target 2015* org/tps 2.350 2.350 (*) Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk Tahun 2014 sebesar 2.350 orang/tps. 4) Perumahan Tabel II.28 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perumahan Untuk Rumah Tangga Pengguna Listrik NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Rumah tangga pengguna listrik % 76 83 90 Sumber: DPU ESDM Kab. Boyolali *) Angka sementara Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik Tahun 2014 sebesar 83%, atau ada kenaikan sebesar 7% di banding Tahun 2013 sebesar 76%. Untuk Tahun 2015 Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik ditargetkan sebesar 90%. II-43

5) Penataan Ruang NO Tabel II.29 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Penataan Ruang BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Keserasian pembangunan antar % 100 100 sektor 2 Sosialisasi Perda RTRW Kab. Boyolali sebagai pedoman pemanfaatan paket 1 1 - ruang di Kab. Boyolali 3 Website penataan ruang paket - - - Monitoring kegiatan 4 pemanfaatan ruang Pengendalian pemanfaatan ruang 5 pembangunan jaringan telekomunikasi Sumber : DPU Kab. Boyolali *) Angka semantara Kec. 19 19 19 unit - NO 6) Perencanaan Pembangunan II-44 Tabel II.30 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perencanaan Pembangunan BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 1 Penyusunan Buku IPM % 100 100 100 Kab. Boyolali 2 Penyediaanfeasibility Dokumen 0 0 0 study dan masterplan pemindahan kantor kabupaten 3 Koordinasi sistem % 100 100 100 perencanaan di kab. Boyolali 4 Pelacakan Batas Daerah % 40 40 40 5 Fasilitasi kebutuhan % 100 100 100 dasar masyarakat terhadap air minum dan sanitasi 6 Penyusunan dokumen RKPD Dokumen 2 2 2

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 7 Penyusunan Lap. % 100 100 100 Evaluasi Pembangunan 8 Penyelenggaraan % pertanggungjawaban Bupati kepada DPRD dan Gubernur 100 100 100 9 Laporan % penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Mendagri 100 100 100 10 Penyediaan data profil % 100 100 peluang investasi 11 Penyediaan informasi Dokumen 1 1 1 kegiatan ekonomi yang meliputi keuangan daerah, perbankan, produksi, perdagangan, perhubungan dan komunikasi 12 Pembinaan Dokumen 1 2 1 kelembagaan petani 13 Pembangunan database Dokumen 2 1 - dan informasi untuk keperluan perencanaan pembangunan ekonomi 14 Koordinasi pelaksanaan pendidikan untuk semua tersedianya laporan kegiatan Pendidikan Untuk Semua (PUS) % 100 100 100 Sumber : Olah Bappeda Tahun 2015 *) Angka Sementara NO 7) Perhubungan II-45 Tabel II.31 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perhubungan BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 Jumlah arus Orang/ 1 penumpang 23.485 24.031 24.031 Hari angkutan umum 2 Rasio ijin trayek % 34,40 30,20 30,20 Jumlah uji kir Kendara 3 7266 11.766 12.750 angkutan umum an 4 Jumlah Pelabuhan Buah 14 14 14

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 Laut/Udara/Termin al Bis 5 Angkutan darat % 67,59 69,79 70 6 Kepemilikan KIR angkutan umum % 13,5 14,2 14,5 7 Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) Menit 45 45 45 8 Biaya pengujian kelayakan angkutan umum JBB < 2.500 JBB <5.000 JBB <7.500 JBB < 10.000 JBB >10.000 Rp 75.000 80.000 85.000 90.000 95.000 75.000 80.000 85.000 90.000 95.000 Pemasangan 9 Rambu-rambu Rasio kendaraan 10 umum layak jalan Sumber: Dinas Perhubungan Komunikasidan Informasi Kab. Boyolali *) Angka Sementara 75.000 80.000 85.000 90.000 95.000 % 100 100 100 % 96,88 156,8 165 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum Jumlah arus penumpang angkutan umum yang melewati simpul transportasi (terminal, halte dan tempat pemberhentian bus) didapat hasil sebanyak 23.485 orang/hari pada Tahun 2013 sedangkan untuk Tahun 2014 naik sebanyak 24.031 orang/hari. Rasio Ijin Trayek Rasio ijin trayek yang ada di perhubungan Tahun 2013 sebesar 256 buah ijin trayek dengan prosentase 34,40% dan pada Tahun 2014 turun menjadi 248 buah ijin dengan prosentase 30,20%. Jumlah Uji KIR Angkutan Pada Tahun 2013 sejumlah 7.266 kendaraan dan pada Tahun 2014 sejumlah 11.766 mengalami kenaikan karena adanya kenaikan peremajaan taksi dan kendaraan baru yang diuji di Tahun 2014. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bus II-46

Untuk Tahun 2014 tidak mengalami penambahan dari tahun-tahun sebelumnya dengan jumlah 14 buah dikarenakan belum adanya kajian mengenai pergerakan masyarakat Boyolali atau belum adanya matrik OD (Origin and Destination) atau kajian yang menyangkut penetapan lokasi terminal bus. Angkutan Darat Jumlah angkutan darat berdasarkan prosentase pada Tahun 2013 sebesar 67,59% dan Tahun 2014 sebesar 69,79%. Kepemilikan KIR Kelayakan Angkutan Umum Jumlah kepemilikan KIR angkutan umum berdasarkan prosentase pada Tahun 2013 sebesar 13,5% dan Tahun 2014 sebesar 14,2%. Lama Pengujian Kelayakan Angkutan Umum (KIR) Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) Tahun 2013 adalah 45 menit dan untuk Tahun 2014 masih sama selama 45 menit yang lebih cepat dibandingkan sebelum tahun 2005 hal ini disebabkan pengujian kendaraan bermotor di Kabupaten Boyolali sudah menggunakan alat uji mekanik sehingga mempercepat waktu pelayanan. Biaya Pengujian Kelayakan Angkutan Umum Biaya pengujian kelayakan angkutan umum untuk Tahun 2014 antara Rp75.000 sampai dengan Rp95.000. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah bahwa penarikan retibusi menyangkut jasa umum hanya menutupi 2/3 biaya operasional pengujian kendaraan angkutan umum. Pemasangan Rambu-Rambu Lalu Lintas Jumlah pemasangan rambu-rambu lalu lintas berdasarkan prosetase untuk Tahun 2013 sebesar 51,2% dan untuk Tahun 2014 sebesar 68,80%. II-47

8) Lingkungan Hidup Tabel II.32 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Lingkungan Hidup BIDANG HASIL Target NO SATUAN URUSAN/INDIKATOR 2013 2014 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Persentase penanganan sampah % 88,67 DPU DPU 2 Pencemaran status mutu air Usaha/ Keg. 10 10 10 3 (Cakupan jumlah usaha dan/ atau kegiatan yang mentaati persyaratan adm. dan teknis pencegahan pencemaran air) 4 Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan UKL/UPL % 100 100 100 % 80,81 71,5 % 85 % 5 Penegakan hukum lingkungan 6 (Prosentase jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan yang ditindaklanjuti) % 100 100 100 7 Pencemaran kualitas udara Usaha/ Keg 8 10 10 8 Prosentase jumlah usaha dan/ atau kegiatan sumber tidak bergerak yang mentaati persyaratan adm. dan teknis pencegahan pencemaran udara % 80 100 100 9 Cakupan luas lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang ditetapkan dan diinformasikan status kerusakannya Ha 73.78 3,0 Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kab. Boyolali *) Angka sementara 3 kec ( 10,183 ha) 1 kab (19 kec) II-48

Pencemaran Status Mutu Air Untuk menentukan tingkat pencemaran air (sungai) sebelumnya harus ditetapkan Kelas Mutu Air terlebih dahulu dengan Keputusan Kepala Daerah, dan sampai dengan saat ini di Kabupaten Boyolali belum ditentukan Kelas Mutu Air berdasar hasil kajian, sehingga dalam mengukur capaian kinerja dipergunakan Mutu Air Kelas II yang mempunyai standart cukup tinggi, sedangkan informasi kualitas air merupakan bagian Standart pelayanan minimal bidang Lingkungan Hidup yang menjadi kewenangan provinsi. Sedangkan yang menjadi kewenangan Pemerintah kabupaten/ Kota adalah Pelayanan pencegahan pencemaran air yaitu berupa tindakan untuk mencegah terjadinya pencemaran air dari sumber pencemarnya (perusahaan) dengan persyaratan tertentu baik administrasi (perizinan) maupun teknis (pengelolaan air limbah). Bentuk Pelayanan ini bisa dilaksanakan melalui pembinaan, monitoring dan evaluasi ke perusahaan yang menjadi tergetnya sehingga usaha/ kegiatan menjadi taat baik administrasi maupun teknis dalm upaya pencegahan pencemaran air. Kabupaten Boyolali sampai saat ini belum menetapkan target pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup, sehingga untuk pentargetan setiap tahunnya masih mengacu dan berpedoman dengan target nasional. Adapun indikator target dan batas waktu pencapaian SPM secara Nasional untuk pelaksanaan SPM Tahap I (2008-2013) adalah sebagai berikut: Pelayanan pencegahan pencemaran air (prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air) : - Tahun 2009 : 20% - Sampai 2010 : 40 % - Sampai 2011 : 60 % - Sampai 2012 : 80 % II-49

- Sampai 2013 : 100% - Sampai 2014 (masa transisi utk tahap selanjutnya) : 100% dan bila perlu ditambah 20% - Sampai Tahun 2015 : 100% sambil menunggu ketentuan pelaksanaan SPM lebih lanjut. Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi mencemari air sampai dengan Tahun 2014 sebanyak ± 78 perusahaan. Dari table IKK tersebut di atas dapat diketahui bahwa sampai dengan Tahun 2014 target jumlah usaha dan/ kegiatan yang berpotensi mencemari air yang akan dipantau BLH sebanyak 10 perusahaan, dari target tersebut dapat terealisasi 10 (sepuluh) perusahaan yang mentaati persyaratan administrasi (perizinan) maupun teknis (sarana pengelolaan air limbah) sehingga capaiannya adalah 100%. Untuk mencapai realisasi tersebut dilakukan dengan melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi ke lapangan/ perusahaan sehingga dapat diketahui sejauhmana ketaatan usaha dan atau kegiatan dalam upaya pencegahan pencemaran air, baik dari sisi administrasi maupun teknis, selain itu perlu adanya klarifikasi dengan perusahaan yang bersangkutan sehingga perlu waktu yang cukup lama. Sebagai pengertian, bahwa dengan perlakunya UU nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah dijelaskan bahwa Lingkungan Hidup merupakan Urusan Wajib Non Pelayanan Dasar yang harus melaksanakan Standar Pelayanan Minimal, namun tetap dilaksanakan melalui format urusan pemerintahan (tidak melalui pola minimal) dengan perencanaan dan target berdasar kebijakan perizinan yang diterapkan oleh daerah serta dengan indikator berdasar urusan pemerintahan yang terkait dengan kualitas lingkungan (media lingkungan). Adapun Urusan/ bidang yang wajib melakukan SPM menurut UU tersebut adalah Pendidikan, Kesehatan, PU II-50

dan PR, Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Trantibum dan Linmas, serta Sosial. Cakupan pengawasan terhadap AMDAL Di Kabupaten Boyolali sampai dengan saat ini belum mempunyai Komisi Amdal, namun tetap mempunyai kewajiban melakukan pembinaan, monitoring terhadap usaha dan atau kegiatan yang wajib Amdal/ mempunyai dokumen Amdal. Di Kabupaten Boyolali sampai dengan saat ini ada 10 (sepuluh) kegiatan yang wajib Amdal yang diawasi oleh BLH, yang sebagian sudah selesai pekerjaannya. Selain itu BLH juga melaksanakan pembinaan terhadap pemrakarsa usaha dan/ atau kegiatan dalam menyusun Dokumen Lingkungan berupa Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan atau Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL/UPL). Dari table tersebut di atas dapat diketahui bahwa cakupan penyusunan Dokumen UKL/UPL pada Tahun 2014 adalah sebanyak 201 usaha/ kegiatan dari 281 usaha kegiatan yang wajib UKL/UPL atau sebesar 71,5% menurun dibanding Tahun 2013 yang mencapai 80,8% meskipun ada peningkatan jumlah rekomendasi dokumen UKL/UPL dari 67 dokumen pada Tahun 2013 menjadi 83 pada Tahun 2014, hal ini dimungkinkan karena adanya penambahan izin baru sehingga usaha/ kegiatan yang wajib UKL/UPL juga bertambah maupun pengajuan yang belum dapat diselesaikan pada tahun bersangkutan. Penegakan Hukum Lingkungan Penegakan hukum lingkungan berupa pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan merupakan salah satu jenis pelayanan Dasar SPM Bidang Lingkungan Hidup. Kabupaten Boyolali sampai saat ini belum menetapkan target pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup, sehingga untuk pentargetan setiap tahunnya masih mengacu dan berpedoman dengan target nasional. Adapun II-51

indikator target dan batas waktu pencapaian SPM secara Nasional untuk pelaksanaan SPM Tahap I (2008-2013) adalah sebagai berikut: Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkungan: - Tahun 2009 : 50% - Sampai 2010 : 60% - Sampai 2011 : 70% - Sampai 2012 : 80% - Sampai 2013 : 90% - Sampai 2014 (masa transisi utk tahap selanjutnya): 100% - Sampai Tahun 2015 : 100% sambil menunggu ketentuan pelaksanaan SPM lebih lanjut. Dari tabel IKK tersebut di atas dapat diketahui bahwa sampai dengan Tahun 2014 target (mengacu target nasional) yang ditetapkan sebesar 100% dapat terealisasi 100%, hal ini berarti semua aduan adanya dugaan pencemaran dan atau perusakan lingkunganyang masuk ke BLH telah/ dapat ditindaklanjuti. Pada Tahun 2013 aduan yang masuk ke BLH sebanyak 5 kasus, sedangkan Tahun 2014 meningkat menjadi 20 kasus (400%). Penanganan kasus dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sesuai ketentuan standar pelayanan yaitu identifikasi, klarifikasi, koordinasi/mediasi sehingga dicapai kesepakatan-kesepakatan, serta monitoring/pengawasan terhadap pelaksanaan kesepakatan tersebut dengan melibatkan pihak-pihak terkait. Meningkatnya jumlah kasus yang terjadi dapat mengindikasikan semakin bertambahnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sehingga menjadi peka dan sensitive terhadap permasalahan lingkungan, ataupun pengelolaan lingkungan yang belum baik dari para pelaku usaha/ kegiatan sehingga perlu adanya pengawasan II-52

terhadap ketaatan usaha/ kegiatan dalam melaksanakan janjinya sesuai dokumen lingkungan yang dimiliki. Pencemaran Kualitas Udara Dalam hal ini pelayanan pencegahan pencemaran udara sumber tidak bergerak (prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran udara sumber tidak bergerak. Kabupaten Boyolali sampai saat ini belum menetapkan target pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup, sehingga untuk pentargetan setiap tahunnya masih mengacu dan berpedoman dengan target nasional. Adapun indikator target dan batas waktu pencapaian SPM secara Nasional untuk pelaksanaan SPM Tahap I (2008-2013) adalah sebagai berikut: Pelayanan pencegahan pencemaran air (prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air) : - Tahun 2009 : 20% - Sampai 2010 : 40% - Sampai 2011 : 60% - Sampai 2012 : 80% - Sampai 2013 : 100% - Sampai 2014 (masa transisi utk tahap selanjutnya) : 100% dan bila perlu ditambah 20% - Sampai Tahun 2015 : 100% sambil menunggu ketentuan pelaksanaan SPM lebih lanjut. Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi mencemari udara dari sumber tidak bergerak sampai dengan Tahun 2014 sebanyak ± 36 perusahaan. Dari tabel IKK tersebut di atas dapat diketahui bahwa sampai dengan Tahun 2014 target jumlah usaha dan/ kegiatan yang berpotensi mencemari air yang akan dipantau BLH sebanyak 10 perusahaan, dari target tersebut dapat terealisasi 10 (sepuluh) perusahaan yang mentaati II-53

persyaratan administrasi (perizinan) maupun teknis (misal cerobong) sehingga capaiannya adalah 100%. Untuk mencapai realisasi tersebut dilakukan dengan melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi ke lapangan/ perusahaan sehingga dapat diketahui sejauhmana ketaatan usaha dan atau kegiatan dalam upaya pencegahan pencemaran udara sumber tidak bergerak, baik dari sisi administrasi maupun teknis, selain itu perlu adanya klarifikasi dengan perusahaan yang bersangkutan sehingga perlu waktu yang cukup lama. Pelayanan Informasi status kerusakan lahan dan atau tanah untuk produksi biomassa. Pelayanan Informasi status kerusakan lahan dan atau tanah untuk produksi biomassa merupakan salah satu jenis pelayanan Dasar SPM Bidang Lingkungan Hidup. Kabupaten Boyolali sampai saat ini belum menetapkan target pencapaian SPM Bidang Lingkungan Hidup, sehingga untuk pentargetan setiap tahunnya masih mengacu dan berpedoman dengan target nasional. Adapun indikator target dan batas waktu pencapaian SPM secara Nasional untuk pelaksanaan SPM Tahap I (2008-2013) adalah sebagai berikut: - Tahun 2009 : 20% - Sampai 2010 : 40% - Sampai 2011 : 60% - Sampai 2012 : 80% - Sampai 2013 : 100% - Sampai 2014 (masa transisi utk tahap selanjutnya) : 100% dan bila perlu ditambah 20% Sampai Tahun 2015 : 100% sambil menunggu ketentuan pelaksanaan SPM lebih lanjut. Target luasan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang ditetapkan dan diinformasikan status kerusakannya sampai dengan 2013 adalah 73.783,0 ha dan telah dapat terealisasi 100%, untuk tahun 2014 adalah mengulang kembali terhadap kecamatan yang terkena II-54

dampak letusan gunung Merapi Tahun 2010 yaitu kecamatan Selo, Cepogo dan Selo sehingga dapat diketahui seberapa jauh dampak yang ditimbulkan oleh letusan tersebut terhadap tingkat kerusakan lahan/ tanah untuk biomassa dibanding sebelum terjadi letusan. Sedangkan untuk Tahun 2015 direncanakan menyusun status kerusakan lahan/tanah secara keseluruhan (se-kabupaten) berdasar hasil uji kualitas tanah yang telah dilakukan. NO 9) Pertanahan Tabel II.33 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pertanahan BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 1 Penanganan permasalahan di bidang % 75 75 75 keagrariaan 2 Fasilitasi pengelolaan, pemanfaatan, pelepasan dan alih fungsi tanah kas desa desa 11 11 10 Sumber data: Bagian Pemerintahan Desa Setda Kab. Boyolali *) Angka sementara Target kinerja tertanganinya permasalahan di bidang keagrariaan pada Tahun 2013 dan Tahun 2014 target kinerja 75% terealisasi 75% atau capaian kinerjanya 100%. Adapun bentuk kegian yang dilaksanakan adalah fasilitasi penyelesaian konflik-konflik pertanahan. Pada Tahun 2014 dapat terealisasi dengan terbitnya ijin Pengelolaan, Pemanfaatan, Pelepasan dan Alih Fungsi Tanah Kas Desa. Target kinerja 10 desa terealisasi 11 desa atau tercapai 110%. II-55

10) Kependudukan dan Catatan Sipil Tabel II.34 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Penerapan KTP Nasional sudah/ berbasis NIK blm sudah sudah sudah 2 Ketersediaan database ada/ kependudukan skala tidak kabupaten ada ada ada a. Indikator SPM - Cakupan Penerbitan Kartu Tanda Penduduk % 100 100 100 - Cakupan Penerbitan Akta Kelahiran Cakupan Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran Cakupan Penerbitan Kutipan Akte Kematian b. Indikator RPJM - Prosentase kepemilikan KTP dari wajib KTP - Rasio kepemilikan Akta Kelahiran dari jumlah penduduk - Prosentase Penduduk yang menerima e-ktp berbasis NIK dengan perekaman sidik jari - Keluarga yang mengajukan permohonan KK - Jumlah pemohon KTP yang mendapat pelayanan - Meningkatnya jumlah warga yang memiliki Akta Catatan Sipil % 82,57 85,50 100 % 51,27 59,95 60 % 0,23 1,98 4 % 82,57 85,50 100 % 51,27 59,95 % 95,46 KK 66.070 Orang 66.366 Orang 560.89 9 96,28 76.65 0 57.09 0 583.2 24 Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Boyolali *) Angka sementara 60 100 84.000 54.580 585.00 0 II-56

Sejak Tahun 2006 Kabupaten Boyolali sudah menerapkan KTP Nasional berbasis NIK. Ketersediaan database kependudukan skala kabupaten sudah ada. Tingkat capaian cakupan penerbitan Kartu Tanda Penduduk tidak mencapai target, dengan capaian sebesar 85,50% dari target SPM 100% (tingkat capaian 85,50%), tidak mencapai target karena menurunnya jumlah pemohon KTP yang disebabkan diadakan pembersihan data (mati/ganda/pindah) dihapus dari data base. Untuk Tingkat capaian cakupan penerbitan Akta kelahiran dapat mencapai target, atau terealisasi 59,95% dari target SPM 48% (tingkat capaian 124,90%) hal ini disebabkan sejak Tahun 2013 bagi pemohon akte kelahiran yang mendaftar lebih 1 Tahun dari terjadinya peristiwa kelahiran tidak harus melampirkan hasil keputusan pengadilan, apabila dibandingkan dengan tahun lalu mengalami kenaikan, yang disebabkan ada peningkatan pemohon akte kelahiran sejumlah 22.325 orang. Cakupan Penerbitan Kartu Keluarga (KK) pada Tahun 2014 berdasarkan data Kepala Keluarga yang mendaftarkan permohonan KK tercapai sebesar 100% dari target 95% atau tingkat capaian sebesar 105,26%, hal ini disebabkan banyak warga yang memperbaharui KK sebagai persyaratan untuk mengajukan permohonan kepesertaan BPJS. Sedangkan Cakupan Penerbitan Kutipan Akte Kematian terealisasi 1,98% dari target 3% ( tingkat capaian 66%), capaiannya masih sangat rendah dikarenakan Akte Kematian tidak dibutuhkan oleh masyarakat, karena akte kematian belum dimanfaatkan sebagai persyaratan untuk pengurusan dokumen yang berkaitan dengan kematian seseorang, baik di lembaga Pemerintah maupun lembaga swasta. Prosentase kepemilikan KTP dari wajib KTP pada Tahun 2014 tercapai 85,50 dari target 100% sehingga capaian kinerja sebesar 85,50%, tidak mencapai target karena II-57

pada Tahun 2013 dan 2014 diadakan pembersihan data (mati/ganda/pindah) dihapus dari data base. Rasio kepemilikan Akta Kelahiran dari jumlah penduduk sampai dengan Tahun 2014 sejumlah sebesar 59,95% dari target 48%, tingkat capaian kinerja 124,90%. Bila dibandingkan dengan Tahun 2013 realisasi capaian mengalami kenaikan, hal ini dikarenakan pada Tahun 2013 bagi pemohon akte kelahiran yang mendaftar lebih dari 1 tahun tidak harus melampirkan hasil keputusan sidang pengadilan sehingga berpengaruh pada jumlah pemohon akte kelahiran. Prosentase penduduk yang menerima e-ktp berbasis NIK dengan perekaman sidik jari Tahun 2014 realisasi 96,28% dari target 100% tingkat capaian kinerja 96,28%. Cara pencapaiannya dengan melaksanakan perekaman KTP elektronik dengan sidik jari di 19 kecamatan, dan juga dilaksanakan pelayanan mobile/jemput bola bagi orang sakit, jompo, penduduk rentan. Keluarga yang mengajukan permohonan KK (Kartu Keluarga) Tahun 2014 sebanyak 76.650 KK dari target 84.000. Bila dibandingkan dengan tahun lalu jumlah pemohon mengalami kenaikan sebesar 11.580 orang, hal ini disebabkan Kepala Keluarga memperbaharui KK sebagai lampiran untuk mengajukan permohonan kepesertaan program BPJS. Jumlah pemohon KTP pada Tahun 2014 sejumlah 57.090 orang dari target 54.580 orang dengan tingkat capaian 104,60%, bila dibandingkan dengan tahun lalu jumlah pemohon mengalami penurunan sejumlah 9.276 orang dimana pemohon KTP Tahun 2013 sejumlah 66.366 orang. Hal ini disebabkan wajib KTP yang seharusnya memperpanjang KTP pada th 2014 sebagian besar sudah menerima KTP-el hasil perekaman Tahun 2013 dan Tahun 2014. Jumlah warga yang memiliki akte kelahiran sampai dengan Tahun 2014 sejumlah 583.224 orang dari target 575.000 orang. Jumlah warga yang memiliki akte II-58

kelahiran pada Tahun 2014 mengalami peningkatan sejumlah 22.325 orang, dari jumlah kepemilikan akte kelahiran Tahun 2013 sejumlah 560.899 orang. Apabila dibandingkan dengan tahun lalu jumlah pemohon akte kelahiran mengalami kenaikan sejumlah 66 orang, hal ini disebabkan adanya Keputusan Mahkamah Konstitusi tanggal 30 April 2013 yang menyatakan bahwa bagi pemohon akte kelahiran yang mendaftarkan melebihi batas waktu dari 1 tahun tidak perlu melampirkan hasil keputusan pengadilan. NO 11) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak II-59 Tabel II.35 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Target 2015* BIDANG HASIL SATUAN URUSAN/INDIKATOR 2013 2014 1 2 3 4 5 6 1 Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah % 43,52 2 Rasio KDRT kasus 93 47 20 3 Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan kasus 93 67 75 4 5 6 7 8 Persentase perempuan di lembaga legislatif Rasio kekerasan terhadap anak Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan penanganan pengaduan oleh petugas terlatih didalam unit pelayanan terpadu. Cakupan penegakan hukum dari tingkat penyidikan sampai dengan putusan pengadilan atas kasus - kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan % 17,5 5 8,1 10 kasus 45 33 25 % 75 75 75 % 92 92 100 % 67,4 6 67 98

NO 9 10 11 12 BIDANG URUSAN/INDIKATOR yang mendapatkan layanan bantuan hukum. Cakupan layanan pemulangan perempuan dan anak korban kekerasan. Cakupan layanan re integrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan. Cakupan layanan bimbingan rohani yang diberikan oleh petugas bimbingan rohani terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan didalam unit pelayanan terpadu. Cakupan penegakan hukum dari tingkat penyidikan sampai dengan putusan pengadilan atas kasus - kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* % 75 75 100 % 100 100 100 % 54 54 50 % 92 92 100 Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan anak dan Keluarga Berencana Kab. Boyolali *) Angka sementara Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Jumlah PNS di kabupaten Boyolali Tahun 2014 sebanyak : 11.226 orang dengan perincian PNS laki-laki sebanyak 5.780 orang sedangkan perempuan sebanyak 5.446 orang, data partisipasi perempuan di lembaga pemerintah sudah mengalami peningkatan peran perempuan di lembaga pemerintahan sebesar 48,51%, data ini diperoleh dari Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Boyolali. Rasio KDRT Rasio Kekerasan Dalam Rumah Tangga pada Tahun 2012 terjadi 47 kasus KDRT, pada Tahun 2013 terjadi 93 kasus. Pada Tahun 2014 data kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Boyolali sebanyak II-60

83, dengan perincian sebagai berikut : Kasus KDRT sebanyak 26 kasus, Kasus kekerasan terhadap anak berjumlah 57 kasus. Hal ini disebabkan dengan adanya sosialisasi tentang KDRT masyarakat sudah ada keberanian untuk melapor karena terkait dengan pemahaman tentang Undang-undang perlindungan perempuan dan anak berdasar intrepretasi terjadi kenaikan kasus KDRT sesuai dengan laporan yang ada dan sudah diberikan pendampingan melalui P2TP2A. Persentase Jumlah Tenaga Kerja Dibawah Umur Pada Tahun 2012 ada 2,06% dan pada tahun 2013 dan Tahun 2014 tidak ada berdasar sumber data dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Boyolali. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan Data dari Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Boyolali partisipasi angkatan kerja perempuan pada Tahun 2012, 2013 dan 2014 belum dapat diperoleh data. Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak Dari Tindakan Kekerasan Pada Tahun 2012 terjadi 67 kasus, pada tahun 2013 terjadi 93 kasus dan pada Tahun 2014 sebanyak 83 kasus. penyelesaian pengaduan kasus dapat ditindak lanjuti dengan melihat dari jenis kasusnya. Kontribusi Perempuan Dalam Pekerjaan Upahan di Sektor Non Pertanian Bahwa Kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan non pertanian rendah hal ini terkait dengan tingkat pendidikan dan ketrampilan untuk data Tahun 2012, 2013 dan 2014 belum diperoleh data dari dinas terkait. Rasio Siswa Perempuan Terhadap Siswa Laki-laki Pada Pendidikan Dasar Data pada Tahun 2012, 2013 dan tahun 2014 belum diperoleh dari dinas terkait, Rasio siswa perempuan pada pendidikan dasar masih rendah bila dibanding siswa II-61

laki-laki karena alasan ekonomi, SDM dan kultur budaya masyarakat. Rasio Siswa Perempuan Terhadap Siswa Laki-laki Pada Pendidikan Menengah Data pada Tahun 2012, 2013 dan 2014 belum diperoleh dari dinas terkait, Rasio siswa perempuan pada pendidikan menengah masih rendah bila dibanding siswa laki-laki karena alasan ekonomi, SDM dan kultur budaya masyarakat. Rasio Siswa Perempuan Terhadap Siswa Laki-laki Pada Perguruan Tinggi Data pada Tahun 2012, 2013 dan Tahun 2014 belum diperoleh dari dinas terkait, Rasio siswa perempuan pada pendidikan perguruan tinggi masih sangat rendah bila dibanding siswa laki-laki karena alasan ekonomi, SDM dan kultur budaya masyarakat Rasio Melek Huruf Perempuan Terhadap Laki-laki Pada Kelompok Usia 15-24 Tahun Angka melek huruf perempuan sudah dapat ditekan menjadi relatif kecil sehingga perbedaan gender terhadap pendidikan tidak begitu nampak, berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali pada Tahun 2012 mencapai 99,58% dari standart 68,04% sehingga interpretasi sudah melampui karena tingginya kesadaran masyarakat tentang pemberantasan buta huruf dan buta aksara serta sosialisasi dan penyebaran informasi yang semakin tinggi. Untuk 2014 belum diperoleh data dari dinas terkait. Persentase Perempuan di Lembaga Legislatif Berdasarkan data dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) bahwa perempuan yang duduk di lembaga legislatif pada Tahun 2012 dan Tahun 2013 sebanyak : 7 orang atau 15,55% dari jumlah anggota legislatif sebanyak : 45 orang sama dengan kondisi pada tahun lalu (selama periode 5 Tahun), untuk Tahun 2014 ada 5 orang atau (8,1%) dari 45 anggota, sehingga terjadi penurunan II-62

sebesar 6,9% kondisinya yang demikian belum tercapai dengan standar yang ditentukan (30%). Rasio Kekerasan Terhadap Anak Pada dasarnya rasio kekerasan terhadap anak meningkat namun sesuai laporan yang telah diterima bahwa kekerasan terhadap anak pada Tahun 2012 terlaporkan 33 kasus atau 53,2% pada Tahun 2013 terlapor 45 kasus terjadi trend kenaikan kasus, pada Tahun 2014 terjadi 37 kasus (28,49%) hal ini disebabkan oleh karena masih kurang terpantaunya kejadian-kejadian yang dialami oleh anak selalu ditutup-tutupi oleh keluarganya karena merasa malu. Rasio kekerasan terhadap anak meningkat setiap tahun utamanya pelecehan seksual, pra pergaulan, pengaruh Ilmu Teknologi dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang Hukum. Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Yang Mendapatkan Penanganan Pengaduan Oleh Petugas Terlatih di Dalam Unit Pelayanan Terpadu Data menunjukkan bahwa korban kekerasan terhadap perempuan dan anak pada Tahun 2012 yaitu 70%, pada Tahun 2013 yaitu 75%. Dalam penanganan pengaduan Korban Kekerasan terhadap perempuan dan anak sudah ditangani dan ditindaklanjuti sesuai prosedur namun belum semua petugas di UPT mendapat pelatihan. Untuk Tahun 2015 akan diadakan pelatihan pengembangan pusat pelatihan terpadu di 19 Kecamatan. Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Yang Mendapatkan Layanan Kesehatan Terlatih di Puskesmas Mampu Tatalaksana KIP/A dan PPT/PKT di Rumah Sakit Korban kekerasan perempuan dan anak sudah mendapat pelayanan kesehatan namun belum ada koordinasi/mou dalam penanganan kesehatan bagi korban sehingga korban dalam proses divisum di Rumah Sakit atau Puskesmas masih diperlakukan sebagaimana pasien umum lainnya. Cakupan Layanan Rehabilitasi Sosial Yang Diberikan Oleh Petugas Rehabilitasi dan Sosial Terlatih Bagi II-63

Perempuan dan Anak Korban Kekerasan di Dalam Unit Pelayanan Terpadu Belum semua korban kekerasan mendapat layanan rehabsos karena belum ada/keterbatasan sarana prasarana, petugas terlatih di UPT/Dinas terkait (Dinas Sosial). Cakupan layanan bimbingan rohani yang diberikan oleh petugas bimbingan rohani terlatih bagi perempuan dan anak korban kekerasan didalam unit pelayanan terpadu. Dalam penanganan korban kekerasan perempuan dan anak bimbingan rohani yang diberikan selama ini adalah memberikan motivasi dan spirit untuk ketenangan jiwanya namum belum memiliki ruang khusus/shelter untuk menangani korban. Cakupan penegak hukum dari tingkat penyidikan sampai dengan putusan pengadilan atas kasus - kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dalam proses penegakan hukum dari tingkat penyidikan sampai putusan sudah dilaksanakan sesuai prosedur yang sudah ditangani pada Tahun 2013 sebesar 92%. Hal ini sudah melampaui dari interpretasi dan standarnya sebesar 20%, untuk kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak sudah ada unit khusus PPA dari Polres dan hakim anak di Pengadilan dan sesuai aturan sudah ada UUPA 23 Tahun 2002 dan UU KDRT Nomor 23 Tahun 2004. Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan bantuan hukum. Perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan bantuan hukum pada Tahun 2013 sudah dapat ditangani sebesar 67,46% sesuai standart yang telah ditetapkan sebesar 50%, disebabkan oleh karena tidak semua kasus korban kekerasan perempuan dan anak mendapat layanan bantuan hukum. Hal ini dilihat dari kasus yang dihadapi, dan korban kebanyakan menolak diproses sampai ke ranah hukum. II-64

Cakupan layanan pemulangan perempuan dan anak korban kekerasan. Sesuai standart yang telah ditetapkan dalam SPM sebesar 75%, namun sampai Tahun 2014 wilayah Boyolali belum ada kasus pemulangan perempuan dan anak Korban Kekerasan, dan apabila ada kasus seperti ini Pemerintah memfasilitasi melalui Satker Teknis sudah menyiapkan perangkat yang diperlukan. Cakupan layanan re-integrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan Sesuai standart yang telah ditetapkan dalam SPM sebesar 100%, berdasarkan laporan yang telah diterima pada Tahun 2013 sudah dapat dilayani sebesar 40%. Untuk re integrasi sosial kita memberikan pemahaman terhadap keluarga, masyarakat di lingkungan korban melalui pemberian informasi, motivasi. Prosentase cakupan ketersediaan petugas yang mempunyai kemampuan untuk menindaklanjuti pengaduan masyarakat tentang TPPO. Sesuai standart yang telah ditetapkan dalam SPM sebesar 100%, namun di Kabupaten Boyolali belum pernah menangani kasus tersebut sampai dengan Tahun 2013 belum ada petugas terlatih yang menangani kasus TPPO. Prosentase cakupan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh petugas yang terlatih. Sesuai standart yang telah ditetapkan dalam SPM sebesar 100%, namun belum ada petugas kesehatan yang terlatih dalam menangani TPPO. Prosentase cakupan pelayanan rehabilitasi kesehatan yang menyediakan ruang dan sarana khusus bagi saksi dan/korban TPPO di RS atau Puskesmas. Sesuai standart yang telah ditetapkan dalam SPM sebesar 70%, namun belum tersedia ruang khusus pemeriksaan di Rumah Sakit/Puskesmas terkait dengan korban TPPO. II-65

Prosentase cakupan pemberian bantuan hukum kepada saksi dan/korban TPPO yang diberikan oleh penegak hukum. Sesuai standart yang telah ditetapkan dalam SPM sebesar 70%, Belum ada kasus TPPO di Kabupaten Boyolali, namun apabila terjadi kasus TPPO sudah ada petugas kepolisian dalam penanganan kasus tersebut berkoordinasi dengan instansi terkait. Prosentase cakupan pelayanan bantuan rehabsos di rumah perlindungan sosial dan sejenisnya kepada saksi dan/korban TPPO oleh petugas rehabsos. Sesuai standart yang telah ditetapkan dalam SPM sebesar 100%, Belum ada shelter rumah aman bagi korban TPPO. Prosentase cakupan pelayanan yang diberikan kepada saksi dan/korban TPPO untuk pemulangan ke daerah asal. Sesuai standart yang telah ditetapkan dalam SPM sebesar 100%, Belum ada standar Operasional Pelayanan (SOP) untuk pemulangan korban TPPO. NO 12) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera II-66 Tabel II.36 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Keluarga Berencana dan BIDANG URUSAN/INDIKATOR Keluarga Sejahtera SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 Rata-rata jumlah anak 1 % 2,4 2,3 2,1 per keluarga 2 Rasio Akseptor KB 1 : 1,21 1 : 1,21 1:1:10 3 4 5 Cakupan peserta KB aktif Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang istrinya dibawah usia 20 tahun. % 79,52 80,00 81,50 Keluarga 149.724 149.724 145.500 % 1,13 1,40 1,10

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 6 Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur (PUS) menjadi peserta % 79,52 80,00 81,50 KB Aktif. 7 Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang ingin ber KB tidak % 11,36 7,60 7,60 terpenuhi (Unmet Need). 8 Cakupan Anggota Bina Keluarga Balita (BKB) % 79,03 79,50 79,50 ber - KB. 9 Cakupan PUS peserta KB anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber - KB. % 84,63 86,00 86,00 Ratio Petugas Lapangan Keluarga 10 Berencana/Penyuluh 1 org/5 1 org/2 1 org/5 Keluarga Berencana PLKB Desa/Ke Desa/Ke Desa/Ke (PLKB/PKB) 1 l. l. l. Petugas/2 Desa/Kelurahan. 11 12 13 Rasio Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) 1 (satu) Petugas setiap Desa/Kelurahan. Cakupan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi Permintaan Masyarakat 30 % setiap tahun. Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga disetiap Desa/Kelurahan 100 % setiap tahun. PPKBD 281 281 267 % 0 100 100 % 100 100 100 Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan anak dan Keluarga Berencana Kab. Boyolali *) Angka sementara II-67

Rata-rata jumlah anak per keluarga Sesuai standart yang telah ditetapkan rata rata keluarga mempunyai anak rata rata antara 1 2 anak dan setelah itu harus mengikuti program KB dengan menggunakan alat kontrasepsi MKJP, berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa pada Tahun 2012 rata rata keluarga sudah memiliki lebih dari 2 anak, demikian pula pada Tahun 2013 kondisi masih sama dengan tahun lalu, sedangkan kondisi pada Tahun 2012 rata rata keluarga per wanita subur memiliki anak antara 2 sampai 4 anak, pada Tahun 2014 kondisi masih tetap sama pada tahun lalu, untuk itu telah dilakukan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) kepada masyarakat melalui : - KIE calon pengantin kerjasama dengan KUA - KIE PUS menunda kehamilan kedua - KIE PUS anak 2 untuk kontrasepsi mantap (kontap). Rasio akseptor KB Rasio akseptor KB bahwa setiap 1 orang peserta KB dibanding 1,21 PUS yang sudah memiliki anak 1 agar ikut KB dan melakukan jarak kehamilan yang ideal dengan anak yang kedua untuk menjaga kesehatan ibu dan mengurangi resiko kematian ibu melahirkan, sedangkan dalam rangka menjarangkan kehamilan telah dilakukan Pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan klien, Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup. Cakupan peserta KB aktif Sesuai standart yang telah ditetapkan dalam SPM sebesar 70%, namun Kabupaten Boyolali cakupan peserta KB Aktif sudah mencapai 85,45% pada Tahun 2012, sedangkan pada Tahun 2013 telah tercapai sebesar 79,52% dari PUS sebesar 152.626, pada Tahun 2014 tercapai sebesar 80,02% dari PUS sebesar 171.319 dengan PA sebesar 137.084. Hal tersebut dapat tercapai melalui beberapa kegiatan Pembinaan PUS melalui kunjungan rumah dan mengoptimalkan peran aktif institusi masyarakat yang berada ditingkat bawah (RT, RW). Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I II-68

Berdasarkan hasil pendataan keluarga pada Tahun 2011 telah terdata sejumlah 162.445 KK, kemudian melalui pembinaan dan memberdayakan keluarga melalui kelompok UPPKS jumlah keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I pada pendataan Tahun 2012 dapat diturunkan menjadi 162,445 KK pada pendataan Tahun 2013 turun menjadi 149.724 KK, pada pendataan Tahun 2014 sebesar 160.858 KK kemudian sisanya sudah dapat naik ke kriteria Keluarga Sejahtera II, III dan III Plus dengan meningkatkan pembinaan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang istrinya dibawah usia 20 tahun. Sesuai dengan standart yang telah ditetapkan SPM sebesar 3,5%, pada Tahun 2012 tercapai 1,42% dan pada tahun 2013 tercapai 1,13%, pada Tahun 2014 tercapai 1,40% dengan kategori sudah melampaui target (capaian lebih kecil lebih baik), adapun cara mencapainya yaitu petugas melakukan Penyuluhan dan pembekalan kepada remaja tentang pendewasaan usia kawin dan kesehatan reproduksi. Koordinasi dengan KUA tentang penyuluhan kepada pengantin. Cakupan sasaran Pasangan Usia Subur (PUS) menjadi peserta KB Aktif. Pada Tahun 2012 sebasar 85,45% (152.326 PUS) dan pada Tahun 2013 sebesar 79,52%, pada Tahun 2014 tercapai sebesar 80,02% dari PUS sebesar 171.319 dengan PA sebesar 137.084 sedangkan standar SPM telah ditetapkan sebesar 70% sehingga capaian telah melampaui standat SPM hal tersebut disebabkan karena kesadaran PUS untuk ber KB meningkat dan tercukupinya ketersediaan alat kontrasepsi. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) yang ingin ber KB tidak terpenuhi (Unmet Need). II-69

Berdasarkan capaian kinerja pada Tahun 2012 tercapai 7,62% pada Tahun 2013 tercapai 11,36%, pada Tahun 2014 tercapai sebesar 10,65% (capaian lebih keccil lebih baik), sehingga diinterpretasikan belum tercapai apabila dibandingkan dengan standart SPM sebesar 5%. Hal tersebut disebabkan oleh karena kurangnya pemahaman PUS untuk menggunakan alat kontrasepsi, sedangkan upaya yang telah dilakukan adalah meningkatkan pemahaman kepada PUS Unmetneed untuk ber KB, melalui Komunikas Informasi dan Edukasi (KIE) karena masih dimungkinkan bisa hamil. Cakupan Anggota Bina Keluarga Balita (BKB) ber - KB. Anggota BKB yang ber KB pada Tahun 2012 tercapai 69,47% pada Tahun 2013 tercapai 79,03%, pada Tahun 2014 dari jumlah BKB yang ber KB sebesar 9.979 atau tercapai sebesar 79,50% dengan kategori sudah tercapai, hal tersebut disebabkan anggota BKB yang termasuk PUS Baru sudah menggunakan alat kontrasepsi karena masih ingin punya anak sehingga dapat mencapai standart yang ditetapkan dalam SPM sebesar 68. Cakupan Pasangan Usia Subur (PUS) peserta KB anggota Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang ber - KB. Berdasarkan data pada Tahun 2012 tercapai 61,88% pada Tahun 2013 tercapai 84,63% pada Tahun 2014 tercapai sebesar 86% dengan kategori sudah tercapai (masingmasing kelompok terdiri dari 10 sampai dengan 30 anggota) sebagian besar kelompok UPPKS adalah PUS yang ber KB (ibu-ibu) sedangkan standart yang ditetapkan dalam SPM sebesar 85% atau sudah sesuai. Ratio Petugas Lapangan Keluarga Berencana/ Penyuluh Keluarga Berencana (PLKB/ PKB) 1 Petugas/ 2 Desa/ Kelurahan. Berdasarkan data pada Tahun 2014 petugas KB yang berada di Desa/ Kelurahan 1 orang petugas membawahi 10 11 Desa/ Kelurahan binaan, demikian pula masih kurangnya tenaga PLKB/Penyuluh Lapangan KB karena II-70

pensiun dan pindah tugas ke SKPD lain sampai saat ini belum ada pengganti, rasio ideal petugas KB adalah 1 orang PLKB menangani maksimal 2 Desa, kenyataan/ realitasnya 1 orang PLKB menangani 10 s/d 11 Desa. Rasio Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa (PPKBD) 1 (satu) Petugas setiap Desa/Kelurahan. Sampai saat ini sudah tercukupi dan berjumlah 281 petugas PPKBD dan sudah sesuai standart yang telah ditetapkan dalam SPM sebesar 100% untuk itu perlu diadakan di tingkat Kabupaten setiap bulan sekali sebagai akibat dari kurangnya tenaga PLKB dalam melaksanakan operasional lapangan dengan memberdayakan institusi masyarakat pedesaan yang ada di Desa/Kelurahan yaitu PPKBD. Cakupan penyediaan alat dan obat kontrasepsi untuk memenuhi Permintaan Masyarakat 30% setiap tahun. Berdasarkan capaian kinerja sebesar 100% dan kebutuhan alat kontrasepsi telah tercukupi pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan klien. Klien dilayani secara professional dan memenuhi standar pelayanan. Pelayanan tersedia pada waktu yang telah ditentukan dan nyaman bagi klien. Bahan dan alat kontrasepsi tersedia dalam jumlah yang cukup. Cakupan penyediaan informasi data mikro keluarga disetiap Desa/Kelurahan 100% setiap tahun. Melalui hasil pendataan keluarga pada Tahun 2013 telah diperoleh data mikro keluarga sebesar 100% kemudian pada Tahun 2014 juga telah diperoleh data mikro sebesar 100% Pendataan keluarga sebagai salah satu sub sistim pencatatan dan pelaporan untuk memberikan dukungan data dan informasi yang bersifat mikro yang kuantitatif namun lebih rinci mengenai data keluarga dan anggota keluarga. II-71

13) Sosial Tabel II.37 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Sosial NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti Unit 16 11 9 rehabilitasi 2 PMKS yg memperoleh bantuan sosial % 55,3 23,83 80 3 Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial % 100 100 100 Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Boyolali *) Angka sementara Pada Tahun 2013 terdapat 16 sarana sosial yang terdiri dari 15 unit panti asuhan dan 1 unit panti jompo. Dari 16 panti tersebut pada Tahun 2014 tertangani sebanyak 11panti sesuai yang ditargetkan. Penanganan ini berupa pemberian barang untuk memenuhi kebutuhan panti seperti kasur, busa, rak, dan lain-lain. Sarana sosial tersebut sebenarnya belum cukup menampung permasalahan PMKS di Kabupaten Boyolali, salah satunya belum ada rumah singgah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi masih harus bekerja sama dengan Kabupaten lain seperti Surakarta dan Klaten. Prosentase PMKS yang memperoleh bantuan sosial Pada Tahun 2013 kondisi PMKS yang memperoleh bantuan terealisasi 55,3%. Pada Tahun 2014 prosentase PMKS yang memperoleh batuan sosial dengan penghitungan dari jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sosial dalam 1 tahun dibagi jumlah PMKS yang seharusnya memperoleh bantuan dalam 1 tahun. Sampai dengan Tahun 2013 PMKS yang memperoleh bantuan sebanyak 8.451 orang dari jumlah yang seharusnya sebesar 15.280 orang. Sedangkan pada Tahun 2014 PMKS yang memperoleh bantuan sosial sebanyak 3.641 orang atau sebesar 23,83%. Sehingga bila II-72

diakumulasikan sampai pada Tahun 2014 jumlah PMKS yang memperoleh bantuan sebanyak 12.092 orang atau 79,14% dari 15.280 orang. Standar capaian kinerja jumlah PMKS yang menerima bantuan dari target SPM Kementerian Sosial sebesar 80% pada Tahun 2015. Penanganan PMKS adalah perbandingan jumlah PMKS yang tertangani dengan jumlah PMKS yang ada. Pada Tahun 2013 hasil mencapai 100%. Sedangkan pada Tahun 2014 terealisasi sebesar 100%, dengan menggunakan data penanganan korban bencana yaitu korban bencana yang telah diberikan bantuan sosial kepada korban bencana. Adapun jumlah kejadian/bencana yang dilaporkan ke Dinsosnakertrans sebanyak 73 kejadian, dan telah ditangani sebanyak 73 kejadian, sehingga capaian kinerja sebesar 100%. 14) Ketenagakerjaan Tabel II.38 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Ketenagakerjaan NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Angka partisipasi angkatan kerja % 72,06% 76,27 82,27 2 Angka sengketa % 36 14 20 pengusaha-pekerja per (20kasus) kasus kasus tahun 3 Pencari kerja yang orang ditempatkan 2.793 3.974 2.250 4 Tingkat pengangguran % terbuka 2,67 5,46 4,47 5 Keselamatan dan % perlindungan 24,35 % 34 Sumber: Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kab. Boyolali *) Angka sementara Angka partisipasi angkatan kerja merupakan pebandingan antara jumlah penduduk angkatan kerja (PAK) dan jumlah II-73

Penduduk Usia Kerja (PUK). PAK Tahun 2013 sebanyak 521.534 orang dan PUK Tahun 2013 sebanyak 717.950 orang. Sehingga didapat angka partisipasi angkatan kerja sebesar 72,6%. Dari hasil capaian kinerja diatas menunjukkan bahwa angka partisipasi angkatan kerja yang diharapkan pada Tahun 2015 sebesar 82,75% belum tercapai. Dibanding Tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 6,88%, hal ini disebabkan peningkatan jumlah PAK lebih kecil dibanding peningkatan jumlah PUK, yang mana jumlah angkatan kerja dan penduduk usia terjadi pengaruhi tingkat pertumbuhan penduduk. Angka sengketa pengusaha pekerja pertahun adalah perbandingan antara jumlah sengketa pengusaha pekerja dengan jumlah perusahaan. Angka sengketa pengusaha pada tahun sebesar 33,34% (20 kasus). Dan sampai dengan Tahun 2013 mencapai 36%. Kasus-kasus yang terjadi dapat tertangani dengan baik dan selesai dengan PB (PerjanjianBersama) tidak sampai ke PHI (Pengadilan Hubungan Industrial). Jumlah perusahaan terdaftar Tahun 2013 sebanyak 732 perusahaan. Penempatan tenaga kerja adalah proses pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan dan kepada pemberi kerja dalam pengisian lowongan kerja sesuai dengan bakat minat dan kemampuan. Pencari kerja yang ditempatkan adalah pada Tahun 2013 sebanyak 2.793 orang. Penempatan melalui mekanisme Antar Kerja Antar Negara (AKAN) sebanyak 221 orang, Antar Kerja Lokal (AKL) sebanyak 2.225 dan Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) sebanyak 347. Penempatan tenaga kerja Tahun 2012 sebanyak 4.072 orang, sehingga pada Tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 1.279 orang khususnya pada penempatan AKL, hal ini disebabkan kurangnya minat pencari kerja untuk bekerja di perusahaan garmen. Tingkat Pengangguran Terbuka adalah perbandingan antara jumlah penganggur terbuka dan jumlah angkatan kerja. Jumlah penganggur menggunakan data pencari kerja terdaftar yaitu 13.904 orang dan jumlah angkatan kerja II-74

Tahun 2013 sebanyak 521.534. Sehingga prosentase tingkat pengangguran terbuka sebesar 2,67%. Prosentase tingkat pengangguran Tahun 2013 didapat dari: Jumlah Penganggur (13.904 org ) X 100 % = 2,67% Jumlah Angkatan kerja (521.534 org ) Dibandingkan Tahun 2012 terjadi kenaikan capaian kinerja sebesar 53,37%, karena besaran jumlah penganggur di Tahun 2013 jauh lebih sedikit dibanding jumlah penganggur Tahun 2012 (29.083). Data penganggur Tahun 2013 yang digunakan adalah data pencari kerja terdaftar yang mana berdasarkan kesepakatan rakor petugas IPK bahwa data pencari kerja dihitung sejak menggunakan sistem online saja. Keselamatan dan perlindungan adalah perbandingan jumlah perusahaan yang menerapkan K3 pada tahun n dengan jumlah perusahaan diwilayah kabupaten pada tahun. Pada Tahun 2012 sebesar 12,35% dan sampai dengan Tahun 2013 sebesar 24,35% atau 104 perusahaan, sedangkan target yang ditetapkan pada Tahun 2015 sebanyak 250 perusahaan yang menerapkan K3. Kedepan Dinsosnakertrans berupaya meningkatkan penerapan K3 dimaksud dengan melaksanakan pembinaan dan pengawasan ke Perusahaan oleh pegawai pengawas Ketenagakerjaan. NO 15) Koperasi Usaha Kecil dan Menengah II-75 Tabel II.39 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Koperasi BIDANG URUSAN/INDIKATOR Usaha Kecil dan Menengah SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Persentase koperasi aktif % 75,14 78,88 78,90 2 Jumlah UKM non BPR/LKM UKM UKM 27.905 28.085 28.000

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR II-76 SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 3 Jumlah BPR/LKM LKM 1.040 1.109 1.104 4 Usaha Mikro dan Kecil usaha mikro 11.898 15.870 15.000 Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kab. Boyolali *) Angka Sementara 1. Indikator Persentase Koperasi aktif - Persentase koperasi aktif Tahun 2013 yaitu 75,14% Tahun 2014 78,88% hal ini mengalami kenaikan sebesar 3,74% hal ini disebabkan karena adanya penurunan Koperasi tidak aktif, di Tahun 2013 Koperasi tidak aktif ada 265 Koperasi di Tahun 2014 ini koperasi tidak aktif ada 227 Koperasi. 2. Indikator Jumlah UKM non BPR/LKM UKM - Jumlah UKM non BPR/LKM UKM Tahun 2013 yaitu 27.905 di Tahun 2014 yaitu 28.085 hal ini mengalami kenaikan sekitar 180 UKM. - Di Tahun 2014 usaha mikro ada 15.870 unit, usaha kecil ada 9.064 unit, usaha menengah ada 3.121 unit,usaha besar ada 30 unit jadi total ada 28.085 unit. 3. Indikator Jumlah BPR/LKM - Jumlah BPR/LKM Tahun 2013 yaitu 1.040 LKM di Tahun 2014 yaitu 1.109 LKM hal ini mengalami kenaikan sekitar 69 LKM. - Jumlah LKM yang tersebar di kecamatan diantaranya Kecamatan LKM Kecamatan LKM SELO 40 NGEMPLAK 125 AMPEL 236 NOGOSARI 49 CEPOGO 38 SIMO 121 MUSUK 37 KARANGGEDE 56 BOYOLALI 12 KLEGO 51 MOJOSONGO 37 ANDONG 10 TERAS 107 JUWANGI 5 SAWIT 52 KEMUSU 30 BANYUDONO 29 WONOSEGORO 2 SAMBI 72

4. Indikator Usaha Mikro dan Kecil - Usaha mikro dan kecil Tahun 2013 ada 11.898 usaha mikro, di Tahun 2014 ada 15.870 usaha mikro hal ini mengalami kenaikan sebesar 3.972 usaha mikro. 16) Penanaman Modal Tabel II.40 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Penanaman Modal BIDANG HASIL Target 2015* NO URUSAN/INDIKA SATUAN TOR 2013 2014 1 2 3 4 5 6 Jumlah investor 1 berskala nasional Buah 810 937 807 (PMDN/PMA) PMA Buah 1 3 1 PMDN Buah 936 804 809 Jumlah nilai 2 investasi berskala Rp. nasional 3.087.408.092.958 4.927.802.092.958 6.500.000.000.000 (PMDN/PMA) PMA Rp. 602.732.287.600 1.272.732.187.600 1.700.000.000.000 3 5 PMDN Rp. 2.484.675.805.358 3.655.069.805.358 4.800.000.000.000 Kenaikan / penurunan Nilai Naik Naik Naik Rp. Realisasi PMDN 1.121.680.000.000 1.850.394.000.000 1.200.000.000.000 (milyar rupiah) Lama proses perijinan 1. Izin Mendirikan hari kerja 10 10 10 Bangunan ( IMB ); 2. Izin Usaha Industri ( SIUI ); 3. Tanda Daftar Perusahan ( TDP ); 4. Izin Usaha Perdagangan ( SIUP ); 5. Izin Usaha Rumah Makan dan Warung Makan; hari kerja 10 10 10 hari kerja 3 3 3 hari kerja 3 3 3 hari kerja 3 3 3 II-77

NO BIDANG URUSAN/INDIKA TOR SATUAN HASIL Target 2015* 2013 2014 6. Izin Usaha hari kerja Hotel; 3 3 3 7. Izin Usaha Tempat ( ITU ) dan Izin hari kerja 10 10 10 Gangguan ( HO ); 8. Izin Lokasi; hari kerja 10 10 10 9. Izin Usaha Rice Mill; hari kerja 3 3 3 10. Tanda Daftar Gudang ( TDG ); hari kerja 10 10 10 11. Izin Usaha Pemanfaatan Burung Walet dan atau Sriti; hari kerja 10 10 10 Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kab. Boyolali *) Angka Sementara NO 17) Kebudayaan II-78 Tabel II.41 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kebudayaan BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 Jumlah grup kesenian. Data Tahun 2007 ini 1 belum diperbaharui karena Group/p keterbatasan anggaran elaku 571 571 571 untuk pendataan, prediksi data statis. Jumlah gedung. Gedung yang dimaksud adalah Ngeksipurna atau Kapujanggan, fungsi 2 sementara untuk pertunjukan, pertemuan, Lokasi 1 1 1 kedepan untuk perputakaan dan BCB. (selama belum memiliki gedung Museum). 3 Penyelenggaraan festival seni dan budaya. Kegiatan ini sangat tergantung dengan tersedianya anggaran dan juga kegiatan kegiatan di event 24 26 25

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* tingkat Propinsi Jateng untuk keluar daerah. 4 5 6 Sarana penyelenggaraan seni dan budaya. Tempat penyelenggaraan seni dan budaya yaitu Theater di Pengging, Gedung Ngeksipurna, Tlatar dan Selo. Lokasi 4 5 5 Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan. Prosentase ini dimaksud mendata % 75 85 90 merawat agar benda-benda tersebut menjadikan aset daerah. SPM Kesenian. Terdapat 8 cakupan, Yaitu Kajian seni 50%; Fasilitas seni 30% ; Gelar seni 75% ; % 80 100 100 Misi kesenian 100%; SDM 25%; Tempat 100%; Organisasi 34%; Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Boyolali *) Angka Sementara Tahun 2014 keadaan group / pelaku kesenian jumlahnya tetap karena group/ pelaku kesenian ada yang tidak aktif dan muncul group / pelaku kesenian yang baru sehingga jumlahnya tetap. Jumlah gedung kesenian yang dimiliki oleh dinas Kebudayaan dan Pariwisata baru 1 gedung yaitu gedung kapujanggan, sedangkan milik swasta belum ada. Penyelenggaraan festival seni dan budaya diadakan di obyek wisata Kab. Boyolali dan juga karena suatu permintaan dari tingkat Propinsi dalam acara lomba ke luar daerah dari Jawa Tengah. Penyelenggaraan festival seni dan budaya dapat tercapai dari target yang ditetapkan 18 event dapat terlaksana 26 kegiatan/event hal ini disebabkan penambahan kegiatan untuk gelar seni dan budaya. II-79

Benda Situs dan Kawasan cagar budaya yang dilestarikan tersedianya Buku/dokumen Sosialisasi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, sebanyak 321 buah buku yang diberikan kepada desa dan kecamatan di Kabupaten Boyolali. SPM Kesenian yang dilaksanakan Kajian Seni 40%, Fasilitas seni 30%, Gelar seni 75%; Misi kesenian 100%; SDM 25%; Tempat 100%; Organisasi 34%. sehingga target SPM Kesenian sudah tercapai. 18) Kepemudaan dan Olahraga Tabel II.42 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pemuda dan Olahraga NO BIDANG HASIL Target SATUAN URUSAN/INDIKATOR 2013 2014 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Jumlah organisasi pemuda Buah 8 8 9 2 Jumlah organisasi olahraga Buah 15 15 15 Jumlah kegiatan 3 kepemudaan Keg 13 16 17 4 Jumlah kegiatan olahraga Keg 6 6 7 5 Lapangan olahraga Buah 20 20 21 Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kab. Boyolali *) Angka Sementara 19) Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Tabel II.43 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL Target 2013 2014 2015* 1 2 3 4 5 1 Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP % 100 100 100 2 Kegiatan pembinaan politik daerah keg 5 5 5 3 Prosentase Bencana yang tertangani dengan baik % 85 85 95 II-80

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN 4 Jumlah titik rawan bencana yang telah dipantau dalam rangka mengantisipasi bencana Sumber: Kantor Kesbangpol Kab. Boyolali *) Angka sementara HASIL 2013 2014 Target 2015* titik 4 18 18 Kegiatan Pembinaan terhadap LSM, Ormas, dan OKP: Kegiatan tersebut dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manajemen Ormas, LSM dan OKP. Adapun indikator pencapaian Tahun 2010 sampai dengan 2014 mencapai 100%. Kegiatan yang dilakukan berupa monitoring, dan evaluasi terhadap Ormas, LSM dan OKP. Hambatan yang ditemui dilapangan antara lain : - Masih terbatasnya SDM Ormas /LSM, sehingga kegiatan tidak bisa berjalan lancar. - Adanya Ormas / LSM yang hanya sekedar mendapatkan SKT sehingga keberadaannya sulit dideteksi. Upaya- Upaya yang dilaksanakan dalam rangka mencapai target kinerja diantaranya: - Memberdayakan Sumber Daya Manusia yang ada - Perlunya peningkatan pengetahuan tentang manajemen Orma / LSM, sehingga kegiatan dapat berjalan lancar. Kegiatan Pembinaan Politik daerah: Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menyamakan persepsi terhadap visi Misi Kabupaten Boyolali. Indikator Pencapaian kinerja Tahun 2013 mencapai 5 kegiatan. Jika dibandingkan dengan target RPJMD mencapai 100%. Hambatan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah : - Terbatasnya sarana dan Prasarana yang ada - Masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang berpolitik yang benar II-81

- Kwalitas dan kwantitas sumber daya manusia yang belum memadai - Koordinasi dengan Dinas / Instantsi terkait belum optimal. Upaya upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam pencapaian target adalah sebagai berikut : - Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara berpolitik yang benar. - Mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada seta mengoptimalkan SDM yang ada sehingga kegiatan berjalan lancar. - Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan Instansi terkait sehingga permasalahan yang ada dilapangan segera dapat diatasi. Prosentase Bencana yang tertangani dengan baik - Bencana Tahun 2013 yang tertangani dengan baik dari 144 dapat ditangani dengan baik sebanyak 122 bencana sebesar 85%. - Bencana Tahun 2014 yang tertangani dengan baik dari 129 dapat ditangani dengan baik sebanyak 110 bencana sebesar 85%. - Harapan pada Tahun 2015 dapat menangani Bencana dengan baik sebesar 95%. Jumlah titik rawan bencana yang telah dipantau dalam rangka mengantisipasi bencana a. Tahun 2013: Pemantauan berupa pemasangan alat pantau: a.) Early Warning System ( EWS ) dari BPPTKG untuk mendeteksi tanah gerak yang berada di : 1. Kecamatan Selo 2. Kecamatan Klego. b.) Early Warning System ( EWS ) dari BPPTKG untuk mendeteksi Lahar Hujan yang berada di : 1. Kecamatan Selo. II-82

c.) Early Warning System ( EWS ) dari BPPTKG untuk mendeteksi Pemantauan Erupsi Merapi yang berada di: Kecamatan Selo. b. Tahun 2014: a). Early Warning System ( EWS ) dari BPPTKG untuk mendeteksi tanah gerak yang berada di : 1. Kecamatan Selo 2. Kecamatan Klego. b). Early Warning System ( EWS ) dari BPPTKG untuk mendeteksi Lahar Hujan yang berada di Kecamatan Selo. c). Early Warning System ( EWS ) dari BPPTKG untuk mendeteksi Pemantauan Erupsi Merapi yang berada di Kecamatan Selo. d). Pemasangan alat pantau dalam rangka mitigasi bencana Gunung Merapi oleh Badan Geologi yang dimaksudkan untuk pemantauan terhadap gempa pemasangan di : 1. Kecamatan Cepogo 4 titik; 2. Kecamatan Ampel 4 titik; 3. Kecamatan Musuk 2 titik; 4. Kecamatan Boyolali 1 titik; 5. Kecamatan Klego 1 titik; 6. Kecamatan Selo 2 titik. c. Tahun 2015: Diharapkan ada tambahan pemasangan di beberapa titik. II-83

20) Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,Kepegawaian dan Persandian NO Tabel II.44 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Otonomi Daerah BIDANG URUSAN/INDIKATOR II-84 SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Angka kriminalitas yang % tertangani 110 80 95 2 Penertiban Pelanggaran % 84 80 95 3 Operasi Terpadu % 64 70 80 Rasio jumlah Polisi % 4 Pamong Praja per 91 50 50 10.000 penduduk 5 Penegakan PERDA % 73 75 6 Cakupan patroli petugas % Satpol PP 75 75 80 Tingkat penyelesaian % 7 pelanggaran K3 (ketertiban, ketentraman, 107 110 100 keindahan) di Kabupaten 8 Jumlah demo % 21 20 20 9 Angka kriminalitas % 100 100 100 10 Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang Desa - - - baik 11 Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat Nilai 76,75 77,54 78 12 Jumlah surat kabar nasional/lokal Buah - - 13 Website milik pemerintah daerah Buah 1 1 1 14 Pameran/Expo Keg 1 1 1 15 Jumlah Perda yang mendukung iklim Perda 1 1 2 investasi 16 Tersedianya laporan asset yg mendukung laporan Neraca 17 Draft ranperda SOTK Laporan - 1 0 18 Peraturan Bupati tentang Tupoksi Laporan - - 0 19 Tersedianya dokumen kajian perubahan status dok 0 0 0

NO 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 BIDANG URUSAN/INDIKATOR desa menjadi kelurahan Tersedianya dokumen kajian Kelurahan Kemiri dan Kelurahan Mojosongo Kec. Mojosongo masuk wilayah Kecamatan Boyolali Tersusunnya perbub tentang penjabaran tugas pokok dan fungsi Terlaksananya pembahasan rancangan peraturan daerah Inisiatif Pemerintah Daerah Persentase PNS yang mempunyai latar belakang pendidikan sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya Persentase pejabat struktural yang telah lulus Diklat Pim Persentase PNS yang berpendidikan S2 Penyelesaian kasus kepegawaian Tindak lanjut hasil pengawasan evaluasi kinerja dan reviu laporan keuangan Persentase pelaksanaan evaluasi kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Persentase pelaksanaan pemeriksaan reguler terhadap seluruh obyek pemeriksaan Prosentase penanganan pengaduan masyarakat atas pelayanan publik Persentase SKPD yang telah mendapat sosialisasi tentang SPIP Persentase SKPD yang sudah melakukan pemetaan (diagnostic assesment) II-85 SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* Dok - - - Perbup - - 0 ranperd a 21 16 13 % 79,86 *75,04 75,32 % 65,44 *94,5 96,01 % 2,66 *2,48 2,56 % 100 *85 90,00 % 85 90 100 % 65 70 75 % 23 24 26 % 120 89 90 % 50 80 100 % 30 40 50

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* Persentase SKPD yang % 33 sudah membangun 20 30 40 infrastruktur SPIP Prosentase SKPD yang sudah 34 % 10 25 30 menginternalisasikan SPIP Sumber data: Olah Bappeda Kab. Boyolali Tahun 2015 *) Angka Sementara 21) Ketahanan Pangan Tabel II.45 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Ketahanan Pangan NO BIDANG HASIL Target SATUAN URUSAN/INDIKATOR 2013 2014 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Meningkatnya ketersediaan pangan utama (beras) dibandingkan skor 1,54 1,59 1,70 kebutuhan konsumsi penduduk 2 Terlaksananya pembelian gabah LUEP 46 46 46 sesuai HPP 3 Meningkatnya cadangan pangan Ton 242,7 651,967 812,4 masyarakat 4 Cakupan Desa P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan) desa 34 40 40 Meningkatnya jumlah kelompok tani yang 5 menerapkan sistem Kelompo jaminan mutu usaha k 30 34 38 pasca panen dan pengolahan 6 Penanganan daerah rawan pangan % 100 100 100 7 8 Terpantaunya pola dan alur dan distribusi pangan Ketersediaan energi dan protein per kapita II-86 kecamat an 19 19 19 % 79 162,4 165

NO 9 10 11 12 13 BIDANG URUSAN/INDIKATOR Penguatan cadangan pangan di daerah Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah Stabilitas harga dan pasokan pangan Skor Pola Pangan Harapan Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* % 93,19 95 97 % 86,5 89,9 90 % 88,56 78,26 90 skor 88,3 89,4 90 % 76,47 75 80 14 Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita - beras - jagung - kedelai - kacang tanah - ubi jalar - ubi kayu kg/kap/ th kg/kap/ th kg/kap/ th kg/kap/ th kg/kap/ th kg/kap/ th 74,4 86,5 85 8,8 0,6 8,5 8,8 10,8 10,5 0,9 1,3 1,3 2,9 4,6 4,6 30,5 30,4 30,7 15 Ketersediaan pangan utama - beras ton 167.632 148.027 150.000 - jagung ton 98.508 109.153 110.000 - kedelai ton 2.085 2.773 3.000 - kacang tanah ton 6.378 4.358 5.000 - ubi jalar ton 589 543 600 - ubi kayu ton 101.258 83.012 100.000 Sumber: Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh Kab. Boyolali *) Angka Sementara Meningkatnya ketersediaan pangan utama (beras) dibandingkan kebutuhan konsumsi penduduk, target Tahun 2014sebesar 2,07 realisasi 1,59 (capaiam kinerja 76,8%). Artinya jumlah ketersediaan beras selama 1 (satu) II-87

tahun dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi penduduk selama 1 (satu) tahun masih surplus. Faktor kunci keberhasilannya adalah: Jumlah produksi pangan khusunya beras, lebih tinggi (surplus) dibanding kebutuhan konsumsi. Kendalanya adalah: Masih tingginya tingkat konsumsi beras di masyarakat. Terlaksananya pembelian gabah sesuai HPP, target 46 LUEP realisasi 46 LUEP (capaian kinerja 100%). Realisasi harga pembelian gabah di tingkat petani pada Tahun 2014 masih sesuai atau di atas HPP yaitu Rp3.300/kg GKP di tingkat petani. Faktor kunci keberhasilan: Adanya monitoring dan pembinaan secara intensif kepada LUEP dan LDPM untuk terus membeli gabah petani sesuai dengan standar HPP, sehingga dapat menjaga kestabilan harga gabah. Kendalanya: Sejak Tahun 2011 tidak ada lagi dana talangan bagi LUEP sebagai modal membeli gabah petani. Meningkatnya jumlah cadangan pangan masyarakat, targetnya 722,4 ton realisasinya 651,967 ton (90,2%). Artinya jumlah cadangan pangan baik yang ada di pemerintah dan masyarakat jumlahnya 651,967 ton. Capaian kinerja tersebut dicapai dengan penumbuhan dan pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Desa (LPMD), Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM), Pembinaan dan pengembangan LUEP serta kerjasama dengan LPMD binaan dari Bappermasdes. Faktor kunci keberhasilan: Adanya penambahan cadangan gabah yang berasal dari bantuan pemerintah dan berkembangnya kelembagaan dan kegiatan LDPM dan LPMD. Kendala: Pengelolaan cadangan pangan dalam bentuk gabah, membutuhkan biaya perawatan, sehingga sebagian cadangan pangan diwujudkan dalam bentuk uang. Cakupan desa P2KP (Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan). Target Tahun 2014 yaitu 32 desa, realisasi 40 desa (capaian kinerja 125%). Artinya pada II-88

Tahun 2014 secara akumulatif sudah terealisasi 40 desa yang mendapat fasilitasi kegiatan berupa bantuan peralatan dan pelatihan-pelatihan dalam rangka meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan maupun kegiatan pemanfaatan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang beraneka ragam. Faktor kunci keberhasilannya adalah: Adanya dukungan anggaran dari Dana Dekonsentrasi APBN dan peran aktif kelompok masyarakat dalam merespon kegiatan P2KP dan peran peduli dari Pemerintah Desa dan Pendamping Kegiatan P2KP. Kendala: Tidak ada. Meningkatnya jumlah kelompok tani yang menerapkan jaminan mutu usaha pasca panen dan pengolahan, Target Tahun 2014 sebanyak 34 kelompok wanita tani, realisasi 34 kelompok wanita tani (capaian kinerja 100%). Artinya sampai dengan Tahun 2014, sudah ada 34 kelompok binaan dari BKP-PP yang telah memiliki ketrampilan pengolahan pangan (pasca Panen), memiliki ijin SP.IRT dan sertifikasi produk berupa Prima-3 dan PSAT (Produk Segar Asal Tumbuhan). Faktor kunci keberhasilannya adalah: Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mutu dan keamanan pangan dan didukung dengan fasilitasi dari pemerintah untuk mengembangkan kelompok pengolah pangan lokal. Kendala: Tidak ada Penanganan daerah rawan pangan. Target 100% realisasi 100% (capaian kinerja 100%). Pada Tahun 2014 bentuk kegiatan penanganan daerah rawan pangan adalah penguatan tim SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi) dan bantuan pangan ke daerah yang terkena rawan pangan, yaitu yaitu Desa Bengle, Desa Banyusri, Desa Bolo, Desa Garangan, Desa Repaking (Kecamatan Wonosegoro). Faktor kunci keberhasilan: Adanya koordinasi dengan SKPD terkait. II-89

Kendala: Luasnya wilayah Kabupaten Boyolali yang mengakibatkan sulitnya pemantauan kejadian bencana yang mengarah kepada rawan pangan. Terpantaunya pola dan alur distribusi pangan. Target Tahun 2014 yaitu 19 kecamatan terealisasi 19 kecamatan (capaian kinerja 100%). Artinya kondisi ketahanan pangan, yang meliputi aspek ketersediaan, distribusi dan harga pangan di 19 kecamatan se Kabupaten Boyolali dapat terpantau secara rutin, sehingga bisa memberikan gambaran riil kondisi ketahanan pangan di daerah sebagai bahan pengambil kebijakan. Faktor kunci keberhasian: Koordinasi dan laporan dari petugas kecamatan yang menjadi Tim Penyusun Laporan berkala Kondisi Ketahanan Pangan Daerah. Kendala: Keakuratan data dan terjadinya keterlambatan pengumpulan data dari kecamatan. Ketersediaan energi dan protein per kapita, Target Tahun 2014 adalah 77,8%, realisasinya 162,4% (capaian kinerja 2,07%). Artinya: Ketersediaan energi dan protein yang berasal dari produksi bahan pangan pada Tahun 2014 sudah melebihi target yang diharapkan, yaitu ketersediaan energi sebesar 3.444 kkal/kapita/hari dari Standar Angka Kecukupan Gizi sebesar 2.200 kkal/kapita/hari, sedangkan ketersediaan protein sebesar 92,68 gram/kapita/hari dari standar Angka Kecukupan Gizi sebesar 57 gram/kapita/hari. Faktor kunci keberhasilannya adalah: meningkatnya produksi sehingga meningkatkan ketersediaan bahan pangan terutama sumber energi dan protein. Kendala: Keterlambatan pengumpulan data. Penguatan cadangan pangan di daerah, Target Tahun 2014 adalah 58%, realisasinya 95% (capaian kinerja 166,4%). Artinya: Jumlah cadangan pangan (khusunya beras) di Kabupaten Boyolali, berdasarkan pendekatan jumlah produksi padi dan jumlah penduduk Tahun 2014, besarnya adalah 95 ton, dari standar cadangan pangan pemerintah sebesar 100 ton. II-90

Faktor kunci keberhasilan: Peningkatan jumlah produksi padi dan berkembangnya kelembagaan cadangan pangan masyarakat. Kendala: Tidak ada. Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah, Target Tahun 2014 adalah 80%, realisasinya 89,9% (capaian kinerja 112,4%). Artinya: Pada Tahun 2014, sudah tersedia informasi secara rutin terutama mengenai mengenai informasi harga dan pasokan pangan yang ada di 9 pasar kecamatan yang menjadi lokasi pemantauan dan data akses pangan di 19 kecamatan. Faktor kunci keberhasilan: Adanya tim pengumpul, analisis, dan penyusun data yang melaporkan secara rutin dan menyusun laporan sebagai bahan informasi yang bisa digunakan. Kendala: tidak ada. Stabilitas harga dan pasokan pangan, target 85% realisasi 78,26% (capaian kinerja 92%). Artinya: Pada Tahun 2014 perkembangan harga pangan secara umum cukup stabil, namun terjadi fluktuasi harga yang cukup tinggi pada komoditas cabai. Sedangkan untuk pasokan dan akses pangan cukup lancar sehingg tidak terjadi kelangkaan pasokan pangan. Faktor kunci keberhasilan: Kelancaran distribusi pangan dan stabilnya produksi pangan dan pasokan pangan. Kendala: kestabilan harga pangan pokok sangat dipengaruhi oleh meaknisme pasar dan berbagi faktor eksternal yang sulit dikendalikan oleh SKPD Skor Pola Pangan Harapan (PPH) target 83,4 realisasi 89,4 (capaian kinerja 107,2%). Artinya: Pada Tahun 2014 tingkat penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat (umbi-umbian, serealia, kacang-kacangan, daging, ikan, buah, sayur, dsb) semakin beragam dan seimbang sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH). II-91

Faktor kunci keberhasilan: Meningkatnya sosialisasi dan fasilitasi untuk mendukung diversifikasi pangan serta berkembangnya konsumsi pangan lokal serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang dan aman. Kendala: Masih tingginya tingkat konsumsi beras pada masyarakat. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan, target 70% realisasi 75% (capaian kinerja 107,1%). Artinya: Pada Tahun 2014 dari hasil pemantaun dan pengawasan dan pengujian sampel pangan berupa pangan segar dan pangan olahan, 75% dinyatakan aman (tidak melebihi batas ambang residu pestisida dan penggunaan boraks). Faktor kunci keberhasilan: Meningkatnya kesadaran masyarakat akan mutu dan keamanan pangan dan pemantauan serta pengawasan produk pangan secara rutin serta sosialisasi dan pembinaan tentang keamanan pangan. Kendala: Masih banyak beredarnya makanan atau jajananjananan yang kurang sehat dan kurang aman di masyarakat dan di sekolah-sekolah. Pengeluaran konsumsi pangan per kapita. Berdasarkan hasil survey PPH (Pola Pangan Harapan) Tahun 2014, pola konsumsi pangan masyarakat Kabupaten Boyolali menunjukkan keberagaman dan keseimbangan dalam komposisi bahan pangan yang dikonsumsi (tabel), sehingga skor PPHnya cukup tinggi yaitu 89,4. Faktor kunci keberhasilan: Ketersediaan sumber bahan pangan yang beraneka macam dalam jumlah yang mencukupi dan meningkatnya kesadaran konsumsi pangan yang bergizi, beragam, seimbang dan aman (B2SA). Kendala: Dalam pengukuran tingkat konsumsi bahan pangan berdasarkan hasil survey ke masyarakat, yang terkadang terjadi kurangnya keakuratan data. Ketersediaan pangan utama. Ketersediaan pangan untuk komoditas beras, jagung, kacang tanah dan ubi kayu II-92

melebihi kebutuhan, sedangkan ketersediaan komoditas kedelai dan ubi jalar masih belum mencukupi. Faktor kunci keberhasilan: Produksi komoditas pangan yang masih melebihi jumlah kebutuhan konsumsi masyarakat. Kendala: Masih rendahnya ketersediaan kedelai, yang disebabkan kurangnya produksi kedelai di masyarakat. Hal ini juga ditambah dengan masyarakat masih lebih suka menggunakan kedelai impor dalam pembuatan tahu tempe. 22) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tabel II.46 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat LPM 267 267 267 (LPM) 2 Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK % 96 95 95 3 Jumlah LSM LSM 100 100 100 4 LPM Berprestasi % 5 PKK Aktif % 287 287 287 6 Posyandu aktif % 1784 1784 1784 Sumber data: Bapermasdes Kab. Boyolali *) Angka Sementara 23) Statistik Tabel II.47 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Statistik NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 1 Penyediaan Buku Boyolali dokumen 2 2 2 II-93

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 4 5 6 2 Dalam Angka dan Kecamatan Dalam Angka Penyediaan data tentang informasi perubahan harga kebutuhan pokok Kab. Boyolali dokumen 1 1 1 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Boyolali *) Angka Sementara NO 24) Kearsipan Tabel II.48 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kearsipan BIDANG URUSAN/INDIKATOR II-94 SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 Pengelolaan arsip secara baku % 100 96 100 2 Peningkatan SDM pengelola kearsipan Kegt 1 1 1 Sumber: kantor perpustakaan, arsip dan dokumentasi Kab. Boyolali *) Angka sementara Peningkatan SDM pengelola kearsipan dapat tercapai dengan meningkatnya kualitas SDM dalam pengelolaan kearsipan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Boyolali Tahun 2013 dengan target 50 orang terealisasi 50 Orang atau terealisasi sebesar 100% melalui kegiatan Kajian sistem administrasi kearsipan, dengan bentuk kegiatan yang dilaksanakan berupa Bintek kearsipan bagi petugas pengelola kearsipan sebanyak 50 orang dari 50 DESA/UPT/SKPD yang ada di Kabupaten Boyolali. Dibandingkan dengan capaian Tahun 2014 sebetulnya tidak jauh berbeda bahwa Peningkatan SDM pengelola kearsipan yaitu adanya 1 kegiatan Bintek Kearsipan dengan perserta yang diundang 50 orang dari UPT Dikdas namun yang hadir hanya 48 orang dari UPT DIKDAS atau terealisasi sebesar 96%.

25) Komunikasi dan Informatika Tabel II.49 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Komunikasi dan Informatika NO BIDANG HASIL Target SATUAN URUSAN/INDIKATOR 2013 2014 2015* 1 Jumlah jaringan komunikasi Buah 113 124 128 2 Rasio wartel/warnet terhadap penduduk % 0,01 0,004 0,004 3 Jumlah penyiaran radio/tv lokal Buah 4 4 4 4 Persentase penduduk yang menggunakan HP/ telephon % 26 2,5 2,5 Sumber: Dinas Perhubungan dan Komunikasi InformasiKab. Boyolali *) Angka Sementara Jumlah Jaringan Komunikasi Jumlah Jaringan Komunikasi pada Tahun 2013 sebanyak 113 buah dan pada Tahun 2014 sebanyak 124 buah Rasio wartel/warnet terhadap penduduk Rasio wartel/warnet terhadap pendudukpada Tahun 2013 0,01% dan pada Tahun 2014 0,004%. Jumlah penyiaran radio/tv Lokal Jumlah penyiaran radio/tv Lokal Tahun 2013 sebanyak 4 buah dan untuk Tahun 2014 masih sama sebanyak 4 buah. Persentase penduduk yang menggunakan HP/ telepon Persentase penduduk yang menggunakan HP/ telepon Tahun 2013 sebesar 2,6 dan pada Tahun 2014 sebesar 2,5%. 26) Perpustakaan Tabel II.50 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perpustakaan NO 1 2 BIDANG URUSAN/INDIKATOR Jumlah Capaian pembinaan perpustakaan Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun II-95 SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* % 15,73 44,14 14,77 orang 25.608 32.376 19.500

NO 3 4 BIDANG URUSAN/INDIKATOR Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Cakupan layanan perpustakaan keliling SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* buah 19.515 20.753 20.550 % 100 100 100 Sumber: Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kab. Boyolali *) Angka Sementara Capaian Indikator Kunci (IKK) Program Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan, kegiatan Pengembangan minat dan budaya baca tahun anggaran 2013 sebagai berikut: - Jumlah Capaian Pembinan Perpustakaan dari target 11,61% Desa dapat tercapai 15,73% atau realisasinya sebesar 135,49%; - Jumlah pengunjung perpustakaan dengan target 13.185 orang dapat tercapai sebesar 25.608 orang atau terealisasi sebesar 194,22%; - Koleksi buku yang tersedia di perputakaan daerahdari target yang direncanakan semula yaitu bertambah sehingga menjadi 19,737 tercapai sebesar 19.515 eksemplar atau bertambah sebanyak 307 eksemplar, hal ini dikarenakan adanya anggaran pembelian buku tahun anggaran 2013 sangat kecil; - Capaian layanan perpustakaan keliling dapat tercapai 100% artinya layanan mobil perpustakaan keliling dapat menjangkau di beberapa desa yang ada di 19 Kecanatan. Sedangkan Capaian Indikator Kunci (IKK) Program Pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan, kegiatan Pengembangan minat dan budaya baca tahun anggaran 2014 sebagai berikut: - Jumlah Capaian Pembinan Perpustakaan dari target 12,66% Desa dapat tercapai 44,14% atau realisasinya sebesar 348,65%; II-96

- Jumlah pengunjung perpustakaan dengan target 14.085 orang dapat tercapai sebesar 32.376 orang atau terealisasi sebesar 229,86%; - Koleksi buku yang tersedia di perputakaan daerahdari target yang direncanakan semula yaitu bertambah sehingga menjadi 20.304 Eksemplar tercapai sebesar 20.753 exemplar atau bertambah sebanyak 1.238 eksemplar, hal ini dikarenakan adanya anggaran pembelian buku tahun anggaran 2014; - Capaian layanan perpustakaan keliling dapat tercapai 100% artinya layanan mobil perpustakaan keliling dapat menjangkau di beberapa desa yang ada di 19 Kecanatan. 2.1.4.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Pertanian Tabel II.51 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pertanian NO 1 BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar 1. padi sawah Ku / Ha 56,31 57,87 59,52 2. padi ladang Ku / Ha 45,61 46,08 49,28 3. jagung Ku / Ha 51,85 53,27 49,52 4. kedele Ku / Ha 11,84 13,81 12,1 5. kacang tanah Ku / Ha 22,3 21,26 12,7 6. ubi kayu Ku / Ha 242,92 196,43 159 7. ubi jalar Ku / Ha 133,89 136,43 150 Kontribusi Produksi Kelompok Petani terhadap 2 PDRB Kelompok 723 599 Cakupan bina kelompok petani Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan KehutananKab. Boyolali *) Angka Sementara 97 II-97

a. Interpretasi capaian kinerja Tahun 2014 untuk produktifitas tanaman pangan yaitu padi sawah, padi ladang, jagung, kedele, kacang tanah, ubi kayu, dan ubi jalar apabila dibandingkan dengan target Tahun 2014 yang ditetapkan maka yang tidak bisa mencapai target adalah produktifitas padi sawah dan kacang tanah. Sedangkan komoditas tanaman pangan yang lain dapat melampaui target. Apabila dibandingkan dengan capaian Tahun 2013 maka hanya padi ladang dan kedele yang mengalami kenaikan, sedangkan yang lain mengalami penurunan. Adanya kelangkaan pupuk bersubsidi pada sekitar bulan April Mei 2014 serta terjadinya keterbatasan benih unggul bermutu di pasaran mempengaruhi jumlah produksi dan produktivitas. Berkaitan dengan capaian produksi dan produktifitas komoditas padi (padi sawah dan padi ladang) yang merupakan bahan pangan utama bagi penduduk di Kab. Boyolali dari Tahun 2010 2014, maka dapat dibuat grafik di bawah ini : Grafik II.3 Grafik jumlah produksi padi dari Tahun 2010 2014 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000-2010 2011 2012 2013 2014 Padi II-98

Grafik II.4 Grafik tingkat produktivitas padi dari Tahun 2010 2014 62.00 60.00 58.00 56.00 54.00 52.00 50.00 2010 2011 2012 2013 2014 Padi Dari kedua grafik di atas dapat dilihat bahwa tren jumlah produksi dan produktivitas padi dari Tahun 2012 2014 mengalami penurunan. Penurunan produksi padi sangat berkaitan dengan penurunan produktivitas. Permasalahan yang terjadi pada rentang Tahun 2013 2014 sehingga menyebabkan penurunan produktivitas diantaranya adalah: Adanya serangan OPT utama padi (wereng, tikus, dan penggerek batang, blast, BLB, dan virus kerdil) pada daerah-daerah kantong produksi padi, yaitu sebagian wilayah Kec. Sawit, Banyudono, Ngemplak, dan Nogosari. Serangan OPT ini cukup signifikan dalam menyumbang angka penurunan produktivitas padi di Kab. Boyolali. Kurangnya penerapan teknologi pertanian. Hal ini sangat berkaitan dengan sifat petani yang malas/enggan meninggalkan kebiasaan cara berbudidaya padi secara tradisional. Teknologi pertanian yang sudah diintroduksi ke petani biasanya akan segera ditinggalkan oleh petani dan kembali beralih ke cara lama begitu program dari pemerintah selesai dilaksanakan. Penggunaan pupuk yang tidak berimbang. II-99

Petani masih sulit untuk diajak menggunakan pupuk secara berimbang baik dalam dosis penggunaan yang sesuai rekomendasi spesifik lokasi maupun dalam jenis penggunaan yaitu penggunaan pupuk organik. Banyak jaringan irigasi yang mulai rusak sehingga menyebabkan berkurangnya suplesi air pertanian. Upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah : Dalam mengendalikan dan mengantisipasi adanya serangan OPT maka upaya dilakukan : Pemerintah bersama-sama dengan kelompok tani mengadakan gerakan pengendalian secara serempak. Berkoordinasi dengan kabupaten yang berbatasan terutama kabupaten yang masuk dalam segitiga emas penyebaran OPT yaitu Kab. Klaten dan Kab. Sukoharjo untuk mengadakan gerakan pengendalian bersamasama. Himbauan kepada kelompok tani untuk menerapkan pengendalian OPT dengan prinsip PHT (Pengendalian Hama Terpadu). Penggalakan penggunaan predator alami dan pestisida hayati. Penyelengaraan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) dan Sekola Lapang Iklim (SLI). Penumbuhan kesadaran, motivasi, dan semangat kelompok untuk menerapkan teknologi pertanian melalui pembinaan, penyuluhan, pendampingan, dan pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Berkoordinasi dengan SKPD terkait (DPU & ESDM) dalam perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi. Penguatan kelembagaan P3A/GP3A. Pengaturan kembali jadwal tanam. Masalah yang menjadi tantangan ke depan sekaligus berpotensi menjadi kendala dalam peningkatan produksi dan produktivitas padi pada khususnya dan produk II-100

pertanian pada umumnya adalah laju alih fungsi lahan pertanian yang semakin meningkat. Pada rentang Tahun 2012 2014 telah terjadi alih fungsi lahan pertanian produktif seluas ± 100 Ha. Alih fungsi lahan ini terutama terjadi karena adanya pembangunan jalan tol ruas Solo Mantingan dan ruas Salatiga Boyolali serta karena untuk memenuhi kebutuhan permukiman. Wilayah kecamatan yang banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian ini diantaranya Banyudono, Ngemplak, Teras, Mojongso, Boyolali, dan Ampel. Salah satu upaya untuk mengendalikan laju alih fungsi lahan ini adalah dengan pembuatan peta digitasi lahan pertanian yang berkriteria pertanian pangan berkelanjutan sebagai dasar untuk mempertahankan luasan lahan pertanian produktif. Tabel II.52 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pertanian untuk peternakan NO 1 BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* Meningkatnya jumlah produksi dan produktifitas peternakan dan perikanan serta diversifikasi bahan pangan 1. produksi susu sapi juta/lite 39,60 44,20 36,40 perah r/tahun 2. produksi daging ton/th 21.585 11,70 8,90 3. produksi telur ton/th 20.017 12,30 10,24 5. menurunnya angka % < 3,87 <4,20 <3 kesakitan ternak besar 6. menurunnya angka % < 5,65 <7,15 <5 kesakitan ternak kecil 7. menurunnya angka % < 16,81 <19,00 <15 kesakitan ternak unggas 8. menurunnya angka % < 0,95 <1,80 <0.8 kematian ternak besar 9. menurunnya angka % < 1,38 <1,90 <1,2 kematian ternak kecil 10. menurunnya angka % < 12,60 <13,10 <10 kematian ternak unggas 11. meningkatnya populasi ternak sapi Ekor 90.116 76,38 90,69 II-101

NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* potong 12. meningkatnya Ekor 80.788 72,12 64,83 populasi ternak sapi perah 13. meningkatnya Ekor 117.377 153,82 171,70 populasi ternak kambing dan domba 14. meningkatnya Ekor 417.587 839,58 1.248,73 populasi ayam buras 15. meningkatnya populasi ayam pedaging Ekor 951.604 1.294,58 312,18 16. meningkatnya populasi ayam petelur Ekor 1.108.046 1.025,58 728,42 17.meningkatnya populasi itik Ekor 118.264 172,04 133,93 Sumber: Dinas Perternakan dan PerikananKab. Boyolali *) Angka Sementara 1. Mempertahankan rata-rata produksi susu sapi perah. - Tercapainya indikator kinerja ini (122%) atau realisasi 44,2 juta liter. Hal ini dikarenakan kesadaran masyarakat perternak akan kualitas pakan yang mempengaruhi produksi susu sapi perah. Hal ini dibuktikan di beberapa lokasi pemeliharaan sapi perah telah menggunakan konsentrat baik pabrikan atau buatan pada pemeliharaannya. Produksi susu sapi pada Tahun 2014 ini lebih tinggi dari capaian Tahun 2013 (111%), 2012 (132%), dan 2011 (131%). Target renstra pada Tahun 2015 sebesar 36,4 juta liter dapat tercapai, dengan penjelasan target indikator kinerja sudah tercapai pada tahun-tahun sebelumnya. - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah mengunakan 99,52% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pembibitan ternak dengan efisiensi anggaran 0,48%, mengunakan 95,78% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pasar produksi perternakan dengan efisiensi anggaran 4,22% serta efisiens teknik pembinaan masyarakat perternak sapi perah. II-102

- Target produksi susu sapi perah 36,06 juta liter tercapai 44,2 juta liter atau capaian kinerja 122%, capaian indikator 122% ini sesuai dan melebihi target Tapkan dan RKPD/ Renstra Dinas Perternakan dan Perikanan Tahun 2014. Diharapkan Tahun 2015 target 36,4 juta liter tersebut juga dapat tercapai, minimal mempertahankan prestasi capaian Tahun 2014. 2. Meningkatnya jumlah produksi daging - Tercapainya indikator kinerja ini (125%) atau realisasi 11,7 juta Kg. Jumlah produksi daging tersebut diperoleh dari produksi daging sapi potong sebanyak 9,403 ton, sapi perah sebanyak 499 ton, domba sebanyak 33 ton, kambing sebanyak 73 ton, kelinci 0,3 ton ayam buras sebanyak 36 ton, ayam pedaging sebanyak 762 ton, ayam petelur sebanyak 229 ton, burung puyuh sebanyak 21 ton dan itik sebanyak 15 ton ; - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 99,52% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pembibitan ternak dengan efisiensi anggaran 0,48% menggunakan 95,78% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pasar produksi hasil perternakan dengan efisiensi anggaran 4,22% serta efisiensi teknik pembinaan masyarakat sumber produsen daging hewani; - Target produksi daging 8,88 juta kg tercapai 11,07 juta kg atau capaian kinerja 125%. Capaian indikator 125% ini sesuai dan melebihi target Tapkin dan RKPD/ Rentra Dinas Perternakan dan perikanan Tahun 2014.Diharapkan Tahun 2015 target 8,9 juta kg tersebut juga dapat tercapai, minimal mempertahankan prestasi capaian Tahun 2014. 3. Meningkatnya jumlah produksi telur - Tercapainya indikator kinerja ini (121%) hal ini diduga karena meningkatnya populasi ternak ayam buras sebanyak 294.943 ekor dari Tahun 2013 sebanyak 544.641 ekor (Tahun 2014 sebanyak 839.584 ekor) dan II-103

jumlah ayam petelur Tahun 2014 meningkat 25-30% dari Tahun 2013, sehingga produksi telur Tahun 2014 meningkat 30% dari Tahun 2013. Faktor lain pemicu produktifitas telur adalah harga jual telur yang meningkat seiring dengan harga pokok lainnya. - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 99,52% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pembibitan ternak dengan efisiensi anggaran 0,48%, menggunakan 95.78% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pasar produksi hasil peternakan dengan efisiensi anggaran 4,22% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat produsen telur (ayam petelur, buras, itik dan burung puyuh); - Target produksi telur 10,18 juta kg tercapai 12,30 juta kg atau capaian kinerja 121%. Capaian indikator 121% ini sesuai dan melebihi target Tapkin dan RKPD/ Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014. Diharapkan Tahun 2015 target 10,24 juta kg tersebut juga dapat tercapai, minimal mempertahankan prestasi capaian Tahun 2014. 4. Menurunnya angka morbiditas (tingkat pesakitan)ternak besar - Tidak tercapainya indikator kinerja ini (94%) hal ini diduga disebabkan karena rendahnya kesadaran peternak terhadap pemahaman penyakit ternak besar dan lemahnya diagnosa awal penyakit ternak besar; - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 99,63% anggaran kegiatan pendataan masalah peternakan dengan efisiensi anggaran 0,37% menggunakan 97,45% anggaran kegiatan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak dengan efisiensi pengawasan perdagangan ternak dengan efisiensi 0,11% serta efisiensi tehnis pembinaan masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra ternak besar; II-104

- Target menurunnya angka morbiditas (tingkat pesakitan)ternak besar <3% tercapai <4,20% atau capaian kinerja 94%. Capaian indikator ini secara umum telah sesuai dengan Tapkin dan RKPD /Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 walaupun belum 100% tercapai dan kemungkinan besar pada Tahun 2015 target tersebut akan dicapai 100%. 5. Menurunnya angka morbiditas (tingkat pesakitan) ternak kecil - Tidak tercapainya indikator kinerja ini (93%) hal ini diduga disebabkan karena kelompok peternak rata-rata kurang menyadari pentignya biosekuriti maupun manajemen pemeliharaan sehingga menyebabkan kambing/ternak kecil rentan terhadap penyakit dibandingkan dengan tahun lalu tingkatan capaiannya hampir sama, hal ini disebabkan kendala yang sama pada Tahun 2011-2013; - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 99,63% anggaran kegiatan pendataan masalah peternakan dengan efisiensi anggaran 0,37% menggunakan 97,45% anggaran kegiatan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak efisiensi anggaran 2,55% dan menggunakan 99,89% anggaran kegiatan pengawasan perdagangan ternak dengan efisiensi 0,11% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat/kelompok ternak di wilayah/sentra ternak kecil. - Target menurunnya angka morbiditas ternak kecil <5% tercapai <7,15% atau capaian kinerja 93%. Capaian indikator 93% ini belum sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 yang ditargetkan tercapai 100%, dan pada Tahun 2015 target tersebut diharapkan akan dicapai 100%. 6. Menurunnya angka morbiditas ternak unggas - Tidak tercapainya indikator kinerja ini (90%) hal ini diduga disebabkan karena higienis kandang unggas II-105

tidak terjaga, dan paradigma peternak yang menganggap unggas lebih kuat dari serangan penyakit padahal kebersihan merupakan pondasi awal dari jauhnya penyakit unggas (misal : flu burung), dan ditambah lagi tidak diperhatikannya Amdal pemeliharaan unggas setelah munculnya kasus penyakit flu burung yang relatif cepat. Jika dibandingkan dengan tahun lalu akan mengalami kendala yang sama. - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 99,63% anggaran kegiatan pendataan masalah peternakan dengan efisiensi anggaran 0,37%, menggunakan 97,45% anggaran kegiatan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak dengan efisiensi anggaran 2,55% dan menggunakan 99,89% anggaran kegiatan pengawasan perdagangan ternak dengan efisiensi 0,11% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra peternak unggas. - Target menurunnya angka morbiditas ternak unggas <15% tercapai dengan <19% atau capaian kinerja 90%. Capaian indikator 90% ini belum sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 yang ditargetkan tercapai 100%, dan pada Tahun 2015 target tersebut diharapkan akan dicapai 100%. 7. Menurunnya angka mortalitas ternak besar - Tidak tercapainya indikator kinerja ini (84%) hal ini disebabkan karena begitu mudahnya peternak mengadopsi/memelihara ternak baru yang berasal dari daerah endemic baru maka akan jadi masalah karena resistensinya terhadap treatment pengobatan, maka mortalitas biasanya tidak mudah didiagnosa awal; - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 99,63% anggaran kegiatan pendataan masalah peternakan dengan efisiensi anggaran 0,37% menggunakan 97,45% anggaran II-106

kegiatan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak dengan efisiensi anggaran 2,55% dan menggunakan 99,89% anggaran kegiatan pengawasan perdagangan ternak dengan efisiensi 0,11% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra ternak besar; - Target menurunnya angka mortalitas ternak besar <0,8% tercapai <1,8% atau capaian kinerja 84%. Capaian indikator 84% ini belum sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 yang ditargetkan tercapai 100% dan pada Tahun 2015 target tersebut diharapkan akan dicapai 100%. 8. Menurunnya angka mortalitas ternak kecil - Tidak tercapainya indikator kinerja ini (95%) hal ini diduga pengaruh menejemen peternak yang kurang memahami penanganan kambing/domba disaat musim panca roba atau penghujan, manajemen kualitas pakan waktu penghujan dan adanya fakta bahwasanya kambing/domba terganggu pencernaannya pada musim penghujan tersebut sehingga menyebabkan perut kambung, nafsu makan menurun dan jika tidak ditangani secara intensif bisa menyebabkan mal-nutrisi pada ternak kambing/domba; - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 99,63% anggaran kegiatan pendataan masalah peternakan dengan efisiensi anggaran 0,37%, menggunakan 97,45% anggaran kegiatan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak dengan efisiensi anggaran 2,55% dan menggunakan 99,89% anggaran kegiatan pengawasan perdagangan ternak dengan efisiensi 0,11% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra ternak kecil. - Target menurunnya angka mortalitas ternak kecil <1,2% tercapai < 1,9% atau capaian kinerja 95%. Capaian indikator 95% ini belum sesuai dengan Tapkin dan II-107

RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 yang ditargetkan tercapai 100%, dan pada Tahun 2015 target tersebut diharapkan akan dicapai 100%. 9. Menurunnya angka mortalitas ternak unggas - Tidak tercapainya indikator kinerja ini (91%) hal ini diduga disebabkan faktor musim penghujan yang memicu turunnya daya tahan tubuh unggas dan juga faktor menejemen pakan yang kurang baik serta endemic ND-AI pada beberapa daerah di Kabupaten Boyolali yang menyebabkan mortalitas yang tidak dapat diprediksi/didiagnosa awal; - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 99,63% anggaran kegiatan pendataan masalah peternakan dengan efisiensi anggaran 0,37% menggunakan 97,45% anggaran kegiatan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit menular ternak dengan efisiensi anggaran 2,55% dan menggunakan 99,89% anggaran kegiatan pengawasan perdagangan ternak dengan efisiensi 0,11% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra ternak kecil. - Target menurunnya angka mortalitas ternak kecil <10% tercapai <13,10% atau capaian kinerja 91%. Capaian indikator 91% ini belum sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 yang ditargetkan tercapai 100%, dan pada Tahun 2015 target tersebut diharapkan akan dicapai 100%. 10. Meningkatnya populasi ternak sapi potong - Tidak tercapainya indikator kinerja ini (85%) hal ini disebabkan ternak keluar Kabupaten Boyolali lebih besar dari pada mutasi ternak masuk, belum lagi adanya beberapa investor yang kecenderungan melirik usaha pembesaran sapi potong di Kabupaten Boyolali yang kemungkinan tidak mempertimbangkan bufferstock sapi potong di Kabupaten Boyolali dari pada keuntungan usaha; II-108

- Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 97,48% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pembibitan ternak dengan efisiensi anggaran 2,52%, menggunakan 92,33% anggaran kegiatan pembibitan dan perawatan ternak dengan efisiensi anggaran 7,67%, 100% memaksimalkan anggaran kegiatan penyuluhan dan kualitas gizi dan pakan ternak serta menggunakan 93,20% anggaran kegiatan pengembangan agribisnis peternakan dengan efisiensi 6,8% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra sapi potong; - Target meningkatnya populasi ternak sapi potong 90,24 ribu ekor tercapai 76,38 ribu ekor atau capaian kinerja 85%. Capaian indikator 85% ini belum sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 yang ditargetkan tercapai 90,24 ribu ekor dan pada Tahun 2015 target tersebut diharapkan akan dicapai 90,69 ribu ekor. 11. Meningkatnya populasi ternak sapi perah - Tercapainya indikator kinerja ini (112%) hal ini disebabkan harga susu di Wilayah Kabupaten Boyolali sudah membaik/meningkat dibandingkan Tahun lalu dan menejemen pakan yang baik serta pembinaan rutin petugas teknis lapangan; - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 97,48% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pembibitan ternak dengan efisiensi anggaran 2,52% menggunakan 92,33% anggaran kegiatan pembibitan dan perawatan ternak dengan efisiensi anggaran 7,67%, 100% memaksimalkan anggaran kegiatan penyuluhan dan kualitas gizi pakan ternak serta menggunakan 93,20% anggaran kegiatan pengembangan agribisnis peternakan dengan efisiensi 6,8% serta efisiensi teknis pembinaan II-109

masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra sapi perah; - Target meningkatnya populasi ternak sapi perah 64,19 ribu ekor tercapai 72,12 ribu ekor atau capaian kinerja 112%. Capaian indikator 112% ini sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 dan pada Tahun 2015 target tersebut diharapkan akan dicapai 90,69 ribu ekor atau minimal jumlah populasi tersebut dipertahankan dengan mengontrol mutasi ternak. 12. Meningkatnya populasi ternak kambing dan domba - Tidak tercapainya indikator kinerja ini (90%) hal ini diduga disebabkan mutasi ternak keluar wilayah Kabupaten Boyolali lebih besar dari pada ternak masuk ke dalam wilayah Kabupaten Boyolali dan ditambah lagi pemotongan kambing/domba pada waktu hari raya kurban karena harga jual yang tinggi. - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 97,48% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pembibitan ternak dengan efisiensi anggaran 2,52%, menggunakan 92,33% anggaran kegiatan pembibitan dan perawatan ternak dengan efisiensi anggaran 7,67%, 100% memaksimalkan anggaran kegiatan penyuluhan dan kualitas gizi dan pakan ternak serta menggunakan 93,20% anggaran kegiatan pengembangan agribisnis peternakan dengan efisiensi 6,8% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat kelompok peternak di wilayah/sentra ternak kambing/domba; - Target meningkatnya populasi ternak kambing/domba 170 ribu ekor tercapai 153,82 ribu ekor atau capaian kinerja 90%. Capaian indikator 90% ini belum sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 dan pada Tahun 2015 target tersebut diharapkan akan dicapai 171,70 ribu ekor II-110

dengan memaksimalkan ternak masuk, natalitas ternak dan mengurangi ternak keluar dari Kabupaten Boyolali. 13. Meningkatnya populasi ternak ayam buras - Tidak tercapainya indikator kinerja ini (68%) hal ini diduga karena kasus flu burung pada Tahun 2011/2012, yang menyebabkan masyarakat lebih memilih jenis unggas lain yang lebih aman, sehingga pada Tahun 2013 jumlah ternak ayam buras tercatat 48% dari populasi 2012, dan hingga Tahun 2014 populasi ayam buras tersisa 839,59 ribu ekor, itupun telah mengalami mutasi ternak khususnya natalitas dan ternak masuk dari luar Kabupaten Boyolali. - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 97,48% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pembibitan ternak dengan efisiensi anggaran 2,52%, menggunakan 92,33% anggaran kegiatan pembibitan dan perawatan ternak dengan efisiensi anggaran 7,67%, 100% memaksimalkan anggaran kegiatan penyuluhan dan kualitas gizi dan pakan ternak serta menggunakan 93,20% anggaran kegiatan pengembangan agribisnis peternakan dengan efisiensi 6,8% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra ternak ayam buras; - Target meningkatnya populasi ternak ayam buras 1.236,36 ribu ekor tercapai 839,58 ribu ekor atau capaian kinerja 68%. Capaian indikator 68% ini belum sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 yang ditargetkan tercapai 1.236,36 ribu ekor, dan pada Tahun 2015 diharapkan jumlah ayam buras Tahun 2014 dipertahankan. 14. Meningkatnya populasi ternak ayam pedaging - Keberhasilan indikator kinerja ini (419% surplus dari target RPJMD) hal ini disebabkan sebagian besar peternak ayam buras beralih ke ayam pedaging, II-111

dikarenakan kelebihan ayam pedaging yaitu tidak memerlukan tempat usaha yang luas (kandang komunal), waktu yang relatif singkat (40-45 hari) dan harga jual yang stabil serta menguntungkan dibandingkan dengan biaya produksinya; - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 97,48% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pembibitan ternak dengan efisiensi anggaran 2,52%, menggunakan 92,33% anggaran kegiatan pembibitan dan perawatan ternak dengan efisiensi anggaran 7,67%, 100% memaksimalkan anggaran kegiatan penyuluhan dan kualitas gizi dan pakan ternak serta menggunakan 93,20% anggaran kegiatan pengembangan agribisnis peternakan dengan efisiensi 6,8% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra ternak ayam pedaging; - Target meningkatkan populasi ternak ayam pedaging 309,09 ribu ekor tercapai 1.294,58 ribu ekor atau tercapai kinerja 419%. Capaian indikator 419% ini bisa dikatakan surplus jika dibandingkan dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014, karena target tersebut relatif sedikit dibandingkan dengan pertumbuhan usaha ayam pedaging di Kabupaten Boyolali dan faktor diversifikasi usaha ayam buras ke ayam pedaging. 15. Meningkatnya populasi ternak ayam petelur - Tercapainya indikator kinerja ini (142%) hal ini diduga disebabkan harga jual per kilogram telur yang selalu meningkat terbukti Tahun 2011 Rp13.450, Tahun 2012 Rp14.500, Tahun 2013 Rp16.500, Tahun 2014 Rp16.750-17.400 dan Tahun 2015 pada bulan Januari Rp21.000. Kelayakan usaha telur tersebut prospektif dan untuk ayam afkir yang tidak produktif masih memiliki nilai ekonomis karena masih laku dijual dengan harga yang tinggi (hampir setara dengan ayam buras). Sehingga masyarakat antusias untuk usaha ayam petelur ini; II-112

- Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 97,48% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pembibitan ternak dengan efisiensi anggaran 2,52%, menggunakan 92,33% anggaran kegiatan pembibitan dan perawatan ternak dengan efisiensi anggaran 7,67%, 100% memaksimalkan anggaran kegiatan penyuluhan dan kualitas gizi dan pakan ternak serta menggunakan 93,20% anggaran kegiatan pengembangan agribisnis peternakan dengan efisiensi 6,8% serta efisiensi teknis pembinaan masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra ternak ayam petelur; - Target meningkatnya populasi ternak ayam buras 721,21 ribu ekor tercapai 1.025,588 ribu ekor atau capaian kinerja 142%. Capaian indikator 142% ini sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 yang ditargetkan tercapai 721,216 ribu ekor dan bahkan melebihi. Pada Tahun 2015 target tersebut diharapkan dipertahankan. 16. Meningkatnya populasi ternak itik - Tercapainya indikator kinerja ini (130%) hal ini diduga karena itik sebagai ternak subtitusi ternak dari ayam buras dengan kelebihan tahan penyakit dan permintaan pasar yang mulai meningkat pada Tahun 2013 pertengahan sehingga populasi meningkat pada Tahun 2014; - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 97,48% anggaran kegiatan pembangunan sarpras pembibitan ternak dengan efisiensi anggaran 2,52%, menggunakan 92,33% anggaran kegiatan pembibitan dan perawatan ternak dengan efisiensi anggaran 7,67%, 100% memaksimalkan anggaran kegiatan penyuluhan dan kualitas gizi dan pakan ternak serta menggunakan 93,20% anggaran kegiatan pengembangan agribisnis peternakan dengan efisiensi 6,8% serta efisiensi teknis pembinaan II-113

masyarakat/kelompok peternak di wilayah/sentra peternak itik; - Target meningkatnya populasi ternak itik 132,60 ribu ekor tercapai 172,04 ribu ekor atau capaian kinerja 130%. Capaian indikator 130% ini sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 yang ditargetkan tercapai 132,60 ribu ekor dan bahkan melebihi. Pada Tahun 2015 target tersebut diharapkan dipertahankan. 2.1.4.3 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Kehutanan NO 1 2 Tabel II.53 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kehutanan BIDANG URUSAN/INDIKATOR Rehabilitasi hutan dan lahan kritis Kerusakan Kawasan Hutan SATUAN Ha Ha HASIL 2013 2014 2.250 25 Target 2015* 2.260 2.010 31,2 0 Sumber: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kab. Boyolali *) Angka Sementra 2.1.4.4 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Tabel II.54 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 Pertambangan tanpa ijin % 15 38,5 45 Sumber: DPU ESDM Kab. Boyolali *) Angka sementara Indikator ini pada Tahun 2014 dengan target 55 % dapat terealisasi 38,5% atau capaian kinerja sebesar 70%, sehingga indikator ini tidak dapat tercapai, dikarenakan jumlah kegiatan pertambangan yang telah mengajukan WIUP mengalami kendala untuk pengajuan peningkatan IUP baik IUP Eksplorasi maupun IUP Operasi produksi II-114

dengan terbitnya UU No. 23 Tahun 2014tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan sejak tanggal 2 Oktober 2014 perizinan di Bidang ESDM (Sub Urusan Geologi dan Air Tanah, Mineral Dan Batubara, Energi Baru Terbarukan dan Ketenagalistrikan) menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi, sehingga semua proses perizinan pertambangan di wilayah Kabupaten Boyolali yang sedang berlangsung saat ini harus segera diserahkan kepada Gubernur/ Kepala Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah, dengan target RPJMD pada Tahun 2015 sebesar 60% tidak dapat tercapai, penjelasannya karena kegiatan pertambangan liar yang beroperasi, waktu penambangan serta luasannya pada tiap tahun sangat fluktuatif dan tidak dapat diprediksi, karena sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar Hambatan/ permasalahan yang dihadapi dalam mencapai target kinerja adalah bahwa kegiatan pertambangan mineral bukan logam dan batuan yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali tidak hanya kegiatan pertambangan yang menggunakan alat berat dan berskala menengah, tetapi juga kegiatan pertambangan manual (hingga saat ini masih dimengerti sebagai Pertambangan Rakyat) yang bersifat sporadis, periodik dan dalam skala relatif kecil. Sehingga apabila menggunakan indikator kinerja berupa peningkatan presentase pertambangan yang mempunyai ijin, sangat sulit untuk menentukan presentase tiap tahunnya apalagi perkembangan capaian kinerja pada setiap tahunnya. Disebabkan oleh banyaknya kegiatan pertambangan liar yang beroperasi, waktu penambangan serta luasannya pada tiap tahun sangat fluktuatif dan tidak dapat diprediksi, karena sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar. II-115

2.1.4.5 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Pariwisata Tabel II.55 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Pariwisata NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 Kunjungan wisata. Kunjungan wisatawan Tahun 2011 menurun, tidak memenuhi target, wisnu 92,19 % wisman 34,48 % Tahun 2012 menurun dibawah target 80,20 % Jenis, kelas, dan jumlah restoran. Jenis, kelas, dan jumlah penginapan/ hotel. orang 375,814 413,227 523.838 buah 83 82 82 buah 26 19 19 Sumber: Dinas Pariwisa dan Kebudayaan Kab. Boyolali *) Angka Sementara Dibanding dengan kunjungan wisata Tahun 2013, jumlah kunjungan wisatawan nusantara Tahun 2014 mengalami kenaikan, yaitu dari 82,60% menjadi 84,23%. Tidak tercapainya dari target kunjungan wisatawan nusantara yang ditetapkan 487.442 orang, hanya terealisasi sebanyak 410.580 orang (84,23%) dibandingkan dengan capaian Tahun lalu sebesar 82,60%. Hal ini disebabkan keterbatasan dana dalam pengembangan pariwisata dan aksesbilitas menuju ke obyek wisata yang masih terbatas. Disamping itu juga belum adanya obyek wisata yang baru dan menarik dibangun oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Boyolali. Untuk pencapain target RPJMD 2015 kemungkinan dapat tercapai karena adanya pengembangan obyek wisata baru yaitu Umbul Tirta Mulyo di Sawit. Tercapainya dari target kunjungan wisatawan mancanegara yang ditetapkan 1.473 orang, terealisasi sebanyak 2.647 orang (179,70%) hal ini disebabkan Tahun 2014 kondisi dan situasi pendakian ke Gunung Merapi cukup kondusif II-116

sehingga dapat mendatangkan kunjungan wisatawan cukup baik, hal ini juga didukung kerjasama pihak penginapan di Selo dengan pihak perhotelan cukup baik. Untuk pencapain target RPJMD 2015 kemungkinan dapat tercapai. Capaian tingkat Hunian Hotel 44,37%, tidak tercapainya dari target 54,75% hal ini disebabkan tidak rutinnya laporan tingkat hunian dari pihak perhotelan, kedepan untuk ditingkatkan kerjasama dengan pihak perhotelan di Boyolali mengingat tingkat hunian di wilayah Boyolali belum terakomodir dengan baik. Untuk pencapain target RPJMD 2015 kemungkinan tidak dapat tercapai, investor kurang berminat untuk pengembangan perhotelan di Boyolali. Rumah makan Tahun 2014 yg memiliki kelas Piring Perunggu 82 buah. Sisanya belum memiliki kelas. Hotel Tahun 2014 dengan kelas Bintang 1, ada 1 buah; Kelas Bintang 2 ada 2; kelas Melati ada 16 buah. 2.1.4.6 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Kelautan dan Perikanan Tabel II.56 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Kelautan dan Perikanan NO BIDANG HASIL Target SATUAN URUSAN/INDIKATOR 2013 2014 2015* 1 kawasan perikanan % 56 70 88,00 budidaya yang sehat 2 meningkatnya produksi ikan ton 23.935 7.050 18.091 budidaya 3 meningkatnya produksi ikan ton 1.560 1.094 1.586 tangkap 4 terpenuhinya kebutuhan % 44 50 27,00 benih ikan 5 produksi benih ikan juta/ekor 89,40 148,24 32,30 6 meningkatnya kelompok 15 15 13 7 kelompokpembudidaya ikan meningkatnya konsumsi ikan II-117 kg/kapita / tahun 11,2 Sumber: Dinas Perternakan dan PerikananKab. Boyolali *) Angka sementara 13 14

1. Persentase kawasan perikanan budidaya yang sehat - Tidak tercapainya indikator kinerja ini karena target 65% kawasan hanya tercapai 56% kawasan atau capaian kinerja 93% dan belum tercapai 7% kawasan. Hal ini mempengaruhi kelembagaan dan kemampuan produktivitas kelompok pembudidaya. Faktor penyebab adalah efisiensi penggunaan anggaran kegiatan kajian kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar sebesar 47% untuk kegiatan survei desain/eo program/kegiatan pusat (DAK Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Tahun 2014). Sedangkan 53% digunakan untuk memaksimalkan target kinerja indikator ini dan optimal dengan 47% anggaran tercapai 93% kinerja. - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah penggunaan 53% anggaran tercapai indikator kinerja 93%. SDM yang mendukung indikator kinerja ini adalah SDM Penyuluh Kecamatan dan SDM di Bidang Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan; - Target 65% kawasan tercapai 93% atau 56% kawasan. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan Tapkin, RKPD/Rentra Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014 dan pelaksanaan 91,22% (efisiensi 8,78%) anggaran yang ada sudah sesuai dengan DPPA Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014. 2. Meningkatnya produksi ikan budidaya - Keberhasilan capaian indikator kinerja ini adalah tercapainya indikator kinerja sebesar 365% (Surplus). Hal ini terbukti 52 ton (80%) produksi budidaya ikan lele (konsumsi/segar) per hari dikirim ke luar Kabupaten Boyolali, 18% atau 12 ton dikonsumsi lokal dan 1 ton atau 2% diolah untuk dijadikan produk olahan perikanan seperti kripik lele, abon lele dan lainnya. - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 99,73% anggaran pendampingan kelompok pembudidaya ikan dengan efisiensi anggaran II-118

0,27%, 98,81% kegiatan pembinaan dan pengembangan perikanan dengan efisiensi anggaran 1,19% dan 99,84% kegiatan kajian optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan dengan efisiensi anggaran 0,16%. - Target produksi budidaya 6.714 ton tercapai 23.935 ton (66 ton per hari) atau capaian kinerja 365%. Program/kegiatan secara umum telah sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014. 3. Meningkatnya produksi ikan tangkap - Keberhasilan capaian indikator kinerja ini adalah tercapainya indikator kinerja sebesar 150% (realisasi 1.560 ton). Akan tetapi produktivitas ikan tangkapan mengalami kencenderungan turun, baik dibandingkan Tahun 2011 sebanyak 2.170 ton, Tahun 2012 sebanyak 1.845 ton dan Tahun 2013 sebanyak 1.586 ton. Estimasi 10 tahun mendatang produktivitas ikan tangkapan bisa diestimasikan pada angka 250-350 ton dan dampak lebih lanjut petani penangkap ikan akan banyak menganggur karena pekerjaan utamanya tidak maksimal, maka hal yang dapat dilakukan Dinas adalah perlu adanya pemulihan daya dukung fisik waduk/sungai, dengan rehabilitasi luasan dan kedalaman waduk/sungai serta pelestarian kapasitas air waduk/sungai. Hal ini dimaksudkan pemulihan daya dukung dengan pengerukan endapan tanah (pendangkalan) karena evaporasi dan endapan tanah (pendangkalan), karena evaporasi dan endapan sedimentasi biota air (gulma air), yang akan mengurangi luas dan volume air jika hal ini tidak dikendalikan. Sedangkan pelestarian air waduk dilakukan dengan cara penanaman tanaman di sekitar bibir waduk/sungai, untuk menjaga kesadahan tanah dan air perbatasan air dan tanah sekitar waduk, hal in akan mengurangi dampak tositas dari tanah bibir waduk ke air waduk. Pelestarian air waduk/sungai dapat juga dilakukan dengan tata kelola kegiatan restorasi/wahana rekreasi II-119

dan tata kelola kegiatan budidaya ikan di waduk (KJA). Hal ini bertujuan untuk mengendalikan eksplorasi daerah waduk yang tidak bertanggung jawab. - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 99,73% anggaran pendampingan kelompok pembudidaya dan pengembangan perikanan dengan 0,27%, 98,81% kegiatan pembinaan dan pengembangan perikanan dengan efisiensi anggaran 1,19% dan 99,84% kegiatan kajian optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan dengan efisiensi anggaran 0,16%. - Target produksi tangkap 1.042 ton tercapai 1.560 ton (4 ton per hari) atau capaian kinerja 150%. Program kegiatan secara umum telah sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan perikanan Tahun 2014. 4. Terpenuhinya kebutuhan benih ikan - Tidak tercapainya indikator kinerja ini (98%) dikarenakan UPTD BBI Tlatar-Bangak dan seluruh UPR Wilayahl Kabupaten Boyolali tidak dapat memenuhi kebutuhan benih (ikan lele) untuk masyarakat/kelompok pembesaran (ikan lele), secara teknis dikarenakan UPR dan BBI tidak memiliki teknis budidaya yang memadai untuk membesarkan Lele ukuran 1-3 cm/ekor menjadi ukuran 7-9 cm/ekor. Hal ini bisa disolusikan agar masyarakat pembenih (UPR) menyisihkan hasil usahanya untuk membangun kolam penggelondongan dan untuk BBI diberikan rehabilitasi kolam penggelondongan; - Efisiensi penggunaan sumber daya dilakukan adalah menggunakan 98,13% anggaran pengembangan bibit ikan unggul dengan efisiensi anggaran 1,87%, 98,81% kegiatan pembinaan dan pengembangan perikanan dengan efisiensi anggaran 1,19% dan 99,73% kegiatan pendampingan kelompok pembudidaya ikan dengan efisiensi 0,27% serta efisiensi teknis pembinaan II-120

masyarakat/kelompok pembenih di wilayah/sentra pembenihan (ikan lele). - Target produksi terpenuhinya kebutuhan benih ikan 45% tercapai 44% atau capaian kinerja 98%. Capaian indikator ini secara umum telah sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014. 5. Produksi benih ikan - Keberhasilan capaian indikator kinerja ini (464%/surplus) dikarenakan UPTD BBI Tlatar-Bangak dan seluruh UPR Wilayah Kabupaten Boyolali mampu memenuhi target/melebihi target produksi benih yang telah ditargetkan di Tapkin, Renstra dan RKPD Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014; - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan 98,13% anggaran pengembangan bibit ikan unggul dengan efisiensi anggaran 1,87%, 98,81% kegiatan pembinaan dan pengembangan perikanan dengan efisiensi anggaran 1,19% dan 99,73% kegiatan pendampingan kelompok pembudidaya ikan dengan efisiensi 0,27% serta efisiensi pembinaan masyarakat/kelompok pembenih di wilayah/sentra pembenihan (ikan lele). - Target produksi benih ikan 32,30 juta ekor tercapai 148,24 juta ekor atau capaian kinerja 464% (surplus). Capaian indikator ini secara umum telah sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan perikanan Tahun 2014. 6. Meningkatnya kelompok pembudidaya ikan - Keberhasilan capaian indikator kinerja ini (125%) dikarenakan Dinas Peternakan dan Perikanan melalui petugas teknis lapangan berhasil menyakinkan masyarakat untuk menekuni budidaya perikanan (kelompok pembenih, pembesaran dan pengolahan), hal ini terbukti dari target 12 kelompok tercapai 15 II-121

kelompok (2 kelompok pembenih, 10 kelompok pembesaran dan 3 kelompok pengolahan). - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah menggunakan kegiatan lain selain kegiatan kajian sistem penyuluhan perikanan, karena kegiatan ini dilaksanakan efisiensi anggaran dan dapat dilaksanakan dengan subtitusi kegiatan dengan kegiatan lain seperti kegiatan pembinaan dan pengembangan perikanan dengan efisiensi anggaran 1,19% dan 99,73% kegiatan pendampingan kelompok pembudidaya ikan dengan efisiensi 0,27%. - Target meningkatnya kelompok pembudidaya ikan 12 kelompok tercapai 15 kelompok atau capaian kinerja 125%. Capaian indikator ini secara umum telah sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan Perikanan Tahun 2014. 7. Meningkatnya konsumsi ikan - Keberhasilan capaian indikator kinerja ini (108%) adalah keberhasilan gemar makan ikan atau memasyarakatkan konsumsi ikan dari kaca mata Tapkin/Renstra Dinas Peternakan dan perikanan. Hal ini dibuktikan Tahun 2011 konsumsi ikan 12 kg/kapita, 2012 konsumsi ikan 11 kg/kapita, 2013 konsumsi ikan 12,20 kg/kapita dan Tahun 2014 konsumsi ikan 13 kg/kapita. Akan tetapi konsumsi ikan dianggap masih rendah dibandingkan dengan daerah Jawa Barat rata-rata 21-25 kg/kapita (2014) dan dibandingkan negara Jiran sebesar 55-68 kg/kapita, maka Indonesia khususnya Kabupaten Boyolali yang merupakan salah satu sentra pembudidaya ikan harus ditingkatkan. Peningkatan tersebut bisa dilakukan dengan intervensi harga harus ditingkatkan. Peningkatan tersebut bisa dilakukan dengan intervensi harga ikan (terjangkau) dan peningkatan produk olahan berbahan baku ikan yang disukai masyarakat. - Efisiensi penggunaan sumber daya yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan Gemar ikan/harkanmas II-122

di lokasi sekolah (Tahun 2013-2014). Efisiensi anggaran pada penggunaan 99,84% anggaran kegiatan kajian optimalisasi pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan dengan efisiensi 0,16% anggaran dan penggunaan 91,22% anggaran kegiatan kajian kawasan budidaya laut, air payau dan air tawar dengan efisiensi 8,78% anggaran. - Target konsumsi ikan 12 kg/kapita tercapai 13 kg/kapita atau capaian kinerja 108%. Capaian indikator ini secara umum telah sesuai dengan Tapkin dan RKPD/Rentra Dinas Peternakan dan perikanan Tahun 2014. 2.1.4.7 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Perdagangan Tabel II.57 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perdagangan NO BIDANG URUSAN/ INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 TARGET 2015* 1 2 3 Kontribusi sektor Perdagangan terhadap PDRB Ekspor Bersih Perdagangan Cakupan bina kelompok pedagang/usa ha informal % 25,85 (*) 26 Milyard 1.287,650 1.378,203 % 25,26 25,75 25,5 Milyard 2.821,082 3.160,966 us $ 129.411.450 104.847.000 110,089,000 UPT 15 15 15 Sumber data: Dinas Perindustrian dan Perdagangan *) Angka Sementara Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perdagangan Tahun 2012 didukung oleh ekspor bersih perdagangan yang mengalami kenaikan dari 129.433,372 US $ pada Tahun 2011 menjadi 133.308,950 US $. II-123

2.1.4.8 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Perindustrian NO 1 Tabel II.58 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Perindustrian BIDANG URUSAN/INDIKATO R Kontribusi sektor Industri terhadap PDRB SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* % 16,79 * 16,75 Milyard 836,400 898,271 % 14,90 16 15 Milyard 1.663,781 1.953,456 Pertumbuhan 2 % 0,003 0,5 0,5 Industri. Cakupan bina Kelompo 3 45 46 45 kelompok pengrajin k Sumber data: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Boyolali *) Angka sementara Dilihat dari perbandingan antara Tahun 2011 dan 2012 Sektor industri mempunyai andil sebesar 15,94% dan 16,26%. Untuk pertumbuhan industri di Tahun 2012 0,32% dan cakupan bina kelompok pengrajin mencapai 45 kelompok. 2.1.4.9 Fokus Layanan Urusan Pilihan Bidang Ketransmigrasian Tabel II.59 Capaian Aspek Pelayanan Bidang Ketransmigrasian NO BIDANG HASIL Target SATUAN URUSAN/INDIKATOR 2013 2014 2015* 1 Transmigran swakarsa % 0 0 0 2 Kontibusi transmigrasi terhadap PDRB % 33 34,6 46,8 Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial Kab. Boyolali *) Angka sementara 1. Jumlah Transmigran Swakarsa pada Tahun 2014 tidak ada 0 (nol). Mulai Tahun 2012 kabupaten Boyolali tidak memberangkatkan Transmigrasi Swakarsa. Program penempatan Transmigrasi Swakarsa dari Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang direncanakan II-124

periode Tahun 2010-2014, hanya dapat terlaksana sampai Tahun 2012, karena banyaknya permasalahan yang muncul, baik transmigran maupun daerah penempatan. Mulai Tahun 2011 tidak ada penempatan transmigran swakarsa, karena dari pusat sendiri sudah tidak ada program tersebut. 2. Penempatan transmigrasi umum untuk Tahun 2014 sebanyak 4 KK. Sehingga kontribusi transmigran terhadap PDRB sebesar 34,6% yaitu dari Tahun 2011-2014 penempatan transmigran sebanyak 71 KK dari total target sebanyak 205 KK pada Tahun 2015. 2.1.5 Aspek Daya Saing Daerah 2.1.5.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah 1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (Angka konsumsi RT perkapita) 2) Nilai Tukar Petani 3) Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita (persentase konsumsi RT untuk non pangan) 2.1.5.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur 1) Perhubungan Tabel II.60 Capaian Aspek Daya Saing Daerah Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Bidang Perhubungan NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR SATUAN HASIL 2013 2014 Target 2015* 1 2 3 Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum Jumlah orang/barang melalui terminal per Volume/ Kapasitas Orang (barang) Orang (barang) II-125 3,486 3,131 3,131 1.561.816 1.690.637 1.690.637 8.191.976 8.771.360 8.771.360 tahun Sumber: Dinas Perhubungan dan Komunikasi Informasi Kab. Boyolali *) Angka Sementara

Rasio panjang jalan perjumlah kendaraan Rasio panjang jalan perjumlah kendaraan untuk Tahun 2013 sebesar 3,486 sedangkan untuk Tahun 2014 sebesar 3,131 ratio diperoleh dari jumlah panjang jalan dibagi jumlah kendaraan. Jumlah orang / barang yang terangkut angkutan umum Jumlah orang / barang yang terangkut angkutan umum untuk Tahun 2013 sebanyak 1.561.816 orang dan untuk Tahun 2014 sebanyak 1,690.637 orang. Jumlah orang/barang melalui terminal pertahun Jumlah orang/barang melalui terminal pertahun untuk Tahun 2013 sebanyak 8.191.976 orang dan Tahun 2014 sebanyak 8.771.360 orang. 2) Lingkungan Hidup NO 1 Tabel II.61 Capaian Aspek Daya Saing Daerah Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Bidang Lingkungan Hidup BIDANG URUSAN/INDIKATOR Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih SATUAN Sumber: DPU ESDM Kab. Boyolali *) Angka Sementara HASIL 2013 2014 Target 2015* % 94 93 1 Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih Tahun 2013 sebesar 165.274 rumah pada Tahun 2014 sebesar 164.860 rumah, untuk Tahun 2015 ditargetkan sebanyak 980 rumah tangga pengguna air bersih. II-126

3) Komunikasi dan Informatika Tabel II.62 Capaian Aspek Daya Saing Daerah Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur NO 1 2 Bidang Komunikasi dan Informatika BIDANG URUSAN/INDIKATOR Rasio ketersediaan daya listrik Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik SATUAN Sumber: DPU ESDMKab. Boyolali *) Angka Sementara HASIL 2013 2014 Target 2015* VA 137.248 137.248 137.248 % 76 83 90 Rasio ketersediaan daya listrik Tahun 2014 sebesar 137,248 VA, prosentase ini diperoleh dari jumlah daya listrik terpasang dibagi jumlah daya listrik tersedia/kebutuhan satuan VA. Untuk Tahun 2015 Rasio ketersediaan daya listrik diprediksi sama yaitu sebesar 137.248 VA. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik Tahun 2014 sebesar 83%, atau ada kenaikan sebesar 7% di banding Tahun 2013 sebesar 76%. Untuk Tahun 2015 Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik ditargetkan sebesar 90%. 2.1.5.3 Fokus Iklim Berinvestasi 1) Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian. Tabel II.63 Capaian Aspek Daya Saing Daerah Fokus Iklim Berinvestasi Bidang Komunikasi dan Informatika BIDANG URUSAN/INDIKATOR II-127 HASIL TARGET 2015* NO SATUAN 2013 2014 1 Angka kriminalitas % 100 90 95 2 Jumlah demo % 21 20 20 3 Jumlah dan macam Pajak 7

NO 4 BIDANG URUSAN/INDIKATOR pajak dan retribusi daerah Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha SATUAN Retribusi 3 HASIL TARGET 2013 2014 2015* 9 10 Perda 4 3 3 3 Sumber: Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kab. Boyolali *) Angka Sementara Diharapkan angka kriminalitas yang terjadi turun prosentasenya dibandingkan tahun sebelumnya, ini mengindikasikan masalah keamanan dan kenyamanan lingkungan yang kondusif untuk ditinggali dan untuk berinvestasi. Capaian jumlah demo yang berkurang tahun sebelumnya masyarakat semakin puas terhadap kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah Kabupaten Boyolali maupun pemerintah Pusat yang berimplikasi ke daerah. 2.1.5.4 Fokus Sumber Daya Manusia 1) Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan) Ketergantungan dalam hal ini adalah ketergantungan dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup seseorang karena tidak memiliki penghasilan sendiri. Rasio ketergantungan merupakan perbandingan antara penduduk usia 15 tahun s/d usia 64 tahun dibagi penduduk usia kerja (PUK) kali 100. Rasio ketergantungan pada Tahun 2014 sebesar 50,71% yang berarti bahwa setiap 100 orang usia produktif menanggung sekitar 52 orang yang belum atau sudah tidak produktif lagi. Kondisi ini relatif stabil jika dibandingkan dengan Tahun 2013 yang berada pada angka 52,5%. II-128

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD 2.2.1 EvaluasiPelaksanaan RKPD Evaluasi Pelaksanaan RKPD bermaksud untuk mengetahui sejauh mana Capaian Pelaksanaan RKPD Tahun 2015 Kabupaten Boyolali sampai dengan Triwulan I. Evaluasi terhadap hasil RKPD Tahun 2015 bertujuan untuk menilai dan memastikan bahwa target rencana program dan kegiatan prioritas daerah dalam RKPD Tahun 2015 dan sasaran RPJMD dapat dicapai dalam upaya mendukung pencapaian sasaran pembangunan provinsi maupun nasional Tahun 2015. Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai 49 Satuan Kerja Perangkat Daerah (termasuk 9 Bagian di Sekretariat Daerah) dengan total 57 kuesioner evaluasi RKPD. Capain pelaksanaan RKPD Kabupaten Boyolali 2015 s.d triwulan I (setelah diverifikasi dengan dokumen RKPD Tahun 2015) per SKPD tersaji pada Tabel II.64 berikut: SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH / UNIT ORGANISASI / UPT Tabel II.64 EVALUASI RKPD TRIWULAN I TAHUN 2015 APBD REAL KINERJA TW 1 DANA (Rp) PHISIK KEUANGAN II-129 (%) (Rp.) SETDA 24,443,356,000 16.11 1,420,309,866 SETWAN 18,939,910,000 16.29 1,241,074,766 INSPEKTORAT 1,606,372,000 19.37 143,680,794 BAPPEDA 4,014,912,000 9.82 255,955,081 SATPOL PP 2,127,517,000 29.05 230,498,429 DISDIKPORA 66,733,085,000 6.22 519,273,000 DINKES 53,071,130,000 16.22 875,198,870 DISPENDUKCAPIL 3,026,880,000 21.88 157,703,510 DISKOP DAN UMKM 1,855,425,000 17.15 45,919,443 DPPKAD 9,876,262,000 23.76 3,086,827,843 DISBUDPAR 8,965,137,000 12.97 52,945,346 DPU DAN ESDM 173,571,284,000 5.30 4,305,141,288 DISHUBKOMINFO 5,030,858,000 15.60 188,260,933 DINSOSNAKERTRANS 4,381,409,000 24.35 271,033,773 DISPERINDAG 4,558,057,000 21.78 195,875,968 DISPERTANBUNHUT 7,863,414,000 61.06 257,105,895 DISNAKKAN 7,644,290,000 11.73 238,517,153 BKD 5,811,779,000 26.23 474,278,093 BP3AKB 3,383,261,000 10.97 194,429,018

SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH / UNIT ORGANISASI / UPT APBD REAL KINERJA TW 1 DANA (Rp) PHISIK KEUANGAN (%) (Rp.) BLH 12,542,854,000 20.61 219,887,841 BAPERMASDES 3,518,968,000 23.63 357,143,234 BPMP2T 1,804,455,000 33.82 4,464,500 BKPPP 3,943,374,000 33.43 193,664,545 KANKESBANGPOL 1,380,191,000 24.62 77,271,508 KPAD 1,672,120,000 18.49 3,000,000 RSUD PANDAN ARANG 72,103,042,000 22.84 10,169,577,817 RSUD BANYUDONO 16,300,634,000 23.80 325,176,143 RSUD SIMO 10,529,872,000 27.99 1,164,411,351 BPBD 5,780,000,000 10.50 0 Unit Layanan Pengadaan 839,943,000 17.32 213,113,373 Kecamatan Boyolali 931,602,000 47.62 95,225,361 Kecamatan Musuk 2,094,972,000 32.21 19,326,172 Kecamatan Mojosongo 1,008,584,000 32.42 45,407,450 Kecamatan Teras 1,125,200,000 47.57 6,549,485 Kecamatan Ampel 1,437,339,000 34.90 26,095,108 Kecamatan Cepogo 1,228,844,000 32.70 49,592,105 Kecamatan Banyudono 1,127,943,000 42.88 62,677,448 Kecamatan Sawit 2,355,100,000 34.90 41,720,344 Kecamatan Sambi 1,615,500,000 32.83 72,665,000 Kecamatan Ngemplak 1,821,100,000 16.76 54,218,734 Kecamatan Simo 773,600,000 57.94 50,057,881 Kecamatan Nogosari 1,287,200,000 43.51 78,768,000 Kecamatan Andong 780,800,000 4.26 16,460,000 Kecamatan Klego 1,445,290,000 30.94 43,585,269 Kecamatan Wonosegoro 1,707,700,000 18.96 14,787,368 Kecamatan Karanggede 910,430,000 43.81 234,571,166 Kecamatan Kemusu 1,947,200,000 36.17 59,264,250 Kecamatan Juwangi 1,248,900,000 25.00 333,424,000 Kecamatan Selo 1,140,400,000 27.59 26,769,459 JUMLAH 563,307,495,000 28,212,903,981 Sumber : Data Sementara Bappeda 2015 Adapun kesesuaian kegiatan pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Boyolali Tahun 2015 dengan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun 2015 terekap pada tabel II.65 berikut: II-130

Tabel II.65 REKAPITULASI KESESUAIAN KEGIATAN ANTARA RKPD DAN APBD TAHUN 2015 SATUAN KERJA RKPD APBD PERANGKAT DAERAH / UNIT ORGANISASI / UPT (+) APBD (-) APBD (-) RKPD 2 3 4 5 Bag.PUOD 16 0 0 Bag.Pemdes 9 0 0 Bag.Hukumdan HAM 4 0 1 Bag.Perekonomian 9 0 1 Bag.Pembangunan 5 0 0 Bag.Kesra 9 0 0 Bag.Umum / Setda 39 0 0 Bag.Orpeg 4 0 0 Bag.HP 5 1 0 SETWAN 30 3 0 INSPEKTORAT 27 2 0 BAPPEDA 57 2 0 SATPOL PP 20 0 0 DISDIKPORA 72 17 20 DINKES 48 12 12 DISPENDUKCAPIL 31 0 0 DISKOP DAN UMKM 38 0 0 DPPKAD 62 0 4 DISBUDPAR 31 0 5 DPU DAN ESDM 63 3 3 DISHUBKOMINFO 35 2 0 DINSOSNAKERTRANS 51 0 1 DISPERINDAG 33 3 0 DISPERTANBUNHUT 33 5 4 DISNAKKAN 36 0 1 BKD 35 0 0 BP3AKB 36 0 2 BLH 38 0 1 BAPERMASDES 27 0 0 BPMP2T 25 4 3 BKPPP 32 1 0 KANKESBANGPOL 30 1 0 KPAD 26 0 0 RSUD PANDAN ARANG 1 0 1 RSUD BANYUDONO 17 0 2 RSUD SIMO 14 2 2 BPBD 30 7 6 Unit LayananPengadaan 22 6 0 KecamatanBoyolali 33 0 1 KecamatanMusuk 32 0 0 KecamatanMojosongo 33 0 1 KecamatanTeras 32 2 2 KecamatanAmpel 37 0 0 II-131

SATUAN KERJA RKPD APBD PERANGKAT DAERAH / UNIT ORGANISASI / UPT (+) APBD (-) APBD (-) RKPD 2 3 4 5 KecamatanCepogo 34 0 2 KecamatanBanyudono 31 1 2 KecamatanSawit 31 0 2 KecamatanSambi 30 0 1 KecamatanNgemplak 31 0 1 KecamatanSimo 26 0 6 KecamatanNogosari 35 0 0 KecamatanAndong 33 1 1 KecamatanKlego 34 0 0 KecamatanWonosegoro 30 2 2 KecamatanKaranggede 29 0 1 KecamatanKemusu 28 0 3 KecamatanJuwangi 25 0 6 KecamatanSelo 31 1 2 JUMLAH 1695 78 102 Sumber : Olah Data Bappeda 2015 Dari hasil Evaluasi RKPD s.d triwulan I Tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kegiatan yang direncanakan di RKPD Tahun 2015 dan kemudian ditindaklanjuti dalam APBD Tahun 2015 sebanyak 1.695 kegiatan. 2. Kegiatan yang direncanakan di RKPD Tahun 2015 namun tidak masuk dalam APBD Tahun 2015 sebanyak 78 kegiatan. 3. Kegiatan APBD Tahun 2015 yang tidak direncanakan dalam RKPD 2015 sebanyak 102 kegiatan. Dari uraian diatas dapat digambarkan irisan sebagai berikut: RKPD APBD 78 1.695 102 Jumlah kegiatan yang dilaksanakan sebanyak 1.797 kegiatan, dengan tingkat kesesuaian kegiatan = (1.695/1.797) x 100% = 94,32%. II-132