I b M PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN MELALUI BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii VARIETAS MERAHDENGAN METODE TALI JALUR GANDA

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA KEDALAMAN PENANAMAN YANG BERBEDA

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) - Bagian 2: Metode longline

Studi Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii dengan Berbagai Metode Penanaman yang berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Produksi rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 2: Metode long-line

MODEL PENERAPAN IPTEK PENGEMBANGAN KEBUN BIBIT RUMPUT LAUT, Kappaphycus alvarezii, DI KABUPATEN MINAHASA UTARA, SULAWESI UTARA

V. KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

I. PENDAHULUAN. Rumput laut atau seaweeds adalah tanaman air dikenal dengan istilah alga atau

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3. METODE PENELITIAN

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Budidaya Laut (BBL) stasiun

Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) yang dibudidaya dalam kantong jaring dengan berat awal berbeda di Teluk Talengen Kepulauan Sangihe

FENOMENA FAKTOR PENGONTROL PENYEBAB KERUGIAN PADA BUDIDAYA KARAGINOFIT DI INDONESIA. Oleh. Kresno Yulianto 1)

Budidaya Makroalga Kappaphycus alvarezii di Perairan Pulau Panjang Serta Analisis Ekonominya

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

Oseana, Volume XXXII, Nomor 4, Tahun 2007 : ISSN

PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) PADA KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN TELUK LAIKANG KABUPATEN TAKALAR

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115, Sulawesi Utara, Indonesia.

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BUDIDAYA RUMPUT LAUT

VARIETAS BAWANG MERAH LEMBAH PALU, DAPAT MENUMBUHKAN PEREKONOMIAN KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

KANDUNGAN KLOROFIL, FIKOERITRIN DAN KARAGINAN PADA RUMPUT LAUT Eucheuma spinosum YANG DITANAM PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

PENINGKATAN LAJU PERTUMBUHAN THALLUS RUMPUT LAUT

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

POTENSI DAN PROSPEK SERTA PERMASALAHAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 45 hari dengan menggunakan 4 perlakuan yakni perlakuan A (Perlakuan dengan

Evaluasi Lahan Pembudidayaan Rumput Laut di Perairan Kampung Sakabu, Pulau Salawati, Kabupaten Raja Ampat

Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume II, Nomor 1, Maret 2014

Pengaruh Berat Bibit Awal Berbeda terhadap Pertumbuhan Kappaphycus alvarezii di Perairan Teluk Tomini

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

IDENTIFIKASI SPESIES ALGA KOMPETITOR Eucheuma cottonii PADA LOKASI YANG BERBEDA DI KABUPATEN SUMENEP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

II. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

BOKS 2 HASIL KAJIAN POTENSI RUMPUT LAUT DI KABUPATEN ROTE NDAO

Oleh : ONNY C

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan) Vol.24 (1) April 2014: ISSN:

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Kata kunci : pencahayaan matahari, E. cottonii, pertumbuhan

PRODUKSI Gracilaria verrucosa YANG DIBUDIDAYAKAN DI TAMBAK DENGAN BERAT BIBIT DAN JARAK TANAM YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni Dan Gracilaria sp.) DENGAN METODE LONG LINE DI PERAIRAN PANTAI BULU JEPARA

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT (Eucheuma) PADA SPESIES YANG BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

MAKSIMISASI KEUNTUNGAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA LALOMBI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

Laju Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Dengan Bobot Bibit Yang Berbeda di Perairan Desa Labuhan Sangoro Kecamatan Maronge Kabupaten Sumbawa

Gambar di bawah ini memperlihatkan bentuk rumput laut segar yang baru dipanen (a. Gracillaria, b. Kappaphycus, c. Sargassum) Rumput laut segar

BAB I PENDAHULUAN. beralihnya ke bidang usaha perikanan karena semakin tingginya permintaan akan produk

(Eucheuma cottonii) TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA PESISIR (Studi Kasus di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN KARAGINAN RUMPUT LAUT Eucheuma cotnnii YANG DIBUDIDAYAKAN PADA JARAK DARI DASAR PERAIRAN YANG BERBEDA Burhanuddin

STUDI LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT Euchema spinosum DAN Eucheuma cottoni DI PERAIRAN DESA KUTUH, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG-BALI

II. METODE PENELITIAN

Teknik Budidaya Rumput Laut (Kappaphycus alvarezii) dengan Metode Rakit Apung di Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA RUMPUT LAUT DI KOTA PALOPO

PENDAMPINGAN KAWASAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANTAENG

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

LAJU KECEPATAN PENYERANGAN ICE-ICE PADA RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii DI PERAIRAN BLUTO SUMENEP MADURA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laju Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp. dengan Metode Penanaman yang Berbeda di Perairan Kalianda, Lampung Selatan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

VIII PENGELOLAAN EKOSISTEM LAMUN PULAU WAIDOBA

DAFTAR TABEL. vii. Tabel 4.5 Perbandingan Pendapatan Budidaya Tambak di Kabupaten Pangkajene dan

STATUS PENGELOLAAN BUDI DAYA KOMODITAS IKAN KARANG DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KEPULAUAN TOGEAN, SULAWESI TENGAH

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

II. METODE PENELITIAN

3 METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Materi Uji

I. PENDAHULUAN. internasional. Menurut Aslan (1991), ciri-ciri umum genus Eucheuma yaitu : bentuk

I. PENDAHULUAN. Rumput laut merupakan sumber utama penghasil agar-agar, alginat dan karaginan

1025 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2013

Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 2, September 2013

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

PERBANDINGAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KARAGINAN RUMPUT LAUT

PERTUMBUHAN Kappaphycus alvarezii PADA TINGKAT KEDALAMAN BERBEDA DI PERAIRAN TELUK PERANCIS, SANGATTA SELATAN KABUPATEN KUTAI TIMUR

MATERI DAN METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR

Kartu Tani Bawang. 05 Oktober PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Wilayah Padang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG

Laporan Program (Periode Juni 2012)

Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir : Pengalaman Pendampingan terhadap Kelompok Nelayan

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA CATTONI) KECAMATAN MANDALLE KABUPATEN PANGKEP

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

Transkripsi:

35 I b M PENINGKATAN PENDAPATAN NELAYAN MELALUI BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii VARIETAS MERAHDENGAN METODE TALI JALUR GANDA Rahmi 1), Darmawati 1), Burhanuddin 1) dan Akmal 2) 1) Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadyah Makassar 2) Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Email : ammy_akl@yahoo.co.id PENDAHULUAN Desa Laguruda adalah wilayah pemerintahan Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Penduduknya kebanyakan menggantungkan hidup dengan bertani dan bertani tambak yang pendapatannya tidak terlalu menyolok karena masih kurang penguasaan tehnik dan keadaan alam seperti air irigasi yang kadang belum mencukupi. Begitupun pada pertambakan yang sering hanya memberikan hasil yang pas-pasan. Di samping itu sebagian penduduknya menggantungkan diri dengan berjualan di pasar dengan hasil nelayan dan tambak. Sebagian mencari penghasilan tambahan dengan mengojek. Dan lainnya lagi menjadi penduduk migran ke daerah lain atau menjadi masyarakat urban di ibu kota provinsi. Salah satu kegiatan kelompok tani Karya Bahari dan Je neberang di Desa Laguruda adalah bertani dan membudidayakan rumput laut. Bagi anggota kelompok, bertani adalah merupakan warisan dari generasi pendahulu, disamping itu membudidayakan rumput laut juga menjadi salah satu usaha pokok keluarga selain dari bertani. Usaha budidaya rumput laut yang dilakukan selama ini oleh anggota kelompok tani adalah dengan sistem budidaya patok dasar. Sepanjang pesisir pantai digunakan untuk areal budidaya. Seiring dengan semakin berkurangnya areal budidaya di pesisir pantai, para petani rumput laut semakin terbatas dalam mencari lokasi budidaya. Areal budidaya sistem patok sangat tergantung kepada ketersediaan lahan budidaya di pesisir pantai. Olehnya itu perlu adanya pengetahuan mengenai metode yang praktis digunakan dalam budidaya rumput laut dengan lahan yang terbatas. Rumput laut ini merupakan salah satu dari tiga komoditas utama program revitalisasi perikanan yang diharapkan berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada akhir tahun 2009, rumput laut ditargetkan produksi meningkat menjadi 1,9 juta ton (K. alvarezii 1,5 juta ton) dengan sasaran pengembangan areal budidaya K. alvarezii seluas 1.500.000 ha serta penyerapan tenaga kerja sekitar 255.000 orang (Anonim, 2005). Dengan meluasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, maka kebutuhan rumput laut sebagai bahan baku ikut meningkat pula. Selain untuk ekspor, permintaan dari pasar dalam negeri pun tak kalah banyak. Untuk menjamin kontinuitas penyediaan produksi rumput laut dengan jumlah yang dikehendaki adalah dengan pemilihan lokasi budidaya, rekomendasi luasan yang optimal, dan teknologi budidaya (Hidayat,1990 dalam Prihaningrum, dkk, 2001). Untuk menghasilkan produksi yang baik maka perlu di perhatikan pemeliharaan yang sesuai dan dapat di kembangkan secara berkelanjutan, adapun upaya untuk meningkatkan produksi diperlukan metode yang dapat mengoptimalkan lahan budidaya berupa

36 pemanfaatan perairan secara efisien sehingga mengurangi pemborosan lahan dan dapat diaplikasikan diseluruh perairan Indonesia dimana metode ini disebut metode tali jalur ganda. Selama ini budidaya rumput laut menggunakan metode budidaya rumput laut seperti lepas dasar, rakit bambu, jalur, dan long line tali tunggal. Keseluruhan metode tersebut memiliki ketergantungan kepada kondisi perairan, sedangkan keunggulan metode tali jalur ganda dapat digunakan diseluruh perairan Indonesia dengan memanfaatkan lahan perairan secara optimal. Metode tali jalur ganda dapat diartikan sebagai teknik budidaya tanaman dengan menggunakan dua tali dalam satu bentangan. Teknik budidaya ini tidak memerlukan lahan yang luas, petani rumput laut juga tidak mengalami kesulitan dalam memasang jangkar dan waktu yang diperlukan tidak lama. Sekilas bercocok tanam dengan metode ini terlihat rumit, tetapi sebenarnya sangat sederhana. Tingkat kesulitannya tergantung dari model yang digunakan. Model yang sederhana, mudah diikuti dan dipraktekkan. Bahkan bahan-bahan yang digunakan mudah ditemukan, sehingga dapat diterapkan. Melalui program transfer ilmu dan tehnologi berbasis masyarakat (IbM), diharapkan pemahaman petani rumput laut tentang metode budidaya rumput laut tali jalur ganda bisa meningkat. Melalui kegiatan pendampingan dalam melakukan intensifikasi budidaya rumput laut (Kappaphycus alvarezii) varietas merah denan metode ini, petani akan semakin paham dan memiliki experience yang selanjutnya bisa diterapkan pada usaha budidayanya, sehingga keuntungan yang diperoleh semakin meningkat. METODE PELAKSANAAN Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat mengenai peningkatan pendapatan nelayan di desa Laguruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar melalui budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii varietas merahdengan metode tali jalur ganda adalah : a. Waktu dan Tempat Kegiatan ini dilaksanakan selama 10 bulan. Lokasi pengabdiaan di Desa Laguruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. b. Metode Adactive Collaboration Management (ACM) Metode adaptive collaboration management (ACM) dilakukan dengan pendekatan komunikasi masyarakat dalam menemukenali permasalahan kelompok tani Karya Bahari dan Je ne Berang di Desa Laguruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar, mempelajari permasalahan kemudian menentukan solusi pemecahan masalah. Kelompok tani tersebut dilibatkan dalam seluruh kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Selain itu dilakukan penyuluhan partisipatif yaitu dengan melakukan kegiatan budidaya dengan metode tali ganda yang tidak memerlukan lahan yang lebih luas. Sehingga tercipta efektifitas penggunaan lahan yang selama ini menjadi polemik bagi petani rumput laut. c. Pembuatan Desain Budidaya Rumput laut dengan Metode Tali Jalur Ganda Pembuatan desain konstruksi budidaya rumput laut dengan metode tali jalur ganda dilakukan sebagai sarana dan bahan pembelajaran bagi kelompok tani dengan keterlibatan penuh bagi petani dalam pembuatan konstruksi tersebut. Pendekatan yang dilakukan pada

37 percontohan pembuatan wadah budidaya ini adalah melibatkan masyarakat mulai persiapan bahan sampai pada desain konstruksi budidaya tersebut. Secara deskriptif konstruksi metode tali jalur ganda disajikan pada Gambar 1. Jar ak tanam Jangkar Bibit Rumput laut Tali ganda Gambar 1. Budidaya rumput laut metode tali jalur ganda d. Pendampingan dan Pelatihan Budidaya Rumput laut Untuk kegiatan yang terkait luaran nomor 1 dan 3 diatas dilakukan dengan bekerja bersama pakar di bidang rumput laut. Kegiatan yang dilakukan secara demonstrasi langsung kepada pembudidaya. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi : 1. PenyediaanAlat dan Bahan : Alat-alat yang digunakan di lapangan pada program ini yaitu: termometer, ph meter, hand-refraktometer, timbangan, Sechi disk, meter roll, bola pelampung, perahu, tali polyethilen (nilon/ris), batu pemberat, jangkar beton/batu gunung. Bahan yang digunakan dalam di lapangan adalah : Rumput lautk. alvarezii varietas Merah (dengan ciri-ciri berwarna merah dan bentuk thallusnya umumnya berbentuk seperti tabung dan pipih) dari petani budidaya rumput laut di Desa Laguruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Persiapan Bibit dan Penanaman rumput laut, Bibit diambil dari hasil panen petani rumput laut yang telah di tanam selama 45 hari di Desa Laguruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Bibit yang digunakan khusus varietas merah dengan jumlah rumput laut yang dibutuhkan dalam 1 tali gantung 3 rumpun dan jarak tanam 20 cm. Bibit rumput laut yang sudah disiapkan dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran atau organisme penempel. Kondisi rumput laut yang dipilih adalah yang muda, segar, bersih serta bebas dari jenis rumput laut lainnya. Selanjutnya menimbang dengan berat awal 50 gram/ikat. Metode penanaman dilakukan secara long line dengan menggunakan tali jalur ganda untuk masing-masing tali bentangan yang ditanami rumput laut K.Alvarezii. Selanjutnya dibudidayakan selama ± 45 hari. e. Pendekatan Kelembagaan Dalam mendukung keberlanjutan pelaksanaan program I b M kelompok tani Karya Bahari dan Je ne Berang di Desa Laguruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar, maka perlu dilakukan penguatan kelembagaan dan pendampingan kelompok tani dalam mendukung kemandirian lokal masyarakat. Selain itu dilakukan juga

38 kerjasama dengan pemangku kepentingan masyarakat seperti penyuluh perikanan dan Perguruan tinggi serta berbagai stake holder yang ada di daerah tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Sosialisasi awal Budidaya Rumput laut dengan Metode Tali Jalur Ganda Sosialisasi awal desain budidaya rumput laut dengan menggunakan Metode tali jalur ganda kepada kelompok Mitra dilakukan di Desa Laguruda. Sosialisasi ini dilakukan kepada masyarakat yang awalnya menggunakan metode budidaya dengan menggunakan sistem tunggal. Hal ini membawa pengetahuan baru bagi masyarakat di desa laguruda, oleh karena permasalahan selama ini akan keterbatasan lahan budidaya telah terpecahkan. Diharapkan dengan metode ini dapat memberikan peningkatan produksi sehingga dapat menjadi lahan percontohan bagi masyarakat. Gambar 2. Sosialisasi Budidaya Rumput Laut dengan Metode Tali Jalur Ganda b. Pembuatan Desain Budidaya Rumput laut dengan Metode Tali Jalur Ganda Pada pembuatan desain konstruksi budidaya rumput laut dengan metode tali jalur ganda dilakukan sebagai sarana dan bahan pembelajaran bagi kelompok tani dengan keterlibatan penuh bagi petani dalam pembuatan konstruksi tersebut. Pendekatan yang dilakukan pada percontohan pembuatan wadah budidaya ini adalah melibatkan masyarakat mulai persiapan bahan sampai pada desain konstruksi budidaya tersebut. Gambar 3. Persiapan Lokasi Budidaya Rumput Laut Metode Jalur Ganda

39 Persiapan bibit dilakukan bekerjasama dengan para petani pembudidaya Mitra, bibit yang digunakan diperoleh dari kebun bibit rumput laut disekitar kawasan desa Laguruda. Bibit yang telah tersedia kemudian diseleksi untuk selanjutnya diikat dengan berat awal masing-masing 50 gram. Masing-masing ujung bentangan yang telah tersedia selanjutnya akan diikatkan pada tali utama yang telah didesain terlebih dahulu. Gambar 4. Persiapan awal Pembibitan Rumput Laut di Desa Laguruda c. Pendampingan dan Pelatihan Budidaya Rumput laut Pada kegiatan ini dilakukan dengan bekerja bersama pakar di bidang rumput laut. Kegiatan yang dilakukan secara demonstrasi langsung kepada pembudidaya. Adapun kegiatan yang dilakukan meliputi : 1. PenyediaanAlat dan Bahan Alat-alat yang digunakan di lapangan pada program ini yaitu: termometer, ph meter, hand-refraktometer, timbangan, Sechi disk,meter roll,bola pelampung, perahu, tali polyethilen (nilon/ris), batu pemberat, jangkar beton/batu gunung.

40 Gambar 5. Penyediaan alat dan Bahan dalam Budidaya Rumput Laut Bahan yang digunakan dalam di lapangan adalah : Rumput laut K. alvarezii varietas Merah (dengan ciri-ciri berwarna merah dan bentuk thallusnya umumnya berbentuk seperti tabung dan pipih) dari kebun bibit para petani budidaya rumput laut di Desa Laguruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan Gambar 7. Bibit Rumput Laut Varietas Merah (Kapphaphycus alvarezii)

41 2. Persiapan Bibit dan Penanaman rumput laut Bibit diambil dari hasil panen kebun bibit petani rumput laut yang telah di tanam selama 45 hari di Desa Laguruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan. Bibit yang digunakan khusus varietas merah dengan jumlah rumput laut yang dibutuhkan dalam 1 tali gantung 3 rumpun dan jarak tanam 20 cm. Bibit rumput laut yang sudah disiapkan dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran-kotoran atau organisme penempel. Gambar 8. Penimbangan Bibit Rumput Laut Kondisi rumput laut yang dipilih adalah yang muda, segar, bersih serta bebas dari jenis rumput laut lainnya. Selanjutnya menimbang dengan berat awal 50 gram/ikat. Proses pembibitan ini dilakukan oleh para ibu-ibu yang tergabung didalam kelompok mitra, sehingga pemberdayaan masyarakat pada kelompok mitra juga kami lakukan. Proses pembibitan ini dilakukan selama 2 hari yang berlangsung sejak siang hari hingga sore hari.

42 Gambar 9. Penimbangan dan Pengikatan Bibit Rumput Laut Metode penanaman dilakukan secara long line dengan menggunakan tali jalur ganda untuk masing-masing tali bentangan yang ditanami rumput laut K.Alvarezii. Selanjutnya dibudidayakan selama ± 45 hari. Gambar 10. Pemeliharaan Rumput laut dengan Metode Tali Jalur Ganda Berdasarkan hasil pengamatan pada masyarakat pembudidaya rumput laut. dalam mendukung program I b M kelompok tani Karya Bahari dan Je ne Berang di Desa Laguruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar diperoleh hasil yang produksi yang lebih memuaskan bagi para petani rumput laut, dimana dahulunya hasil produksi rumput laut untuk setiap bentangan dengan penebaran awal kurang lebih 5 kg mampu menghasilkan panen hingga 30 40 kg. Dengan menggunakan kegiatan budidaya dengan metode tali ganda, dengan menggunakan berat penebaran awal yang sama dapat menghasilkan rumput laut panen hingga 50-60 kg pada setiap siklus budidaya untuk setiap bentangan. Disamping itu juga menjadi keunggulan tersendiri karena tidak memerlukan lahan yang lebih luas. Sehingga tercipta efektifitas penggunaan lahan yang selama ini menjadi polemik bagi petani rumput laut.

43 Gambar 11. Produksi Rumput laut dengan Metode Tali Jalur Ganda SIMPULAN Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diambil kesimpulan dari kegiatan pengabdian ini adalah penguatan kelembagaan guna keberlanjutan pelaksanaan program I b M kelompok tani Karya Bahari dan Je ne Berang di Desa Laguruda Kecamatan Sanrobone Kabupaten Takalar. Disamping itu kegiatan kerjasama dengan pemangku kepentingan masyarakat seperti penyuluh perikanan dan perguruan tinggi serta berbagai stake holder juga perlu dilakukan. Produksi budidaya rumput laut dengan menggunakan budidaya metode tali ganda mampu meningkat mencapai 25 %-30% untuk setiap kali siklus budidaya. UCAPAN TERIMA KASIH Izinkanlah kami menyampaikan rasa terima kasih kami kepada Kementerian Riset Tehnologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia yang telah mendanai kegiatan Pengabdian IbM di tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA Afrianto E., dan E. Liviawaty. 1993. Budidaya Laut dan Cara Pengolahannya. Bharata. Jakarta. Anonimous., 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Atmadja, W. S., A. Kadi., Sulistijo, dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis- Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi. LIPI. Jakarta. Dahuri R., Rais Y., Putra S.,G., Sitepu, M.J., 2001. Pengelolaan Sumber daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

44 Dawes, C. J., J. W. LaClaire, and R. E. Moon. 1974. Culture Studies on Eucheuma nudum J. Agardh, carrageenan producing red alga from Florida. Aquaculture, 7 : 1-9. Doty, M. S. 1988. The Production and Uses of Eucheuma. Studies of Seven Commercial SeaweedsResources. FAO Fish. Tech. Paper No. 281 Rome. P 123-161. Neish, I., C. 2003. The ABC of Eucheuma Seaplant Production. Agronomy, Biology and Crop-handling of Betaphycus, Eucheuma and Kappaphycus the Gelatinae, Spinosum and Cottonii of Commerce. SuriaLink Infomedia. Pramudianto, Bambang, 1999, Sosialisasi PP No.19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut, Prosiding Seminar Sehari Teknologi dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Laut, Bandung: Jurusan Teknologi Lingkungan ITB. Prihaningrum. A,M. Meiyana, dan Evalawati, 2001. Biologi Rumput Laut: Teknologi Budidaya Rumput Laut (E. cottonii). Petunjuk Teknis No. 8 Departemen Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut. Lampung. Siahaan, N.H.T, 1989a, Pencemaran Laut dan kerugian yang Ditimbulkan (I), dalam Harian Angkatan Bersenjata, Jakarta: 8 Juni 1989. Sujatmiko W., Angkasa W.I., 2004. Teknik Budidaya Rumput Laut Dengan Metode Tali Panjang. BPPT, Jakarta. http://www. Iptek.net.id//ttg/artlkp/artikel 18. Htm. Diakses 21 Desember 2007. Yusuf M.I., 2004. Produksi, Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty (1998) yang Dibudidayakan Dengan Sistem Air Media dan Tallus Benih Yang Berbeda.