DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani dan Fahriyah. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PERSAINGAN EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani, Rosihan Asmara dan Fahriyah. Abstrak

KOMPARASI EKONOMI JAGUNG INDONESIA DENGAN NEGARA PRODUSEN UTAMA PENDAHULUAN

KOMPARASI TRANSMISI HARGA KARET ALAM INDONESIA DENGAN MALAYSIA DAN THAILAND. Rosihan Asmara dan Nuhfil Hanani. Abstrak

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

ArahdanPrioritasKebijakanKerjasama Regional (MEA/RCEP) di SektorPertanian: Penyelesaian Hambatan Non Tarif

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI PASAR DUNIA COMPETITIVENESS OF INDONESIAN NATURAL RUBBER AT WORLD MARKET

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011

TRENDS of TOURISM SECTOR. Mari Elka Pangestu Minister of Tourism and Creative Economy

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

PeluangdanTantanganKerjaSama PerdaganganProdukPertaniandalamKerangka KerjaSamaSub Regional, MEA danrcep

VII. STRUKTUR PASAR KARET ALAM DI PASAR INTERNASIONAL. besarnya penguasaan pasar oleh masing-masing negara eksportir. Penguasaan

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan... 5

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR TOMAT INDONESIA DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Halaman. DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KELAPA INDONESIA TERHADAP TIGA NEGARA DI ASIA. Ineke Nursih Widyantari

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football

ANALISIS DAYA SAING PERIKANAN INDONESIA DIBANDINGKAN NEGARA ASEAN LAINNYA DI PASAR ASEAN

ANALISIS KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM LIBERALISASI MULTILATERAL TERHADAP KINERJA SEKTOR BERAS DAN GULA DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF LADA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN FEBRUARI 2013

DAYA SAING EKSPOR KAKAO OLAHAN INDONESIA

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, perdagangan internasional sudah menjadi kebutuhan

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

Boks 1. Analisis Singkat Dampak Krisis Finansial Amerika Serikat terhadap Kinerja Perekonomian Kaltim

V. GAMBARAN UMUM EKONOMI KELAPA SAWIT DAN KARET INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Analisis Ekonomi Mingguan

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

OUTLOOK KOMODITI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

Analisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

Tenaga Kerja Sektor Pertanian: Hasil dari Transformasi Struktural

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

DAYA SAING KAKAO INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ABSTRACT ABSTRAK

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 3 No BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Struktur Pasar Dan Peringkat Indonesia Pada Perdagangan Tuna Segar Dan Beku Di Pasar Dunia, Jepang, USA, Dan Korea Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

Transkripsi:

1 DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Nuhfil Hanani dan Fahriyah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis kinerja ekonomi karet Indonesia dan menganalisis daya karet Indonesia di pasar internasional. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari berbagai sumber. Analisis data untuk melihat kinerja ekonomi karet Indonesia menggunakan pendekatan statistik dikriptif dan statistik trend line dengan membandingkan dengan negara ekportir utama. Sedangkan analisis daya saing karet Indonesia di pasar internasional menggunakan indeks komposit Z-Score dari indikator produksi, net trade, dan Indeks Spesialisasi. Indonesia menempati urutan negara terbesar kedua setelah Thailand dalam aspek produksi dan ekspor karet alam. Negara-negara yang mempunyai daya saing tinggi dalam karet berturut turut adalah Thailand, Indonesia, Liberia dan Malaysia Kata kunci : karet, daya saing, ekspor PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas strategis dalam mendatangkan devisa negara. Pada masa lampau Indonesia dikenal sebagai negara produsen dan pengekspor karet alam terbesar di dunia. Bukti empiris menunjukkan bahwa sampai saat ini Indonesia mempunyai luas lahan karet terbesar di dunia. Luas areal karet alam Indonesia diperkirakan sebesar 3 juta sementara Thailand sebesar 1,9 juta hektar dan Malaysia 1,3 juta hektar. Sangat disayangkan produktivitas karet alam Indonesia semenjak tahun 1990 jauh lebih rendah dinadingkan dengan Thailand. Keadaan ini diduga kuat karena umumnya diproduksi oleh petani dengan teknologi yang sangat sederhana, kurangnya usaha-usaha peremajaan karet, dan di sisi lain masyarakat dan pemerintah terjebak dalam usaha peningkatan produksi kelapa sawit dimana keuntungannya lebih tinggi dari karet. Prospek karet alam di dunia pada masa datang akan semakin membaik sejalan dengan pertumbuhan industri-industri yang menggunakan bahan baku karet. Sementara itu karet sintetis yang dihasilkan dari minyak bumi dan batu bara diramalkan semakin berkurang sejalan dengan semakin terbatasnya sumberdaya

2 tersebut serta adanya isu lingkungan. Oleh karena itu persaingan antara karet alam dengan karet sintetis diperkirakan semakin melemah. Saat ini permintaan karet alam dunia terus meningkat yang ditandai dengan net trade karet alam dunia yang bernilai negatif. Keadaan ini memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor karet alam di pasar dunia. Salah satu usaha yang harus dilakukan adalah meningkatkan daya saing karet alam Indonesia di pasar Internasional. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka penelitian ini bertujuan : (1) melihat dan menganalisis kinerja ekonomi karet Indonesia, dan (2) menganalisis daya karet Indonesia di pasar internasional. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder dari berbagai sumber. Sumber data diperoleh dari Food and Agriculture Organization, International Trade Centre, Biro Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian Indonesia. Data yang dikumpulkan meliputi aspek: (1) Produksi bersumber dari FAO Biro Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian Indonesia (2) Perdagangan, harga, dan indeks spesialisasi perdagangan negara bersumber dari International Trade Centre Analisis data untuk melihat kinerja ekonomi karet Indonesia menggunakan pendekatan statistik dikriptif dengan membandingkan dengan negara ekportir utama. Sedangkan analisis daya saing karet Indonesia di pasar internasional dibandingkan dengan 20 negara produsen karet terbesar di dunia. Ukuran daya saing menggunakan indikator : produksi, net trade, dan Indeks Spesialisasi berdasarkan pendekatan Balassa, yakni indeks Revealed Comparative Advantage (RCA). Ketiga indikator tersebut diindeks dengan menggunakan Z- Score. Daya saing ekspor karet alam setiap negara diukur dengan indeks komposit dengan menjumlahkan ketiga indeks tersebut, dimana indeks komposit yang terbesar menunjukkan daya saing tertinggi.

Rice, paddy Palm oil Natural rubber Cassava Indigenous Chicken Coconuts Maize Bananas Palm kernels Indigenous Pigmeat Hen eggs, in shell Fruit, tropical fresh Sugar cane Coffee, green Cocoa beans Mangoes, Other bird eggs,in Indigenous Cattle Chillies and Leeks, other 1000 US $ 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja Ekonomi Karet Indonesia Karet alam di Indonesia mempunyai peran strategis karena mempunyai sumbangan yang sangat besar dalam GDP pertanian. Gambar 1 menunjukkan bahwa Karet alam menempati posisi urutan ketiga setelah padi dan kelapa sawit. 20000000 18000000 16000000 14000000 12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0 Posisi Karet Dalam Nilai Produksi Pertanian, 2010 Sumber : FAO, 2012 Gambar 1. Posisi Ekonomi Karet dalam GDP Pertanian Berdasarkan data FAO (2012) terdapat 20 negara produsen karet terbesar di dunia. Tidak selalu negara produsen tersebut menjadi negara pengekspor karena sangat tergantuk jumlah permintaan di dalam negerinya. Pangsa produksi terbesar ditempati oleh Thailand, Indonesia dan Malaysia, dimana sekaligus pengekspor karet alam terbesar di dunia. Situasi ini sebenarnya menguntungkan bagi Indonesia menjadi sangat karena hanya bersaing dengan Thailand dan Malaysia. Indonesia diperkirakan hanya bersaing dengan utama Thalind, karena produksi karet di Malaysia diperkirakan akan terus mengalami penurunan karena kebijakan pemerintahnya mengalihkan sebagian areal tanaman karetnya menjadi areal kelapa sawit. Jika Indonesia juga membuat kebijakan serupa dengan Malaysia, maka posisi Indonesia pada urutan kedua akan sulit dipertahankan.

4 Tabel 1. Negara Produsen dan Pengekspor Karet di Dunia, 2010 No Negara Produksi Rank Net Trade Rank (ribu ton) Produksi (US $) ekspor 1 Thailand 3051780 1 12,808,588 1 2 Indonesia 2788300 2 7,702,604 2 3 Malaysia 858900 3 4,702,017 3 4 India 851000 4-550,739 16 5 Viet Nam 754482 5 678,976 4 6 China 690812 6-2,029,327 19 7 Philippines 395237 7 111,492 8 8 Brazil 221829 8-1,882,713 18 9 Côte d'ivoire 215000 9 607,991 5 10 Nigeria 143200 10-823,405 17 11 Sri Lanka 139300 11 529,168 6 12 Guatemala 97900 12 89,422 9 13 Liberia 62100 13 255,373 7 14 Cameroon 54864 14 32,179 10 15 Myanmar 44300 15 23,392 12 16 Cambodia 37500 16 29,920 11 17 Mexico 30800 17-2,749,808 20 18 Ecuador 15409 18-297,985 15 19 Ghana 15000 19-227,075 14 20 Guinea 14000 20 5,166 13 Sumber : FAO, 2012 dan ITC, 2012 Berdasarkan kenyataan bahwa terdapat 3 negara besar dalam karet, yakni Thailand, Indonesia dan Malaysia maka seyogyanya melihat perkembangan dalam aspek produksinya. Dilihat dari segi luar areal Indonesia mempunyai luas areal yang terbesar di dunia, diikuti Thailand dan Malaysia. Perkembangan luas areal Karet alam Indonesia dan Thailand terus meningkat antar waktu, sementara Malaysia mengalami penurunan semenjak tahun 1980an (Gambar2). Luar areal karet alam yang lebih besar dibandingkan dengan Thailnd tidak dikuti dalam produksi kareat, dimana produksi karet alam Thailand lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia (Gambar 3). Hal ini terjadi karena produktivitas karet alam Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan Thailand (Gambar 4). Keadaan ini mengindikasikan bahwa pengolaan usahatani karet di Thailand lebih baik dibandinhkan dengan Indonesia.

Ton 1961 1964 1967 1970 1973 1976 1979 1982 1985 1988 1991 1994 1997 2000 2003 2006 2009 Ton 5 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 Luas Areal Karet Negara Indonesia, Malaysia dan Thailand,2010 Indonesia Malaysia Thailand Sumber : FAO, 2012 Gambar 2. Perkembangan Areal Karet Indonesia, Thailand dan Malaysia Produksi Karet Alam Indonesia, Malaysia dan Thailand 3500000 3000000 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 Indonesia Malaysia Thailand Sumber : FAO, 2012 Gambar 3. Perkembangan Produksi Karet Indonesia, Thailand dan Malaysia Gambar 4 menunjukkan bahwa kenaikan produktivitas karet alam Indonesia sangat lambat. Keadaan ini diduga kuat karena umumnya diproduksi oleh petani dengan teknologi yang sangat sederhana dan kurangnya usaha-usaha peremajaan karet,

Ton/ha 6 Produktivitas Karet Alam Indonesia, Malaysia dan Thailand 20000 18000 16000 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 Indonesia Malaysia Thailand Sumber : FAO, 2012 Gambar 4. Perkembangan Produktivitas Karet Indonesia, Thailand dan Malaysia Ditinjau negara tujuan ekspor karet alam Indonesia umumnya didominasi pada negara tujuan USA, Japan dan China sedangkan pada negara negara lainnya relatif kecil (Tabel 2). Usaha-usaha peningkatan ekspor pada negara-negara yang masih rendah pangsa impornya patut dilakukan. Tabel 2. Distribusi Ekspor Karet Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan (%) Negara Tujuan 2007 2008 2009 2010 2011 USA 25.24 25.79 20.31 23.29 23.95 Japan 16.51 17.38 14.81 13.15 14.48 China 12.20 11.80 17.08 15.11 13.98 Republic of Korea 3.18 3.89 3.47 3.17 3.94 Singapore 6.30 5.74 4.57 4.56 3.76 Brazil 2.24 2.75 2.29 3.81 3.14 Germany 3.55 3.11 2.87 3.00 3.01 Canada 1.85 2.24 2.15 2.53 2.66 Netherlands 1.19 1.34 1.88 2.49 2.36 Turkey 1.60 1.53 1.62 2.10 2.35 France 1.73 1.79 1.35 1.77 2.31 India 1.74 1.02 2.71 3.33 2.29 Total 77.33 78.37 75.11 78.31 78.23 Sumber : diolah dari ITC (2012)

7 Daya Saing Ekspor Karet Indonesia Dalam rangka melihat daya saing ekspor dalam hal ini menggunakan tiga indikator, yakni : kemampuan produksi, kemampuan ekspor dan keungggulan komparatif di negaranya yang diukur dengan indeks Revealed Comparative Advantage (RCA). Hasil analisis untuk daya saing karet alam pada negara produsen utama ditunjukkan dalam Tabel 3. Tabel 3. Daya Saing Ekspor Karet Negara Produsen Uatama Indikator Z-Score Negara Pro Net Produksi Net Trade RCA RCA duksi Trade Kom posit Thailand 3051780 12808588 6.9 2.90 3.30 0.48 6.69 Indonesia 2788300 7702604 5.5 2.60 1.88 0.25 4.73 Malaysia 858900 4702017 3.7 0.38 1.04-0.05 1.37 India 851000-550739 0.7 0.38-0.42-0.56-0.60 Viet Nam 754482 678976 2.3 0.26-0.08-0.29-0.10 China 690812-2029327 0.9 0.19-0.83-0.53-1.17 Philippines 395237 111492 0.6-0.15-0.23-0.58-0.96 Brazil 221829-1882713 1-0.35-0.79-0.51-1.65 Côte d'ivoire 215000 607991 6.2-0.35-0.10 0.37-0.08 Nigeria 143200-823405 0.6-0.44-0.49-0.58-1.51 Sri Lanka 139300 529168 8.2-0.44-0.12 0.70 0.14 Guatemala 97900 89422 2.9-0.49-0.24-0.19-0.92 Liberia 62100 255373 26.9-0.53-0.19 3.86 3.13 Cameroon 54864 32179 2.3-0.54-0.26-0.29-1.09 Myanmar 44300 23392 2.7-0.55-0.26-0.22-1.03 Cambodia 37500 29920 1.4-0.56-0.26-0.44-1.26 Mexico 30800-2749808 0.5-0.57-1.03-0.59-2.19 Ecuador 15409-297985 0.2-0.58-0.35-0.64-1.58 Ghana 15000-227075 0.7-0.58-0.33-0.56-1.47 Guinea 14000 5166 6.3-0.59-0.26 0.38-0.47 Negara-negara yang mempunyai daya saing tinggi dalam karet berturut turut adalah Thailand, Indonesia, Liberia dan Malaysia. Jika Indonesia ingin meningkatkan daya saingnya dan mengalahkan Thailand, maka Indonesia harus melakukan peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas, peningkatan ekspor melalui diversifikasi negara tujuan disertai peningkatan kulaitas karet

8 alamnya, serta pengembangan daerah pada daerah dimana karet mempunyai keungggulan komparatif. KESIMPULAN 1. Karet alam di Indonesia memunyai nilai ekonomi yang tinggi karena menempati posisi urutan ketiga setelah padi dan kelapa sawit dalam GDP pertanian 2. Indonesia menempati urutan negara terbesar kedua setelah Thailand dalam aspek produksi dan ekspor karet alam 3. Indonesia mempunyai luas areal yang terbesar di dunia, diikuti Thailand dan Malaysia, namun jumlah produksi karet Indonesia lebih rendah dibandingkan Thailand lebih karena faktor produktivitas. 4. Negara-negara yang mempunyai daya saing tinggi dalam karet berturut turut adalah Thailand, Indonesia, Liberia dan Malaysia PUSTAKA Balassa, B. 1965. Trade Liberalization and Revealed Comparative Advantage. The Manchester School, 33, P99-123. International Trade Centre. 2012. Market Data and Information. ITC for Exporter. http://www.intracen.org Food and Agriculture Organization. 2012. Production and Trade. Faostat.org. http://www.fao.org George, T.K, Joseph, J. and J. Jacob. 2003. Global Trade and Tariff Policy on Rubber and Rubber Products Under The Wto Regime. Economic Research Division. Rubber Research Institute Of India