BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

dokumen-dokumen yang mirip
Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

Nama : Novita Jewanti Sabila Nim : TATARAN LINGUISTIK ( 2 ): MORFOLOGI 5.1. MORFEM

TATARAN LINGUISTIK (2) MORFOLOGI

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014.

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB 2. LINGUISTIK SEBAGAI ILMU

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RESUME BUKU LINGUISTIK UMUM KARYA ABDUL CHAER. Disusun oleh : Sukrisno Santoso A

BAB II LANDASAN TEORI

MORFOLOGI LAPORAN. Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak Drs.Prana D. Iswara, M.P.d. selaku Dosen Mata Kuliah Kebahasaan.

Morfem Alomorf. Morfologi adalah studi gramatikal mengenai struktur internal kata. Struktur Internal Kata. Definisi Morfologi MORFOLOGI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA KOREA KE DALAM BAHASA INDONESIA

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Fonologi Dan Morfologi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B )

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

BAB I PENDAHULUAN. Proses morfologi memunyai tugas untuk membentuk kata. Sebagian besar

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA OGAN DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA MURID SEKOLAH DASAR. Oleh: Dewi Sri Rezki Cucu Sutarsyah Nurlaksana Eko Rusminto

BAB I PENDAHULUAN. (2012: ) menjelaskan pengertian identitas leksikal berupa kategori kelas kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian Terhadap Masalah yang Relevan Sebelumnya

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain dapat berbeda bergantung pada aliran linguistik apa yang mereka anut.

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA INTISARI

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

MORFOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Dosen Dr. Prana D Iswara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Chaer (2008:25) mengemukakan bahwa proses morfologi pada dasarnya adalah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan juga karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Menurut Abdul Chaer setiap bahasa mempunyai sarana atau alat gramatikal tertentu untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal (Abd

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sebagai

THE AFFIXATION OF JAVA LANGUAGE KRAMA INGGIL DIALECT OF EAST JAVA IN THE VILLAGE SUAK TEMENGGUNG DISTRIC OF PEKAITAN ROKAN HILIR

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Kebutuhan Analisis Masalah

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

PADANAN VERBA DEADJEKTIVAL BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL PUSPA RINONCE DAN LAYANG SRI JUWITA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

Transkripsi:

Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak mengenal konsep maupun istilah morfem, sebab morfem bukan bagian sintaksis dan tidak semua morfem mempunyai makna secara filosofis. 5.1.1 Identifikasi Morfem Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut dengan bentuk lain. Jika bentuk tersebut bisa hadir secara berulang ulang dengan bentuk lain maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem. Contoh: 1) Kelima Ketujuh Kedelapan Semua bentuk pada daftar diatas dapat disegmentasikan dan mempunyai makna yang sama yaitu menyatakan tingkat atau

derajat. Bentuk ke pada daftar diatas merupakan bentuk terkecil yang berulang ulang dan mempunyai makna yang sama, bisa disebut morfem. 2) Ke pasar Ke dapur Ke terminal Bentuk ke pada daftar diatas dapat disegmentasikan sebagai satuan tersendiri dan mempunyai arti yang sama yaitu menyatakan arah atau tujuan. Dengan demikian ke pada daftar diatas juga sebuah morfem. Makna bentuk ke pada kelima dan kepasar tidak sama. Keduanya merupakan dua buah morfem yang berbeda, meskipun bentuknya sama. Jadi, ciri sebuah morfem adalah mempunyai kesamaan arti dan kesamaan bentuk. 5.1.2 Morf dan Alomorf Perhatikan deretan bentuk berikut! Melihat Merasa Membawa Membantu Mendengar Menduda Menyanyi Menyikat Menggali Menggoda

Mengelas Mengetik Kita bisa melihat ada bentuk bentuk yang mirip dan maknanya juga sama, antara lain Me pada melihat dan merasa berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan (l) dan (r) Mem pada membawa dan membantu berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan ( b) dan ( p) Men pada mendengar dan menduda berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan ( d) dan ( t) Meny pada menyanyi dan menyikat berdistribusi pada bentuk dasar yang fonem awalnya konsonan ( s) Meng pada menggali dan menggoda berdistribusi pada bentuk dasar yang ekasuku Alomorf adalah perwujudan konkret dari sebuah morfem. Morf dan alomorf adalah dua buah nama pada bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya. Alomorf adalah nama untuk bentuk yang sudah diketahui status morfemnya. 5.1.3 Klasifikasi Morfem Morfem diklasifikasikan berdasarkan kebebasannya, keutuhannya, maknanya dan sebagainya. 5.1.3.1 Morfem bebas dan Morfem terikat Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. Contoh: pulang, makan, dan rumah adalah termasuk morfem bebas. Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dengan morfem lain tidak dapat

muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa Indonesia adalah morfem terikat. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa hal yang perlu dikemukakan tentang morfem terikat. Pertama, bentuk bentuk seperti juang, henti, dan gaul juga termasuk morfem terikat karena tidak dapat muncul dalam pertuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Kedua, bentuk bentuk seperti baca, tulis, dan tending termasuk berikut prakategorial, karena merupakan pangkal kata, sehingga baru bisa muncul dalam peraturan sesudah mengalami proses morfologi. Ketiga, bentuk bentuk seperti renta (yang hanya muncul dalam tua renta) juga termasuk morfem terikat karena hanya bisa muncul dalam pasangan tertentu disebut juga morfem unik. Keempat, secara morfologi bentuk bentuk proporsi dan konjungsi termasuk morfem bebas. 5.1.3.2 Morfem Utuh dan Morfem Terbagi Morfem utuh merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh: (meja), (kursi), (henti) dan (juang). Morfem terbagi merupakan dua bagian yang terpisah karena disisipi morfem lain. Semua afiks yang disebut konfiks dan infiks termasuk morfem terbagi. 5.1.3.3 Morfem Segmental dan Suprasegmental Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonemfonem segmental, seperti morfem (lihat), (lah), (sikat), dan (ber). Jadi semua morfem yang berwujud bunyi adalah morfem segmental.

Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsurunsur supra segmental, seperti tekanan, nada, durasi dan sebagainya. 5.1.3.4 Morfem beralomorf Zero Adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmetal), melainkan berupa kekosongan. Lambangnya berupa ø. Misal: Bentuk sheep morfem (ø). bentuk jamaknya adalah morfem (sheep) dan 5.1.3.5 Morfem bermakna leksikal dan Morfem tidak bermakna leksikal Adalah morfem morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dulu dengan morfem lain. Misal: (kuda), (pergi), (lari), dan (merah). Morfem tak bermaksud leksikal Tidak mempunyai makna apa apa pada dirinya sendiri Misal: morfem morfem afiks seperti (ber ), (me ), (ter). Morfem dasar, bentuk dasar, pangkal (stem), dan akar (root) Morfem dasar, bentuk dasar, pangkal dan akar adalah empat istilah yang biasa digunakan kajian morfologi. Istilah morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfe, afiks. Contoh: (juang), (kucing), (sikat)

bebas dasar terikat Morfem dasar Afiks Sebuah morfem dasar dapat menjadi sebuah bentuk dasar atau dasar (base) dalam suatu proses morfologi Bisa diberi afiks dalam suatu proses afiksasi Bisa diulang dalam suatu proses reduplikasi Bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi Pangkal (stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infeksi atu proses pembukuan afiks inflektif. Akar (root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis dan lebih jauh lagi. Artinya akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya baik afiks infleksional maupun afiks denvasionalnya di sanggahan. Kata Para tata bahasawan tradisional mengartikan kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai satu arti. Klasifikasi kata Adalah penggolongan kata, atau penjenisan kata. Para tata bahasawan menggunakan criteria makna dan criteria fungsi. kriteria makna: digunakan untuk mengidentifikasikan kelas: verba kerja kata

nomina kata benda ajektifa kata sifat kriteria fungsi: digunakan untuk mengidentifikasikan proposisi, konjungsi, adverbial, pronominal klasifikasi kata itu perlu, sebab dengan mengenal kelas sebuah kata, yang dapat kita identifikasikan dari cirri cirinya, kita dapat memprediksi penggunaan atau pendistribusian kata itu didalam ujaran. Pembentukan kata Inflektif Perubahan atau penyesuaian bentuk verba disebut konjugasi, dan perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektiva disebut deklinasi. Derivatif Pembentukan kata secara derivative membentuk kata baru, kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya. Proses morfemis: 1) afiksasi: Pembentukan kata secara pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Infiks: afiks yang diimbuhkan ditengah bentuk dasar Sufiks: afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir bentuk dasar Konfiks: afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar dan bagian yang kedua berposisi pada akhir Interfiks: sejenis infiks atu elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsure

Transfiks: afiks yang berwujud vocal vokal yang diimbuhkan pada keseluruhan dasar. 2) Reduplikasi Adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. 3) Komposisi Adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identifikasi leksikal yang berbeda atau yang baru 4) Konversi Modifikasi internal dan suplei Konversi sering juga disebut derivasi zero, transmutan, dan transposisi adalah suatu proses pembentukan kata dan sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental Modifikasi internal proses pembentukan kata dengan penambahan unsur unsur ke dalam morfem yang berkerangka tetap. 5) Pemendekan Adalah proses penanggalan bagian bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap samara dengan makna utuhnya. 6) Produktivitas proses morfemis Adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi Morfonemik

Disebut juga morfonemik, morfologi, atau morfonologi, atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologi, baik afiksasi, reduplikasi maupun komposisi. proses peluluhan fonem dapat dilihat dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me pada kata sikat, dimana fonem is / pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal / ny / dan prefiks tersebut. proses perubahan fonem dapat dilihat pada proses pengimbuhan prefiks ber pada kata agar dimana fonem /r/ dan prefiks itu berubah menjadi fonem /l/ proses pergeseran fonem adalah pindahnya sebuah fonem dan silabel yang satu ke silabel yang lain biasanya ke silabel berikutnya.