BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

dokumen-dokumen yang mirip
Institut Teknologi Padang Jurusan Teknik Elektro BAHAN AJAR SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK. TATAP MUKA XV. Oleh: Ir. Zulkarnaini, MT.

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

Percobaan 6 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

Percobaan 8 Kendali 1 Motor 3 Fasa Bekerja 2 Arah Putar dengan Menggunakan Timer Delay Relay (TDR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

PRAKTIKUM 1: SISTEM PENTANAHAN /GROUNDING -PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

4.3 Sistem Pengendalian Motor

THERMAL OVERLOAD RELAY (TOR/TOL)

Satellite SISTEM PENTANAHAN MARYONO, MT

BAB III PENGASUTAN MOTOR INDUKSI

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Percobaan 5 Kendali 3 Motor 3 Fasa Bekerja Secara Berurutan

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

BAB II LANDASAN TEORI

RELAI ARUS LEBIH TAK BERARAH RELAI ARUS LEBIH BERARAH. Ihs1. F2 Ihs2 OCR. Ihs1 OCR. Ihs2 TRIP PMT ELEMEN ARAH ELEMEN OCR

BAB II LANDASAN TEORI

HANDOUT KENDALI MESIN LISTRIK

SISTEM PROTEKSI RELAY

Pengenalan Simbol-sismbol Komponen Rangkaian Kendali

BAB III KEBUTUHAN GENSET

SISTEM PROTEKSI PADA GENERATOR

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi

1. Proteksi Generator

MAKALAH. TIMER / TDR (Time Delay Relay)

SMK Negeri 2 KOTA PROBOLINGGO TEKNIK KETENAGALISTRIKAN MENGENAL SISTEM PENGENDALI KONTAKTOR

SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK. Hasrul Bakri Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT UNM. Abstrak

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

GROUNDING SISTEM DALAM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 20 KV

Pelatihan Sistem PLTS Maret PELATIHAN SISTEM PLTS PROTEKSI DAN KESELAMATAN KERJA Serpong, Maret Oleh: Fariz M.

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kelistrikan

RELE (Relay) Ramadoni Syahputra. Jurusan Teknik Elektro FT UMY

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN. fasa dari segi sistim kelistrikannya maka dilakukan pengamatan langsung

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10. Proteksi relay / peralatan yang digunakan tergantung pada ukuran, kepentingan dan konstruksi (tekan changer jenis) dari trafo.

Kegiatan Belajar 2 : Memahami cara mengoperasikan peralatan pengendali daya tengangan rendah

DASAR KONTROL KONVENSIONAL KONTAKTOR

CONTOH SOAL TEORI KEJURUAN KOMPETENSI KEAHLIAN : TEKNIK INSTALASI TENAGA LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI KOMPONEN UTAMA

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI

PEMBUATAN MODUL SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK SEBAGAI ALAT PRAKTIKUM DI LABORATORIUM TEKNIK KONVERSI ENERGI

MACAM RELAI PROTEKSI Klasifikasi relai proteksi bila ditinjau dari prinsip kerjanya dapat dibagi dalam 5 macam, yakni :

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

PENGISI BAK PENAMPUNGAN AIR OTOMATIS MENGGUNAKAN KERAN SELENOID BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Di Susun Oleh: Putra Agustian

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

BAB II DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK

1. BAHAYA LISTRIK DAN SISTEM PENGAMANANNYA

SISTEM PROTEKSI PADA MOTOR INDUKSI 3 PHASE 200 KW SEBAGAI PENGGERAK POMPA HYDRAN (ELECTRIC FIRE PUMP) SURYA DARMA

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan

BAB II LANDASAN TEORI

RELE ARUS LEBIH (OVERCURRENT RELAY)

Kursus Kelistrikan Kapal : Berdurasi 5 hari (40 Jam) 45 Menit. Membahas

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH


BAB III LANDASAN TEORI

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

RANCANG BANGUN SIMULAOTOR PENGASUTAN LANGSUNG DOUBLE SPEED MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS PLC OMRON CP1L-20 DR-A

APLIKASI KONTAKTOR MAGNETIK

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Makalah Seminar Kerja Praktek APLIKASI SISTEM PENGAMAN ELEKTRIS UTAMA PADA GAS TURBIN GENERATOR PLTGU

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian tenaga listrik saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB III PERANCANGAN PANEL KONTROL PENERANGAN. yang dibikin dipasaran menggunakan sistem manual saja, atau otomatis

BAB II LANDASAN TEORI

RANGKAIAN DASAR KONTROL MOTOR LISTRIK

BAB II DASAR TEORI. Iwan Setiawan, Wagiman, Supardi dalam tulisannya Penentuan Perpindahan

BAB II LANDASAN TEORI

OCR/FGR untuk mendeteksi gangguan fasa-fasa dan fasa-tanah.

Starter Dua Speed Untuk Motor dengan Lilitan Terpisah. (Separate Winding)

BAB III LANDASAN TEORI

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Dasar Rangkaian Listrik

DTG1I1. Bengkel Instalasi Catu Daya dan Perangkat Pendukung KWH METER DAN ACPDB. By Dwi Andi Nurmantris

Apa itu Kontaktor? KONTAKTOR MAGNETIK / MAGNETIC CONTACTOR (MC) 11Jul. pengertian kontaktor magnetik Pengertian Magnetic Contactor

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

Bagian 3 Proteksi untuk keselamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bagian 2 Persyaratan dasar

Percobaan 3 Kendali Motor 3 Fasa 2 Arah Putar


Transkripsi:

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan tegangan yang melebihi settingan relay yang digunakan dan relay tegangan kurang (Under Voltage Relay ) bekerjanya berdasarkan turunnya tegangan mencapai/ dibawah nilai settingan relay yang digunakan. Relay tegangan lebih banyak digunakan untuk, 1. Gangguan fasa ketanah atau pergeseran titik netral pada jaringan yang disuplay dari transformator tenaga dimana titik netralnya ditanahkan melalui tahanan tinggi atau mengambang. 2. Untuk pengaman gangguan fasa ke tanah dari stator generator dimana titik netral generator ditanahkan lewat transformator distribusi 113

3. Untuk mengamankan putaran lebih pada generator, karena kalau terjadi putaran lebih (naik) pada generator maka tegangan akan menjadi naik pula Relay tegangan kurang digunakan untuk, 1. Untuk mencegah starting motor bila tegangan yang digunakan turun. 2. Pengaman sistem yang dapat dikombinasikan dengan relay frekuensi kurang. 9.1.2 Prinsip kerja relay tegangan lebih 1. Asas elektromekanik (induksi piringan) KUMPARAN LAGGING KUMPARAN UTAMA SETTING TRANSFORMATOR PIRNGAN Gambar 9.1 Prinsip kerja relay tegangan lebih elektromekanik Apabila kumparan utama diberi tegangan lewat transformator maka akan timbul arus dan apabila arus ini melampaui besarnya dari yang ditentukan akan timbul torsi pada piringan (disk), maka pringan ini akan berputar sampai kontaknya menutup 2. Asas elektronik (statik) 114

V ref V PT bantu Vin Vou RL R Level detector Gambar 9.2 Prinsip kerja relay tegangan lebih statik Bila tegangan input (Vin) lebih besar dari tegangan level detector (Vref) maka akan muncul tegangan output, karena adanya tegangan output ini (Vout) maka relay RL akan menutup kontaknya. Untuk pengaturan relay dengan penundaan waktu, maka pada rangkaian diatas dapat ditambahkan rangkaian timer. Pada prinsipnya relaya tegangan ini hampir sama dengan relay arus perbedaannya adalah pada penempatan relay ini. 9.2. PROTEKSI ARUS BOCOR 9.2.1 Pendahuluan Arus bocor bumi dapat disebabkan oleh karena terjadinya kegagalan isolasi listrik dari jaringan listrik atau peralatan atau dapat juga disebabkan oleh tersentuhnya bagian bertegangan rangkaian atau peralatan listrik. Tersentuhnya bagian bertegangan bisa terjadi akibat sentuhan langsung (direct contact) atau sentuhan tidak langsung (indirect contact). Kontak langsung (direct contact) adalah tersetuhnya bagian bertegangan dari peralatan listrik. Kontak tidak langsung (indirect contact) adalah tersentuhnya bagian konduktor yang dengan tidak disengaja menjadi bertegangan sebagai akibat kegagalan isolasi. 9.2.2 Sistem pembumian 115

Besarnya arus bocor bumi, resiko yang bisa ditimbulkan dan jenis proteksi yang dibutuhkan sangat tergantung sekali kepada sistem pembumian (grounding system) dari instalasi listrik. Ada tiga jenis sistem pembumian : 1. Sistem pembumian TT : titik bintang (netral) dari trafo sumber dihubungkan ke bumi, dan frame dari peralatan atau beban dihubungkan ke bumi. 2. Sistem pembumian TN : titik bintang dari trafo dihubungkan ke bumi, dan frame dari peralatan dihubungkan ke kawat netral. 3. Sistem pembumian IT : titik bintang atau netral dari trafo sumber tidak dibumikan (di isolasi) dengan bumi, sedangkan frame dari peralatan listrk dihubungkan ke bumi. Apapun sistem pembumian yang dipilih, dibutuhkan suatu gawai proteksi gangguan arus bocor bumi sebagai proteksi untuk keselamatan manusia atau peralatan dan harta benda. Arus bocor bumi disamping berbahaya terhadap keselamatan manusia dan peralatan atau harta benda, pada tingkat arus gangguan tertentu bisa menyebabkan gangguan keseimbangan phase. Pada sistem pembumian TT dan TN sangat direkomendasi untuk memasang gawai proteksi arus bocor bumi. Untuk sistem pembumian IT diperlukan gawai pemonitor insulasi untuk mengantisipasi gangguan kedua (karena pada gangguan pertama tidak mempengaruhi sistem jaringan listrik) Gambar 9.3 Sistem pembumian motor 9.2.3 Proteksi manusia dan peralatan Bahwa 30% gangguan listrik pada instalasi bukan disebabkan oleh beban lebih ataupun hubung singkat, tetapi akibat gangguan isolasi. Perlengkapan isolasi dan 116

pengkabelan yang buruk, atau alat yang dipakai salah, dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan (api) dan manusia (kematian). Akibat utama dari gangguan arus yang melalui konduktor atau alat lain yang tidak diharapkan untuk menerima arus adalah peningkatan suhu yang tidak normal. Suhu yang tinggi ini dapat menyebabkan kerusakan pada kabel atau bahkan percikan api pada material, lalu terbakar. Hal ini terjadi pada manusia dan disebut juga Electrocution. Electrocution ialah mengalirnya arus ke tubuh manusia, dan sangat berbahaya. Aliran arus merusak dua fungsi tubuh yang vital : pernapasan dan detak jantung. Penelitian menyatakan skala resiko berdasarkan dua faktor : arus pengenal dan lamanya waktu kontak. Gambar 9.4 Arus pengenal dan lama waktu arus listrik terhadap manusia Keterangan : 1. Kesemutan 2. Getaran kejut (tidak berbahaya) 3. Gangguan pada sistim pernafasan 117

4. Kontraksi pada jantung (bersifat mematikan tetapi biasanya masih dapat disembuhkan) 5. Denyutan jantung kacau (berhenti) 1. Proteksi manusia Kontak langsung Terjadi bila manusia memegang langsung kawat atau kabel fase bertegangan. Pengamanan terhadap resiko kontak langsung dapat berupa : - isolasi kabel fase tegangan - boks panel, dll. Tetapi bagaimanapun sangatlah direkomendasikan adanya pengaman tambahan, dengan kata lain menggunakan gawai arus bocor untuk mencegah berbagai resiko masuknya listrik kedalam tubuh manusia. Untuk itu, standar IEC kini sudah menetapkan pemasangan gawai arus bocor dengan sensitifitas 30 ma jika pengaman manusia dibutuhkan. (soket, instalasi listrik kamar mandi dll.). Dimana gawai arus bocor akan otomatis trip apabila arus bocor yang terdeteksi melebihi ambang batas 30 ma. Gambar 9.5 30 ma untuk proteksi tegangan sentuh langsung 2. Pengaman Peralatan Pengaman api 118

Telah diketahui bahwa arus 500mA pada dua titik kontak dua logam bertegangan yang berdekatan dapat menimbulkan percikan api. Apapun sistem pembumian yang digunakan untuk pengaman terhadap api haruslah dilengkapi dengan sensitifitas pengaman : In < 300mA Gambar 9.6 Arus bocor 270 ma cukup untuk menimbulkan api 30 ma untuk proteksi bahaya kebakaran Untuk memilih gawai arus bocor, yang harus diperhatikan adalah fungsi dari masingmasing gawai arus bocor tersebut. ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) Produk ini hanya mempunyai satu fungsi, mendeteksi arus bocor. Tidak terdapat pengaman thermal dan magnetis, sehingga ELCB harus diamankan terhadap hubung singkat oleh MCB sisi atasnya. ELCB tidak boleh dipasang apabila kemungkinan hubung singkat melebihi 6 ka. ELCB dapat dipadukan dengan alat bantu (auxiliary) seperti OFS, MX, MN yang menyediakan fasilitas signaling jarak jauh dan trip jarak jauh. ELCB mempunyai mekanisme trip tersendiri dan juga dapat dioperasikan secara manual seperti saklar. Alat ini digunakan jika pengaman arus bocor dibutuhkan pada sekelompok sirkit yang maksimum terdiri dari 4 sirkit. 119

Gambar 9.7 ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) DPNa Vigi (kombinasi MCB / ELCB) DPNa Vigi merupakan kombinasi dari MCB (Ph + N) dan pendeteksi arus bocor. DPNa Vigi sangat berguna apabila pengamanan penuh terhadap hubung singkat, beban lebih dan arus bocor dibutuhkan pada sirkit tunggal. Kapasitas pemutusan maksimum 4,5 ka (SPLN 108 / SLI 175) atau 6 ka (IEC 60947-2). Gambar 9.8 (kombinasi MCB / ELCB) 120

Modul Vigi (rele arus bocor) Diklasifikasikan sebagai alat bantu MCB. Pendeteksi arus bocor tambahan yang dikombinasikan dengan MCB. Modul Vigi tidak mempunyai mekanisme trip. Modul Vigi mengirimkan perintah secara mekanis ke MCB seperti alat bantu lainnya. Modul Vigi dapat dipasang di lapangan. Alat ini digunakan pada bangunan komersial dan aplikasi industri jika hubung singkat tinggi dan MCB harus dipasang dengan baik. 9.3 PROTEKSI SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.3.1 Pendahuluan Tegangan surja, yang sering disebut spike (paku) atau transien umumnya terjadi pada kebanyakan jaringan listrik berupa kenaikan tegangan yang sangat cepat. Terjadinya tegangan surja dapat disebabkan oleh petir atau gerakan switching (penyambungan-pemutusan) dari kontaktor, pemutus tenaga, thiristor dan switching kapasitor. Tegangan surja tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada peralatan listrik akibat adanya tekanan pada komponen isolasi yang jauh di luar batas tegangannya. Penahan surja Multi 9 (ST) yang dirancang untuk membelokkan surja dengan cara penggabungan beberapa komponen Metal Oxyde Varistor (MOV), memberikan pengamanan terhadap tegangan surja tersebut pada : - peralatan elektronik rumah tangga : televisi, oven, lemari es, komputer, dll. - peralatan elektronik industri : PLC, kontrol motor, mesin, pompa, dll. Gambar 9.9 Tegangan lebih akan muncul saat penyambungan beban 121

STD memotong tegangan lebih yang tersisa dari sisi bawah STM Gambar 9.10 Tegangan lebih akan muncul saat petir terjadi 9.3.2 Aplikasi Penahan Surja Instalasi pada bangunan komersial dan industri - STH, dipasang pada tiap panel utama dimana biasa terjadi tegangan transien yang disebabkan petir dengan tingkat resiko yang sangat tinggi (arus pengalihan maks = 65 ka). - STM, dipasang pada tiap panel utama dimana biasa terjadi tegangan transien yang disebabkan petir dengan tingkat resiko yang cukup tinggi (arus pengalihan maks = 40 ka). - STD, dipasang pada tiap panel distribusi akhir dimana biasa terjadi tegangan transien yang disebabkan petir dengan tingkat resiko yang sedang, biasanya dipasang secara kaskading dengan STM atau STH untuk membatasi tegangan lebih pada sisi bawah STM atau STH (Daya pengalihan STD = 10 ka ). - Bila sebuah panel distribusi menyuplai panel lainnya, diperlukan penahan surja pada tiap panel tambahan jika jarak antara panel-panel tersebut lebih dari 10 m. Seperti gambar 9.11 dibawah. 122

Gambar 9.10 Pemasangan STD dan STM pada panel o Instalasi domestik (perumahan) - Dipasang pada panel distribusi. - Sangat dianjurkan menggunakan STM untuk menjamin pengaman terbaik dengan daya pengalihanyang besar. Gambar 9.11 Pemasangan STM pada panel 123

9.3.3 Pemilihan Surge Arrester. Apabila sistem pembumian yang digunakan TNC (Netral & kawat pembumian tergabung) maka ST yang harus digunakan STD / STM / STH atau PRD 1 kutub (1p) atau 3 kutub (3p). Gambar 9.12 Pemasangan urge arrester 3p Apabila sistem pembumian yang digunakan : TNS (Netral & kawat pembumian terpisah) maka ST\ yang digunakan : STD / STM / STH atau PRD 1 kutub + N (1p+N) atau 3 kutub + N (3p+N). Gambar 9.12 Pemasangan urge arrester 3p +N 124

9.3.4 Surge Arrester STM / STD / STH (tipe fixed) Pengaman peralatan listrik & elektronik terhadap tegangan transien yang disebabkan oleh petir. STH : penahan surja untuk panel utama STM : penahan surja untuk panel utama atau panel rumah bila tidak ada pengaman surja di sisi atas STD : penahan surja untuk panel distribusi/sekunder Sekring internal pada ST menjaga agar peralatan tidak tersambung terus menerus ke bumi saat terjadi tegangan lebih atau surja yang lama dan melebihi nilai pengenalnya. Dapat dilihat pada gambar dibawah Gambar 9.12 Bentuk pengaman surja arrester 125