BAB V. CONTINUOUS CONTACT

dokumen-dokumen yang mirip
ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

BAB IV. PERHITUNGAN STAGE CARA PENYEDERHANAAN (Simplified Calculation Methods)

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

PACKED BED ABSORBER. Dr.-Ing. Suherman, ST, MT Teknik Kimia Universitas Diponegoro. Edisi : Juni 2009

BAB II. KESEIMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III. PERHITUNGAN STAGE SEIMBANG

Lebih Jauh tentang Absorpsi Gas dan Pembahasan CONTOH: Soal #2

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

PERANCANGAN ALAT PROSES ABSORBER. Oleh : KELOMPOK 17

KOLOM BERPACKING ( H E T P )

PMD D3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo,, DEA. DTK FTUI Nopember, 2014

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Materi kuliah OTK 3 Sperisa Distantina EKSTRAKSI CAIR-CAIR

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

SATUAN OPERASI-2 ABSORPSI I. Disusun Oleh:

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

PEMISAHAN CAMPURAN ETANOL - AMIL ALKOHOL - AIR DENGAN PROSES DISTILASI DALAM STRUCTURED PACKING DAN DEHIDRASI MENGGUNAKAN ADSORBENT

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN

packing HETP meningkat dengan beban (loading) dalam structured packing

Bab VI. CAMPURAN MULTI KOMPONEN

Kolom pemisahan. stripper. absorber. distilasi

NME D3 Sperisa Distantina BAB II NERACA MASSA

BAB I PENDAHULUAN NERACA MASSA DAN ENERGI

Matematika Teknik Kimia III (Process Modeling and Simulation)

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL.

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

PMD D3 Sperisa Distantina

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

BAB II LANDASAN TEORI

REDUKSI AMONIUM NITROGEN (NH 3 -N)PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI BUMBUMASAKDENGAN METODE STRIPPING UDARA

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

Aplikasi data keseimbangan uap-cair: 1. Penentuan kondisi jenuh, seperti uap jenuh dan cair jenuh. 2. Penentuan jumlah stage pada Menara Distilasi.

DISTILASI 08/03/2018 Nur Istianah-KP1-Distilasi-2015

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

PENGANTAR TRANSFER MASSA

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

Universitas Gadjah Mada

Materi kuliah OTK 3 S1 Sperisa Distantina

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia II Kolom Berpacking (HETP) BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

Hukum Kesetimbangan Distribusi

PERANCANGAN TRAY TOWER. Asep Muhamad Samsudin

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Gambar 1 Open Kettle or Pan

Teknologi Pengolahan Pencemar Udara

a. Pengertian leaching

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada proses pengeringan terjadi pula proses transfer panas. Panas di transfer dari

Sulistyani M.Si

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

Kesetimbangan Fasa Bab 17

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

E V A P O R A S I PENGUAPAN

OPTIMALISASI PEMISAHAN UAP AIR DALAM NATURAL GAS (GAS ALAM) Lilis Harmiyanto. SST* ) Abstrak

BAB I DISTILASI BATCH

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS)

PEMILIHAN TIPE KOLOM PEMISAH. Asep Muhamad Samsudin

TUTORIAL III REAKTOR

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan 4/23/2013. Sifat Fisik Bahan Pangan. Unit Surface Conductance (h) Latent heat (panas laten) h =

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TL 2104 PTL TL 2104 PENGANTAR TEKNIK LINGKUNGAN. Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung

STUDY PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA PADA EVAPORASI NIRA DI DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

BAB IV PROSES DENGAN SISTEM ALIRAN KOMPLEKS

HUKUM RAOULT. campuran

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PROSES DESORPSI GAS KHLOR DALAM LARUTAN SODIUM HYPOKHLORIT DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR TRICKLE BED

Salah satu aplikasi data keseimbangan uap-cair adalah analisis flash distillation. FLASH DISTILATION

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR LAMPIRAN...xi

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

KESETIMBANGAN FASE DALAM SISTEM SEDERHANA (ATURAN FASE)

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI KOTORAN SAPI MENGGUNAKAN KOLOM FIXED BED SECARA KONTINYU

TRANSPORT MOLEKULAR TRANSFER MOMENTUM, ENERGI DAN MASSA RYN. Hukum Newton - Viskositas RYN

Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 2 EQUILIBRIUM STILL

Kata Kunci : COSORB, synthesis gas, secondary reformer, CO Absorber (T201), CO Stripper (T202), delta pressure, unscheduled shutdown

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir.

Jaringan Pertukaran Massa dengan 2-Rich Stream dan 2-Lean Stream pada Kolom Absorber Terintegrasi Sweetening COG

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangangan Pabrik HPAM dari Monomer Acrylamide Kapasitas ton/tahun

Transkripsi:

BAB V. CONTINUOUS CONTACT Operasi pemisahan continuous contact secara prinsip berbeda dengan stage wise contact. Pada operasi pemisahan ini, kecepatan perpindahan massa berlangsung saat kedua fasa tersebut berkontak atau ada perubahan konsentrasi sebagai fungsi posisi. Oleh karena itu pada operasi pemisahan ini, konsep rate processes memegang peran penting. Proses continous contact dapat digunakan pada: 1. Proses dua fluida yang saling berkontak. Bahan isian berupa inert yang merupakan media kontak antara dua fluida tersebut, misalnya pada proses: 1. Absorbsi 2. Distilasi 3. Ekstraksi 4. Stripping 2. Proses perpindahan massa antara fasa padatan dengan fluida yang mengalir di antaranya, misalnya pada fasa adsorpsi atau ion exchange. Pada cara kontak ini biasanya padatan disusun dalam kolom (fixed bed) dan fluida dialirkan melewati tumpukan padatan dalam kolom tersebut. Universitas Gadjah Mada 1

Keuntungan dan kerugian proses kontak dengan stage wise dan kontinyu, adalah sebagai berikut: Stage wise Continous P besar P kecil L>>> tidak flooding Mudah terjadi flooding untuk L tertentu Mudah dibersihkan Tergantung bahan platenya (biasanya dari logam) Untuk D yang kecil lebih mahal Relatif sulit Tidak korosif karena biasanya bahan isiannya terbuat dari plastik atau keramik. Untuk D yang kecil Iebih murah Bahan isian harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: o Luas permukaan bidang transfer per unit volum harus besar (luas permukaan yang dapat terbasahi oleh cairan besar untuk per satuan volum) o Tumpukan bahan isian porositasnya harus besar ( P lebih kecil) o Tidak korosif o Bulk density rendah o Murah Jenis bahan isiannya adalah: o Raschig ring o Intalog saddle o Pall ring o Cyclohelix spiral ring o Berl saddle o Lessing ring o Cross-partition ring Gambar dari sebagian jenis bahan isian dapat dilihat pada gambar berikut ini (Foust, et.al., 1980): Universitas Gadjah Mada 2

Universitas Gadjah Mada 3

Karakteristik fisis bahan isian dapat dilihat pada tabel berikut ini (Foust, et.al; 1980): Tabel V.1. Karakteristik Fisis Bahan Isian: Packing Percent Voids ( ) Specific Surface (a v ) ft 2 /ft 3 Packing factor Dumped weight lb/ft 3 Raschig rings keramik (inci) 73 240 1600 46 63 111 580 54 1 73 58 155 40 2 74 28 65 38 Raschig rings metal (1/16 in. wall) 73 118 410 132 1 85 57 137 71 2 92 31.4 57 37 Ben saddles (inci) 60 274 900 56 63 142 240 54 1 69 76 110 45 2 72 32 45 40 Pall rings (inci) 1 93.4 66.3 48 33 2 94.0 36.6 20 27.5 Cyclohelix dan single spiral (inci) 58 40 60 4 60 32 61 6 66 21 59 Universitas Gadjah Mada 4

Bahasan Kuantitatif di Tumpukan Bahan Isian Neraca massa komponen pada ketinggian Z (dari posisi 0 sampai dengan posisi Z) Persamaan ini merupakan garis operasi yang berlaku untuk x dari x 1 sampai dengan x 2 dan untuk y dari y 1 sampal dengan y 2. Persamaan garis operasi ini bukan merupakan kurva (garis tidak lurus) karena V dari L selalu berubah terhadap perubahan konsentrasi atau posisi. Pada kasus tertentu yaitu untuk larutan yang sangat encer, besarnya L dan V dapat dianggap tetap, sehingga garis operasi merupakan garis lurus. Kecepatan perubahan konsentrasi komponen pada masing-masing fasa sama dengan kecepatan perpindahan massa komponen ke atau dari fasa tersebut. Review Konsep Kecepatan Perpindahan Massa dengan: A = luas permukaan bidang transfer Untuk permukaan-permukaan yang sulit diukur (tumpukan bahan isian) nilai A sulit ditentukan, untuk itu diajukan konsep perpindahan massa volumetris seperti berikut: Universitas Gadjah Mada 5

Two Film Theory Persamaan kecepatan perpindahan massa: Nilai x i dan y i sulit ditentukan (y i = H, x i ), oleh karena itu diajukan model 1 film gabungan (di fasa cair saja atau dari fasa gas saja). Persamaan kecepatan perpindahan massa dapat dituliskan sebagai berikut: Cair: Universitas Gadjah Mada 6

Gas : Hubungan antara koefisien perpindahan massa total dan individual: Penyederhanaan untuk proses-proses kecepatan yang berlangsung secara paralel seperti kasus di atas, kecepatan yang cepat dapat diabaikan pengaruhnya. Oleh karena itu dapat diambil cara penyederhanaan seperti berikut ini: 1. Untuk nilai k' x yang jauh lebih besar daripada k' y, maka nilai 2. Untuk nilai k' y yang jauh lebih besar daripada k' x, maka nilai 3. Gas yang mudah larut dalam air mempunyai nilai H yang sangat kecil, maka nilai 4. Gas yang sukar larut dalam air mempunyai nilai yang sangat besar, maka nilai Neraca massa A pada fasa gas pada elemen volume (lihat Gambar V.3) Dengan : Universitas Gadjah Mada 7

Atau Dengan cara yang sama untuk fasa cair: Atau Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) dapat ditentukan tinggi tumpukan bahan isian untuk derajat pemisahan tertentu, jika diketahui: 1. Nilai k' x a, k' y a, K' x a, atau K' y a, yang merupakan fungsi V dan L dan sifat fisis bahan pada kedua fasa, yang sering dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut: 2. Nilai (x x i ), (x x*), (y i y) atau (y* - y). NiIai ini dapat ditentukan bila hubungan keseimbangan di antara kedua fasa diketahui. Komposisi bulk dapat ditentukan dari persamaan neraca massa komponen (persamaan garis operasi berikut): Kesulitan yang dihadapi adalah bahwa penyelesaian persamaan integrasi (1) dan (2) yang merupakan persamaan-persamaan simultan dengan keseimbangan persamaan nilai koefisien perpindahan massa dan keseimbangan. Tetapi persamaan-persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan bantuan komputer pada era sekarang ini. Bila tidak tersedia komputer maka dapat dilakukan penyederhanaan sebagai berikut: Universitas Gadjah Mada 8

I. Equimolar Counter Diffusion (E.C.D) E.C.D. terjadi dalam proses distilasi, yaitu keadaan dimana kecepatan perpindahan untuk konstituen yang volatil dan tidak volatil di antara fasa-fasanya sama, sehingga dapat dianggap sebagai nilai V dan L tetap. Jika V dan L tetap, maka persamaan (1) dan (2) dapat ditulis menjadi: Dengan : Atau Pada kondisi tertentu sifat fisis dapat dianggap tetap, sehingga k' y a = f (V) saja, jika V = tetap, maka nilai k' y a juga tetap. Oleh sebab itu persamaan (1) dan (2) dapat dituliskan sebagai berikut : Jika memenuhi asumsi yang diambil, maka: Universitas Gadjah Mada 9

Dengan : N = number of transfer unit = perubahan komposisi dibagi driving forces = ukuran mudah-sukarnya derajat pemisahan tersebut. H = Height of transfer unit 2. Diffusion Through a Stationary Component (D.T.S.C.) D.T.S.C. terjadi dalam proses absorpsi gas dan ekstraksi. Pada proses-proses ini anggapan nilai bahwa nilai L dan V tetap tidak sesuai, karena terdapat suatu komponen yang berpindah dari V ke L. Dalam keadaan seperti ini, dapat digunakan dasar perhitungan solvent bebas solute, karena biasanya nilai-nilai komponen yang tidak melarut besarnya tetap. Analog dengan penjabaran di atas (N.M. pada fasa tertentu) dengan k y a dan K y a = koefisien perpindahan massa pada DTSC Untuk fasa cair analog: Persamaan (3) dan (4) merupakan persamaan untuk menentukan tinggi tumpukan bahan isian pada proses DTSC untuk derajat permisahan tertentu. Persamaan tersebut dulu merupakan persamaan yang rumit tetapi sekarang bersamaan dengan berkembangnya komputer, merupakan persamaan yang dapat diselesaikan dengan mudah. Pada pemakaian persamaan-persamaan tersebut terdapat kemungkinan dilakukan penyederhanaan, sama dengan yang dilakukan pada ECD. Untuk kondisi sistem tertentu, Universitas Gadjah Mada 10

geometri, sifat-sifat fisis yang tertentu nilai k' x a, k' y a, K' x a, atau K' y a tetap. Korelasi koefisien pada ECD dan DTSC dinyatakan sebagai berikut: Persamaan (3) dan (4) dapat diubah menjadi: Secara kasar dianggap nilai ( ) dan ( ) = konstan atau tidak begitu terpengaruh oleh perubahan konsentrasi, atau merupakan harga rata-rata di dasar (bottom) dan di atas (top) kolom, maka persamaan (3) dan (4) dapat dituliskan sebagai berikut: Dengan cara yang sama dapat ditentukan tinggi tumpukan bahan isian atas dasar nilai koefisien perpindahan massa yang berbeda, yang kemudian disajikan dalam tabel berikut ini: Universitas Gadjah Mada 11

Dengan : Z N H = N H = number of transfer unit = mengukur derajat kesulitan pemisahan = Height of transfer unit = efektivitas pemisahan suatu jenis bahan isian tertentu Arti fisis single transfer unit: Universitas Gadjah Mada 12

Perhitungan Number of Transfer Units (N) Penyelesaian integrasi pada tabel 16.2. (Foust, et.al., 1980) sebagai contohnya adalah sebagai berikut: Terdapat beberapa cara penyelesaian, yaitu: Cara integrasi grafis Cara penyederhanaan integrasi Cara grafts dari Baker Cara Integrasi Grafis Langkah pertama yaitu menggambar dulu dalam grafik garis/kurva operasi dan kurva seimbang. Jika menggunakan persamaan (A) maka dibutuhkan nilai y*, sebaliknya jika menggunakan persamaan (B) membutuhkan nilai y i. Universitas Gadjah Mada 13

Langkah selanjutnya adalah: Menentukan y* pada x,y tertentu, menarik garis tegak lurus dari x,y di garis operasi untuk dipotongkan dengan garis seimbang, sehingga didapatkan x,y*. Menentukan x i,y i pada x,y tertentu Penyelesaian integrasi: Numeris (Simpson Rule s, dll) digunakan bila korelasi seimbang diketahui dalam bentuk persamaan. Cara trapedoidal (grafis) Universitas Gadjah Mada 14

Dengan cara sama dapat ditentukan N G, N L, N OL. Evaluasi Height of A Transfer Unit (H) Contoh data korelasi koefisien perpindahan massa untuk air dan zat organik, adalah sebagai berikut: Fasa cair: Fasa gas: Correlation of Liquid Phase Coefficients Data ini didapatkan dari absorpsi dan desorpsi CO 2, O 2, dan H 2 dalam sistem udara - air. Kecepatan massa gas dari 30 sampai dengan 1300. Kecepatan cairan dari 200 hingga 32.000 pada suhu 5 ºC sampai dengan 40 ºC, dengan menggunakan berbagai jenis bahan isian. Gas-gas ini sukar larut dalam air, sehingga tahanan di fasa gas diabaikan pengaruhnya, oleh karena itu nilai Universitas Gadjah Mada 15

Persamaan Umum Perpindahan Massa dengan: k L a = liquid phase mass transfer coefficient [ ( )( )( ) ] G I = mass velocity of liquid * + ( ) S = biasanya konstanta sebesar 0,5 Nilai konstanta untuk, n dan S dapat dilihat pada tabel 56 untuk berbagai tipe packing yang telah diteliti. Correlation of Gas Phase Coefficients Data untuk absorpsi ammonia dari udara dengan menggunakan air untuk berbagai jenis packing disajikan dengan persamaan berikut: dengan: G g dan G e = masing-masing adalah kecepatan massa dari gas dan cairan * + B,n dan m = konstanta spesifik empirik pada sistem ammonia, udara dan air serta fungsi packing yang dipakai pada tabel 57. Untuk gas lain dapat diperkirakan dengan persamaan berikut: Pressure Drop in Packed Coloumns Dalam bahan isian umumnya aliran cairan masuk dari puncak kolom, mengalir ke bawah karena gaya gravitasi, dan aliran gas dari dasar kolom ke puncak. Gas dapat mengalir karena terdapat blower/fan (absorbsi). Uap panas yang mempunyai tekanan tertentu yang dihasilkan oleh reboiler (distilasi). Pada perancangan kolom bahan isian P sangat berperan sehingga perlu diperhatikan, karena P dipengaruhi oleh kedua aliran baik gas maupun cairan. Universitas Gadjah Mada 16

Kondisi operasi kolom bahan isian sebaiknya di bawah kondisi loading. Dalam hal ini Colburn menyatakan bahwa kecepatan gas sebaiknya sebesar 50 sampai dengan 75% kecepatan gas pada kondisi flooding untuk kecepatan aliran yang tertentu. Contoh soal 16.1. (Foust, et.al., 1980) Universitas Gadjah Mada 17

Gas yang mengandung hidrokarbon (HC) yang akan diserap dengan non-volatile oil. Diketahui BM HC = 44 dan BM oil =300. Basis hitungan Ibmol gas masuk Gas keluar Cairan keluar Universitas Gadjah Mada 18

Neraca massa pada posisi tertentu: Dengan persamaan tersebut di atas, dapat ditentukan hubungan antara y dan x, dan garis tersebut selanjutnya disebut sebagai garis operasi. Data keseimbangan untuk keadaan ini dituliskan dalam kurva berikut: Untuk kasus ini, Universitas Gadjah Mada 19

Dengan : Algoritma perhitungannya sebagai berikut: y Y* 1 y 1 y* (1 y) lm y* y 0.0124 0 0.9876 1.0 0.9938-0.0124 0.03 0.003 0.97 0.997 0.9885-0.027 0.05 0.0117 0.95 0.9883 0.9692-0.0383 0.08 0.03 0.92 0.97 0.9450-0.050 0.10 0.0475 0.90 0.9525 0.9265-0.0475 0.14 0.0945 0.86 0.9055 0.8825-0.0455 0.15 0.106 0.85 0.893 0.8715-0.044 0.18 0.1445 0.82 0.8555 0.8352-0.0355 0.20 0.1730 0.80 0.8720 0.8135-0.0270 (Foust, et.ai., 1980) ( ) ( )( ) -81.0-37.7-26.6-20.6-21.7-22.6-23.3-28.7-37.6 Penerapan Stage Wise Contact pada Menara Penyerap (Absorpsi) Absorpsi dapat berarti cara pemisahan komponen dalam gas dengan menggunakan solven penyerap (absorben). Atau suatu operasi yang berdasarkan daya serap/daya larut gas dalam cairan pada suhu dan tekanan tetap. Daya serap tergantung pada jenis dan jumlah solven serta jumlah plate. Universitas Gadjah Mada 20

Dari neraca bahan total didapatkan persamaan: Persamaan tersebut diatas merupakan persamaan garis operasi, yaitu hubungan komposisi dua arus yang berkontak bila pada stage wise contact merupakan komposisi antara 2 stages secara berurutan. Persamaan ini berlaku secara umum untuk seluruh menara. Universitas Gadjah Mada 21

Garis operasi dinyatakan dengan mol ratio bebas solute (X,Y) yang berupa garis lurus dalam diagram X,Y. Garis lurus menunjukkan sistem campuran encer (sedikit zat yang terlarut). Bila garis operasi dinyatakan dalam mol fraksi atau fraksi massa atas dasar massa total, maka garis operasinya akan berupa garis lengkung: Untuk sistem campuran pekat (banyak zat terlarut), akan seperti berikut: Absorpsi garis operasi lurus garis operasi di atas kurva seimbang LS/GS tetap Universitas Gadjah Mada 22

Stripper Untuk stripper dalam keadaan berlainan dengan absorber pada stripper komponen dalam cairan dikeluarkan ke gas dengan uap. Antara garis operasi dan kurva setimbang dengan batas terminal (1) dan (2) akan didapatkan jumlah stage atau dapat ditentukan tinggi tumpukan bahan isian: Stage Wise Contact: Kemungkinan-kemungkinan letak garis operasi Universitas Gadjah Mada 23

Garis AC adalah garis operasi untuk suatu keadaan absorpsi normal: ( ) ( ) Jika jumlah solven penyerap ditambah, maka L S akan bertambah sehingga L S /G S juga bertambah Untuk terminal (2) tetap, maka garis AC akan condong ke kiri Jika L S banyak, maka garis AC garis vertikal Jika solven dikurangi, maka 2 X 1 Solven masuk = solven ke luar Garis AC akan condong ke kanan dan menyinggung kurva seimbang, sehingga garis AD akan mengakibatkan ( ) minimum Pemakaian solven sebenarnya sebesar 1,5 2 (L s /V), dengan pertimbangan: Sifat fisik dan kimia solven Harga solven Biaya operasi A = L/mG ekonomis 1,5 2 Jumlah plate secara teoritis ditunjukkan dengan grafik 5.16 Treyball atau dengan persamaan: Absorption: Stripping: dengan: A = L/mG ; S = mg/l Universitas Gadjah Mada 24

Notasi lain untuk absorber yang menggunakan tray adalah: L 1 menjadi L Np G 1 menjadi G Np+1 L 2 menjadi L 0 G 2 menjadi G 1 x 1 menjadi x Np y 1 menjadi y Np+1 x 2 menjadi x 0 y 2 menjadi y 1 x 1 menjadi x Np x 2 menjadi x 0 y 1 menjadi y Np+1 y 2 menjadi y 1 Universitas Gadjah Mada 25

Universitas Gadjah Mada 26

Menara Penyerap dengan Bahan Isian Continuous Contact Universitas Gadjah Mada 27

1. HETP (Height of Packing Equivalent to A Theoritical Plate) HETP bervariasi terhadap: Tipe dan ukuran packing Flow rate 2. Transfer Unit Terdapat di dalam diferensial volum dz. Permukaan interfacenya dinyatakan dengan: ds = a dz Dengan Universitas Gadjah Mada 28

Jika ditinjau dari fasa cair: Universitas Gadjah Mada 29

Overall coefficient and transfer unit Atau Untuk larutan encer Dengan Garis operasi : Driving force: Universitas Gadjah Mada 30

Dengan : Larutan encer, Henry s Law dengan: A = L/mG Atau: Overall Heights of Transfer Unit Bila tahanan transfer massa semuanya ada di fasa gas y y*, maka: Untuk larutan encer: Universitas Gadjah Mada 31

Bila tahanan transfer massa semuanya ada di fasa cair: Contoh soal: Hitunglah tinggi packing yang dibutuhkan untuk soal sebelumnya! Penyelesaian: Gas : y 1 = 0,02 ; Y 1 = 0,0204 y 2 = 0,00102 ; Y 2 = 0,00102 G S = 0,01051 kmol/dt Cairan : x 1 = 0,1063 ; X 1 = 0,1140 x 2 = 0,005 ; X 2 = 0,00503 L S = 1,787 x 10-3 kmol/dt G S (Y 1 Y) = L S (X 1 X) 0,01051(0,0204 Y) = 1,787 x 10-3 (0,119 X) X x Y y 0,0053 0,00502 0,00102 0,00102 0,02 0,01961 0,00357 0,00356 0,04 0,0385 0,00697 0,00692 0,06 0,0566 0,01036 0,01025 0,08 0,0741 0,01376 0,01356 0,10 0,0909 0,01714 0,01685 0,119 0,1063 0,0204 0,020 Diketahul: = 0,0719 kmol/m 3 dt = 0,01377 kmol/m 3 dt Universitas Gadjah Mada 32

y yi Log y 0,00102 0,000784 4,32-2,99999 0,00356 0,00285 5,02-2,4486 0,00692 0,00562 5,39-2,1599 0,01052 0,0083 5,26-1,9893 0,01356 0,0109 5,10-1,8687 0,01685 0,0134 4,84-1,7734 0,020 0,0158 4,76-1,699 Universitas Gadjah Mada 33

Ulangi perhitungan di atas untuk overall coefficient Universitas Gadjah Mada 34

Menggunakan grafik 8.20 Dari grafik didapatkan nilai N t0g = 9,16 x y y 0,00502 0,00102 0,000625 2531 0,02 0,00357 0,00245 893 0,04 0,00697 0,00483 467 0,06 0,01036 0,00712 309 0,08 0,01276 0,00935 227 0,10 0,01714 0,01149 177 0,119 0,0204 0,01347 144 Universitas Gadjah Mada 35

Bila gas dan cairan dialirkan searah maka slope garis operasinya akan negatif Universitas Gadjah Mada 36