dan permen. Bahan ini memberikan tekstur makanan melalui pembentukan gel. Beberapa bahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Agar hidrokoloid gelling yg kuat, terbuat dari ganggang laut Struktur : polimer D-galaktosa dan 3 6,anhydro-Lgalaktosa dengan sedikit ester sulfat

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT

I PENDAHULUAN. masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

BAB I PENDAHULUAN. konservasi hutan.porang merupakan jenis talas-talasan yang tumbuh liar

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. iles dan merupakan tanaman lokal Indonesia yang banyak tumbuh di hutan. Porang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI KARAGENAN DAN KONJAK

PENDAHULUAN. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), sebanyak 40,6%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

BAB I PENDAHULUAN. kolagen alami hewan yang terdapat pada kulit, tulang, tulang rawan, dan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PERMEN JELLY DARI KARAGENAN DAN KONJAK

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam umbi-umbian dapat dipergunakan sebagai sumber. kalori/karbohidrat, salah satunya adalah singkong. Singkong kaya akan

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

PEMBUATAN BIOETANOL GEL

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Prarencana Pabrik Karagenan dari Rumput Laut Eucheuma cottonii I-1

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

TEKNOLOGI PEMANFAATAN PORANG

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

BAB I PENDAHULUAN. sangat beragam dan tergolong ke dalam jenis buah tropis seperti rambutan, nanas,

Sutomo, B

BABI PE:NDAHULUAN. Nenas merupakan buah klimakterik dan salah satu buah tropis yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Dilihat dari karakter fisiknya, murbei merupakan buah yang berasa segar manis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BABI PENDAHULUAN. bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim

I. PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN JENIS BAHAN PENGENTAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 Kg buah. Dalam satu

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembimbing TA. Dr.Ir.Niniek Fajar Puspita,M.Eng NIP

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki taksonomi menurut Rukmana (2003), sebagai berikut: : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA. residu Muangthai Pak. Jambu ini ditemukan pada tahun 1991 di District Kao

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

LAPORAN TUGAS AKHIR. PEMBUATAN KONYAKU DARI UMBI ILES-ILES (Amorphophallus onchophyllus)

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

BAB I PENDAHULUAN. food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

4.1. Penentuan Konsentrasi Gel Pektin dalam Cookies

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

PEMBAHASAN. I. Definisi

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

INDAH KUMALASARI J

I. PENDAHULUAN. Perikanan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dan menghadapi. nasional (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

Transkripsi:

Bahan Pembentuk Gel By Simon BW Bahan pembentuk gel (gelling agent) adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan berbagai macam makanan seperti jeli, makanan penutup dan permen. Bahan ini memberikan tekstur makanan melalui pembentukan gel. Beberapa bahan penstabil dan pengental juga termasuk dalam kelompok bahan pembentuk gel. Jenis-jenis bahan pembentuk gel biasanya merupakan bahan berbasis polisakarida atau protein. Contoh-contoh dari bahan pembentuk gel antara lain asam alginat, sodium alginat, kalium alginat, kalsium alginat, agar, karagenan, locust bean gum, pektin dan gelatin (Raton and Smooley, 1993). Bahan pembentuk gel merupakan komponen polimer berberat molekul tinggi yang merupakan gabungan molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari polimer molekul yang akan memberikan sifat kental dan gel yang diinginkan. Molekul-molekul polimernya berikatan melalui ikatan silang membentuk struktur jaringan tiga dimensi dengan molekul pelarut terperangkap dalam jaringan ini (Clegg, 1995). Karagenan Karagenan merupakan suatu istilah untuk polisakarida yang diperoleh melalui ekstraksi alkali (dan modifikasi) dari alga merah (Rhodophyceae) kebanyakan berasal dari genus Chondrus, Euchema, Gigartina, dan Iridaea. Rumput laut yang berbeda menghasilkan karagenan yang berbeda pula (Chaplin, 2007). Karagenan dibuat dari rumput laut yang dikeringkan, rumput laut diayak untuk menghilangkan kotoran-kotoran seperti pasir dan kemudian dicuci. Setelah melalui perlakuan dengan larutan basa panas (contohnya 5-8% kalium hidroksida), selulosanya dihilangkan dari karagenan dengan menggunakan proses sentrifugasi dan filtrasi. an karagenan yang didapat

dipekatkan melalui evaporasi, kemudian dikeringkan dan dipisahkan lagi menurut spesifikasinya (Raton and Smooley, 1993). Karagenan dijual dalam bentuk bubuk, warnanya bervariasi dari putih sampai kecoklatan bergantung dari bahan mentah dan proses yang digunakan. Ukuran karagenan umumnya sebesar 60 mesh. Karagenan tidak dapat larut dalam pelarut organik seperti alkohol, eter dan minyak. Kelarutan dalam air bergantung pada struktur karagenan, media, dan suhu. Umumya, gel karagenan harus dipanaskan sementara non-gel karagenan dapat larut dalam air dingin (Kelco, 2007). Dalam Chaplin (2007) disebutkan bahwa ada 3 jenis utama karagenan yaitu : - Kappa, gel yang keras dan kaku, dihasilkan dari Kappaphycus cottonii - Iota, gel yang lembut, dihasilkan dari Eucheuma spinosum - Lambda, membentuk gel jika dicampurkan dengan protein daripada dicampur dengan air, digunakan untuk mengentalkan produk. Sumber yang paling umum adalah Gigartina dari Eropa selatan Karagenan diberi nama berdasarkan persentase kandungan ester sulfatnya, kappa 25-30%; iota 28-35% dan lambda 32-39% (Anonymous, 2005). Gambar struktur karagenan dapat dilihat pada gambar berikut : Kappa dan iota merupakan jenis karagenan yang dapat membentuk gel. Pembentukan gel terjadi saat rantai dari satu karagenan bertemu dengan rantai lain yang sama untuk membentuk double heliks, kemudian double heliks ini akan saling bergabung membentuk jaringan tiga dimensi. Sedangkan untuk lambda karagenan tidak membentuk gel (Bubnis, 2000). Dalam Kelco (2007) disebutkan mekanisme pembentukan gel, kestabilan dan kelarutan dari 3 jenis karagenan yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Mekanisme Pembentukan Gel, Kestabilan dan Kelarutan Kappa, Iota dan Lambda karagenan Keterangan Kappa Iota Lambda Mekanisme pembentukan gel : Efek kation Lebih kuat dg K + Non-gelling Jenis gel Efek sinergis dengan locust bean gum Kestabilan beku/cair Keras&rapuh dengan sineresis Tinggi Tidak ada Lebih kuat dg Ca 2+ Elastis & kohesif tanpa sineresis Tinggi Stabil Non-gelling Tidak ada Tidak ada Kestabilan : ph netral & basa ph asam Kelarutan : Air panas Air dingin Susu panas Susu dingin Stabil Terhidrolisa pada larutan jika dipanaskan. Stabil dalam bentuk gel diatas 60 C dengan adanya garam natrium dan garam kalium. Tidak larut dengan adanya garam kalsium. Tidak larut tapi mengembang dengan adanya garam natrium, kalsium dan kalium. dalam panas Tidak larut Stabil Terhidrolisa dalam larutan. Stabil dalam bentuk gel diatas 60 C dengan adanya garam natrium. Garam kalsium memberikan dispersi thixotropic Tidak larut Tidak mudah larut dalam panas Stabil Terhidrolisa an gula an garam Sumber : Kelco (2007) dalam panas dalam panas Ketika gel karagenan didinginkan di bawah suhu pembentukan gel, gel karagenan bersifat sangat stabil pada ph yang biasa terdapat dalam produk pangan. Jika ph kurang dari 4,3 viskositas akan menurun jika suhu yang digunakan tinggi. Pada produk olahan pangan yang mengalami pemanasan dan mempunyai ph rendah, biasanya karagenan ditambahkan pada saat produk telah mengalami pemanasan (Thomas, 1999).

an karagenan komersial tersedia pada viskositas antara 5 800 mpa.s yang diukur pada suhu 75 C dan konsentrasi 1.5% (b/b). Umumnya larutan karagenan menunjukan sifat pseudoplastis (Nussinovitch, 1997). Pseudoplastic merupakan fluida dengan tipe eksponensial dimana pengurang viskositas terlihat jelas dengan adanya peningkatan gaya geser (Landau and Liftshitz, 1997). Karagenan digunakan pada konsentrasi 0,005% sampai 3% pada berbagai macam produk. Banyak jenis karagenan yang telah dibuat, beberapa diantaranya telah distandarisasi untuk penggunaan sebagai bahan pembentuk gel pada sistem air atau susu (Kelco, 2007). Karagenan banyak digunakan dalam produk-produk berbasis susu karena dapat membentuk kompleks dengan kalsium dan protein susu. Karagenan dapat mengentalkan dan membantu mensuspensi partikel coklat dalam susu coklat. Karagenan juga digunakan sebagai penstabil dalam es krim, untuk menjaga dari thawing dan pembekuan kembali, dan kemampuan untuk menahan lebih banyak air. Karagenan digunakan dalam custard (puding dengan susu dan telur) untuk mengentalkannya seperti pada puding. Karagenan membantu krim untuk tetap berbusa, dapat digunakan untuk mengentalkan minuman dan digunakan pada adonan roti dan pastries( Chaplin, 2007). Karagenan, gum guar, locust bean gum, gum akasia dan gum xanthan merupakan gum yang berperan sebagai serat. Kandungan seratnya bervariasi antara 80-90% dimana semua atau sebagian besar merupakan serat larut (Deiss, 1999). Tepung Porang Porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan tumbuhan semak (herba) yang memiliki tinggi 100-150 cm dengan umbinya di dalam tanah, dan umbi inilah yang dipungut hasilnya (memiliki zat glukomanaan) (Prihatyanto, 2006). Porang dimanfaatkan sebagai bahan

pembuat konyaku (sejenis tahu) dan shirataki (sejenis mie) untuk masakan Jepang atau juga dapat digunakan sebagai pengganti agar-agar dan gelatin (Sumarwoto, 2004). Di Indonesia tanaman porang juga banyak ditemukan, salah satunya adalah di daerah Nganjuk. Menurut Murgunandi (2007), pada tahun 2006 Lembaga Masyarakat Desa Hutan Argomulyo yang berkedudukan di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngluyu, Kab. Nganjuk itu menghasilkan 1.200 ton umbi porang basah dan pada 2007 ini produksinya ditargetkan naik menjadi 2.000 ton. Bila diolah, umbi porang sebanyak itu akan menghasilkan sekitar 800 ton kripik Tepung porang kasar yang dihasilkan dari porang Kertosono mengandung 41,14% glukomanan, 24,09% pati, 11,62% serat kasar, 4,96% protein, 6,1% abu, 0,08% lemak dan 6,24% kalsium oksalat (Ery, 2007). Menurut Johnson (2007), tepung konjak kasar yang dikeringkan mengandung 49 60% glukomanan sebagai polisakarida utama, 10-30% pati, 2-5% serat, 5-14% protein kasar, 3-5% gula reduksi dan 3.4-5.3% abu dan vitamin juga lemak yang rendah. Tepung konjak kasar berwarna krem sampai coklat muda dengan aroma khas seperti ikan. Konjak dapat larut dalam air dan dapat menyerap 100 kali dari volumenya sendiri dalam air. an yang terbentuk merupakan cairan pseudo-plastic. Viskositas konjak lebih tinggi daripada bahan pengental alami lainnya dan stabil terhadap asam, tidak ada pengendapan walaupun ph diturunkan dibawah 3,3. an konjak tahan terhadap garam walau pada konsentrasi yang tinggi (Johnson, 2007). Johnson (2007) mengatakan bahwa sebagai bahan pembentuk gel, konjak memiliki kemampuan yang unik untuk membentuk gel reversible dan gel irreversible pada kondisi yang berbeda. an konjak tidak akan membentuk gel karena gugus asetilnya mencegah rantai

panjang glukomanan untuk saling bertemu satu sama lain. Tapi, konjak dapat membentuk gel dengan pemanasan sampai 85ºC dengan kondisi basa (ph 9-10). Gel ini bersifat tahan panas (irreversible) dan tetap stabil dengan pemanasan ulang pada suhu 100ºC atau bahkan pada suhu 200ºC. Sifat ini digunakan untuk membuat berbagai macam makanan sehat/makanan diet di Asia seperti mie, makanan imitasi untuk vegetarian (udang, ham, steak), roti, kue, edible film, pengganti lemak di ham, sosis dan bakso. Gel reversible diperoleh dengan pencampuran konjak bersama xanthan atau kappa karagenan, digunakan untuk soft candy, jeli, selai, yogurt, puding, es krim, makanan hewan. Konjak juga memiliki interaksi dengan pati. Thomas (1997) menyatakan bahwa rantai gugus asetil mencegah polimer berantai panjang untuk saling mendekat untuk membentuk gel, kecuali dengan adanya kappa karagenan dan gum xanthan, dimana asosiasi antar rantai mendukung gelasi atau pengentalan. Glukomanan dapat membentuk gel dengan xanthan. Namun interaksi yang terlihat lebih kuat dari pada galaktomanan. Gel dapat dibentuk pada level total polisakarida serendah 0,02%. Ini mungkin konsentrasi gel yang paling rendah sepanjang penelitian sistem karbohidrat. (Ozu, et al, 1993). Sudah banyak dilakukan penelitian efek glukomanan terhadap kesehatan antara lain Arvil and Bodin (1995) mendapatkan hasil bahwa glukomanan merupakan tambahan makanan yang efektif menurunkan kadar kolesterol. Baucke, et al (2004) mendapatkan hasil bahwa glukomanan memiliki manfaat dalam perawatan sembelit anak-anak. Penelitian Yoshida, et al (2005) menghasilkan suatu kesimpulan bahwa glukomanan serta kombinasi dengan sterol tanaman memperbaiki konsentrasi plasma kolesterol LDL. Makanan yang tinggi kandungan glukomanan memperbaiki kontrol glisemik dan profil lemak merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Vuksan, et al (2000). Penurunan berat badan dengan konsumsi glukomanan juga termasuk salah satu efek kesehatan glukomanan yang diteliti oleh Vita, et al (1992). Interaksi Tepung Porang dan Karagenan Polisakarida alga seperti agar dan kappa-karagenan, dapat membentuk gel sendiri pada kondisi tertentu. Jika dicampurkan dengan tepung konjak atau glukomanan (yang tidak dapat membentuk gel), mereka akan berinteraksi secara sinergis untuk menghasilkan gel yang lebih elastis (Morris, 1998). Gel elastis yang terbentuk bersifat reversible setelah pemanasan dan pendinginan (Ozu, et al, 1993). Menurut Akesowan (2002), gabungan antara manan-karagenan lebih disukai dari gabungan karagenan-karagenan karena molekul konjak manan tidak bermuatan. William, et al (1993) meneliti interaksi antara kappa karagenan dan glukomanan menggunakan Differential Scaning Calorimetry (DSC) dan Electron Spin Resonance (ESR). Dari penelitian ini diketahui bahwa glukomanan diserap keatas permukaan agregat kappa karagenan sehingga menyebabkan peningkatan pada suhu transisi dari gel campuran. Kohayama, et al (1993) juga meneliti efek dari glukomanan dengan berat molekul yang berbeda pada sifat reologis dan termal dari campuran gel glukomanan kappa karagenan (1:1). Dari peneltian ini diketahui bahwa ada dua bagian kristalin dalam gel campuran; bagian pertama terdiri dari kappa karagenan sendiri dan yang lainnya berupa asosiasi antara glukomanan dan kappa karagenan. Zona gabungan yang terakhir lebih lemah daripada pembentuknya dan tidak tahan panas tetapi memberikan kontribusi terhadap sifat gel. Kriatsakriangkrai and Pongsawatmanit (2005) meneliti pengaruh glukomanan terhadap gel karagenan, proporsi glukomanan karagenan yang digunakan yaitu 0:4, 1:3, 2:2 dan 3:1 dengan konsentrasi total sebesar 1,5%. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa glukomanan

dapat memperbaiki sifat-sifat gel kappa karagenan yaitu pada tekstur dan sineresis. Kekuatan gel yang paling tinggi diperoleh pada proporsi glukomanan : karagenan 1:3, kekuatan gel akan makin menurun dengan proporsi glukomanan yang makin meningkat. Sifat elastis gel akan makin meningkat dengan makin banyak penggunaan glukomanan. Sedangkan untuk tingkat sineresis gel akan makin berkurang dengan makin banyak proporsi glukomanan yang digunakan. Tingkat sineresis tertinggi pada proporsi glukomanan : karagenan 0:4, sedangkan sineresis terendah pada proporsi 3:1.