BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang, melakukan investasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN KESEHATAN BANK. Muniya Alteza

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja keuangan bank merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip. 1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Sedangkan dalam PSAK No 31 mengenai akuntansi perbankan disebutkan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak lepas dari transaksi keuangan.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2006 Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta

PENILAIAN KEBERHASILAN BANK DENGAN PERHITUNGAN MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai dana yang kelebihan dengan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Laba

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja (performance) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. KESEHATAN BANK 1. Pengertian 2. Dasar Hukum Penilaian Tingkat Kesehatan Bank 3. Pentingnya Tingkat Kesehatan Bank

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan berfungsi sebagai perantara (financial intermediary) antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang. mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

ANALISIS KINERJA BANK

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BANK. Alat likuid: uang kas di bank dan rekening giro yang disimpan di Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Ibnu Fariz ini berjudul Pengaruh LDR,NPL, APB, IRR,PDN, BOPO,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dinda Yani Kusuma (2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan masyarakat. Bank dijadikan tempat untuk melakukan transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang, melakukan investasi pengiriman uang, melakukan pembayaran atau melakukan penagihan. Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. (Kasmir 2004: 11) Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.. sebagai : Sementara itu, menurut PSAK No.31 (2004;31.1), bank didefinisikan Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Falsafah yang mendasari kegiatan usaha bank adalah kepercayaan masyarakat. Hal tersebut tampak dalam kegiatan pokok bank yang menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan, serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang tugas utamanya adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Sedangkan kegiatan bank lainnya seperti memberikan jasa bank hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas. Perbankan adalah segala yang menyangkut tentang bank, yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya. Perusahaan perbankan adalah salah satu industri yang ikut berperan serta dalam perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia, di samping industri lainnya seperti industri manufaktur, pertanian, pertambangan, properti, dan lainlain. 2.1.2 Laporan Keuangan Bank Dalam suatu kegiatan usaha, si pelaku usaha baik perorangan maupun badan usaha haruslah memiliki laporan dari kegiatan usahanya. Laporan dari kegiatan usaha tersebut adalah laporan keuangan. Begitu pula dengan bank, bank memiliki laporan keuangan bank. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan. Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari Neraca dan Perhitungan Laba Rugi serta Laporan Perubahan Modal. Tetapi dalam prakteknya sering diikutsertakan kelompok lain yang sifatnya membantu untuk memperoleh

keterangan lebih lanjut, misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas serta daftar lainnya. Laporan keuangan bank dapat menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan diketahui bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, kondisi yang dimaksud dapat berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama periode tertentu, sehingga pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki. Laporan keuangan bank memuat informasi jumlah kekayaan dan jenis-jenis kekayaan oleh bank. Didalam laporan keuangan juga tergambar kewajiban jangkan pendek maupun jangka panjang serta ekuitas yang dimilikinya, informasi ini dimuat dalam laporan keuangan yang disebut neraca. Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas (Kasmir, 2004:239). 2.1.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank melalui Penilaian Kuantitatif dan atau Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar. Sebagaimana layaknya manusia, di mana kesehatan

merupakan hal yang paling penting di dalam kehidupannya. Tubuh yang sehat akan meningkatkan kemampuan kerja dan kemampuan lainnya. Begitu pula dengan perbankan harus selalu dinilai kesehatannya agar tetap prima dalam melayani para nasabahnya. Penilaian ini bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas dan pembina bank-bank dapat memberikan arahan atau petunjuk bagaimana bank tersebut harus dijalankan atau bahkan dihentikan kegiatan operasinya. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bank Indonesia Nomor 6/10/2004 Tahun 2004 mengenai tingkat kesehatan perbankan adalah hasil penilai kuantitatif dan atau penilaian kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar (CAMELS). Sementara untuk Kantor Cabang Bank Asing penilaian hanya dilakukan pada faktor Kualitas aset dan manajemen. Menurut Siamat (2005:208) Penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan, dan proyeksi rasio-rasio keuangan bank. Sedangkan penilaian kualitatif berkaitan dengan penilaian terhadap faktor-faktor yang mendukung hasil penelitian kuantitatif, penerapan manajemen resiko, dan kepatuhan bank. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor : 6/10/PBI/2004 pasal 3, Penilaian tingkat kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut :

1. Permodalan (capital) Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. kecukupan, komposisi, dan proyeksi (trend ke depan) permodalan serta kemampuan permodalan bank dalam mengcover aset bermasalah b. kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan bank untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan, dan kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan bank. 2. Kualitas aset (asset quality) Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. kualitas aset produktif, konsentrasi eksposur risiko kredit, perkembangan aktiva produktif bermasalah, dan kecukupan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) b. kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal, sistem dokumentasi, dan kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah. 3. Manajemen (management) Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. kualitas manajemen umum dan penerapan manajemen resiko b. kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku dan komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. 4. Rentabilitas (earning) Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. pencapaian Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), dan tingkat efisiensi bank b. perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan prospek laba operasional. 5. Likuiditas (liquidity) Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. rasio aktiva/pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR), proyeksi cash flow, dan konsentrasi pendanaan b. kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities Management/ALMA), akses kepada sumber pendanaan, dan stabilitas pendanaan. 6. Sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk) Penilaian terhadap komponen-komponen ini adalah sebagai berikut : a. kemampuan modal bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar b. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.

Hasil dari perhitungan faktor-faktor CAMELS tersebut ditetapkan dalam takaran peringkat komposit. Peringkat komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank.peringkat komposit tingkat kesehatan bank ditetapkan berdasarkan analisis secara komprehensif dan terstruktur terhadap peringkat setiap faktor dengan memperhatikan materialitas dan signifikansi masing-masing faktor. Menurut Siamat (2005:217), peringkat komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian tingkat kesehatan bank. Penentuan peringkat komposit ini dilakukan dengan menetapkan peringkat setiap komponen berdasarkan perhitungan dan analisis. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/1/Pbi/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum pasal 9, peringkat komposit di bagi ke dalam lima kategori: 1. Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. 2. Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. 3. Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. 4. Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya. 5. Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

2.1.4 Pengertian Rasio Keuangan Laporan keuangan yang dilaporkan oleh perusahaan memuat seluruh aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan dalam suatu periode tertentu. Aktivitas yang telah dilakukan oleh perusahaan tersebut dituangkan dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam mata uang asing. Angkaangka dalam laporan keuangan ini akan memberikan lebih apabila kita bandingkan dengan angka yang lainnya, antara satu komponen dengan komponen yang lainnya. Perbandingan inilah yang disebut analisis rasio keuangan. Pengertian rasio keuangan menurut Horne merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada diantara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode. Analisi rasio keuangan dapat digolongkan dalam tiga rasio yaitu rasio neraca, rasio laporan laba rugi dan rasio antarlaporan. Mengadakan analisis terhadap hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan merupakan dasar untuk bisa menginterpretasikan kondisi keuangan dan hasil operasi dalam suatu perusahaan. Untuk mengadakan

interpretasi tersebut tentunya seorang analisis memerlukan suatu ukuran. Ukuran yang umum digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan dibidang keuangan adalah analisis keuangan. Rasio merupakan alat yang digunakan dalam artian relative maupun absolute untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Alwi, 1994:107). Pengertian lain tentang rasio keuangan menurut Riyanto (2001:329) adalah rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam arithmaticalterm yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial. Rasio keuangan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan sehingga kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan dapat diinterpretasikan. Menurut Simamora (2000 : 822) rasio merupakan pedoman yang berfaedah dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan perbandingan dengan hasil hasil dari tahun tahun sebelumnya atau perusahaan lain. Menurut Riyadi (2004:137), rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara numerik, baik dalam persentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai tingkat kesehatan bank selama periode keuangan tersebut.

2.1.5 Likuiditas Weston menyebutkan bahwa rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Artinya apabila bank ditagih, bank akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang telah jatuh tempo. Dengan kata lain, bank dapat membayar kembali pencairan dana para deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Menurut Munawir (2002:31), likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Pada penelitian ini untuk mengukur likuiditas bank digunakan rasio keuangan Loan to Deposit Ratio (LDR) - Loan to Deposit Ratio (LDR) Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat. Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas dari suatu bank. Semakin tinggi rasio ini, maka akan semakin rendah likuiditas bank yang bersangkutan. Namun, bank tersebut cukup aktif dalam menyalurkan dana kepada masyarakat, sehingga dananya produktif dalam menambah pendapatan dan menghasilkan laba. Menurut Dendawijaya (2005:116) Loan to Deposit Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan

dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan, batas minimum pinjaman yang diberikan bank adalah 80% dan maksimum 110%. Loan to deposit ratio merupakan perbandingan antara besarnya kredit yang diberikan oleh bank terhadap besarnya jumlah simpanan atau dana pihak ketiga yang diperoleh suatu bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : LDR = Total Loans x 100% Total Deposit + Equity 2.1.6 Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan kewajiban. Artinya seberapa besar beban kewajiban yang dapat ditangggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dapat dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. Dengan melakukan analisis rasio solvabilitas perusahaan akan mengetahui rasio kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Setelah mengetahui rasio

solvabilitas, manajer keuangan dapat mengambil tindakan atau kebijakan yang dianggap perlu guna menyeimbangkan penggunaan modal. Dari rasio solvabilitas ini, kinerja manajemen selama ini akan terlihat apakah sesuai dengan tujuan perusahaan atau tidak. Kewajiban jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang sebuah perusahaan yang dilikuidasi dapat ditutupi dengan penumpukan laba ditahan yang diperoleh perusahaan tersebut dari laba setiap tahunnya. Tingkat solvabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio dan Debt to Equity Ratio. - Capital Adequacy Ratio (CAR) Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot resiko aktiva tersebut. Menurut Peraturan Bank Indonesia No 10/15/PBI/2008, kewajiban penyediaan modal minimum ini adalah sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Angka rasio CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut semakin solvable. Dengan semakin meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka secara tidak langsung akan berpengaruh pada meningkatnya kinerja bank, karena

kerugian-kerugian yang ditanggung bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki bank tersebut. Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu rasio perbankan yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan menghadapi kemungkinan resiko yang terjadi di dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Modal bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya resiko. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian. Semakin tinggi nilai CAR suatu bank maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi aset-aset bank yang bermasalah. Secara sistematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut : CAR = Modal Inti + Modal Pelengkap x 100% ATMR Komponen modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yang harus dipertahankan oleh bank terdiri dari modal disetor, agio saham, modal sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, saldo laba, laba tahun lalu, dan laba tahun berjalan. Sedangkan modal pelengkap yang dimaksud terdiri dari cadangan revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman, serta pinjaman subordinasi. Fungsi dari modal tersebut adalah:

1. sebagai ukuran kemampuan bank tersebut untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat terhindarkan 2. sebagai sumber dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan-kegiatan usahanya sampai batas-batas tertentu, karena sumber-sumber dana tertentu dapat juga berasal dari penjualan aset-aset yang tidak terpakai, dan lain-lain 3. sebagai alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh pemegang sahamnya 4. dengan modal yang mencukupi memungkinkan bagi manajemen bank yang bersangkutan untuk bekerja dengan tingkat efisiensi yang tinggi seperti yang dikehendaki oleh pemilik modal pada bank tersebut. - Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dari kewajiban. (Kasmir 2008:157). Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio Debt to Equity Rasio berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi bank, semakin besar rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Debt to

Equity Ratio ini juga memberikan petunjuk umum tentang kelayakan dan risiko keuangan perusahaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : DER = Total Kewajiban x 100% Total Ekuitas Debt to Equity Ratio untuk setiap perusahaan tentu berbeda-beda, tergantung karakteristik bisnis dan keberagaman arus kasnya. Perusahaan dengan arus kas yang stabil biasanya memiliki rasio yang lebih tinggi dari rasio kas yang kurang stabil. 2.1.7 Efisiensi Pada penelitian ini untuk mengukur efisiensi bank digunakan rasio keuangan Operation Cost Ratio. - Operation Cost Ratio (OCR) Menurut Dendawijaya (2005) Operation Cost Ratio digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Operation Cost Ratio atau rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Operation Cost Ratio (OCR) adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Artinya, semakin rendah OCR berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut : Biaya Operasional OCR = 100% Pendapatan Operasional Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. 2.1.8 Pertumbuhan Laba Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biayabiayanya dalam jangka waktu (periode) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan dividen, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi. Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih. Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi,

pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya. Hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba. Menurut Harahap (2005:263) laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam penilaian prestasi atau kinerja perusahaan. Chariri dan Ghozali (2003:214) menyebutkan bahwa laba memiliki beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut: a. laba didasarkan pada transaksi yang benar-benar terjadi, b. laba didasarkan pada postulat periodisasi, artinya merupakan prestasi perusahaan pada periode tertentu, c. laba didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus tentang definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan, d. laba memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan pendapatan tertentu, dan e. laba didasarkan pada prinsip penandingan (matching) antara pendapatan dan biaya yang relevan dan berkaitan dengan pendapatan tersebut. Berdasarkan kajian diatas sangat penting untuk dilakukan analisis terhadap laba. Analisis terhadap laba dapat dilakukan dengan cara melihat seberapa besar laba berubah dalam dua atau lebih periode. Dengan melakukan analisis terhadap

laba maka akan diketahui apakah laba tersebut bertumbuh atau berkurang. Pertumbuhan laba adalah salah satu hal yang diharapkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Pertumbuhan laba menandakan bahwa kinerja perusahaan membaik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pertumbuhan laba menandakan bahwa manajemen perusahaan mampu memaksimalkan lebih sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan atau manajemen perusahaan mampu meminimalkan biaya yang dikeluarkan dalam mengoperasikan sumber daya yang ada. Dengan mengindikasikan X sebagai laba satu tahun, dan n sebagai periode dari suatu tahun, maka tingkat pertumbuhan laba dapat dihitung dengan rumus: X n+ 1 X n x 100% X n Menurut Angkoso (2006) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Besarnya perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi. 2. Umur perusahaan. Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah. 3. Tingkat leverage. Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan pertumbuhan laba. 4. Tingkat penjualan. Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi. 5. Perubahan laba masa lalu. Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa mendatang. Menurut Angkoso (2006) ada dua macam analisis untuk menentukan pertumbuhan laba yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis

fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil yang akan diperoleh dari investasi dan risiko yang harus ditanggung. Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut dengan company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat dianalisis. Dalam company analysis para analis akan menganalisis laporan keuangan perusahaan, salah satunya dengan rasio keuangan. Para analis fundamental mencoba memprediksikan pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengestimasi faktor fundamental yang mempengaruhi pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan. Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati perubahan laba di masa lalu. Teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan rasio-rasio penilaian tingkat kesehatan bank dan pertumbuhan laba terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti Judul Variabel penelitian Metode Analisis Jefry C. Pengaruh Independen: Analisis Pasaribu Tingkat Capital Regresi Solvabilitas, Adequacy Berganda, Uji Rentabilitas Ratio (CAR) t, dan Dan Likuiditas Debt to Korelasi Terhadap Equity Ratio Parsial Pertumbuhan (DER) Sederhana. Laba Pada Operation Perusahaan Cost Ratio Perbankan (OCR) Yang Loan to Terdaftar Deposit Di Bursa Efek Ratio (LDR) Indonesia Dependen: Pertumbuha n Laba. Hasil penelitian Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), Operation Cost Ratio (OCR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat Pertumbuhan Laba. Rikky Gusmanto Turnip 2009 Pengaruh Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Independen: Loan to Deposit Ratio (LDR) Capital Adequacy Ratio (CAR) Dependen: Pertumbuha n Laba. Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Uji f Loan To Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba

Reynaldo Hamonangan Simanjuntak 2009 Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Independen: Capital Adequacy Ratio (CAR) Debt to Equity Ratio (DER) Non Performing Loan (NPL) Operating Ratio Loan to Deposit Ratio (LDR) Dependen: Return On Equity (ROE) Analisis Regresi Berganda, Uji t, dan Uji f Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, dan Loan to Deposit Ratio berpengaruh negatif terhadap Return on Equity 2.3 Kerangka Konseptual Dalam melihat hubungan antara berbagai variabel, kerangka konseptual akan membantu menggambarkan hubungan yang dimiliki dari variabel yang ingin diketahui. Kerangka konseptual akan menghubungkan antara variabel variabel penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Erlina (2008:28) pengertian dari kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Dalam hal penilaian kesehatan, bank yang sehat adalah bank yang tingkat LDR-nya tinggi. Ini berarti bank cukup aktif dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat, sehingga dananya produktif dalam menghasilkan laba.

Faktor permodalan juga sangat penting dalam menjalankan kegiatan operasional bank untuk menunjang kebutuhannya. Begitu pula dengan kualitas yang baik dari pihak manajemen dalam pengelolaan kegiatan perbankan sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang akan berpengaruh pada tingkat laba. Dengan pengelolaan yang baik, suatu bank akan terus meningkatkan modalnya disertai dengan memperhatikan indikator kesehatan permodalan, yaitu CAR. Apabila CAR tinggi, maka bank pun akan leluasa memberikan kredit kepada masyarakat, dimana dengan pemberian kredit tersebut, bank akan memperoleh pendapatan bunga yang akan menyebabkan laba ikut meningkat. Kasmir (2008:157) mengatakan bahwa Debt to Equity Ratio berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio Debt to Equity Rasio berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin tinggi DER maka modal yang digunakan untuk menutupi hutang perusahaan akan semakin besar dan secara tidak langsung akan mengurangi jumlah modal yang akan digunakan untuk kredit yang nantinya akan mengurangi laba. Operation Cost Ratio atau rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan. Artinya, semakin rendah Operation Cost Ratio berarti semakin efisien kinerja bank tersebut dalam

mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Mengacu kepada dasar dan landasan teori, serta penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut: LDR H 1 CAR H 2 Pertumbuhan Laba (Y) DER H 3 OCR H 4 H 5 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Penelitian Menurut Erlina (2008:41) hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan

penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah: H 1 : Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba. H 2 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba. H 3 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba. H 4 : Operation Cost Ratio (OCR) berpengaruh secara parsial terhadap pertumbuhan laba. H 5 : Loan to Deposit Ratio (LDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Operation Cost Ratio (OCR) berpengaruh secara simultan terhadap pertumbuhan laba.