PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PJP II

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem IPTEK Nasional dalam Usaha untuk Meningkatkan Kemampuan Bangsa dalam Bidang Elektronika dan Telekomunikasi

PEMBANGUNAN PADA PJP II DAN REPELITA VI

/ti. KEPEMIHAKAN PEMBANGUNA NASIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEREKONOMIAN RAlffAT. Acc. i.jo.,.3t6fi.. Class

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

POTENSI, PERAN SERTA DAN KEBUTUHAN PENDIDlKAN TINGGI TEKNIK DALAM ALIH TEKNOLOGI

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SASARAN DAN KEBIJAKSANAAN POKOK PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KEDUA DAN REPELITA VI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peranan Sektor Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional Oleh: Iis Turniasih *), Nia Kania Dewi **)

2011 Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI

MENDORONG INOVASI DOMESTIK MELALUI KEBIJAKAN LINTAS LEMBAGA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Perlu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat dalam hal membaca.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

MEWUJUDKAN INSINYUR INDONESIA YANG KOMPETEN DAN PROFESIONAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN PEMBANGUNANASIONAL

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

Petunjuk Teknis Program HIBAH MITI

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHAP II BEBERAPA PERMASALAHAN PENTING *)1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGIJNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde

TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS

SAMBUTAN pada acara pemancangan tiang pertama Menara Masjid dan tiang pertama Auditorium ISLAMI CENTER, Ujung Pandang Minggu, 8 Mei 1994

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang melimpah. Sumber daya ini harus dapat

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

MANFAAT KEMITRAAN USAHA

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

INPRES 14/1999, PENGELOLAAN PROGRAM AKSI KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang saat ini lebih ditekankan pada

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Sebagaimana amanat Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

BAB III ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Bappeda Kotabaru

BAB 2 DASAR KEBIJAKAN BAGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. 2.1 Rencana Pembangunan Nasional dan Regional

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wilayah

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

, :* \y-d KONSEPSI PEMBANGUNAN DALAM PJP II. Dengan Tinjauan Khusus Mengenai Peran lptek DOKUIVIENTASI & ARSIP BAFPENAS. Acc. I.lo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

SEKILAS TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PENINGKATAN SDM IKM KAROSERI KE JAWA TIMUR

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

REVITALISASI KEHUTANAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

Transkripsi:

PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PJP II Oleh: Ginandjar Kartasasm ita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas Disampaikan pada Rakornas Ristek Xll Jakarta, 23 Mei 1994

PEMBANGUNAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNANASIONAL DALAM PJP II Oleh: M e nte ri w g u,"gj! iln*l 5#tF:Hil]li u n a n N a s i o n a / " Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Pendahuluan Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih atas kesempatan untuk memberikan masukan dalam forum Rapat Koordinasi Nasional Riset dan Teknologi (Rakornas Ristek) ke 12 ini. Memasuki periode Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP l1) ini, sebagai sumbangan pikiran saya akan mengutarakan beberapa pemikiran mengenai pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Repelita Vl sebagai awal dari PJP ll menandai suatu era yang sangat penting di dalam sejarah pembangunan bangsa Indonesia. Dalam era yang kita sebut sebagai tinggal-iandas dan era kebangkitanasional kedua, bangsa lndonesia telah bertekad untuk meningkatkan kemampuan nasionalnya agar dapat mengejar ketinggalan, berdiri sejajar dengan bangsa lain yang telah maju. Dalam rangka itu, maka titik berat pembanguna nasional dalam PJP ll oleh GBHN 1993 diletakkan di bidang ekonomi seiring dengan kualitas sumber daya manusia. GBHN 1993 juga mengamanatkan bahwa pembangunan ekonomi diarahkan pada terwujudnya perekonomianasional yang mandiri dan andal berdasarkan demokrasi ekonomi untuk meningkatkan kemakmuran seluruh rakyat secara selaras, adil, dan merata. Sedangkan c: ws6/samb-94/ristek94. bahan ceramah oada Rakornas Ristek Xll, Jaka.ta, 23 Mei 1994

pertumbuhan ekonomi harus didukung oleh peningkatan produktivitas dan ef isiensi serta sumber daya manusia yang berkualitas. Pembangunan industri dan pertanian serta sektor produktif f ainnya ditingkatkan dan diarahkan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Pembangunan industri ditingkatkan dan diarahkan agar sektor industri makin menjadi penggerak utama ekonomi yang efisien, berdaya saing tinggi, mempunyai struktur yang makin kukuh dengan pola produksi yang berkembang dari barang-barang yang mengandalkan pada tenaga kerja yang produktif dan sumber daya manusia yang melimpah menjadi barang yang bermutu, bernilai tambah yang tinggi, dan padat keterampilan. Untuk memenuhi berbagai amanat di atas, ffidka peranan iptek di dalam pembangunan bangsa Indonesia pada era tinggal landas ini, menjadi sangat penting Oleh karena itu, dapat dimengerti bila iptek di dalam GBHN 1993 telah diangkat menjadi salah satu asas dan bidang tersendiri dalam pembangunan nasional. Hal ini mengandung makna bahwa pembangunan di semua bidang harus didasarkan juga pada iptek. Tentang pembangunan iptek, GBHN 1993 mengamanatkan agar pemanf aatan, pengembangan, dan penguasaannya dapat mempercepat peningkatan kecerdasan dan kemampuan bangss, ffiempercepat proses pembaharuan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi, memperluas lapangan kerja, ffi ningkatkan kualitas, harkat dan martabat bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Amanat ini jelas menempatkan manusia dan bangsa Indonesia sebagai sasaran utama yang harus ditingkatkan kualitasnya dan kesejahteraannya. c: ws6/samb-94/ristek94, bahan ceramah pada Rakornas Sistek Xll, Jakarta, 23 Mei 1994 2

Apabila pada Lokakarya Nasional Riset dan Teknologi tahun yang lalu saya telah menyampaikan beberapa pokok pikiran untuk pengembangan kawasan timur Indonesia dan konsep kemitraan riset dan teknologi, maka pada kesempatan ini saya akan menguraikan beberapa hal, dalam kita memasuki Repelita Vl. Pokok pikirannya adalah bahwa pertumbuhan ekonomi yang kita harapkan, pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang kita upayakan dan stabilitas nasional yang menjadi tumpuan kita agar dapat membangun, adalah tidak mungkin dapat kita wujudkan tanpa kemampuan kita memanfaatkan, mengembangkan, dan menguasaiptek. Sebaliknya, harapan kita untuk dapat meningkatkan kemampuan dan menguasai iptek juga tidak terlepas dari kemajuan ekonomi yang kita hasilkan serta dukungan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Oleh karena, itu saling ketergantungan dari ketiga hal tersebut, yaitu iptek, ekonomi, dan SDM perlu samasama kita hayati. Pembangunan selama PJP I ttjlah menghasilkan banyak kemajuan. Dalam masa itu telah terjadi proses transformasi dari ekonomi agraris ke ekonomi industri. Selain dari itu, yang lebih mendasar lagi adalah terjadinya proses transformasi dari masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Tidak dapat disangkal lagi, besarnya peran iptek dalam keseluruhan proses tersebut Berbagai Masalah dalam Pembangunan lptek Dalam suasana dunia yang makin ketat persaingannya, kualitas sumber daya manusia menjadi f aktor penentu. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat dan kualitas pendidikan dan c: ws6/samb-94/ristelg4, bahan ceramah pada Rakornas Ristek Xll, Jakarta, 23 Mei 1994 3

kesehatannya, serta penguasaan ipteknya. Ketertinggalan kita dibanding negara lain dalam tingkat pendapatan mencerminkan pula ketertinggalan kita dalam penguasaan iptek. Oleh karena itu, iptek amat pokok kedudukannya dalam keseluruhan strategi pembangunan kita dan perlu dipacu perkembangannya. Kita menyadari bahwa untuk mempercepat perkembangan iptek dihadapi banyak masalah. Pada kesempatan ini ada baiknya beberapa masalah tersebut kita kaji kembali dalam Rakornas ini. Pertama, strategi dan kebijaksanaan bagi pemanfaatan dan pengembangan iptek. Apakah pemanfaatan dan pengembangan iptek dewasa ini sudah mampu menjawab tantangan dan permasalahan pembangunan masa depan, memasuki abad ke 21? Harus selalu kita ingat bahwa, disamping untuk meningkatkan produktivitas, maka pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek perlu pula diarahkan untuk mencari pemecahan masalah-masalah besar yang masih harus kita hadapi dalam PJP ll seperti pengangguran, kemiskinan, pembangunan daerah terbelakang seperti kawasan timur Indonesia dan berbagai ketimpangan sosial lainnya. Dengan perkataan lain, pemanfaatan dan pengembangan iptek harus terarah pula pada peningkatan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Kedua, mekanisme apa yang sebaiknya dikembangkan agar dapat menghasilkan strategi pengembangan iptek yang tepat, baik dalam arti hasilnya, prosesoyd, maupun peran serta dari para pelaku iptek, khususnya para peneliti. Ketiga, apa implikasi dari strategi dan kebijaksanaan pemanfaatan dan pengembangan iptek terhadap alokasi sumber daya seperti ketersediaan dana, tenaga, f asilitas riset dan teknologi yang ada, baik c: ws6/samb-94/ristek94, bahan csramah pada Rakornas Ristek Xll, Jakarta, 23 Mei t 994 4

dalam jumlah, kualitas maupun penyebarannyantarsektor dan antar wilayah dalam mendukung kegiatan pembangunan iptek. Demikian pula halnya dengan optimalisasi dalam pendayagunaan berbagai sumber daya tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu kita pikirkan secara saksama dengan memperhatikan kondisi iptek kita dalam memasuki tahap tinggal landas. Di sektor industri pada umumnya industri yang kita miliki di lndonesia belum sampai pada tahap rancang bangun dan teknologi produksi yang memadai untuk dapat menyerap perkembangan teknologi dan mengintegrasikannya ke dalam kegiatan industri itu sendiri. Sebagian besar dari proses pengalihan teknologi yang terjadi baru sampai pada pemanfaatan kemajuan teknologi yang terkandung dalam berbagai peralatan yang kita gunakan. Dari gambaran kemampuan t'eknologi yang dimiliki oleh industri lndonesia, dapat kita lihat masih besarnya ketergantungan industri kita pada paket-paket teknologi yang didapat melalui proses lisensi. Jelas bahwa bentuk kemampuan teknologi seperti ini menjadikan lndonesia sebagai perpanjangan atau perluasan pasar dari produk-produk teknologi tersebut. Dengan demikian, daya saing produk nasional secara umum sangat terbatas pada produk yang kandungan teknologinya rendah, dan hanya dilandaskan pada keuntungan faktor biaya produksi karena adanya sumber daya alam, tenaga kerja murah dan faktor-faktor keunggulan komparatif lainnya. Disamping itu, juga dapat kita lihat masih lemahnya hubungan kerjasama pengembangan teknologi dan produksi antar berbagai industri yang sebenarnya sangat diperlukan untuk mempercepat dan memperluas proses difusi teknologi ke dalam c: ws6/samb.94/ristek94, bahan ceramah pada Rakornas Ristek X[, Jakarta, 23 Mei 1994 5

kegiatan sosial ekonomi. Hal ini tercermin pula dari lemahnya kapasitas absorbsi industri terhadap hasil-hasil dari berbagai badan litbang baik yang ada di pemerintah, maupun yang ada di perusahaan-perusahaan swasta, serta kaitannya dengan pendidikan kita. Hal lain yang juga perlu kita pikirkan kembali dalam kaitannya dengan proses alih teknologini adalah bagaimana kita mengembangkan dan melembagakan proses alih teknologi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara terintegrasi dalam perancangan berbagai proyek berskala besar. Dengan demikian, disamping akan dihasilkan luaran fisik, juga akan dihasilkan sumber daya manusia iptek yang berkualitas, dan menjadi modal pembangunan yang tangguh pada tahapan berikutnya. Selain alih teknologi atau penerapan teknologi dari luar, yang sesuai dengan kebutuhan, kita juga perlu lebih berupaya mengurangi ketergantungan teknologi dalam rangka menuju kemandirian. Memang dengan dunia yang makin menyatij, informasi yang makin deras dan taraf kemajuan iptek yang makin canggih dan rumit, akan sulit dilihat asal asli iptek. Namun, bagaimanapun juga mengembangkan kekuatan iptek nasional amat penting untuk membangun kemandirian. Untuk itu, perlu kita kaji berbagai aspek penelitian dan pengembangan. Walaupun pada tingkat nasional telah dilakukan cukup banyak investasi untuk mengembangkan lembaga litbang, laboratorium penelitian, dan pusat pelayanan teknologi, namun dampaknya terhadap perkembangan industri masih belum sesuai harapan. Sementara itu, perkembangan industri yang dalam PJP ll diharapkan menjadi pendorong bagi perkembangan ekonomi nasional c: ws6/samb-94/ristek94, bahan ceramah pada Rakornas Ristek Xll, Jaka.ta, 23 Mei 1994 6

menghadapi tantangan yang tidak kecil juga. Pemasaran produk yang mempunyai kandungan teknologi rendah akan mendapat persaingan yang semakin ketat dari negara-negara berkembang lain. Sedangkan penguasaan produk yang mempunyai kandungan teknologi tinggi dihadapkan pada kecenderungan berbagai bentuk proteksi, seperti melalui standar dan batasan teknologi. Disamping itu, perkembangan iptek yang pesat telah pula mengakibatkan interaksi yang kompleks antardisiplin ilmu pengetahuan, serta antara kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi sehingga suatu teknologi menjadi cepat usang. Interaksini telah mengakibatkan semakin luasnya spektrum iptek yang perlu dikuasai dan erat kaitannya dengan pertumbuhan kemampuan daya saing suatu kegiatan usaha atau bahkan daya saing nasional. Kesemua hal tersebut akan menjadi tantangan bagi perkembangan industri nasional, berdasarkan peningkatan penguasaan iptek. Kita menghadapi pula masalah yang amat mendasar yaitu keterkaitan iptek dengan masyarakatnya. Kita sudah menyadari bahwa iptek tidak tumbuh diruang hampa. Medfumnya adalah budaya masyarakatnya.iptek adalah produk budaya masyarakat. Perkembangan iptek mencerminkan perkembangan peradaban suatu masyarakat. Kemajuan iptek akan meningkatkan kualitas peradaban suatu masyarakat. Sebaliknya, peningkatan kualitas peradaban suatu masyarakat akan menghasilkan karya-karya yang lebih tinggi tatanannya, termasuk karya-karya iptek. Dengan kata lain iptek harus berakar di masyarakat. Kita sering mengabaikan keterkaitan iptek dengan masyarakat ini. Kadangkala usaha memajukan iptek tidak memperhatikan tingkat kesiapan atau kesesuaian dengan masyarakatnya. Pertumbuhan serupa ini, amat dipaksakan, dan tidak menjamin kesinambungan (sustainability) kemajuan iptek. Hal ini tidak lebih baik dari kurangnya kadar teknologi masyarakat yang mengakibatkan kerdilnya masyarakat dibanding c: ws6/samb.94/ristek94, bahan ceramah oada Rakornas Ristek Xll, Jakarta, 23 Mei 1994

bangsa-bangsa lain. Dalam konteks ini terkait persoalan, bagaimana kita mengembangkan budaya secara tepat, agar dapat menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan iptek yang sehat dan kukuh. Pembangunan iptek Sebagai Penggerak Pembangunan Nasional Untuk mengatasi beberapa tantangan yang dikemukakan tadi diperlukan berbagai upaya. Dalam rangka itu dalam Repelita Vl ditempuh berbagai kebijaksanaan yang meliputi (1) mengembangkanilai-nilai iptek dan membentuk budaya iptek di masyarakat, (2\ mendorong kemitraan riset; (3) mempercepat upaya manuf aktur progresif, (41 meningkatkan mutu produk dan proses produksi, produktivitas, efisiensi, dan inovasi dalam penguasaan iptek; (5) meningkatkan kualitas, kuantitas, dan komposisi sumber daya manusia iptek; dan (6) mengembangkan penataan dan pengelolaan kelembagaan iptek. Pengembanganilai-nilaipt'Ek dan budaya iptek di masyarakat adalah memanfaatkan potensi nilai-nilai budaya bangsa untuk mendorong pengembangan nilai dan budaya iptek di masyarakat. Dalam rangka itu, kita ingin memasyarakatkanilai-nilai iptek sedini mungkin, baik melalui lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat dengan menekankan pada usaha untuk membentuk sumber daya manusia yang memiliki kemampuan menyerap, memanfaatkan, menyebarluaskan pemahaman dan menerapkan asas iptek. Yang juga tidak kalah penting adalah mengembangkan sikap penghargaan masyarakat terhadap karya ilmiah dan ilmuwan kita sendiri. Dalam hubungan ini amat penting pula upaya memadukan nilai-nilai keagamaan, kemanusiaan, dan seni, di satu sisi dan iptek di sisi lain. c: ws6/samb.94/ristek94, bahan cetamah pada Rakotnas Rislek Xll, Jakar!a, 23 Mei 1994 8

Nilai dan budaya iptek dalam masyarakat akan makin berkembang apabila kegiatan iptek dilaksanakan dengan makin meluas dan meningkat. Meluasnya upaya pengembangan iptek akan terjadi, dpabila kemitraan riset antara pemerintah dan masyarakat juga berkembang. Dalam suatu negara maju, dimana kadar iptek telah tinggi, maka peranan masyarakat dalam perkembangan iptek menjadi lebih besar. Oleh karena itu, apabila pada saat ini diperkirakan sekitar B0 persen dari total biaya kegiatan penelitian dan pengembangan adalah pembiayaan pemerintah, maka diharapkan pada akhir PJP ll akan terjadi pergeseran peran pembiayaan pemerintah menjadi 20-30 persen. Demikian pula, apabila pada saat ini sekitar 7O persen biaya kegiatan iptek tersebut dipergunakan untuk kegiatan di lembaga pemerintah, pada akhir PJP ll diharapkan 6O-70 persen dari total biaya kegiatan iptek dipergunakan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu produk dan mutu proses produksi agar meningkatkan daya saing di pasar internasional. Dengan pergeseran tersebut diharapkan akan meningkat pula biaya kegiatan pengembangan iptek dari yang saat ini sekitar 0,3 persen terhadap PDB menjadi sekitar 2 persen pada.akhir PJP ll. Pengembangan kemitraan yang saya singgung tadi, diperlukan untuk melakukan transformasi kemampuan iptek melalui upaya manufaktur progresif di lingkungan industri. Upaya demikian perlu agar kemajuan iptek tidak dilandaskan hanya pada sumber daya alam dan tenaga kerja murah, tetapi juga dilandaskan pada kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan proses produksi secara efisien dan produktif. Oleh karena itu, kita perlu memacu kelangsungan tahapan transformasi manufaktur progresif yang diawali dari pembentukan kemampuan memanf aatkan teknik produksi dan teknologi, kemudian secara bertahap menuju ke tahap ilmu pengetahuan terapan dan ilmu pengetahuan dasar. Sebaliknya, kita juga perlu mendorong ilmu c: ws6/samb.94/ristek94, bahan ceramah pada Rakornas Ristek Xll, Jakarta, 23 Mei 1994 9

pengetahuan yang penting bagi pembangunan di masa mendatang, yang tahapannya diawali dari penguasaan ilmu pengetahuan dasar dan ilmu pengetahuan terapan yang kemudian berakhir pada kemampuan untuk mengintegrasikannya ke dalam teknologi dan teknik produksi. Sementara itu, juga penting upaya untuk menciptakan iklim usaha yang dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, kreativitas, dan kemampuan rancang bangun. Peningkatan mutu produk dan proses produksi, standardisasi dan pengujian diperlukan sebagai jaminan untuk menghadapi persaingan internasional dan meningkatkan daya saing sektor produksi secara luas. Berbagai upaya tadi memerlukan dukungan kualitas, kuantitas dan komposisi sumber daya manusia yang memadai. Untuk itu, kita perlu meningkatkan kemampuan lembaga iptek pemerintah dan swasta dalam mengembangkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan terapan, dan ilmu pengetahuan dasar yang diperhitungkan akan memiliki nilai strategis dan dapat diunggulkan di masa meiidataflg, untuk kemudian dipadukan ke dalam cara-cara pelaksanaan teknologi dan teknik produksi melalui peningkatan kegiatan penelitian dan rekayasa. Untuk itulah dalam PJP ll dan Repelita Vl ini, kebutuhan tenaga pelaksana dan ilmuwan yang berkualitas perlu terus ditingkatkan, untuk kemudian secara bersamaan disebarluaskan ke berbagai lembaga pendidikan, lembaga penelitian, di sektor yang membutuhkan. Dalam pengembangan iptek, aspek kelembagaan merupakan hal yang sangat penting. Aspek kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan dalam arti luas, yaitu mencakup adat dan tradisi kita dalam hubungannya dengan iptek; peraturan perundang-undangan yang mengatul, ffrengkondisikan dan mengendalikan iptek; dan sistem c: ws6/samb.94/ristekg4. bahan ceramah gada Rakornas Ristek Xll, Jakarta. 23 Mei I 994 10

organisasi iptek. Mengingat tatanan kelembagaan ini yang "mengorganisasikan" seluruh sumberdaya iptek yang kita miliki, ffioka betapa pentingnya kita mencurahkan pemikiran dalam mencari alternatif wujud dan jiwa tatanan kelembagaan iptek yang bukan hanya dapat meningkatkan ef isiensi dan ef ektivitas pengalokasian dana penelitian dan pengembangan, tetapi yang lebih penting lagi adalah mampu mendorong tumbuhnya budaya iptek masyarakat. Dalam tatanan kelembagaan diupayakan untuk meningkatkan kemampuan SDM yang lebih produktif, kreatif, dan inovatif sehingga pertumbuhan produktivitas nasional akan meningkat dan mempercepat peningkatan kemampuan bangsa untuk membangun secara mandiri, dan secara bertahap membentuk keunggulan untuk memenangkan persaingan yang akan makin ketat secara global. Penutup Dengan didudukkannya iptek sebagai asas pembangunan dan sebagai salah satu bidang pembangunan yang sejajar dengan bidang pembangunan lainnya, maka secara sadar kita mengakui dan memahami betapa pentingnya iptek bagi kehidupan bangsa dan negara kita terutama dalam menjamin kesinambungan pembangunan nasional. Dengan diselenggarakannya Rakornas Ristek sebanyak dua belas kali -termasuk yang kita laksanakan saat ini- maka saya yakin banyak yang kita hasilkan. Saya sangat mengharapkan hasil-hasil tersebut dapat menjadi tumpuan kita dalam mengarahkan terwujudnya sistem iptek nasional yang bukan hanya efisien, tetapi juga mampu mendorong tumbuhnya kreativitas, daya inovasi, produktivitas, dan daya saing bangsa kita. c: ws6/samb.94/ristekg4, bahan ceramah pada Rakornas Ristek Xll, Jakatta, 23 Mei I 994 11

Saya juga percaya bahwa Rapat Koordinasi Nasional Ristek kali ini, dapat menghasilkan rumusan-rumusan konkrit sehingga perannya untuk memandirikan bangsa ini akan cepat tercapai. Di tangan Saudarasaudara kemajuan bangsa akan bertumpu. Untuk itu saya sarankan agar Rakornas ristek ini mempelajari dan berpegang pada arahan GBHN 1993 yang telah dijabarkan dalam Repelita Vl, bukan hanya dalam Buku ll Bab 14 tentang llmu Pengetahuan dan Teknologi tetapi juga bab-bab yang terkait lainnya. Terima kasih dan selamat berapat koordinasi. Jakarta, 23 Mei 1994 c: ws6/samb-94/ristek94, bahan ceramah pada Rakotnas Ristek Xtl, Jakarta, 23 Mei 1994 12