/ti. KEPEMIHAKAN PEMBANGUNA NASIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEREKONOMIAN RAlffAT. Acc. i.jo.,.3t6fi.. Class
|
|
- Hadi Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 /ti KEPEMIHAKAN PEMBANGUNA NASIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEREKONOMIAN RAlffAT Oleh: Ginandjar Kartasasm ita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas DGKUMIt{TASt & i.iisiir BAPFiligFuS Acc. i.jo.,.3t6fi.. Class Disampaikan pada Rapat Pimpinan Dewan Koperasi Indonesia Jakarta, 5 April 1995
2 KEPEMIHAKAN PEMBANGUNA NASIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEREKONOMIAN RAKYAT Oleh: Ginand.!ar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas Pendahutuan Sejak kita memasuki PJP ll, perekonomian rakyat menjadi topik yang hangat dibicarakan di berbagai forum. Ekonomi rakyat memperoleh perhatian dan sorotan dari banyak pihak. Sebenarnya perhatian dan sorotan tersebut bukan hanya terjadi di dalam negara kita, melainkan juga di seluruh dunia. Belu.m lama berselang, seperti dimaklumi, telah berlangsung KTT Dunia Pembangunan Sosial di Kopenhagen, Denmark. Dalam KTT ini lndonesia dengan berbagai pengalamannya telah memberikan sumbangan pemikiran bagi pemecahan masalah kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar penduduk dunia. Meningkatnya kepedulian di kalangan bangsa-bangsa di dunia terhadap masalah kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan, yang berarti memberikan perhatian khusus pada ekonomi rakyat kecil, sqngguh menggembirakan karena misi pembangunan pada hakekatnya adalah mengangkat harkat dan martabat rakyat. Bagi bangsa Indonesia upaya mengatasi kesenjangan sosial ekonomi dan menanggulangi kemiskinan telah dilakukan sejak PJP l, antara lain melalui strategi delapan jalur pemerataan. d: data/samb-95/dekopin/rapim, Sambutan MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarta, 5 April 1995
3 Saya tidak akan menguraikan satu per satu apa yang telah kita capai di berbagai bidang dan sektor pembangunan sebagai hasil PJP L Saya yakin kita semua sudah mengetahuinya karena telah banyak dan sering dibicarakan dalam berbagai forum dan dipaparkan secara meluas di media massa. Secara terinoi kesemua itu telah diuraikan dalam buku Rencana Pembangunan Lima Tahun Keenam (1994/ /99). Walaupun sudah banyak hasil yang dicapai selama PJP l, namun masih lebih banyak lagi tantangan pembangunan yang kita hadapi. Salah satunya adalah mengurangi atau memperkecil kesenjangan sosial ekonomi antara berbagai kelompok dalam masyarakat dan menghilangkan berbagai bentuk kemiskinan dan keterbelakangan. Adanya kesenjangan sosial ekonomi dalam masyarakat tampak pada perbedaan pendapatan dan kesejahteraan yang menyolok antara satu kelompok dengan kelompok laln dalam masyarakat. Ada kelompok masyarakat yang tingkat pendapatan dan kesejahteraannya sangat tinggi, ada pula kelompok masyarakat yang pendapatan dan kesejahteraannya rendah, dan ada pula kelompok masyarakat yang pendapatan dan kesejahteraannya sangat rendah atau miskin sekali. Kegiatan perekonomian masyarakat lapisan bawah inilah yang disebut ekonomi rakyat yaitu kehidupan ekonomi "seadanya" dengan mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam setempat. Sampai saat ini memang belum ditemukan batasan ekonomi rakyat yang memuaskan semua pihak, Namun demikian, sebagai pendekatan, ekonomi rakyat dapat dikenal dari ciri-ciri pokoknya yang bersifat tradisional, skala usaha kecil dan subsisten artinya produksi diarahkan untuk konsumsi sendiri, kegiatan atau usaha ekonomi bersifat sekedar untuk bertahan hidup lsurvivall. d: data/samb-95/dekopin/rapim, Sambutan MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarta, 5 April 1995
4 Sebab-sebab Ketertinggalan Ekonomi Rakyat. Sebaiknya kita mulai pembahasan ini dengan terlebih dahulu mengkaji apa faktor-faktor yang menyebabkan ketertinggalan perkembangan ekonomi rakyat tersebut. Pada dasarnya lambatnya perkembangan ekonomi rakyat disebabkan sempitnya peluang untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Sempitnya peluang berpartisipasi dalam pembangunan disebabkan oleh kurangnya penguasaan dan pemilikan aset produksi terutama tanah dan modal. Sensus Pertanian tahun 1993 memperlihatkan bahwa petani yang memiliki tanah kurang dari 0,5 ha jumlahnya sangat besar yaitu sekitar "l 1 juta keluarga,,meningkat dari tahun 1983 yaitu sebanyak 10 juta keluarga. Sempitnya penguasaan dan pemilikan lahan, ditambah pula dengan kurang tersedianya modal, telah mengakibatkan rendahnya produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani. Pada umumnya petani lahan sempit tidak memiliki surplus pendapatan untuk bisa ditabung bagi pembentukan modal. Pendapatbn yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi kebutuhan konsumsi pokok. Karena itu petani kecil tidak pernah mampu meningkatkan taraf hidupnya ke tingkat yang lebih layak. Tidak terbatas hanya di sektor pertanian, di sektor industri dan jasa pun, usaha-usaha rakyat senantiasa menghadapi kendala yang sama. Selain kekurangan pemilikan aset produksi, nilai tukar komoditi yang dihasilkan oleh usaha rakyat terhadap komoditi yang dikonsumsinya, yakni yang dihasilkan oleh usaha besar dan industri pada umumnya adalah rendah. Rendahnya nilai tukar hasil produksi petani terhadap hasil produksi usaha besar dan industri, di samping akses ke pusat pemasaran yang sempit, juga karena d: data/samb-95/dekopin/rapim, Samburan MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarb, 5 Aptil 1995
5 kelembagaan usaha rakyat belum berperan dalam memfasilitasi kegiatan ekonomi rakyat itu. Segi lain yang merupakan inti kelemahan ekonomi rakyat adalah masih rendahnya kemampuan sumber daya manusia yang menggerakkannya. Berbagaindikator menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan derajat kesehatan rata-rata penduduk kita memang mulai menunjukkan peningkatan. Namun demikian bila diukur dari indeks pengembangan sumber daya manusia {Human Development lndex = HDI) menurut UNDP tahun 1994, kualitas sumber daya manusia kita termasuk peringkat sangat di bawah, yaitu 105 dengan angka HDI 0,586. Negara-negara ASEAN lainnya, kecuali Philipina, HD -nya sudah masuk ke peringkat antara 43 dan 54 dengan angka indeks antara O,778-O,838. Korea Selatan pada peringkat 32 dengan HDI 0,859 dan China pada peringkat 94,(HDl 4,6441. Pemihakan kepada perekonomian rakyat berarti memberikan perhatian khusus kepada upaya peningkatan ekonomi rakyat. Perhatian khusus ini harus diwujudkan dalam langkah-langkah strategis yang diarahkan secara langsung pada perluasan akses rakyat kepada sumber daya pembangunan disertai penciptaan petuang yang seluas-luasnya bagi masyarakat di lapisan bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan sehingga mampu mengatasi kondisi keterbelakangan dan memperkuat posisi daya gaing ekonominya. Upaya Pengembangan Ekonomi Rakyat Dalam PJP ll Pengalaman bangsa-bangsa lain membuktikan, bahwa pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan memang d: data/samb-95/dekopin/rapim, Sambuan MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarta, 5 April 1995
6 diperlukan, tetapi belum menjamin tercapainya kesejahteraan yang merata pada semua lapisan masyarakat. Bertolak dari pemahaman tersebut, maka dalam PJP ll yang dimulai dengan Repelita Vl, kita telah membulatkan tekad untuk memperkecil kesenjangan sosi,al ekonomi tersebut dengan memberikan perhatian sebesar-besarnya pada upaya mernperkuat (empowering) ekonomi rakyat melalui berbagai'kebij,aksanaan pembangunan. Upaya ini bukan saja merupakan amanat konstitusi, melainkan juga merupakan misi kernhnusiaan sebagaimana digariskan dalam falsafah Pancasila. Melalui langkah-langkah pemihaka:n yang nyata ingin diupayakan agar pertumbuhan ekonomi rakyat berlangsung lebih cepat dengan tetap memberikan tekanan bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup tinggi. Strateginya berpusat pada upaya mendorong percepatan perubahan struktural sehingga memperkuat kedudukan dan peran ekonomi rakyat dalam perekonomian nasional. Perubahan struktural ini meliputi proses perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi yang lemah ke ekonomi yang tangguh, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dan dari kedudukan ketergantungan kepada kedudukan kemandirian. Perubahan struktural serupa ini mensyaratkan langkahlangkah mendasar yang meliputi pengalokasian sumber daya, penguatan kelembagaan, serta pemberdayaan manusianya. Dalam upaya itu ada beberapa langkah strategis yang harus ditempuh, antara lain adalah sebagai berikut. Pertama, peningkatan akses kepada aset produksi (productive assets). Bagi masyarakat petani yang masih dominan dalam d: dala/samb-95/dekopin/rapim, Sambutan MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarta, 5 April 1995
7 ekonomi rakyat, modal produktif yang utama adalah tanah. Oleh karena itu, kebijaksanaan pemilikan, penguasaan dan penggunaan tanah sungguh penting dalam melindungi dan memajukan ekonomi rakyat ini. Segi lain yang juga sangat mendasar yang berkaitan dengan akses kepada aset produksi adalah akses kepada dana. Sangat mutlak tersedianya kredit yang memadai untuk menciptakan pembentukan modal bagi usaha rakyat sehingga dapat meningkatkan produksi, pendapatan, dan menciptakan surplus, dan terjadilah proses pemupukan modal untuk pengembangan usaha. Akses kepada dana harus diartikan sebagai keterjangkauan. Keterjangkauan ini memiliki dua sisi. Pertama, ada pada saat diperlukan, dan kedua, dalam jangkauan kemampuan untuk memanfaatkannya. Akses terhadap aset produksi yang tidak kurang pentingnya adalah akses kepada teknologi. Kita tidak berbicara mengenai teknologi tinggi yang rumit, tetapi teknologi sederhana yang aplikasinya dapat meningkatkan produktivitas atau jaminan produksi yang memberi hasil berupa peningkatan pendapatan yang nyata. Kedua, memperkuat posisi transaksi usaha ekonomi rakyat. Sebagai produsen dan penjual, posisi dan kekuatan rakyat dalam perekonomian masih sangat lemah. Mereka adalah price taker karena jumlahnya sangat banyak, sedangkan pangsa pasar masing-masing sangat kecil. Mereka tidak dapat menambah atau mengurangi persediaan barang secara cepat mengikuti naik turunnya harga. d: data/samb-95/dekopin/rapim, Sambukn MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarra, 5 April 1995
8 Untuk meningkatkan posisi tawar rakyat harus dibuka dan diperluas akses terhadap pasar dan dikembangkan kelembagaan usaha yang mampu menghimpun kegiatan ekonomi rakyat dan sekaligus mernperkuat posisinya terhadap kegiatan usaha yang sudah mulai berkembang. Untuk membuka dan memperluas akses terhadap pasar teramat penting upaya membangun prasarana dasar di perdesaan serta mengembangkan sistem transportasi yang sesuai untuk menghubungkan pusat-pusat kegiatan ekonomi rakyat, khususnya daerah perdesaan, dengan pusat-pusat pemasaran yaitu daerah perkotaan. Adanya dan berperannya lembaga ekonomi rakyat, khususnya koperasi, amat diperlukan dalam memperkuat posisi transaksi usaha ekonomi rakyat terhadap kekuatan-kekuatan ekonomi pasar yang lebih kuat dan lebih maju. Dalam wadah koperasi, potensi yang ada dan dimiliki oleh rakyat dapat dihimpun dan dikembangkan secara lebih terarah sehingga efisiensi dapat ditingkatkan. Ketiga, untuk memperluas peluang bagi tumbuh dan berkembangnya ekonomi rakyat diperlukan penataan dan pengembangan kelembagaan serta pranata sosial dan ekonomi, terutama di perdesaan. Upaya ini berkait dengan proses modernisasi kehidupan masyarakat. Dalam rangka itu pula perlu dikembangkan perangkat peraturan perundang-undangan yang melindungi dan mengatur kehidupan ekonomi rakyat banyak. Peraturan perundangan seperti Undang-undang usaha kecil dan persaingan usaha yang sehat amat dan segera diperlukan. Peraturan tersebut tidak boleh hanya sekedar untuk formalitas, tetapi harus benar-benar efektif dan "bergigi" sehingga dapat mengarahkan perkembangan ekonomi kita secara konsekuen dan tegas menuju ekonomi demokrasi. d: ddta/samb-95/dekopin/rapim, Sambuun MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarta, 5 April 1995
9 Keempat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama melalui peningkatan dan pemerataan pelayanan di bidang pendidikan dan kesehatan, Kualitas sumber daya manusia merupakan kunci bagi peningkatan prestasi kerja dan keberhasilan usaha. Dalam PJP I upaya ini telah dilaksanakan dengan hasil yang menggembirakan. Dalam PJP ll harus dilanjutkan dan makin ditingkatkan. Program pendidikan dasar I tahun adalah salah satu di antara program strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia perdesaan. Selain itu kualitas pendidikan harus ditingkatkan, terutama pendidikan teknis yang memberikan keterampilan praktis. Pelayanan kesehatan harus makin meluas dan menjangkau masyarakat yang paling terpencil, disertai upaya peningkatan gizi masyarakat. Di samping bertambahnya pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan, kesehatan berperan besar pula dalam menentukan produktivitas dan efisiensi kerja masyarakat. Di samping kebijaksanaan-kebijaksanaan pokok pengembangan ekonomi rakyat seperti diuraikan di atas, diperlukan pula berbagai kebijaksanaan pendukung. Kebijaksanaan ini antara lain mencakup pengelolaan ekonomi makro yang baik, pengembangan kebijaksanaan sektoral yang efisien, dan pengembangan kebijaksanaan regional yang makin merata, Pengelolaan ekonomi makro ditujukan untuk mengendalikan gejolak-gejolak di bidang ekonomi seperti inflasi. Stabilitas ekonomi merupakan prasyarat bagi berkembangnya setiap usaha di bidang ekonomi, terutama ekonomi rakyat yang masih lemah. d: data/samb-95/dekopin/rapim, Sambutan MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarta, 5 April 1995
10 Bila terjadi gejolak seperti kenaikan harga maka yang pertamatama memperoleh dampak negatif dan paling menderita adalah rakyat kecil. Dalam kerangka kebijaksanaan ekonomi makro ini termasuk kebijaksanaan harga bahan pokok, kebijaksanaan upah minimum regional, kebijaksanaan perpajakan, kebijaksanaan investasi dan sebagainya. Kesemuanya itu haruslah secara maksimal menunjang pengembangan ekonomi rakyat. Kebijaksanaan sektoral ditujukan untuk meningkatkan produksi barang-barang kebutuhan masyarakat dan penyediaan bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Upaya ini meliputi program-program di berbagai sektor seperti pertanian, industri, dan jasa, yang harus menuju kepada penguatan ekonomi rakyat. Dalam rangka ini perlu dikembangkan industri rakyat dan indusili perdesaan terutama yang berbasis pertanian, sebagai landasan bagi pertumbuhan ekonomi rakyat yang berkelanjutan. Kebijaksanaan regional diarahkan untuk memperluas dan meningkatkan peluang bagi pemerintah dan masyarakat di daerahdaerah untdk berpartisipasi dan berperan dalam semua kegiatan pembangunan di daerahnya. Salah satu langkah mendasar menuju ke arah itu adalah mengembangkan otonomi daerah dengan titik berat pada Daerah Tingkat ll. Partisipasi rakyat dalam pembangunan tidak boleh hanya berhenti pada otonomi di tingkat ll, tetapi harus sampai pada akarnya, yaitu di tingkat perdesaan. Dalam kaitan ini, perhatian perlu diberikan pada penguatan kelembagaan yang akan menggerakkan otonomi seperti tersebut di atas terutama di tingkat perdesaan seperti LKMD dan UDKP. d: data/samb-95/dekopin/rapim, Sambutan MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarta, 5 April 1995
11 Kebersamaan Sebagai Landas Pacu Pengembangan Ekonomi Rakyat Dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan ekonomi rakyat melalui koperasi masih banyak kendala yang perlu kita atasi. Salah satu yang mendasar adalah pendekatannya' Selama PJP I berbagai upaya telah kita lakukan untuk meningkatkan peranan koperasi sebagai wadah ekonomi rakyat' Banyak peluang telah kita ciptakan. Kelembagaan dan perangkat-perangkat pendukung kita kembangkan. Namun demikian peranan dan sumbangan koperasi dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rakyat lapisan bawah belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Sebaliknya ada kekhawatiran bahwa koperasi lebih banyak memberi manfaat kepada para pengurus, bukan kepada anggota. Sebagai orang-orang yang masih tetap percaya bahwa koperasi adalah alat yang mampu mengangkat harkat dan martabat rakyat, kita harus berani mengakui bahwa memang perjalanan koperasi selama ini belum menunjukkan bahwa kita makin mendekat pada cita-cita proklamasi seperti tertuang dalam Undang-Undang Dasar. Ada kemungkinan pendekatan yang kita lakukan selama ini belum tepat. Seolah-olah ada kesan bahwa kita lebih memperhatikan legalitas formal wadah koperasi ketirhbang mengembangkan prinsip dasarnya yaitu kebersamaan dalam menjalankan usaha. Legalitas organisasi memang diperlukan, tetapi yang lebih penting dalam mengembangkan ekonomi rakyat adalah bagaimana menggerakkan dan mendorong berbagai kegiatan usaha produktif dan inovatif berdasarkan semangat kebersamaan, kegotongroyongan, dan kekeluargaan. Oleh karena d: daa/samb-95/dekopin/rapim, Sambutan MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarta, 5 April 1995
12 itu, sekali lagi ingin saya garis bawahi, bahwa kalau kita sungguhsungguh ingin memajukan kopersi yang harus kita dorong adalah prinsip bahwa koperasi adalah gerakan dari bawah, yang intinya adalah semangat kekeluargaan. Dalam program ldt, kebersamaan, kegotongroyongan dan kekeluargaan dikembangkan melalui kelompok masyarakat {pokmas), Melalui pokmas kegiatan ekonomi produktif diciptakan, digerakkan, dan dikembangkan. Untuk memungkinkan hal itu maka kepada setiap pokmas disediakan modal awal disertai pendampingan. Melalui mekanisme ini kelompok masyarakat dibina untuk mengembangkan ekonominya melalui wadah yang menerapkan prinsip koperatif. Pengembangan perangkat-perangkat usaha dilakukan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan kegiatan usaha. Apabila volume usahanya telah cukup besar dan perangkat organisasinya telah lengkap yang didukung oleh sumber daya manusianya yang tangguh, barulah dipikirkan kebutuhan akan legalitas badan usaha. Dengan sendirinya badan usaha yang pating tepat adalah koperasi, dan pembinaannya harus kita arahkan ke sana. Dihadapkan pada perkembangan ekonomi nasional yang pesat dewasa ini dan tantangan globalisasi ekonomi, serta kenyataan adanya kesenjangan antara pelaku-pelaku ekonomi kita, dalam wadah usaha swasta, BUMN dan koperasi, pemahaman terhadap koperasi sebagai wadah ekonomi rakyat masih perlu kita samakan. Atas dasar itu kita menyusun strategi untuk membangun dalam arah dan dengan pendekatan yang tepat. Untuk itu peranan Dekopin sangat sentral. d: data/samb-95/dekopin/rapim, Sambutan MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarh, 5 April 1995
13 Penutup Sebagai akhir kata, saya mengharapkan agar Rapim ini dapat menelorkan gagasan strategis bagi pengembangan kelembagaan koperasi baik untuk jangka pendek lima tahun ke depan maupun un,tuk jangka panjang, sejalan dengan tahapan pembangunan nasional kita. Kita ingin mencegah koperasi ketinggalan makin jauh, yang berarti makin jauh pula kita dari upaya mewujudkan amanat konstitusi. Selamat dan terima kasih. Jakarta, 5 April 1995 d: data/samb-95/dekopin/rapim, Sambutan MENPPN pada Rapim Dekopin, Jakarta, 5 April
Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan
Program Pengentasan Kemiskinan melalui Penajaman Unit Pengelola Keuangan I. PENDAHULUAN Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencakup perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial,
Lebih terperinciOptimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha
Optimalisasi Unit Pengelola Keuangan dalam Perguliran Dana sebagai Modal Usaha I. Pendahuluan Situasi krisis yang berkepanjangan sejak akhir tahun 1997 hingga dewasa ini telah memperlihatkan bahwa pengembangan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciImplementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program
Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK) mulai tahun Konsepsi Pemberdayaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciPENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II
PENGEMBANGAN EKONOMI RAKYAT MELALUI PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II PENDAHULUAN Pembangunan nasional merupakan wahana bagi kita untuk membangun kualitas manusia dan kualitas masyarakat Indonesia yang maju
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk
Lebih terperinciPEMBANGUNAN PADA PJP II DAN REPELITA VI
PERANAN HUKUM DALAM PEMBANGUNAN PADA PJP II DAN REPELITA VI Oleh: M e n te r i N e s a ra?t,1x1'# 51itF:il'#E u n a n N a s i o n a / Ketua Bappenas L\C!{UM[:i'.,lT..\Sl & AF]Si F ffia$)elei'-i;\} Acc.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dalam air ( tempat tumbuhnya) akan terbawa juga bagian-bagian lain dari
BAB V PENUTUP 1.1. Kesimpulan 1. Produksi kerajinan enceng gondok sewaktu mengangkat eceng gondok dari dalam air ( tempat tumbuhnya) akan terbawa juga bagian-bagian lain dari tanaman secara lengkap, seperti
Lebih terperinciMELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara
MELIHAT POTENSI EKONOMI BAWEAN pada acara PEMBUKAAN PSB KOTA SURABAYA Oleh: Dr. Asmara Indahingwati, S.E., S.Pd., M.M TUJUAN PROGRAM Meningkatkan pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat Daerah. Mempertahankan
Lebih terperinciagribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda
16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah, pembangunan ekonomi menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam daerah maupun faktor eksternal, seperti masalah kesenjangan dan isu
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Indonesia pada September tahun
Lebih terperinciKONSEP OPERASIONAL UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL
KONSEP OPERASIONAL UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL Jakarta, 9 Maret 1994 KONSEP OPERASIONAL UPAYA PENAGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI INPRES DESA TERTINGGAL Pendahuluan Upaya
Lebih terperinciI. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan
Lebih terperinciSASARAN DAN KEBIJAKSANAAN POKOK PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KEDUA DAN REPELITA VI
SASARAN DAN KEBIJAKSANAAN POKOK PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KEDUA DAN REPELITA VI Oleh: Ginandjar Kartasasm ita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas DOI.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat terkait erat dengan pembangunan sosial masyarakatnya. Pada awalnya pembangunan ekonomi lebih diprioritaskan pada pertumbuhannya saja, sedangkan
Lebih terperinciKONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan
KONSEP DASAR PERKOPERASIAN 1. Pendahaluan Selama ini diketahui bahwa perkembangan Koperasi dan peranannya dalam perekonomian nasional belum memenuhi harapan, khususnya dalam memenuhi harapan sebagai sokoguru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinciASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Disampaikan pada Pembahasan RPP Penataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan
Lebih terperinciRINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN
RINGKASAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2005-2025 VISI : Kabupaten Pasuruan yang Agamis, Berdaya Saing, Mandiri, dan Sejahtera MISI : 1. Penerapan nilai-nilai
Lebih terperinciIII. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN
III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN Pembangunan koperasi pada PJP I telah berhasil meningkatkan perannya dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat antara lain dengan semakin tumbuhnya
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)
No.4866 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5355 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciVISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN
VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciOptimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional
Optimalisasi UPK Dalam Rangka Mencapai Ketahanan Pangan Nasional I. LATAR BELAKANG Wacana kemiskinan di Indonesia tetap menjadi wacana yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahannya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya
BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya A. Skema Pemberdayaan Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbasis Masjid di KJKS KUM3 Rahmat Surabaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekad pemerintah pusat untuk meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam mengelola daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu. pemerataan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu jalan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan industri di Indonesia diarahkan untuk mampu memecahkan masalah-masalah sosial ekonomi yang mendasar, khususnya dalam memperluas kesempatan kerja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kepentingan bersama. Hal ini mengandung makna bahwa dinamika
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan melandaskan kegiataannya pada prinsip Koperasi.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1992 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Konsep Kemiskinan Pada umumnya masalah kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah klasik dan mendapat perhatian
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA KEDIRI
PEMERINTAH KOTA KEDIRI SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sub sektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan menjadi salah satu ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga. Sebagai suatu ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis
Lebih terperinciDemokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah
Demokratisasi Pembangunan Ekonomi Nasional dan daerah Oleh : Marsuki Disampaikan dalam diskusi panel Simpul Demokrasi Kab. Jeneponto Sulsel. Tema: Bisnis, Politik, Demokrasi dan Peluang Investasi Daerah.
Lebih terperinciKebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo
Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan Lukita Dinarsyah Tuwo Solo, 26 Agustus 2017 DAFTAR ISI 1. LATAR BELAKANG 2. KEBIJAKAN PEMERATAAN EKONOMI 3. PRIORITAS QUICK WIN Arah Kebijakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012
4 Oktober 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C 3/C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah suatu proses dimana pemerintah nasional dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membuat suatu kebijakan yang dapat merangsang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan perekonomian nasional sekarang ini banyak melibatkan koperasi. Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan begitu
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Nganjuk Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke mana dan bagaimana Pembangunan Pertanian
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.
SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini juga sesuai dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang salah satunya sebagai negara yang berkembang masih mengalami ketertinggalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses mutlak yang dilakukan oleh suatu bangsa dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh bangsa tersebut.
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PJP II
PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI PENGGERAK PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PJP II Oleh: Ginandjar Kartasasm ita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua Bappenas Disampaikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
Studi Sosiaf'Elipiiomi Masyara^l Lingfiungan %iimufi di%pta (Peli^nbaru - BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sasaran pokok dalam kebijaksanaan pembangunan adalah mewujudkan perubahan struktural dibidang ekonomis-sosiologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka pembangunan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012
1 PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut UU pangan no 18 tahun 2012 pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, dan
Lebih terperinciBAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH
BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil dan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH
BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN NOMOR 74/DPD RI/IV/2012 2013 PERTIMBANGAN TERHADAP KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL SERTA DANA TRANSFER DAERAH DALAM RANCANGAN UNDANG-UNDANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT MELALUI KEMITRAAN GUNA MEWUJUDKAN EKONOMI NASIONAL YANG TANGGUH DAN MANDIRI
PEMBERDAYAAN EKONOMI RAKYAT MELALUI KEMITRAAN GUNA MEWUJUDKAN EKONOMI NASIONAL YANG TANGGUH DAN MANDIRI Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Disampaikan
Lebih terperinciBAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI, DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN. Oleh: Drs. Suyoto, M.Si
ARTIKEL ILMIAH UPAYA PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI DAERAH PEDESAAN Oleh: Drs. Suyoto, M.Si PROGRAM STUDI MANAJEMEN S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO JUNI, 2002 UPAYA PENANGGULANGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi
Lebih terperinciBAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB 6 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. S T R A T E G I Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi juga diberi makna sebagai usaha-usaha untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam membentuk dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam menilai perkembangan ataupun kenaikan tingkat kesejahteraan suatu bangsa atau negara. Dengan kata lain pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun, komoditas ini juga memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh banyak pihak adalah tersedianya rumah tinggal yang layak bagi semua orang. Rumah tinggal adalah
Lebih terperinciWALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang
Lebih terperinciKEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA *48766 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 24 TAHUN 1999 (24/1999) TENTANG PENGESAHAN
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi dalam RPJMD Kabupaten Cilacap 2012 2017 dirumuskan dengan mengacu kepada visi Bupati terpilih Kabupaten Cilacap periode 2012 2017 yakni Bekerja dan Berkarya
Lebih terperinciPeranan Sektor Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional Oleh: Iis Turniasih *), Nia Kania Dewi **)
Peranan Sektor Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional Oleh: Iis Turniasih *), Nia Kania Dewi **) Abstrak Kultur masyarakat Indonesia adalah petani. Akan tetapi, pertumbuhan dan perkembangannya hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pedesaan adalah bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Idealnya, program-program
Lebih terperinciTERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN
TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN Untuk memberikan gambaran yang jelas pada visi tersebut, berikut ada 2 (dua) kalimat kunci yang perlu dijelaskan, sebagai berikut : Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran-sasaran pembangunan yang dituju harus melibatkan dan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional yang dinilai berhasil pada hakikatnya adalah yang dilakukan oleh dan untuk seluruh rakyat. Dengan demikian, dalam upaya mencapai sasaran-sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penduduk Tahun 2000). Sekitar satu dasa warsa lalu, jumlah. laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar ketiga di dunia setelah USA dan China. Pada tahun 2000 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai lebih dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor
Lebih terperinciLaporan Perekonomian Indonesia
1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata baik materil dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.
BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan
Lebih terperinci1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian
I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian lndonesia memegang peran yang cukup penting, mengingat potensi sumberdaya ikan tuna di perairan lndonesia
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang : a. bahwa pembangunan koperasi merupakan tugas bersama antara
Lebih terperinci