PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km

dokumen-dokumen yang mirip
IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Ornagisasi dan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian. Lokasi penelitian adalah di Nusantara Polo Club bertempat di

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

Gambar 3. Peta Satelit dan Denah Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea ( 5 Agustus 2011)

MATERI DAN METODE. Materi

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV HASIL dan PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambar 3. Peta Sulawesi Utara

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sri Murni

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kosong (empty body weight). Ternak telah berpuasa sejak diberi makan pada sehari

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4 7 tahun sebanyak 33 ekor dari populasi yang mengikuti perlombaan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Naga Beralih adalah salah satu Desa yang ada di Kecamatan Kampar Utara.

Oleh: Rodianto Ismael Banunaek, peternakan, ABSTRAK

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. DESKRIPSI WILAYAH DAN RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. umum rumahtangga petani peternak sapi sebagai responden. Keadaan umum wilayah

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. koordinat 107º31-107º54 Bujur Timur dan 6º11-6º49 Lintang Selatan.

Transkripsi:

23 IV PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km di sebelah selatan Pulau Flores, 295 km di sebelah Barat-Daya Pulau Timor dan 1.125 km di sebelah Barat Laut Darwin, Australia. Pulau ini berada pada busur luar kepulauan Nusa Tenggara, dan pada busur tersebut Pulau Sumba terletak antara Pulau Sumbawa dan Pulau Timor. Secara astronomis Sumba Timur membentang antara 190-120 BT dan 9-10 LS. Luas Kabupaten Sumba Timur adalah 7000,5 km 2 atau sekitar 700,500 ha, dengan bagian terbesar adalah daratan bagian Timur Pulau Sumba, dan 4 pulau kecil yaitu Pulau Salura (03,50 km 2 ), Pulau Mengkudu (0,2 km 2 ), Pulau Kotak (0,1 km 2 ) dan Pulau Nusa (0,55 km 2 ). Batas wilayah Kabupaten Sumba Timur adalah: Utara berbatasan dengan (Selat Sumba), Selatan dengan Samudera Indonesia, Timur dengan Laut Sawu, Barat berbatasan dengan Sumba Tengah (BPS, 2007). 4.1.2 Topografi dan Vegetasi Pulau Sumba adalah pulau karang terangkat dengan daratan pulau seluas 11.854 km 2. Keadaan topografi Kabupaten Sumba Timur terdiri atas tebaran perbukitan dan dataran rendah yang landai serta bertingkat-tingkat dengan ketinggian 0-1.225 m dari permukaan laut, dan pada sisi lain terdapat dataran rendah yang cukup luas. Jenis vegetasi yang menonjol adalah padang savana

24 seluas 477.157 ha atau 68,16% dari luas wilayah, dan merupakan sumber pakan ternak (Gana, 2007). 4.1.3 Iklim Pada umumnya iklim di Kabupaten Sumba Timur beriklim kering dengan curah hujan relatif rendah sebesar 1.162,80 mm/tahun. Curah hujan rata-rata per tahun berlangsung 3-4 bulan dengan suhu rata-rata minimum 25,4 C-28,5 C. Wilayah ini memiliki keunikan meskipun diliputi oleh kegersangan dengan curah hujan yang kurang, akan tetapi terdapat 88 sungai dan mata air yang tidak pernah kering di musim kemarau. Temperatur rata-rata paling tinggi pada bulan November yaitu 28,5 C dan temperatur rata-rata paling rendah pada bulan Juli yaitu 26,1 C (BPS, 2014). 4.1.4 Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2013 adalah 241.416 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 124.204 jiwa dan perempuan sebanyak 117.212 jiwa tersebar pada 15 kecamatan yang terbagi dalam 150 desa/kelurahan, dengan rata-rata kepadatan penduduk 29 jiwa/km 2. Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur dibagi dalam 3 (tiga) wilayah pengembangan yakni: wilayah Utara, Tengah, dan Selatan untuk menjaga keseimbangan pembangunan antara daerah kecamatan dalam Kabupaten Sumba Timur. Wilayah utara diprioritaskan untuk wilayah pengembangan peternakan, perikanan, dan tanaman pangan, wilayah tengah untuk pengembangan tanaman perkebunan dan kehutanan sedangkan wilayah selatan untuk pengembangan tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Ditinjau dari luas wilayah maka hampir 70% dari Kabupaten Sumba Timur adalah zona peternakan. Padang

25 penggembalaan di Kabupaten Sumba Timur seluas 465.000 ha, kapasitas tampung padang penggembalaan berkisar antara 2-4 ha/ut (rata-rata 3 ha/ut). Jenis fasilitas pendidikan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur terdiri atas TK, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. Fasilitas pendidikan TK, SLTA, dan Perguruan Tinggi belum tersebar di seluruh kecamatan yang ada, sedangkan untuk fasilitas pendidikan tingkat SD dan SLTP sudah tersebar secara merata di masing-masing kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sumba Timur. Fasilitas pendidikan skala Perguruan Tinggi (PT) ada 4 (empat) unit yaitu STIE Kriswina Sumba, Akademi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Theologi Terpadu dan Universitas Kristen. Lulusan SMA atau Sederajat sebagian besar berorientasi ke Kota Kupang dan ke luar Propinsi Nusa Tenggara Timur (Pulau Jawa dan Bali) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Tahun 2013, jumlah fasilitas pendidikan yang ada di Kabupaten Sumba Timur yaitu: Tk berjumlah 46 Unit, SLB dengan jumlah 1 unit, SD dengan jumlah 255 unit, SLTP 70 unit, dan SLTA 17 unit. Komposisi pendidikan menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dapat dilihat dari ijazah tertinggi yang dimiliki penduduk yang memberikan gambaran tentang kualitas sumber daya manusia yang ada di Kabupaten Sumba Timur. Berdasarkan hasil Susenas 2013 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk berumur diatas 10 tahun tidak memiliki ijasah sebesar 47,41%, 24,03% memiliki ijazah SD, 10,76% memiliki ijazah SLTP, 9,94% memiliki ijazah SLTA, 0,83% memiliki ijazah Diploma I/II, 0,43% memiliki ijazah Diploma III, dan 2,48% memiliki ijazah Diploma IV/SI/S2/ dan S3. Mata pencaharian penduduk Kabupaten Sumba Timur adalah petani, peternak, buruh, dan pegawai.

26 4.2 Tata Laksana Pemeliharaan Kuda Pemeliharaan kuda Sumba di Kabupaten Sumba Timur dilakukan oleh peternak kuda yang umumnya menggunakan sistem ekstensif yaitu sistem pemeliharaan yang campur tangan peternak terhadap ternak peliharaannya hampir tidak ada. Kuda dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan gembalaan, padang savana, atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput dan sumber pakan. Kelebihan sistem pemeliharaan ekstensif yaitu ternak dapat memanfaatkan lahan yang kondisi tanah tidak cocok untuk peningkatan pertanian, ternak mampu mencari makan sendiri di padang rumput atau tempat sumber pakan lain pada siang hari dan pulang pada malam hari. Kekurangan sistem pemeliharaan ekstensif yaitu tidak mendapatkan makanan tambahan atau penguat dan tidak di kontrol oleh peternak (Mulyono, 2002). Beberapa peternak menggunakan sistem semi intensif dan sistem intensif yang biasanya dilakukan dalam pemeliharaan kuda pacu karena kuda pacu membutuhkan perawatan khusus untuk menunjang performanya. Pemeliharaan sistem semi intensif dilakukan dengan cara menggembalakan kuda pada pagi hari dan dikandangkan pada sore hari. Pada pemeliharaan sistem intensif, perawatan kuda pacu meliputi memandikan tubuh kuda yang dilakukan setiap pagi dan sore hari, merawat kuku kuda, serta merawat surai kuda. Kuda pacu memiliki pelatihan khusus untuk meningkatkan kecepatan berlari yang biasanya dilakukan pada lintasan perlombaan maupun lintasan yang dibuat sendiri oleh peternaknya.

27 Ilustrasi 4. Penggembalaan Kuda Sumba 4.2.1 Perkandangan Membangun kandang di daerah tropis, diusahakan agar ada ventilasi sehingga pertukaran udara bisa berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalamnya. Air hujan jangan sampai masuk ke dalam kandang. Untuk kuda yang akan beranak, dipergunakan kandang yang agak tertutup (Jacoeb, 1994). Ukuran kandang kuda tergantung pada besar kecilnya kuda namun umumnya kandang kuda berukuran 3 x 3,5 m. Berbeda dengan perkandangan kuda pacu lainnya, perkandangan kuda Sumba di Kabupaten Sumba Timur memiliki ukuran yang beragam. Umumnya tipe kandang kuda Sumba yaitu tipe kandang koloni dengan perbandingan jantan : betina yaitu 1 : 10 atau 1 : 20 tergantung jumlah kuda yang dimiliki peternak. Kandang koloni hanya berupa kandang sederhana yang dibatasi oleh ranting pohon atau bebatuan yang berfungsi sebagai pagar. Naungan hanya berupa pohon besar dan kandangnya tidak memiliki atap.

28 Ilustrasi 5. Sistem Perkandangan Kuda Sumba Ilustrasi 6. Kandang Koloni Kuda Sumba Pada pemeliharaan sistem ekstensif, kandang kuda Sumba tidak memiliki bak pakan karena pakan sepenuhnya mengandalkan ketersediaan dari padang savana, namun setiap kandang koloni memiliki bak minum permanen di sisi kandangnya dan air minum diberikan secara adlibitum. Hal ini sesuai dengan pernyataan McBane (1991) yang menyatakan bahwa bagian kandang harus tersedia air bersih. Air minum harus diperhatikan bagi kuda betina yang sedang

29 menyusui, karena jika kuda betina tersebut kekurangan air dalam kondisi menyusui maka air susu induk akan berkurang pula. Lantai kandang kuda Sumba langsung beralaskan tanah dan tidak menggunakan litter berupa serbuk gergaji atau jerami namun kebersihan kandang selalu dijaga untuk mecegah adanya penyakit akibat sanitasi yang kurang baik. Kandang individu kuda Sumba memiliki ukuran yang beragam disesuaikan dengan ukuran ternak dan lahan yang dimiliki. Bangunannya bukan bangunan permanen, biasanya terbuat dari kayu atau bambu dan memiliki atap. Bak pakan dan bak minum juga tidak dibuat permanen sehingga pakan dan minum diberikan melalui alat berupa ember. Ilustrasi 7. Kandang Individu Kuda Sumba 4.2.2 Pakan Ketersediaan pakan yang baik akan menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan kuda sehingga pakan merupakan faktor penting dalam peternakan kuda. Pakan utama kuda adalah rumput dengan berbagai jenis rumput seperti Panicum maticum dan Brachiaria mutica. Pakan rumput hanya cukup untuk

30 digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi untuk kuda pacu atau olahraga perlu tambahan konsentrat dan vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan energi bagi kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat sereal yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan (legum) seperti kedelai dan kacang (McBane,1991). Pemeliharaan kuda Sumba yang dilakukan secara ekstensif membuat pakan kuda sepenuhnya bergantung pada kondisi ketersediaan padang savana di Sumba Timur. Jenis rumput yang biasanya tersedia di padang savana adalah rumput Mapu. Rumput Mapu merupakan jenis rumput kering yang memiliki warna kecoklatan serta ketersediaannya melimpah termasuk pada saat musim kemarau. Pengaruh terbesar terhadap konsumsi pakan adalah ukuran tubuh karena salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan. Tujuan dari pemberian pakan bagi kuda pacu adalah untuk mencapai prestasi yang baik pada saat pacuan, oleh sebab itu perlu diperhatikan kebutuhan pakan maupun zat-zat makanan yang terkandung dalam pakan terlebih kandungan energi yang mempunyai peran utama saat pacuan kuda. Kuda pacu tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pada tubuhnya dengan hanya memakan rumput kering saja, diperlukan biji-bijian atau pakan tambahan untuk menambah stamina. Pakan tambahan berupa dedak diberikan saat musim kemarau agar nutrisi yang dibutuhkan dapat tercukupi. Khusus untuk kuda pacu, sebulan sebelum pelaksanaan pacuan biasanya kuda diberikan 4-5 macam pakan tambahan yang terdiri dari bran, jagung, dedak dan vitamin, terkadang diberi tambahan seperti madu, telur ayam kampung dan telur puyuh untuk menambah stamina dan

31 performa kuda pacu, selain itu pemberian jagung dapat memperkuat tulang. Pakan diberikan sebanyak ±5 kg/ekor/hari. Ilustrasi 8. Padang Savana di Sumba Timur Ilustrasi 9. Padang Savana di Sumba Timur

32 4.2.3 Bibit dan Sistem Perkawinan Tatalaksana perkawinan kuda Sumba masih menggunakan cara sederhana yaitu dengan cara perkawinan alami. Pejantan yang digunakan terdiri dari pejantan unggul Australia yang telah memiliki sertifikat. Ada juga yang menggunakan pejantan kuda Sumba maupun peranakan antara kuda Sumba dengan kuda Autralia. Pemilihan pejantan bergantung pada pemilik ternak kuda. Satu pejantan dapat mengawinkan 20-25 ekor betina. Proses perkawinan terjadi di padang savana, namun untuk kuda pacu biasanya pejantan unggul didatangkan ke kandang betina. Penggunaan pejantan unggul tentunya untuk meningkatkan performa bibit yang dihasilkan. Kriteria bibit yang dijadikan sebagai kuda pacu yaitu memiliki postur badan yang proposional, kaki panjang, dan pertulangan kuat. Peternak di Sumba Timur belum menerapkan sistem recording pada proses perkawinan kuda Sumba. Tidak sedikit terjadi inbreeding terutama pada kuda yang perkawinannya dilakukan di padang savana. Sistem pencatatan perkawinan hanya mengandalkan daya ingat peternak itu sendiri. Kuda Sumba betina pertama kali akan dikawinkan pada umur 2,5 sampai dengan 3 tahun. Jarak beranak kuda Sumba yaitu 1 tahun sekali melahirkan anak. Rata-rata masa kebuntingan seekor kuda Sumba betina adalah 335 hari dengan kisaran umur antara 315 sampai 350 hari. 4.3 Deskripsi Data Ukuran-ukuran Tubuh dan Bobot Badan Kuda Data yang dianalisis adalah data bobot badan dan lingkar dada yang dilakukan terhadap 33 ekor kuda lokal Sumba, jenis kelamin jantan dengan umur

33 berkisar 4-7 tahun, bertempat di Kota Waingapu Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. 4.3.1 Lingkar Dada Hasil penelitian mengenai lingkar dada yang dilakukan terhadap kuda lokal Sumba dengan jumlah sampel sebanyak 33 ekor dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data Lingkar Dada Kuda Lokal Sumba No. Nilai Bobot Badan 1. Rata-rata (cm) 139,08 2. Ragam 28,07 3. Simpangan Baku (cm) 5,29 4. Koefisien Variasi (%) 3,80 Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa nilai rata-rata lingkar dada kuda Sumba sebesar 139,08±5,29 cm. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 426/Kpts/Sr.120/3/2014 tentang Penetapan Rumpun Kuda Sandel bahwa lingkar dada kuda Sumba jantan mempunyai kisaran sebesar 138±1,1 cm. Koefisien variasi sebesar 3,80% menunjukkan bahwa data yang diamati memiliki lingkar dada yang yang hampir seragam, sesuai dengan pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam. Lingkar dada diketahui memiliki hubungan yang positif terhadap bobot badan. Semakin besar ukuran lingkar dada maka akan semakin besar pula bobot badan seekor ternak. Nilai korelasi lingkar dada terhadap bobot badan diketahui sebesar 0,93 dan nilai korelasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran tubuh lainnya (Darmadi, 2004). Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap

34 bobot badan karena dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru. Pertumbuhan tubuh dan organ-organ tersebut akan tumbuh mengalami pembesaran sejalan dengan pertumbuhan ternak. Disamping itu, pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh penimbunan lemak (Yusuf, 2004). Pertambahan lingkar dada menyebabkan bertambahnya bobot badan, daerah badan akan semakin dalam dan meluas yang akhirnya bagian tersebut akan tertimbun oleh otot daging maupun lemak. Penimbunan otot ini akan mempengaruhi perubahan badan yang semakin besar dan bertambahnya berat badan (Diwiyanto, 1984). 4.3.2 Bobot Badan Aktual Hasil penelitian mengenai bobot badan hasil penimbangan sebenarnya yang dilakukan terhadap kuda lokal Sumba dengan jumlah sampel sebanyak 33 ekor dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Bobot Badan Kuda Lokal Sumba Hasil Penimbangan Sebenarnya No. Nilai Bobot Badan 1. Rata-rata (kg) 212,03 2. Ragam 689,63 3. Simpangan Baku (kg) 26,26 4. Koefisien Variasi (%) 12,38 Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa bobot badan rata-rata kuda Sumba sebesar 212,03±26,26 kg. Hal ini sesuai dengan kualifikasi kuda Sumba oleh Dinas Peternakan Provinsi NTT (2012) pada Proposal Penetapan Rumpun Kuda Sandel yang menyebutkan bahwa bobot badan kuda Sandel dengan umur 4-7

35 tahun yaitu sebesar 194-241 kg. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 426/Kpts/Sr.120/3/2014 tentang Penetapan Rumpun Kuda Sandel menyebutkan bahwa rata-rata bobot badan kuda Sandel sebesar 209±5,6 kg. Bobot badan sampel yang diteliti memiliki rata-rata sebesar 212,03±26,26 kg menandakan bahwa kuda tersebut termasuk ke dalam rumpun kuda Sandel. Koefisien variasi yang diperoleh yaitu sebesar 12,38% menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam sesuai dengan pendapat Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa koefisien variasi kurang dari 15% menunjukkan bahwa data yang diamati hampir seragam. Bobot badan kuda berbeda-beda tergantung umur dan bangsanya. Faktor lingkungan dan manajemen pemeliharaan akan sangat mempengaruhi besarnya bobot badan kuda sesuai dengan pendapat Tomaszewska dkk (1993) bahwa laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan, genetik, dan faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan adalah sistem manajemen atau pengelolaan yang dipakai, tingkat nutrisi pakan yang tersedia, kesehatan dan iklim. Bobot badan merupakan hal penting yang sebaiknya diketahui oleh peternak karena bobot badan memegang peranan penting dalam pola pemeliharaan yang baik, selain untuk menentukan kebutuhan nutrisi, jumlah pemberian pakan, jumlah dosis obat, bobot badan juga dapat digunakan untuk menentukan nilai jual ternak tersebut (Ni am dkk, 2012). 4.3.3 Bobot Badan Hasil Perhitungan Menggunakan Rumus Schoorl Hasil perhitungan pendugaan bobot badan menggunakan rumus Schoorl yang dilakukan terhadap kuda lokal Sumba dengan jumlah sampel sebanyak 33 ekor dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data Bobot Badan Hasil Perhitungan Menggunakan Rumus Schoorl pada Kuda Lokal Sumba No. Nilai Bobot Badan Rumus Schoorl 1. Rata-rata (kg) 259,76 2. Ragam 304,12 3. Simpangan Baku (kg) 17,43 4. Koefisien Variasi (%) 6,71 36 Berdasarkan Tabel 5, diperoleh hasil rata-rata bobot badan hasil perhitungan menggunakan rumus Schoorl pada kuda Sumba yaitu sebesar 259,76±17,43 kg sedangkan nilai rata-rata dari bobot badan aktual yaitu 212,03 dengan simpangan baku sebesar 26,26 kg. Koefisien variasi bobot badan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Schoorl pada kuda Sumba sebesar 6,71% yang berarti dapat dikatakan seragam karena memiliki nilai koefisien variasi dibawah 15% (Nasoetion, 1992). Perbedaan antara bobot badan aktual dengan bobot badan rumus Schoorl dapat dikatakan cukup jauh dengan selisih hampir mendekati 50 kg. Hal ini disebabkan karena pendugaan dengan rumus Schoorl hanya menggunakan satu variabel sehingga hasil penyimpangannya cukup besar. Namun rumus Schoorl dianggap merupakan rumus pendugaan yang paling sederhana yang dapat dengan mudah diaplikasikan di lapangan karena hanya menggunakan satu variabel saja yaitu lingkar dada.

37 4.3.4 Penyimpangan Bobot Badan dengan Berdasarkan Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan Aktual pada Kuda Lokal Sumba Perhitungan penyimpangan bobot badan dugaan berdasarkan rumus Schoorl terhadap bobot badan sebenarnya yang dilakukan pada kuda lokal Sumba dengan jumlah sampel sebanyak 33 ekor dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Berdasarkan Rumus Schoorl Terhadap Bobot Badan Sebenarnya Pada Kuda Lokal Sumba No. Nilai Simpangan 1. Rata-rata (kg) 47,73 2. Penyimpangan (%) 23,54 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata penyimpangan bobot badan berdasarkan rumus Schoorl pada kuda Sumba yaitu sebesar 47,73 kg. Nilai penyimpangan bobot badan jika dalam persen yaitu sebesar 23,54%. Nilai ini merupakan nilai penyimpangan yang cukup besar jika dibandingkan dengan penyimpangan bobot badan menggunakan rumus Schoorl pada sapi yaitu sebesar 9,26% pada sapi PO, 3,62% pada sapi persilangan Simental dan PO dan 9,09% pada sapi persilangan Limousin dan PO (Rusdiana, 2010), sedangkan pendugaan bobot badan yang dilakukan pada domba Donggala menghasilkan penyimpangan yang sangat kecil yaitu sebesar 0,874% pada domba jantan dan 5,112% pada domba betina (Malewa, 2009). Hal ini dapat disebabkan karena perhitungan menggunakan rumus Schoorl hanya menggunakan satu variabel saja yaitu lingkar dada dan berdasarkan data yang diperoleh diketahui pula bahwa semakin besar lingkar dada ternak maka penyimpangan terhadap bobot aktualnya semakin kecil. Dalam hal ini lingkar dada kuda Sumba lebih kecil daripada lingkar dada Sapi

38 sehingga penyimpangannya lebih besar dari penerapan rumus Schoorl pada ternak sapi. Penelitian yang dilakukan oleh Yudhandi (2010) menyebutkan bahwa penyimpangan bobot badan dugaan berdasarkan rumus Schoorl terhadap bobot badan aktual pada kuda lokal di Kuningan sebesar 22,09% yang artinya lebih kecil dari kuda Sumba yaitu sebesar 23,54% walaupun tidak berbeda nyata. Hal ini dapat disebabkan karena kuda Sumba yang diteliti merupakan kuda pacu sehingga memiliki postur lingkar dada yang lebih kecil untuk memudahkan kuda dalam berlari. Persentase penyimpangan sebesar 23,54% menandakan bahwa pendugaan bobot badan berdasarkan rumus Schoorl kurang tepat diterapkan pada ternak kuda Sumba karena penyimpangannya terlalu besar sesuai dengan pendapat Williamson dan Payne (1978) bahwa penyimpangan pendugaan bobot badan umumnya berkisar antara 5% sampai 10% dari bobot badan sebenarnya.