GEOTEKNIK dan GEOMEKANIK

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS PRAKTIKUM GEOLOGI TEKNIK ROCK QUALITY DESIGNATION (RQD) & SCANLINE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

WORKSHOP PENANGANAN BENCANA GERAKAN TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR TABEL. Parameter sistem penelitian dan klasifikasi massa batuan (Bieniawski, 1989)... 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

BAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan

ANALISIS GEOMEKANIKA FORMASI HALANG DI DAERAH STRUKTUR GEOLOGI SEKITAR SUNGAI CITAAL, KUNINGAN, JAWA BARAT

BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG

DAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN...

Gambar 4.1 Kompas Geologi Brunton 5008

PAPER GEOLOGI TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau tandus (Vera Sadarviana, 2008). Longsorlahan (landslides) merupakan

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

Scan Line dan RQD. 1. Pengertian Scan Line

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rendah (Dibyosaputro Dalam Bayu Septianto S U. 2008). Longsorlahan

Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

INVESTIGASI GEOLOGI POTENSI LONGSOR BERDASARKAN ANALISIS SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

L O N G S O R BUDHI KUSWAN SUSILO

DAFTAR ISI. SKRIPSI... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR...

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah lempung. Laju dan berapa jauh

Bencana Longsor yang Berulang dan Mitigasi yang Belum Berhasil di Jabodetabek

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan batuan samping berpotensi jatuh. Keruntuhan (failure) pada batuan di

Gambar III.1. Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB I PENDAHULUAN. terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Arsyad (dalam Ahmad Denil Efendi 1989 : 27) Mengemukakan bahwa tanah

MODUL 4: MANAJEMEN BENCANA BAHAYA GERAKAN TANAH

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arah bawah (downward) atau ke arah luar (outward) lereng. Material pembentuk

ABSTRAK Kata Kunci : Nusa Penida, Tebing Pantai, Perda Klungkung, Kawasan Sempadan Jurang, RMR, Analisis Stabilias Tebing, Safety Factor

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

SESAR CIMANDIRI BAGIAN TIMUR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LONGSORAN DI CITATAH, PADALARANG, JAWA BARAT. Oleh: Zufialdi Zakaria *) ABSTRACT

BAB IV STUDI LONGSORAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN TESIS 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 8. Gerakan Tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PT. Mettana (2015), Bendungan Jatigede mulai dibangun pada

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

DISASTER NURSING AND TRAUMA HEALING. Project Observasi Potensi Bencana di Kelurahan Pongangan. Gunung Pati, Semarang, Jawa Tengah.

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS KINEMATIK

Bab IV STABILITAS LERENG

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. bencana yang tinggi. Salah satu bencana yang banyak melanda daerah-daerah di

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

BAHAN AJAR. MEKANIKA BATUAN (Semester 6 / 2 SKS / TKS 1607)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Kestabilan Lereng Batuan

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ACARA IV POLA PENGALIRAN

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS POTENSI BREKSI NAPALAN DUSUN WONOSARI DESA JURANGJERO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

Transkripsi:

1 GEOTEKNIK dan GEOMEKANIK oleh: Prof. Dr. H. R.Febri Hirnawan, Ir., Zufialdi Zakaria, Ir., MT 1. PENDAHULUAN Geoteknik merupakan perangkat lunak (ilmu) untuk kepentingan manusia dalam mencapai keberhasilan pembangunan fisik infrastruktur melalui penyediaan bangunan (termasuk prasarana transportasi/jalan) yang kuat dan aman dari ancaman kerusakan. Ruang lingkup kajian dalam geoteknik berhubungan dengan studi: 1) batuan dan/atau tanah sebagai material bangunan (construction material), 2) massa batuan (rock mass) yang langsung berkaitan dengan tubuh bangunan, 3) massa batuan yang tidak langsung berkaitan dengan tubuh bangunan tetapi sebagai penyusun bangunan alami di lingkungan sekitarnya, misalnya gunung, lereng, tebing, maupun dataran limpah banjir yang luas, sehingga dapat saja memendam atau berpotensi ancaman bagi keselamatan bangunan tersebut. Aspek manfaat dari kajian tersebut : 1. Sebagai material bangunan dan atau tanah digunakan untuk mengisi atau menyusun bangunan. Beberapa contoh berikut diantaranya: Batu untuk menyusun mansory, beton, dan sebagainya. Tanah untuk menyusun tanggul, landasan jalan raya, dan berbagai keperluan urugan lainnya. 2. Sebagai massa batuan yang terkait langsung dengan bangunan. Batuan berfungsi sebagai landasan atau fundasi ataupun tumpuan bangunan, misalnya: Massa batuan sebagai tumpuan bendungan, baik di bawah maupun di kiri-kanan tubuh bendungan yang bersangkutan (right and/or left abutment). Selanjutnya, sebagai massa batuan, batuanpun berfungsi sebagai media tempat bangunan dibuat, sehingga batuan berfungsi sebagai penyusun bangunan tersebut termasuk sebagai lingkungan bangunan yang bersangkutan, contoh : Terowongan yang dibuat menembus massa batuan. 3. Sebagai massa batuan penyusun bangunan alami di lingkungan bangunan, misalnya lereng rawan longsor, lembah rawan banjir dan sebagainya.

2 Ruanglingkup kajian tersebut pada akhirnya meliputi studi tentang kekuatan/kelemahan batuan dan/atau tanah sebagai material bangunan maupun massa batuan secara luas, sehingga geoteknik perlu didukung oleh ilmu-ilmu penunjangnya, yaitu: Mekanika tanah, dan Mekanika batuan, Geologi Teknik, Geologi Kebencanaan, Hidrogeologi, dan Geologi (yang secara luas membahas genesis batuan, urutan kejadiannya, tektonik dan konfigurasi struktur geologi termasuk kegempaan dan bentuk-bentuk bangunan alami yang dikenal sebagai geomorfologi ). Dalam mempelajari kekuatan maupun kelemahan batuan dan/atau tanah untuk kepentingan pemenuhan kebutuhan tersebut di atas (dalam konteks dengan bangunan), studi geoteknik tidak lepas dari kajian genesis batuan, yang lebih meluas lagi kepada genesis tanah yang berasal dari batuan induknya, dengan lima faktor terkait sbb. : S = f (R, C, T, O, t), S (soil) dipengaruhi faktor-faktor R (batuan induk), C (iklim), T (topografi), O (organisme), dan t (waktu), karena terbentuk oleh 5 faktor tersebut. Dengan diketahui genesis tanah, maka kekuatannya ataupun kelemahannya makin mudah dipelajari, makin mudah pula diketahui daerah penyebarannya untuk setiap jenis tanah karena terkait dengan penyebaran batuan induknya, topografinya, iklim sekitarnya, organisme yang tumbuh/hidup di dalamnya dan sebagainya, sehingga jelas dapat diketahui penyebaran wilayah tempat berlangsungnya proses pembentukan tiap jenis tanah yang bersangkutan (perhatikan pelapukan di daerah basah dan kering). Selanjutnya pada proses pembentukan residual soil, dikenal urutan profil tanah mulai dari batuan induk yang segar, ke arah atas bertahap lapisan-lapisan yang berangsur menuju tanah terlapukan kuat dan lengkap, yang kemudian ditutupi tanah organik, campur humus. Urutan tersebut dari atas ke bawah : Top soil (organic soil) Completelly weathered zone Strongly weathered zone Moderatelly weathered zone Partly weathered zone Fresh rock

3 Selain itu dikenal pula jenis tanah transport (transported soil), berupa aluvium, kolovium maupun dilivium. Ada juga sand dunes dan sebagainya. Salah satu ilmu penunjang dalam geoteknik adalah geologi teknik, Geologi Teknik adalah ilmu yang mempelajari atau mengkaji gejala geologi dari aspek kekuatan dan/atau kelemahan geologi (a.l. aspek kebencanaan), diaplikasikan untuk kepentingan pembangunan infrastruktur terutama pada tahap desain dan tahap konstruksi bangunanbangunan. Beberapa kajian yang penting untuk geologi teknik, antara lain: Erosi dan erodibilitas, genesa tanah & faktor-faktor yang mempengaruhi lapukan tanah, profil pelapukan tanah residu, deskripsi dan klasifikasi tanah, dan peta geologi teknik dan skala peta (1:5.000 s/d 1:200.000) Ruanglingkup kajian geologi teknik meliputi kajian terhadap aspek-aspek keteknikan dari berbagai masalah (sebagai faktor penghambat, a.l. kebencanaan) dan manfaat (sebagai faktor pendukung) beberapa faktor, antara lain: Batuan / tanah / material, struktur geologi dan geomorfologi. Dalam mempelajari aspek kebencanaan geologi, dikenal salah satu jenis kebencanaan berupa longsor. Faktor-faktor penunjang daerah rawan longsor adalah litologi (batuan dan lapukannya), tektonik (struktur geologi dan kegempaan), geomorfologi (terutama aspek kemiringan lereng), vegetasi dan iklim (terutama curah hujan). Berdasarkan jenisnya, longsoran dapat diklasifikasikan (lihat lampiran) Dalam mempelajari aspek kekuatan batuan (a.l. Mekanika Batuan), dikenal istilah RQD rock quality designation yaitu suatu penandaan atau penilaian kualitas batuan berdasarkan kerapatan kekar. RQD penting untuk digunakan dalam pembobotan massa batuan (Rock Mass Rating, RMR) dan pembobotan massa lereng (Slope Mass Rating, SMR). Perhitungan RQD biasa didapat dari perhitungan langsung dari singkapan batuan yang mengalami retakan-retakan (baik lapisan batuan maupun kekar atau sesar) berdasarkan rumus Hudson (1979, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) sbb.: RQD = 100 (0.1 λ + 1) e - 0.1 λ λ adalah rasio antara jumlah kekar dengan panjang scan-line (kekar/meter). Makin besar nilai RQD, maka frekuensi retakannya kecil. Frekuensi retakannya makin banyak, nilai RQD makin kecil.

4 Jika frekuensi retakan = 20 kekar/meter, maka RQD = 40,60 % Jika frekuensi retakan = 11 kekar/meter, maka RQD = 69,90 % Jika frekuensi retakan = 5 kekar/meter, maka RQD = 90,9 % Jika frekuensi retakan = 2 kekar/meter, maka RQD = 98,2 % Dalam penilaian massa batuan (Rock Mass Rating, RMR), prosentase RQD diberikan penilaian berikut di tabel sebelah: RQD (%) Nilai 90-100 20 75-90 17 50-75 13 25-50 8 < 25 3 2. KLASIFIKASI GEOMEKANIK Dalam mempelajari aspek kekuatan batuan (a.l. Mekanika Batuan, Geomekanika dll.) diperlukan klasifikasi. Tujuan klasifikasi ini adalah sebagai alat komunikasi para ahli dalam permasalahan a selain untuk memperkirakan sifat-sifat dari massa batuan, dan juga merencanakan atau menilai kemantapan terowongan maupun lereng. Klasifikasi Geomekanik (Bieniawski, 1973, 1976, 1984, dalam Setiawan 1990) didasarkan pada hasil penelitian 49 terowongan di Eropa dan Afrika. Klasifikasi ini menilai beberapa parameter yang kemudian diberi bobot (rating) dan digunakan dalam perencanaan terowongan. Rock Mass Rating (RMR) adalah pembobotan massa batuan. Sistem pembobotan dapat dilihat pada Tabel klasifikasi (Tabel A, B, C, dan D). Pembobotan adalah jumlah dari nilai bobot parameter pada Tabel A dan B. Pada tabel C jumlah nilai tersebut dimasukkan ke dalam kelompok yang sesuai dengan pembobotan masing-masing. Pada Tabel C, nomer kelas dan pemerian dapat diberikan. Pada Tabel D makna dan kegunaan tiap-tiap nomer kelas disampaikan di sini. Berdasarkan nilai RMR, jangkauan atap (span) apat direncanakan, serta keleluasaan waktu yang tersedia agar terowongan tidak runtuh dapat diperkirakan. Klasifikasi Geomekanik (Bieniawski, 1973, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996), juga dipakai dalam memperkirakan kestabilan suatu pengupasan lereng massa batuan. Sama halnya dengan penilaian terowongan, penilaian kestabilan lereng juga menggunakan data hasil observasi lapangan dan data laboratorium (lihat Tabel) sehingga dalam pembobotan dapat dilihat nilai RMR. Massa batuan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

5 Sangat buruk Nilai RMR 0-20 Buruk Nilai RMR 21-40 Sedang Nilai RMR 41-60 Baik Nilai RMR 61-80 Sangat Baik Nilai RMR 81-100 Slope Mass Rating (SMR), adalah penerapan nilai RMR untuk memperkirakan sudut kemiringan lereng pengupasan. Romano (1990, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) mengaitkan nilai RMR dengan faktor penyesuaian dari orientasi kekar tehadap orientasi lereng serta sistem pengupasan lereng dalam bentung angka rating (pembobotan), yaitu: F1 mencerminkan paralelisme antara arah kekar dan arah lereng F2 memperlihatkan kemiringan kekar F3 memperlihatkan hubungan kemiringan kekar dengan kemiringan lereng F4 merupakan penyesuaian untuk metoda pengupasan. Romano (1990) memberikan nilai SMR dari keempat faktor tersebut sbb.: SMR = RMR - ( F1 x F2 x F3 ) + F4 Laubscher (1975, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) membahas hubungan RMR dan SMR sebagai berikut : Sudut lereng yang disarankan (pembobotan massa lereng, SMR) Untuk nilai RMR (pembobotan massa batuan) sebesar: 75 o 81-100 65 o 61-80 55 o 41-60 45 o 21-40 35 o 00-20 Hall (1985, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) memberikannilai SMR, sbb.: SMR = 0,65 RMR +25 Orr (1992, dalam Djakamihardja & Soebowo, 1996) membahas hubungan sbb.: SMR = 35 ln RMR - 71

6 3. KULIAH LAPANGAN PRAKTEK GEOMEKANIK Kuliah lapangan penunjang geoteknik khususnya kajian (metode Bieniawski) dapat dilakukan di lokasi : 1) Citatah, Rajamandala, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. 2) Citoal, Luragung, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Tujuan kuliah lapangan ini adalah untuk : a) Mengetahui, mendeskripsi dan mengklasifikasikan jenis tanah lapukan melalui deskripsi di lapangan; b) Mengevaluasi kondisi longsoran bagian lembah di jalan KM 23. c) Menghitung / menilai kualitas batuan berdasarkan kerapatan kekar. d) Mengetahui, mendeskripsi dant mengklasifikasikan batuan melalui deskripsi di lapangan sehingga dapat mencoba menilai RMR dan SMR-nya; e) Mencoba mengevaluasi bangunan jalan di bawah bukit Citatah yang bertujuan menilai sampai sejauh mana keamanan ditinjau dari massa batuan, kondisi diskontinuitas batuan, dan ancaman lingkungan sekitarnya. Setelah mengikuti kuliah lapangan ini diharapkan mahasiwa dapat menambah khazanah ilmu pengetahuannya tentang geoteknik antara lain mengetahui kondisi daerah labil/lemah dengan mengenal aspek kekuatan dan kelemahan geologi, khususnya kejelasan mengenai jenis-jenis kualitas massa batuan dan hubungannya dengan kondisi struktur geologi, selain itu mahasiswa dapat mengetahui cara mendeskripsi tanah di lapangan, mengevaluasi massa batuan dan kestabilan massa lereng Peralatan geologi lapangan terdiri atas: kompas geologi (merk Shunto) palu geologi alat tulis kamera pita ukur.

7 7. PUSTAKA Anugrahadi, Afiat, 1993, Tegasan Terbesar Sesar Cimandiri Timur, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Proseding PIT IAGI ke-22, hal. 226-240. Djakamihardja, A.S., dan Soebowo, E., 1996, Studi kemantapan lereng batuan pada jalur jalan raya Liwa-Krui, Lampung Barat: Suatu pendekatan metoda empiris, Prosiding Seminar Sehari Kemantapan Lereng Pertambangan Indonesia II, Jurusan Teknik Pertambangan, ITB, hal. 153-163 Hirnawan, R.F., 1994, Peran faktor-faktor Penentu Zona berpotensi Longsor di dalam Mandala Geologi dan Lingkungan Fisiknya Jawa Barat, Majalah Ilmiah Universitas Padjadjaran, No. 2, Vol. 12, hal. 32-42. Hirnawan, R.F., 1998, Mekanika Tanah, Laboratorium Mekanika Tanah, Jurusan Geologi FMIPA-UNPAD (belum dipublikasikan), 68 hal. Setiawan, 1990, Informasi Geologi untuk Menilai Kemantapan Terowongan, Proceeding PIT XIX IAGI, bandung 11-13 Desember 1990 Sudjatmiko, 1972, Peta Geologi Bersistem, Lembar Cianjur, Jawa, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1 lembar. Bandung, Juli 2002 Prof. Dr. H.R.F. Hirnawan, Ir. Zufialdi Zakaria, Ir., MT

8 Tabel Klasifikasi longsoran (landslide) oleh Varnes (1978, dalam M.J.Hansen, 1984) yang digunakan oleh Higway Reseach Board Landslide Comitte (1978, dalam Sudarsono & Pangular, 1986) Jenis gerakan (type of movement) Batuan dasar (bedrock) Jenis Material (type of material) Tanah keteknikan (engineering soils) Bebas, butir kasar (freedom, coarse) Berbutir halus (predominantly fine) Jatuhan (falls) Jatuhan batu (rock fall) Jatuhan bahan rombakan (debris fall) Jatuhan tanah (earth fall) Jungkiran (topple) Jungkiran batu (rock topple) Jungkiran bahan rombakan (debris topple) Jungkiran tanah (earth topple) Gelinciran (slides) Rotasi Translasi Satuan sedikit (few units) Satuan banyak (many units) Nendatan batu (rock slump) Luncuran bongkah batu (rock block slide) Luncuran batu (rock slide) Nendatan bahan rombakan (debris slump) Luncuran bongkah bahan rombakan (debris block slide) Luncuran bahan rombakan (debris slide) Nendatan tanah (earth slump) Luncuran bongkah tanah (earth block slide) Luncuran tanah (earth slide) Gerak horisontal / bentang lateral (lateral spreads) Bentang lateral batu (rock spread) Bentang lateral bahan rombakan (debris spread) Bentang lateral tanah (earth spread) Aliran (flow) Aliran batu / rayapan dalam (rock flow / deep creep) Aliran bahan rombakan (debris flow) Rayapan tanah (soil creep) Alran tanah (earth flow) Majemuk (complex) Gabungan dua atau lebih gerakan (combination two or more movement) Gambar lokasi kekar-kekar batugamping Formasi Rajamadala di Citatah

9 TUGAS 1. Apa yang disebut dengan genesis tanah? Mengapa batuan mudah lapuk jika terkena air? 2. Sebutkan dua jenis tipe jenis longsoran yang berkembang di lokasi kuliah lapangan. Faktor apa saja yang mempengaruhi longsor tersebut. Berikan sketsa lokasi longsoran dan jenisnya. 3. Klasifikasikan jenis tanah dari satu lokasi pengamatan di sekitar daerah longsoran tersebut. Pada lokasi tersebut, buatlah penampang tanahnya (profil tanah). 4. Jika diketahui sbb: B A C Dinding A atas : Dalam 1 meter terdapat rata-rata 20 kekar Dinding A bawah : Dalam 1 meter terdapat rata-rata 10 kekar Dinding B Dinding C : Dalam 1 meter terdapat rata-rata 4 kekar : Dalam 1 meter terdapat rata-rata 2 kekar Hitung berapa RQD batugamping Formasi Rajamandala pada daerah kekar rapat (frekuensi retakan banyak) dan kekar renggang (frekuensi retakan sedikit). Apa maknanya bila dikaitkan dengan aspek kelemahan geologi? Apa pula maknanya bila dikaitkan dengan struktur geologi yang berkembang di daerah tersebut? Berapa RMR dan SMR dari lokasi tersebut? 5. Berdasarkan pengamatan di lapangan, daerah lokasi kuliah lapangan termasuk dalam SGW apa? Catatan : Tugas dikumpulkan paling lambat satu minggu Tugas akan dilibatkan dalam penilaian kuliah Geoteknik keseluruhan. (Zufialdi Zakaria, Ir., MT)