BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam Bab IV berikut ini dipaparkan mengenai hasil penelitian tentang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

KURIKULUM PROGRAM STUDI S.1 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG TAHUN AKADEMIK

BAB IV GAMBARAN UIN SUSKA. Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2005 tertanggal 4 Januari Keputusan Menteri Agama RI No. 194 Tahun 1970.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja

Pangkalan Data Karya Akademik. Program ini sengaja didesain untuk mendukung kegiatan pokok program pembangunan pendidikan Islam yang menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

Rencana Strategis (Renstra) Universitas Islam Indonesia Telah disahkan oleh Senat Universitas

BAB III ANALISIS SWOT DAN ASUMSI-ASUMSI

RENCANA STRATEGIS

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

2 pengaruhnya. Pola baru ini melahirkan penyelenggaraan perguruan tinggi yang mengandalkan pengambilan keputusan berbasis kebijakan strategis, standar

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PROGRAM KERJA FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

I. DESKRIPSI SWOT SETIAP KOMPONEN KOMPONEN A VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN SERTA STRATEGI PENCAPAIANNYA

PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL

KETUA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO

BAB III HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Subjek, Objek dan Lokasi Penelitian

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

VISI MISI BAKAL CALON REKTOR UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO MASA JABATAN TEMA MERETAS KESETARAAN DAN KEBERSAMAAN UNTUK MENGEMBANGKAN UNG

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Riau dalam bahasa Ingris adalah Staed Islamic University of Sultan Syarif Kasim

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

RENCANA OPERASIONAL TEKNIK MESIN (RENOP) UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA TAHUN

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA / LEMBAGA (RKA-KL) TAHUN 2017 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU

Manual Mutu Pengabdian

PROGRAM KERJA BAKAL CALON REKTOR ITS Menuju. Kemandirian, Keunggulan dan Kesejahteraan by : Triwikantoro

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BUKU KEBIJAKAN MUTU SPMI UMN AW BUKU KEBIJAKAN MUTU SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN PERGURUAN TINGGI

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN (RIP)

KEPUTUSAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/U/2000

Kampus & Sekretariat Pendaftaran. Website :

PROGRAM KERJA UNRAM YANG MAJU, RELEVAN DAN BERDAYA SAING

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA STRATEGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB III TINJAUAN PERUSAHAAN

VISI DAN MISI POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

Pedoman Budaya Mutu Universitas FOR/SPMI-UIB/PED

1.1. SEJARAH SINGKAT DAN PERKEMBANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

KA/LPM-UNSRAT/01 KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS SAM RATULANGI. Tahun

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 234/U/2000 TENTANG PEDOMAN PENDIRIAN PERGURUAN TINGGI

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Malang, Mei 2012 Ketua, Ir. Mulyo Nugroho Sarwoto, MSi NIP

2 pendidikan tinggi harus memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan pera

S1 Akuntansi. Visi. Misi

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

RENCANA OPERASIONAL AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN (AKAFARMA) YAYASAN HARAPAN BANGSA BANDA ACEH TAHUN

SEKILAS MENGENAI.. 1 PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PADJADJARAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) UNIVERSITAS ISLAM MALANG PUSAT PENJAMINAN MUTU UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sebagai jenjang pendidikan paling tinggi dalam sistem pendidikan nasional maka

VISI, MISI DAN PROGRAM KERJA

Program Kerja. PS Magister Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEPUTUSAN KETUA STMIK PRABUMULIH... BAB I PENDAHULUAN... 1

DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TAHUN ANGGARAN

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan.

FORMAT 1. PENILAIAN BORANG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI. Penilaian Dokumen Perorangan. Nama Perguruan Tinggi :... Nama Asesor :... Kode Panel :...

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PENDAFTARAN PROGRAM BEASISWA SANTRI BERPRESTASI 2018

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PEDOMAN Peninjauan dan Penyusunan Visi Misi di Lingkungan UIB FOR/SPMI-UIB/PED.01-00

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG (UM) Jalan Semarang 5, Malang Telepon: Laman:

Universitas Respati Yogyakarta. Jln. Laksda Adi Sucipto KM 6.3 Depok Sleman Yogyakarta Telp : ; Fax :

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN STRATEGIK DI PERGURUAN TINGGI. Setelah mandiskusikan hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian di

Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

4/11/2016 RIP ITENAS AGENDA. Pendahuluan. Masa depan Itenas. Itenas. masa kini. Sejarah. Itenas

Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Surakarta, 24 Januari 2017 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran Ne

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

Bab 1 Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5)

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PADJADJARAN NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika

WISMA TAMU UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Transkripsi:

150 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam Bab IV berikut ini dipaparkan mengenai hasil penelitian tentang kondisi empiris Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung sebagai bentuk implementasi kebijakan perubahan dari institut menjadi universitas. Pemaparan tersebut kemudian dilanjutkan dengan analisis/ pembahasan atas hasil penelitian di lapangan untuk dikonfirmasikan dengan teoriteori yang relevan sebagaimana yang disajikan pada Bab II. Hasil-hasil penelitian di lapangan dan pembahasannya menjadi landasan bagi penulis untuk mengajukan model konseptual Manajemen Strategik pengembangan UIN Bandung dengan pendekatan Balanced Scorecard yang di uraikan pada Bab V. A. Hasil Penelitian 1. Perubahan IAIN menjadi UIN a. Tahap-tahap Perkembangan UIN Bandung Perubahan IAIN/STAIN menjadi UIN, yang menjadi kecenderungan sejumlah perguruan tinggi Islam di era 2000an (Karni, 2009: 304), merupakan salah satu gambaran realitas bahwa perubahan menjadi keniscayaan bagi suatu perguruan tinggi, tidak terkecuali bagi perguruan tinggi Islam. Perubahan tersebut mencerminkan respons perguruan tinggi Islam di Indonesia terhadap dinamika yang terjadi di masyarakatnya. Dari sisi perubahan secara umum, perubahan yang terjadi saat ini bukanlah merupakan hal baru bagi perguruan tinggi Islam di Indonesia. Ia merupakan kelanjutan dari perkembangan pemikiran Islam di

151 Indonesia mengenai pendidikan tinggi sejak masa-masa awal kemerdekaan. Dengan kata lain, perubahan IAIN/STAIN menjadi UIN tidak bisa dilepaskan dari rangkaian panjang sejarah perkembangan pendidikan tinggi Islam di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengetahui secara lebih komprehensif mengenai bentuk perubahan UIN SGD Bandung, paparan mengenai sejarah perkembangan pendidikan tinggi Islam di Indoensia menjadi sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Keberadaan IAIN sebagai perguruan tinggi di lingkungan Kementerian Agama RI, sejak didirikan sampai perkembangannya sekarang ini merupakan hasil perjuangan yang sudah lama dirintis oleh para tokoh umat Islam. Gagasan mendirikan perguruan tinggi Islam merupakan salah satu mata rantai sejarah perjuangan umat Islam Indonesia sejak awal abad XX. Hal tersebut muncul dari kesadaran kolektif umat Islam di tanah air sejak perempat pertama abad XX yang mengukuhkan pentingnya perbaikan pendidikan Islam. Terdapat empat aspek penting yang menjadi perhatian tentang perlunya pembaharuan atau modernisasi pendidikan Islam pada saat itu. Pertama, kelembagaan; yaitu pembaharuan atau perubahan kelembagaan pendidikan Islam, baik dalam bentuk transformasi dari lembaga yang sudah ada maupun pendirian lembaga pendidikan Islam yang baru. Kedua, subsatansi isi (content) kurikulumnya; yaitu dari pengajaran ilmu-ilmu agama dikembangkan dengan pengenalan pada ilmu-ilmu umum ke dalam lembaga pendidikan Islam. Ketiga, aspek metodologis, yaitu perubahan metodologi pengajaran yang selama itu diterapkan di lingkungan lembaga pendidikan Islam yang dianggap kurang relevan. Keempat; dari segi fungsi; yakni

152 mengembangkan fungsi pendidikan Islam yang secara tradisional meliputi: transfer ilmu-ilmu keislaman (transfer of Islamic knowledge), memelihara tradisi Islam (maintenance of Islamic traditions), dan melahirkan ulama (reproduction of ulama) (UIN Yogyakarta, 2010). Gagasan tersebut direalisasikan dengan didirikannya Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta oleh Masyumi pada tanggal 27 Rajab 1364 bertepatan dengan tanggal 8 Juli 1945. STI merupakan cikal bakal sejarah berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) di Indonesia. Keputusan Masyumi untuk mendirikan STI tersebut merupakan kelanjutan dari usaha-usaha yang telah dicoba oleh Majelis Islam Ala Indonesia (MIAI) sejak awal tahun 1943. Berdirinya STI merupakan penjelmaan dari pikiran yang jernih dan pandangan yang jauh ke depan dari pemimpin-pemimpin Indonesia tentang corak perguruan Islam yang harus ada. Hal itu terlihat pada gagasan awal pendirian STI, yaitu bahwa ia didirikan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan kepada orang-orang yang telah mempelajari Islam secara meluas dan mendalam, dan telah memperoleh standar pengetahuan umum yang memadai seperti dituntut oleh masyarakat dewasa ini. Gagasan itu terumuskan dalam tujuan pendirian STI yaitu menjadi Perguruan tinggi yang memberikan pelajaran dan pendidikan tinggi tentang ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu kemasyarakatan agar menjadi penyiar agama dan memberikan pengaruh Islam di Indonesia. Dengan tujuan tersebut, para pemrakarsa STI berupaya untuk mencari bentuk perpaduan pendidikan yang kelak diharapkan dapat melahirkan ulama yang pakar dalam dua

153 bidang sekaligus, mempelajari Islam secara meluas dan mendalam dan juga memiliki kualifikasi ilmu-ilmu sekuler yang memadai (UIN Yogyakarta, 2010). Penegasan arah pengembangan perguruan tinggi Islam (STI) dapat dilihat dalam pidato Mohammad Hatta pada saat pembukaan kembali STI di Yogyakarta pada tanggal 10 April 1946. Dalam pidato yang biasa disebut sebagai Memorandum Hatta itu, ia menyebutkan antara lain: Demikianlah, dalam lingkungan STI bisa diselenggarakan pengajaran agama yang berdasarkan pengetahuan tentang Filsafat, Sejarah, dan Sosiologi. Agama dan Filsafat memperluas kepercayaan dan memperhalus perasaan agama.... Agama dan Sejarah memperluas pandangan agama.... Agama dan Sosiologi mempertajam pandangan agama ke dalam masyarakat yang hendak dipimpin... Mengacu pada Memorandum Hatta tersebut, dapat diketahui ke mana arah pengembangan ilmu yang hendak dicapai oleh STI melaluit rencana pelajarannya. Bisa dikatakan bahwa basic philosophy pengembangan ilmunya adalah integralistik, tidak dikotomis antara ilmu agama dan umum (UIN Yogyakarta, 2010). Proklamasi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, telah membukakan jalan yang luas bagi umat Islam untuk melaksanakan apa yang telah lama diidamidamkan dalam bidang pendidikan atas dasar ajaran Islam. Keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Islam di Indonesia dilandasi oleh beberapa faktor, yaitu: Pertama, di dalam ajaran Islam tidak ada pemisahan antara paham kenegaraan dengan agama. Kedua, adanya kewajiban bagi umat Islam untuk melaksanakan hukum-hukum Allah. Ketiga, belum adanya perguruan yang berdasarkan Islam yang mampu menyiapkan tenaga ahli dalam berbagai lapangan.

154 Keempat, pada zaman penjajahan, pendidikan hanya deselenggarakan untuk mendukung kepentingan penjajah. Kelima, umat Islam kekurangan tenaga-tenaga ahli dalam berbagai lapangan. Keenam, dirasakan perlunya memberi kesempatan kepada sekolah-sekolah agama (madrasah) dan pelajar-pelajar dari pesantren untuk dapat melanjutkan pendidikan mereka hingga perguruan tinggi yang dapat memberikan ilmu-ilmu keahlian (Supardi, et.al.,1994 dalam Sanaky, 2008: 12). Pada saat pusat pemerintahan berpindah dari Jakarta ke Yogyakarta, Sekolah Tinggi Islam ikut pindah dan berubah nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) pada tanggal 22 Maret 1948. Dengan mengambil Fakultas Agama dari Universitas Islam Indonesia, Pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1950 mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri/PTAIN (IAIN Bandung, 2003: 1). kemudian pada tahun 1957, Departemen Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta. Mengingat ruang lingkup disiplin ilmu Agama Islam yang luas, maka pada tanggal 9 Mei 1960, berdasarkan Peraturan Presiden No. 11 tahun 1960, PTAIN di Yogyakarta dan ADIA di Jakarta digabung menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Maksud dan tujuan didirikannya IAIN adalah untuk membentuk sarjana muslim yang mempunyai keahlian dalam ilmu agama Islam, berakhlak mulia, cakap serta mempunyai kesadaran bertanggung jawab atas kesejahteraan umat, masa depan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Disamping itu IAIN juga bertujuan untuk menyiapkan tenaga ahli agama yang terampil bagi keperluan pemerintah dan masyarakat.

155 Setelah melewati perjalanan panjang, IAIN pada akhirnya didirikan juga di tempat-tempat lain di Indonesia hingga berjumlah 14 buah yang tersebar di pelosok tanah air. Salah satunya berkedudukan di Bandung, Jawa Barat, yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung. Perjalanan panjang IAIN/UIN Bandung sejak 1968 hingga saat ini dibagi ke dalam enam periode (Natsir, 2011: 14-18). Keenam periode tersebut adalah: 1) Periode Perintisan (1968-1973). Periode ini merupakan masa-masa perintisan dan pengembangan awal IAIN Bandung (Al-Jami ah al- Islamiyah al-hukumiyah) di Jawa Barat. Pendirian IAIN Bandung didasarkan pada Keputusan Menteri Agama RI Nomor 56 Tahun 1968. 2) Periode Pembangunan Landasan Kelembagaan (1973-1986). Periode ini ditandai dengan penataan dan pengembangan sarana dan prasarana lembaga pendidikan tinggi Islam. Diawali dengan rayonisasi fakultasfakultas di daerah yang menginduk ke IAIN Bandung dan IAIN Jakarta. Kemudian, kampus IAIN Bandung yang awalnya beralamat di Jalan Lengkong Kecil dipindahkan ke Jalan AH. Nasution 105 Bandung. Di samping itu, dilakukan pemantapan sistem pendidikan Islam dengan menerapkan materi kurikulum yang mengacu kepada Universitas Al- Azhar, Mesir. 3) Periode Pembangunan Landasan Akademik (1986-1995). Pada periode ini dilanjutkan pembangunan sarana dan prasarana kampus, juga pengembangan fakultas dan program studi serta perintisan Program Pascasarjana. Sistem pendidikan diubah dari sistem liberal ke sistem

156 terpimpin dengan mengintrodusir sistem kredit semester (SKS). Sedangkan kurikulum dikembangkan dengan mengacu kepada ketentuan pemerintah (kurikulum nasional) dan kebijakan IAIN sendiri (kurikulum lokal). 4) Periode Orientasi Manajemen Akademik (1995-2003). Pada periode ini dilakukan pemantapan pengembangan kurikulum IAIN dengan mengacu kepada Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, serta Keputusan Menteri Agama RI Nomor 178/ U/2001 tentang Gelar dan Sebutan Lulusan Perguruan Tinggi. Di samping itu, juga dilakukan program peningkatan mutu akademik melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia. 5) Periode Transformasi Pengembangan Kelembagaan (2003-2007). Pada periode ini terjadi perubahan mendasar dalam kelembagaan IAIN Bandung. IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, dengan statusnya sebagai institut, diubah menjadi universitas dengan nama Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung. Perubahan itu didasarkan pada Peraturan Presiden RI Nomor 57 tahun 2005 tertanggal 10 Oktober 2005. 6) Periode Pengembangan Mutu dan Budaya Akademik (2007-2011). Periode ini merupakan penegasan orientasi pengembangan UIN Bandung sebagai perguruan tinggi yang unggul dan kompetitif. Landasan pengembangan UIN Bandung didasarkan pada Surat Keputusan Rektor UIN Bandung Nomor Un.05/Kp.07.6/013/2008 tentang Rencana Strategis UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2008-2011.

157 b. Gagasan Perubahan IAIN menjadi UIN Sebagaimana terlihat dari perjalanan sejarahnya, berbagai perubahan telah dilakukan di lingkungan IAIN dalam rangka menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat. Namun, seperti dikatakan Imrani (2009), perubahan-perubahan itu ternyata belum dapat memberi kepuasan puncak bagi penyelenggara lembaga pendidikan tinggi Islam ini. Sekitar tahun 1994, Tarmizi Taher, selaku Menteri Agama, menggagas pembentukan center of excellence di setiap IAIN; tahun 1996, pertemuan di Cirasua menghasilkan kesepakatan untuk dilakukan peninjauan terhadap kurikulum IAIN; tahun 2000, pertemuan di Jakarta menghasilkan kesepakatan untuk melakukan peninjuan terhadap gelar kesarjanaan; dan tahun 2001, pertemuan di Semarang menghasilkan kesepakatan mengenai pengembangan ilmu-ilmu keislaman. Dalam pertemuan nasional tersebut gagasan untuk mengubah status IAIN menjadi UIN semakin mengemuka. Alasan yang paling menonjol dikemukakan, lanjut Imrani (2009), selalu dikaitkan dengan permintaan pasar dan menyelamatkan masa depan IAIN. Dengan perubahan status, diprediksi UIN bakal memiliki keunggulan dari universitas umum, khususnya dalam aspek nilai-nilai keislaman. Secara aksiologis, alasan ini cukup berdasar, mengingat tanggung jawab profesional keilmuan menyangkut nilai-nilai moral. Alasan tersebut sejalan dengan yang dikatakan Basyuni, M. (2006), bahwa ditengah-tengah kecenderungan masyarakat terhadap pendidikan yang dapat memberikan kemampuan secara teknologis, fungsional, individual, informatif, dan terbuka, semakin menguat pula tuntutan

158 masyarakat terhadap wujud lain hasil pendidikan, yaitu terkait dengan etik dan moral yang dapat dikembangkan melalui pendidikan agama. Dengan demikian, pemikiran dan gagasan mengubah IAIN menjadi UIN didasarkan atas keinginan untuk menata sistem pendidikan tinggi Islam secara terpadu. Gagasan ini berkaitan dengan isu perlunya islamisasi ilmu pengetahuan dalam rangka menutupi kehampaan mental dan spiritual dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Islamisasi dimaksudkan sebagai upaya memadukan ilmu-ilmu keagamaan dengan ilmu-ilmu umum. Melalui universitas, kemungkinan pengembangan disiplin ilmu-ilmu umum dapat dilakukan dan dapat dipadukan dengan tradisi kajian Islam yang sudah berkembang (Rahim, 2006: 100). Hal tersebut sebagaimana disebutkan dalam pasal 6 ayat (6) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Dalam pasal itu dikatakan, bahwa Universitas menyelenggarakan program pendidikan akademik dan/atau profesional dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian tertentu. Sementara kalangan, ungkap Rahim (2006:103), berpandangan bahwa ilmu pengetahuan modern mengandung nilai materialisme dan positivisme sesuai dengan tradisi Barat. Dalam hal ini, islamisasi dimaksudkan sebagai upaya menggantikan nilai-nilai itu dengan nilai-nilai keagamaan yang lebih transendental. Paradigma positivistik dalam batas-batas tertentu memang sangat diperlukan dalam proses ilmiah, tetapi ia tidak dapat menjangkau dimensi-dimensi metafisik dan nonmaterial. Karenanya, kehampaan moral dan spiritual akan terus

159 menghantui umat manusia dan pada gilirannya dapat menghancurkan tatanan dunia secara keseluruhan. Menurut Natsir (2006: 30), perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi dan informasi berimplikasi pada kecenderungan sebagian masyarakat yang memisahkan kehidupan duniawi dengan ukhrawi. Perkembangan tersebut juga melahirkan pandangan dikotomis antara pendidikan agama dengan pendidikan umum di kalangan sebagian masyarakat. Pengaruh negatif perkembangan tersebut serta sejumlah tantangan lain yang semakin intensif telah menuntut pendidikan tinggi agama Islam untuk segera berkiprah secara maksimal, sehingga kehadiran era globalisasi tidak dipandang sebagai ancaman atau hambatan, tetapi sebaliknya dijadikan sebagai kesempatan dan peluang dalam upaya mengembangkan pendidikan tinggi dan pembangunan. Perubahan IAIN menjadi UIN akan sangat menentukan kualitas lulusan yang dihasilkan. Perubahan tersebut memiliki arti dan makna terutama berubahnya kultur akademik dan berkembangnya akhlak karimah dari seluruh civitas akademika UIN. Perubahan itu bukan sekedar berganti baju, tetapi menghendaki adanya nilai tambah dari kondisi yang ada sekarang. Melalui perubahan itu diharapkan bahwa IAIN tidak menjadi semacam mesin penghasil pengangguran, tetapi menghasilkan lulusan yang berkembang sisi keilmuannya serta dapat terserap di dunia kerja (Natsir, 2006: 26-27) Bagi civitas akademika IAIN, lanjut Natsir, perubahan ini merupakan sebuah upaya untuk mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah kecenderungan menurunnya minat masyarakat untuk masuk IAIN.

160 Kecenderungan yang tampaknya dipengaruhi oleh adanya pandangan dikotomis tersebut cukup memprihatinkan, dan hal ini sekaligus merupakan isyarat bahwa masyarakat tidak lagi tertarik untuk mempelajari agama. IAIN dianggap hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama, sedangkan perguruan tinggi lainnya mengajarkan ilmu-ilmu umum. Membiarkan IAIN dalam kondisi demikian akan mengancam kelangsungan hidup IAIN sendiri, dan tidak mustahil perguruan tinggi kebanggaan masyarakat Jawa Barat ini akan ditutup karena tidak ada lagi peminatnya. Dengan diubahnya IAIN menjadi universitas, image masyarakat terhadap perguruan tinggi Islam diharapkan dapat berubah. Perubahan itu sekaligus menepis pandangan dikotomis antara ilmu agama dengan ilmu umum. Hal tersebut dimungkinkan, karena dalam wadah universitas, selain akan diajarkan ilmu-ilmu agama, juga diajarkan ilmu-ilmu umum. Kedua bidang ilmu tersebut dipadukan secara integral, sehingga tidak lagi tampak adanya pemisahan secara tajam (Natsir, 2006: 9). Selain untuk mengubah image masyarakat, perubahan juga dimaksudkan untuk meningkatkan peranserta dosen dan sarjana lulusan IAIN dalam penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Diakui Natsir (2006: 17), kiprah yang dilakukan dosen dan mahasiswa IAIN selama ini tampaknya belum mencapai taraf yang optimal. Peranserta mereka dalam kehidupan masyarakat cenderung memapankan pengetahuan masa lalu dan melanggengkan realitas sosial yang timpang melalui justifikasi agama. Bahwa hal tersebut dirasakan manfaatnya bagi masyarakat, memang harus diakui. Namun

161 harus ditingkatkan ke arah yang lebih selaras dengan dinamika yang terjadi di masyarakat. c. Strategi Pengembangan UIN Bandung Upaya untuk merealisasikan gagasan perubahan di atas bukanlah merupakan hal yang mudah. Berbagai pertemuan, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan kalangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun tokohtokoh masyarakat Jawa Barat telah dilakukan Rektor dalam rangka mendapatkan dukungan mereka. Sejak tahun 2004, Rektor dengan dibantu Panitia Konversi IAIN menjadi UIN melakukan berbagai aktivitas untuk mempersiapkan persyaratan-persyaratan. Pertemuan demi pertemuan dilakukan dalam rangka membicarakan mekanisme kerja, langkah-langkah yang harus ditempuh, serta schedule yang tepat (UIN Bandung, 2006: 7). Selain dilakukan melalui rapat-rapat intern, persiapan menuju perubahan IAIN menjadi UIN juga dilakukan melalui seminar, lokakarya dan sarasehan pembukaan program studi-program studi baru. Hal tersebut dilakukan mengingat salah satu persyaratan untuk menjadi universitas, sedikitnya harus ada enam program studi ilmu-ilmu exacta dan empat program studi ilmu-ilmu sosial. Hasil kegiatan-kegiatan tersebut dijadikan sebagai proposal pembukaan program studi yang diajukan kepada pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) untuk mendapatkan persetujuan (UIN Bandung, 2006: 7). Di samping upaya-upaya di atas, untuk mempercepat realisasi gagasan perubahan tersebut, Rektor IAIN Bandung juga melakukan pendekatan melalui lobi-lobi di tingkat pusat. Hal itu mengingat bahwa yang berhak menetapkan

162 perubahan IAIN Bandung menjadi UIN bukanlah pihak IAIN sendiri, melainkan harus didasarkan pada keputusan Presiden Republik Indonesia. Segala upaya yang dilakukan itu pada akhirnya melahirkan hasil yang telah lama diharapkan. Pada tanggal 10 Oktober 2005, bertepatan dengan tanggal 6 Ramadhan 1426 H., Presiden RI mengeluarkan SK Presiden Nomor 57 Tahun 2005 tentang Perubahan IAIN Sunan Gunung Djati menjadi UIN (UIN Bandung, 2006: 10). Penguatan masa depan pendidikan tinggi Islam (shaping the future of Islamic higher education) tidak dilihat sebagai upaya untuk menyeret agama dalam posisi sub-ordinat dalam hubungannya dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Tetapi sebagai suatu usaha revitalisasi kehidupan keberagamaan yang sesuai dengan konteks dan makna empiriknya. Sehingga pendidikan Islam menjadi daya tawar bagi masyarakat dalam menghadapi dan mensikapi perubahan yang begitu cepat. Berdasarkan hal tersebut, pengembangan UIN Bandung diarahkan untuk menjadi center of academic excellent pengembangan ilmu agama dan ilmu umum. Sehingga UIN Bandung diharapkan mampu memberikan respon positif terhadap berbagai tantangan zaman yang dihadapi masyarakat (social expectation) melalui pengembangan ilmu-ilmu secara integratif-holistik yang dilandasi nilai-nilai Islam (academic expectation) (Natsir, 2011: 1-3). Kemampuan untuk bersaing dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi lainnya dalam menghasilkan lulusan yang bermutu dan kompetitif merupakan cita-cita yang hendak diwujudkan UIN Bandung seiring pengembangan yang dilakukannya. Untuk itu, terdapat lima prinsip pokok yang mendasari

163 pengembangan tersebut, yaitu: (1) regional authonomy parallelism, yakni reformasi yang membawa kebijakan baru dalam pembangunan pendidikan tinggi yang berbasis desentralisasi; (2) keunikan, yakni pemilihan core competence untuk menjadikan UIN Bandung sebagai perguruan tinggi dengan daya tarik khusus; (3) national cohessiveness, yakni prinsip yang mencerminkan bahwa keunikan UIN Bandung bersifat komplementer terhadap perguruan tinggi lain dalam lingkungannya; (4) market oriented, yakni misi yang diemban UIN Bandung dalam menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat; dan (5) managed professionally, yakni pengelolaan UIN Bandung secara profesional sebagai salah satu perguruan tinggi modern (Natsir, 2011: 4-5). Cita-cita dan arah pengembangan UIN dirumuskan ke dalam visi, misi, tujuan, dan tahap-tahap pengembangan dalam Rencana Strategis UIN Bandung 2008-2011. Visi UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah menjadikan UIN sebagai perguruan tinggi yang unggul dan kompetitif yang mampu mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum berlandaskan paradigma wahyu memandu ilmu. Rumusan visi UIN Bandung memiliki benang merah yang hampir sama dengan visi yang dikembangkan UIN lainnya di seluruh Indonesia (Karni, 2009). UIN Syarif Hidayatullah (Syahid) Jakarta, misalnya, merumuskan visinya sebagai berikut: Menjadikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai lembaga pendidikan tinggi terkemuka dalam mengintegrasikan aspek keilmuan, keislaman dan keindonesiaan (http://www.uinjkt.ac.id/...). Sedangkan UIN Sunan Kalijaga (Suka)Yogyakarta, rumusan visinya adalah: Menjadi universitas yang unggul

164 dalam bidang akademik, profesional, efisien, efektif, dan akuntabel untuk memajukan peradaban bangsa (http://www.uin-suka.ac.id/...). Adapun Misi UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah untuk menyiapkan generasi ulul Albab yang mampu: (1) memadukan dzikir dan fikir, (2) memiliki kecerdasan spiritual, emosional, dan intelektual, serta (3) menemukan, mengembangkan, dan menerapkan ilmu, teknologi, sosial, budaya dan seni. Sedangkan Tujuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung adalah: (1) Menyiapkan peserta didik yang memiliki karakteristik keteguhan iman, kemuliaan akhlak, keluasan ilmu, dan keunggulan amal; (2) Mengembangkan penelitian, baik ilmu agama maupun umum; dan (3) Menyebarluaskan ilmu agama dan umum yang digunakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Strategi perubahan UIN Bandung dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: Tahap pertama (2004-2007), UIN Bandung diarahkan menjadi perguruan tinggi yang unggul dan kompetitif. Tahap kedua (2008-2011) merupakan lanjutan dalam rangka pengembangan perguruan tinggi yang unggul dan kompetitif. Tahap ketiga (2012-2016) pengembangan UIN Bandung diarahkan sebagai universitas riset (research university). Tahap keempat (2017-2020) UIN Bandung diarahkan menjadi universitas internasional (international university). Sebagaimana dikemukakan di atas, dua tahapan pertama transformasi IAIN menjadi UIN dimaksudkan sebagai upaya pengembangan kelembagaan (2003-2007) dan pengembangan mutu dan budaya akademik (2007-2011) (Natsir, 2011). Keberhasilan tahap awal pengembangan UIN Bandung tersebut ditandai dengan

165 pencapaian beberapa indikator sebagai berikut: (1) Rasio calon mahasiswa setiap prodi yang mendaftar dan daya tampung mencapai sekurang-kurangnya 3:1; (2) Lulusan memiliki kompetensi yang jelas sesuai dengan program studinya; (3) Lulusan setiap prodi memiliki kemampuan yang aktif dalam salah satu atau dua bahasa asing (Arab/Inggris); (4) Dosen sesuai dengan keahlian program studi; (5) 30% Dosen berpendidikan doktor; (6) 10% Dosen UIN telah memiliki jabatan akademik Guru Besar; (7) 30% Dosen mampu berbahasa asing (Arab/Inggris); (8) 10% karyawan mampu menggunakan salah satu bahasa asing (Arab/Inggris); (9) Laboratorium dan Perpustakaan sangat memadai sesuai dengan kebutuhan pengembangan prodi; (10) Administrasi terselenggara secara komputerisasi dan online; (11) Setiap Fakultas terdapat mahasiswa asing; (12) Dibukanya program kelas internasional; (13) 40% civitas akademika telah menggunakan internet dalam upaya membangun kultur akademik; (14) Semakin kecil rasio jumlah dosen dan mahasiswa dengan perbandingan 1:20; (15) 80% Jurnal UIN Bandung telah terakreditasi; dan (16) Program studi dan institusi terakreditasi dengan nilai minimal B. 2. Program Pengembangan UIN Bandung Untuk mencapai indikator-indokator keberhasilan di atas, UIN SGD Bandung merumuskan serangkaian kebijakan dan program-program strategis. Kebijakan dan program pengembangan tersebut didasarkan atas analisis lingkungan, baik internal maupun eksternal (SWOT analysis). Pemindaian terhadap lingkungan internal dilakukan guna mengetahui kekuatan dan kelemahan

166 yang dimiliki. Sedangkan pemindaian atas lingkungan eksternal dilakukan guna mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi. a. Kebijakan Pengembangan UIN Bandung Atas dasar analisis SWOT di atas, upaya penataan dan pembenahan UIN Bandung ditempuh melalui lima kebijakan. Pertama, aspek pengembangan kelembagaan baik struktural maupun non-struktural melalui pendekatan pencerahan (enlightenment), pemberdayaan (empowerment), dan pengembangan (development) dalam upaya mewujudkan image building UIN Sunan Gunung Djati yang kondusif dalam pengembangan kultur akademik. Kedua, otonomi dengan semangat kemandirian baik pada bidang akademik, kelembagaan, dan administrasi yang tetap dalam bingkai satu kesatuan sistem. Ketiga, peningkatan kualitas yang berorientasi pada jaminan mutu (quality assurance), pengendalian mutu (quality control), dan perbaikan mutu (quality improvement). Secara operasional, peningkatan kualitas lebih diarahkan pada program akademik, penelitian, tenaga pengajar, mahasiswa, fasilitas, dan kultur akademik yang kondusif. Keempat, inovasi dengan mengembangkan jaringan (network) melalui pola kemitraan dan kerjasama dengan berbagai instansi, baik dalam maupun luar negeri. Kelima, modernisasi manajemen pendidikan dan pelayanan administrasi melalui penataan dan profesionalisasi institusi yang efisien dan efektif. Kebijakan pengembangan UIN Bandung mengacu kepada garis-garis besar kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia, sebagaimana terrumuskan dalam Higher Education Long Term Strategy (HELTS) 2003-2010. HELTS merupakan paradigma baru visi pendidikan tinggi di Indonesia yang meliputi: 1) peningkatan

167 kualitas, 2) memberi akses dan berkeadilan, dan 3) otonomi dan desentralisasi. Tujuan paradigma baru itu adalah dalam rangka membentuk perguruan tinggi yang sehat (health organization) dan mampu meningkatkan daya saing bangsa (competitiveness organization) (UIN Bandung, 2008: 10-11). b. Program Prioritas Pengembangan UIN Bandung Rincian program pengembangan UIN Bandung pada masing-masing tahapannya di arahkan pada penataan dan pengembangan 14 bidang sebagai berikut (UIN Bandung, 2008: 12-21): 1) Kelembagaan. Program ini diarahkan pada upaya mewujudkan kelembagaan yang berdayaguna dan berhasilguna dengan sasaran restrukturisasi organisasi institusi. Indikator output-nya adalah tertatanya struktur kelembagaan berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 57 Tahun 2005, PMA Nomor 6 Tahun 2006, dan KMA Nomor 486 Tahun 2002. Sedangkan outcome-nya adalah peningkatan kualitas fungsi pelayanan terhadap dosen, karyawan, dan mahasiswa dalam peningkatan kualitas akademik. 2) Sumberdaya Manusia. Pengembangan Sumberdaya Manusia (SDM) diarahkan pada upaya peningkatan kuantitas dan kualitas kinerja tenaga dosen dan karyawan. Sasarannya adalah terlaksananya program peningkatan kualitas profesionalisme, kinerja, dan produktivitas dosen dan karyawan. Adapun outcome dari keberhasilan program tersebut adalah meningkatnya kultur akademik di kalangan civitas akademika UIN Bandung.

168 3) Kurikulum. Pengembangan kurikulum UIN Bandung diarahkan pada upaya mewujudkan struktur kurikulum yang relevan dengan kebutuhan masyarakat berdasarkan wahyu memendu ilmu. Sasaran pengembangan kurikulum tersebut adalah terwujudnya struktur kurikulum yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Adapun outcome-nya adalah teraplikasikannya rancang bangun epistemologi keilmuan yang integralistik dan holistik berdasarkan paradigma wahyu memandu ilmu. 4) Pembelajaran. Pengembangan bidang pembelajaran diarahkan pada upaya meningkatkan mutu pembelajaran dalam rangka pengembangan akademik. Sasarannya adalah terselenggaranya kualitas proses pembelajaran yang efisien dan efektif untuk mengembangkan pembelajaran berfikir yang kreatif dan inovatif. Adapun output yang diharapkan adalah berupa peningkatan proses pembelajaran secara kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan outcome-nya berupa peningkatan kemampuan akademik mahasiswa. 5) Perpustakaan. Program pengembangan perpustakaan diarahkan pada upaya mewujudkan perpustakaan yang berkualitas dalam rangka menciptakan fungsi perpustakaan sebagai center of intellectual, academic information, research, and reference. Adapun sasaran dari program ini adalah meningkatnya kemampuan SDM perpustakaan, dan jumlah literatur secara kuantitas dan kualitas sesuai kebutuhan program studi.

169 6) Penelitian. Pengembangan bidang penelitian diarahkan pada peningkatan kemampuan penelitian di kalangan dosen dan mahasiswa baik kualitas maupun kuantitas. Outcome-nya adalah meningkatnya jumlah penelitian baik secara kualitas maupun kuantitas. Outcome-nya adalah berkembangnya ilmu pengetahuan, publikasi serta peningkatan pemanfaatan informasi hasil-hasil penelitian. 7) Pengabdian kepada Masyarakat. Pengembangan bidang pengabdian kepada masyarakat diarahkan pada upaya peningkatan peran UIN Bandung melalui implementasi ilmu dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan bangsa. Output-nya adalah meningkatnya pengabdian dalam kehidupan beragama, bermasyarakat dan berbangsa. Outcome-nya adalah meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam kesadaran beragama, pembangunan dan kepercayaan masyarakat terhadap UIN. 8) Kemahasiswaan dan Alumni. Pengembangan kemahasiswaan diarahkan pada upaya meningkatkan pembinaan mahasiswa dalam bidang akademik dan kegiatan ekstrakurikuler serta meningkatkan kualitas lulusan yang unggul dan kompetitif. Output-nya adalah meningkatnya kualitas akademik, al-akhlak al-karimah, kewirausahaan, dan kepemimpinan, serta terwujudnya lulusan yang memiliki kekokohan iman, kemuliaan akhlak, keluasan ilmu, dan keunggulan amal. Outcome-nya adalah terberdayakannya lembaga kemahasiswaan dan produktivitasnya dalam pengembangan potensi mahasiswa serta meningkatnya minat masyarakat terhadap UIN Bandung.

170 9) Kerjasama. Pengembangan kerjasama diarahkan pada meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak yang menunjang peningkatan lembaga UIN Bandung. Sasaran program ini adalah meningkatnya volume kerjasama dalam pengembangan Tridharma Perguruan Tinggi. Output-nya adalah terselenggaranya kemitraan dalam pengembangan mutu akademik. Outcome-nya adalah terwujudnya jaringan kerjasama antar lembaga perguruan tinggi, lembaga negara, pemerintah, dan swasta. 10) Sarana dan Prasarana. Program pengembangan sarana prasarana diarahkan pada upaya mengembangkan sarana dan prasarana yang menunjang seluruh kegiatan akademik dan kelembagaan. Output program ini adalah tersedianya sarana dan prasarana akademik dan penunjang akademik yang memadai. Outcome yang diharapkan adalah meningkatnya prestasi akademik mahasiswa dan kultur akademik, serta produktifnya karya-karya akademik dosen. 11) Pendanaan. Program pengembangan pendanaan diarahkan pada peningkatan sumber-sumber pendanaan di luar sumber-sumber reguler melalui kontrak manajemen, sewa asset, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, kemitraan, dan karya ilmiah. Output-nya adalah meningkatnya pemanfaatan pendanaan secara efektif dan efisien serta mengalirnya sumber-sumber dana baik reguler (DIPA) maupun non-reguler. Outcomenya adalah terwujudnya laporan audit keuangan yang memuat sumber pendanaan serta sistem monitoring dan evaluasi pendanaan secara akuntabel terhadap semua unit kerja.

171 12) Manajemen. Pengembangan bidang manajemen diarahkan pada penataan manajemen perguruan tinggi paradigma baru perguruan tinggi yaitu: kualitas, pemerataan akses dan berkeadilan, serta otonomi berdasarkan standar HELTS 2003-2010. Output-nya adalah terciptanya Good university governance dengan prinsip credibility, transparency, accountability, responsibility, dan fairness (C-TARF). Outcome-nya adalah diterapkannya paradigma baru manajemen perguruan tinggi dan terakreditasinya institusi dan program studi. 13) Sistem Informasi. Mengembangkan sistem informasi sebagai instrumen strategis dalam menunjang peningkatan mutu akademik dan non-akademik baebasis IT. Output-nya adalah terwujudnya suatu software sistem informasi berbasis IT. Outcome-nya adalah terwujudnya akses informasi yang efektif bagi seluruh stakeholders. 14) Penjaminan Mutu. Meningkatnya sistem penjaminan mutu yang berkelanjutan di tingkat internal dan eksternal berdasarkan standar Quality Assurance system (QAS). Output-nya adalah terwujudnya sistem penjaminan mutu baik internal maupun eksternal, serta terwujudnya akreditasi institusi secara periodik. Outcome-nya adalah UIN Bandung memiliki sertifikat penjaminan mutu ISO 9001-2000. c. Pencapaian Sasaran Program Pengembangan UIN Bandung Untuk mengetahui pencapaian sasaran program prioritas pengembangan UIN Bandung secara komprehensif dan berimbang, peneliti dalam hal ini menggunakan Balanced Scorecard (BSC) sebagai alat ukur kinerja manajemen

172 strategis (manajement measurement). BSC memiliki tujuan utama sebagai sebuah pendekatan untuk mengorganisasi dan menyajikan informasi pengukuran kinerja yang merupakan kombinasi antara ukuran hasil yang terbatas dengan ukuran kinerja organisasi yang telah diseleksi dalam konteks memberikan manager informasi yang lebih relevan dan lebih efektif (pengukuran yang tidak terlalu banyak namun memiliki informasi yang luas) ketimbang para manager tersebut menerima informasi melalui laporan manajemen yang masih tradisional, terutama berkaitan dengan kunci tujuan strategis (Kaplan & Norton, 1992 dalam Wilopo, 2002) VISI UIN BANDUNG Perspektif PELANGGAN Perspektif PROSES INTERNAL STRATEGI PENGEMBANGAN UIN BANDUNG Perspektif KEUANGAN Perspektif PEMBELAJARAN Gambar 4.1. Balanced Scorecard UIN SGD Bandung (Sumber: Diadopsi dari Gaspersz, 2006: 211) BSC digunakan untuk mengukur pencapaian kinerja UIN Bandung dari empat perspektif, yaitu pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan, serta keuangan. Dengan demikian, evaluasi terhadap pencapaian kinerja manajemen strategis UIN Bandung tidak hanya diukur dari peningkatan

173 jumlah mahasiswa (outcome/lagging indicator), tetapi juga dilihat dari bagaimana outcome tersebut dapat dicapai melalui pengukuran pengendali kinerja (driver/lead indicators). Pengembangan dan penataan pengendali kinerja yang berkelanjutan (continuous improving) merupakan jaminan peningkatan hasil (outcome) yang berkelanjutan pula. Adapun hasil evaluasi kinerja UIN Bandung yang dirumuskan ke dalam empat perspektif BSC itu adalah sebagai berikut: 1) Perspektif Pelanggan Inti perspektif pelanggan ialah ukuran seberapa jauh pelanggan merasa puas atas layanan UIN Bandung. Indikasi kepuasan tersebut dapat dilihat dari kemauan mereka untuk meneruskan kesan kepuasannya kepada calon pelanggan, yaitu adik-adik kelasnya, orang tua, saudara-saudaranya, tetangganya, dan sebagainya. Tujuan utama pengembangan UIN Bandung antara lain adalah meningkatkan kesan/image bagi masyarakat atau pelanggan dan calon pelanggannya. Upaya tersebut direalisasikan dalam bentuk pengembangan dan penataan program-program strategis sebagaimana telah dipaparkan di atas. Untuk mengetahui ketercapaian indikator-indikator keberhasilan program-program strategis tersebut, dalam penelitian ini dilakukan pengukuran terhadap ukuranukuran generik masing-masing faktor penentu keberhasilan (critical success factors-csf) perspektif pelanggan. Adapun CSF perspektif pelanggan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) Kegunaan bagi pelanggan, (2) Mutu

174 jasa yang ditawarkan, (3) Harga jasa yang ditawarkan, (4) Waktu pemberian jasa, serta (5) Kesan dan Reputasi. (a) Kegunaan bagi Pelanggan Ukuran generik CSF kegunaan bagi pelanggan meliputi (a) jumlah mahasiswa terdaftar, (b) jumlah keseluruhan mahasiswa, dan (c) pangsa pasar. Jumlah mahasiswa terdaftar maksudnya adalah jumlah mahasiswa yang terdaftar di masing-masing prodi. Sedangkan jumlah keseluruhan mahasiswa adalah jumlah keseluruhan mahasiswa UIN Bandung. Adapun pangsa pasar adalah jumlah keseluruhan mahasiswa pada suatu daerah yang masuk universitas. Informasi mengenai ketiga ukuran generik kegunaan bagi pelanggan dalam penelitian ini di ambil dari data statistik mahasiswa Program Sarjana yang mendaftar dan diterima masuk di IAIN/UIN Bandung dalam 16 tahun terakhir (Tabel 4.1). Berdasarkan informasi tersebut, jumlah pendaftar ke IAIN sempat mengalami penurunan, terutama sejak tahun akademik 2001-2002 hingga 2005-2006. Setelah IAIN Bandung berubah status menjadi UIN, dan masyarakat mulai mengetahui banyaknya program studi pilihan yang ditawarkan, jumlah pendaftar dan penerimaan mahasiswa mengalami peningkatan (Muhsin dan Nurolaen dalam Catatan Lapangan/CL: plg.1), terutama dalam lima tahun terakhir. Namun, berdasarkan data perkembangan mahasiswa tahun akademik 2006-2007 sampai dengan 2010-2011, peningkatan tersebut tidak merata apabila dilihat dari jumlah mahasiswa yang mendaftar untuk masing-masing program studi (Bagian Akademik dan Kemahasiswaan).

175 Peningkatan yang cenderung konstan dalam lima tahun tersebut dialami oleh 21 dari 41 prodi yang ada (51%). Gejala tersebut terutama terjadi pada program studi-program studi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Psikologi, dan program studi-program studi tertentu di Fakultas Syari ah dan Hukum, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, serta Fakultas Adab dan Humaniora. Sebaliknya, sejumlah program studi agama di Fakultas Ushuluddin, Fakultas Syari ah dan Hukum, Fakultas Adab dan Humaniora, serta Fakultas Dakwah, jumlah peningkatan peminatnya tidak banyak dan cenderung fluktuatif. Tabel 4.1. Ratio Pendaftaran dan Penerimaan Mahasiswa Program Sarjana IAIN/UIN Sunan Gunung Djati Bandung (16 Tahun Terakhir) No. Tahun Akademik Pendaftar Lulus Registrasi f % f % 1 1995/1996 3.138 1.814 58% 1.441 46% 2 1996/1997 2.687 1.895 71% 1.788 67% 3 1997/1998 2.028 1.525 75% 1.435 71% 4 1998/1999 2.780 2.044 71% 1.938 70% 5 1999/2000 3.012 2.486 67% 2.290 76% 6 2000/2001 4.200 3.157 68% 2.730 65% 7 2001/2002 3.841 2.996 74% 2.486 65% 8 2002/2003 3.685 2.409 66% 2.116 57% 9 2003/2004 3.372 1.951 58% 1.684 50% 10 2004/2005 2.929 2.232 76% 2.088 71% 11 2005/2006 2.521 2.374 94% 1.812 72% 12 2006/2007 2.821 2.412 86% 2.181 77% 13 2007/2008 3.613 2.630 73% 2.405 67% 14 2008/2009 5.105 3.376 66% 3.221 63% 15 2009/2010 6.996 3.792 54% 3.348 48% 16 2010/2011 8.707 4.307 49% 3.583 41% 61.445 41.400 67% 36.546 59% Sumber: Bagian Akademik UIN Sunan Gunung Djati Bandung

176 Gejala yang sama juga dialami UIN lainnya. Di UIN Syahid Jakarta, gejala yang mengiringi pertumbuhan UIN adalah makin surutnya peminat fakultas agama. Diakui Bakir Ihsan, dosen Fakultas Ushuluddin, pendaftar pada fakultas umum di UIN Jakarta jauh lebih membludak dibanding fakultas agama. Fakultas Ushuluddin yang pada tahun 1990-an menjadi favorit, kini mengalami defisit pelamar. Fakultas agama yang masih banyak peminatnya adalah yang memiliki program studi yang dipercaya dapat mempermudah kesempatan kerja. Misalnya program studi ekonomi Islam di Fakultas Syari ah dan sejumlah program studi di Fakultas Tarbiyah (Karni, 2009: 305). Sebagaimana halnya UIN Jakarta, gejala menurunnya peminat studi agama juga terjadi di beberapa jurusan di UIN Yogyakarta. Suisyanto, dosen Fakultas Dakwah, melihat hal tersebut lebih disebabkan adanya tumpang tindih beberapa jurusan fakultas agama dan umum. Sudah ada jurusan sosiologi agama, di fakultas lain juga dibuka jurusan sosiologi. Di Fakultas Dakwah sudah ada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, lalu di Fakultas Sosial dan Humaniora juga dibuka jurusan komunikasi. Hal ini menyebabkan jurusan agama menjadi kurang peminatnya (Karni, 2009: 322). Sementara itu, untuk mendapatkan ukuran pangsa pasar, dapat dilihat dari asal daerah tempat tinggal mahasiswa yang kuliah di UIN. Untuk mendapatkan informasi tersebut, dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai sejumlah mahasiswa, melakukan pengamatan mengenai bahasa yang digunakan saat mahasiswa berbicara, dan mempelajari sampel data mahasiswa yang terdapat di masing-masing program studi. Berdasarkan teknik-teknik pengumpulan data

177 tersebut, diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa UIN berasal dari kota-kota di Jawa Barat. Dengan demikian, pangsa pasar UIN Bandung masih didominasi mahasiswa yang berasal dari daerah-daerah tersebut. (b) Mutu jasa yang ditawarkan Penentuan ukuran generik untuk CSF mutu jasa yang ditawarkan dalam penelitian ini meliputi: a) akreditasi program studi dan b) peringkat universitas. Akreditasi Program Studi Sebagaimana diungkapkan dalam Laporan Akhir Kinerja Rektor UIN SGD Bandung Tahun 2007-2011 (Natsir, 2011), dari 41 program studi, 28 di antaranya telah terakreditasi melalui Surat Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Depdiknas RI. Sedangkan akreditasi terhadap program studi lainnya masih dalam tahap pengajuan akreditasi atau re-akreditasi, di antaranya karena terdapat sejumlah prodi yang baru didirikan, terutama prodi-prodi umum. Berdasarkan hasil akreditasi tersebut diketahui bahwa peringkat akreditasi masing-masing program studi itu adalah sebagai berikut: satu program studi memperoleh nilai akreditasi A, 16 program studi memperoleh nilai B, dan 11 program studi memperoleh nilai akreditasi C (Tabel 4.2). Dari 28 program studi yang sudah terakreditasi itu, 11 di antaranya merupakan program studi-program studi dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak atau yang banyak diminati calon mahasiswa. Nilai akreditasi untuk masing-masing dari ke-11 prodi tersebut adalah lima program studi mendapatkan nilai akreditasi B, sedangkan enam program studi lainnya mendapatkan nilai C.

178 Jika dibandingkan dengan hasil akreditasi yang diperoleh UIN Jakarta dan UIN Yogyakarta hingga tahun 2011, maka hasil akreditasi yang didapatkan UIN Bandung tersebut dapat dikatakan masih jauh tertinggal. Dari 50 program studi Sarjana di UIN Jakarta, 18 di antaranya mendapatkan nilai akreditasi A (Lampiran 4.1). Sedangkan di UIN Yogyakarta, dari 36 program studi Sarjana, 13 di antaranya mendapatkan akreditasi A (Lampiran 4.2). Tabel 4.2. Hasil Akreditasi Program Studi Tahun 2007-2008 No. Program Studi Peringkat Nilai Berlaku s.d. 1 Tafsir dan Hadis B 337 26-10-2012 2 Akidah dan Filsafat B 351 26-10-2012 3 Tasawuf dan Psikoterafi B 332 12-04-2013 4 Perbandingan Agama B 315 12-04-2013 5 Sosiologi Agama B 309 26-10-2012 6 Ahwal Syakhshiyah C 300 12-04-2013 7 Muamalah B 345 12-04-2013 8 Siyasah C 290 10-07-2012 9 Hukum Pidana Islam B 308 12-04-2013 10 Perbandingan Madzhab dan Hukum B 343 12-04-2013 11 Ilmu Hukum C 254 16-11-2012 12 Sejarah dan Peradaban Islam B 318 26-10-2012 13 Bahasa dan Sastra Arab C 294 26-10-2012 14 Bahasa dan Sastra Inggris B 355 26-10-2012 15 Bimbingan dan Penyuluhan Islam C 284 10-07-2012 16 Komunikasi dan Penyiaran Islam C 280 10-07-2012 17 Manajemen Dakwah B 327 30-06-2012 18 Pengembangan Masyarakat Islam B 357 12-04-2013 19 Humas dan Jurnalistik (Komunikasi) B 315 12-04-2013 20 Kependidikan Islam A 371 26-10-2012 21 Pendidikan Agama Islam B 311 26-10-2012 22 Pendidikan Bahasa Arab B 323 12-04-2013 23 Pendidikan Bahasa Inggris C 276 30-06-2012 24 Pendidikan Fisika C 280 10-07-2012 25 Pendidikan Kimia C 297 12-04-2013 26 Pendidikan Biologi C 277 10-07-2012 27 Pendidikan Matematika B 305 30-06-2012 28 Teknik Informatika C 249 12-04-2013 Sumber: Pusat Penjaminan Mutu (PPM) UIN Bandung

179 Peringkat Perguruan Tinggi Berdasarkan penilaian Webometrics pada Januari 2011 (http://www. webometrics.info/rank), UIN SGD Bandung belum termasuk perguruan tinggi yang mendapatkan penilaian dari lembaga penilai perguruan tinggi dunia tersebut. Sedangkan enam buah PTAIN sudah menjadi bagian dari penilaian atas aktivitas ilmiah melalui situs internet tersebut. Mereka adalah IAIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, dan UIN Alaudin Makassar. Tabel 4.3. Peringkat PTAIN versi Webometrics No Nama PTAIN Peringkat 1. IAIN Sunan Ampel Surabaya 3145 2. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang 4416 3. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 6655 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 7435 5. UIN Sultan Syarif Kasim Riau 9381 6. UIN Alaudin Makassar 11452 Sumber: http://www. webometrics.info/rank (c) Harga jasa yang ditawarkan Harga jasa yang ditawarkan akan mempengaruhi pelanggan dalam memilih sebuah perguruan tinggi. SPP yang murah jika dibandingkan dengan perguruan tinggi yang lain, menjadi salah satu pendorong banyaknya mahasiswa yang mendaftar di UIN Bandung (CL. Kode: plg.3 dan plg. 4). Ukuran generik untuk CSF harga jasa yang ditawarkan dalam penelitian ini meliputi: a) Uang sumbangan mahasiswa; dan b) biaya rata-rata per mahasiswa per tahun.

180 Uang Sumbangan Mahasiswa Menurut M. Yamin (Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan), uang SPP mahasiswa UIN adalah yang termurah dibanding PTN yang lain (CL. Kode: prg. 4), sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.4. Hingga penerimaan mahasiswa tahun 2011, besaran SPP UIN Bandung tidak dinaikkan, yaitu sebesar Rp. 600.000,- (Enamratus ribu rupiah). Sedangkan sumbangan mahasiswa lainnya adalah uang praktikum yang jumlahnya antara Rp 200.000,- hingga 500.000 per semester. Tabel 4.4. Rata-rata Uang Sumbangan Mahasiswa UIN Bandung Kelompok Prodi SPP Uang Praktikum Mahasiswa Per Tahun Prodi Agama 600.000 200.000 1.600.000 Prodi Umum non-mipa 600.000 300.000 1.800.000 Prodi MIPA 600.000 500.000 2.200.000 Sumber: Bagian Akademik dan Kemahasiswaan UIN Bandung Untuk mengkonfirmasi pernyataan itu, penulis melakukan pembandingan biaya personal/uang sumbangan mahasiswa UIN Bandung dengan tiga PTN lainnya yang berada di kota Bandung. Data pada Tabel 4.5. menunjukkan sampel biaya personal mahasiswa pada tahun 2009. Dari perbandingan itu, maka dapat dikatakan bahwa biaya personal mahasiswa UIN Bandung adalah yang terrendah di antara empat PTN yang ada di Kota Bandung.

181 Tabel 4.5. Perbandingan Biaya Personal Mahasiswa di PTN se-kota Bandung Jenis Pembiayaan Nama Perguruan Tinggi Negeri ITB UNPAD UPI UIN Bandung SPP/BPPP 3.000.000 2.000.000 900.000 600.000 BPPT DP/SDPA/BPMA DPL 200.000 s.d. 1.000.000 15.000.000 s.d. 80.000.000 12.000.000 s.d. 177.000.000 3.000.000 3.000.000 S.d. 15.000.000 PRAKTIKUM 500.000 400.000 s.d. 1.000.000 Keterangan: SPP BPPP BPPT DP SDPA BPMA DPL : Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan : Biaya Penyelenggaraan Pendidikan Pokok : Biaya Penyelenggaraan Pendidikan Tambahan : Dana Pengembangan : Sumbangan Dana Pengembangan Akademik : Biaya Peningkatan Mutu Akademik : Dana Pengembangan Lembaga Biaya rata-rata Sementara itu, untuk mendapatkan besaran biaya rata-rata per mahasiswa per tahun (unit cost), dilakukan penghitungan dengan cara membagi keseluruhan pembiayaan kegiatan UIN Bandung per tahun dengan jumlah seluruh mahasiswa. Berdasarkan Laporan Akhir Kinerja Rektor UIN Bandung, jumlah keseluruhan mahasiswa UIN Bandung hingga saat ini kurang lebih sebanyak 15.240 orang (Natsir, 2011: 119). Sedangkan realisasi anggaran UIN Bandung dalam empat tahun terakhir (2007 sampai 2010) adalah sebagai berikut (Tabel 4.6):

182 Tabel 4.6. Realisasi Anggaran UIN Bandung Tahun Jumlah Anggaran 2007 107.971.498.000 2008 142.862.692.000 2009 260.582.275.000 2010 232.207.906.000 Rata-rata 185.906.092.750 Sumber: Laporan Akhir Kinerja Rektor UIN Bandung (Natsir, 2011) Dengan rata-rata realisasi anggaran per tahun sebesar 185.906.092.750,- maka jika dibagi dengan jumlah mahasiswa sebanyak 15.240 orang, maka ditemukan biaya rata-rata per mahasiswa per tahun kurang lebih sebesar Rp. 12.198.563 (Duabelas juta seratus sembilanpuluh delapan ribu limaratus enampuluh tiga rupiah). Jumlah tersebut, jika dibandingkan dengan standar biaya satuan pendidikan tinggi (unit cost) yang dikelurkan Kementerian Pendidikan Nasional pada tahun 2011 untuk universitas negeri di seluruh Indonesia, masih cukup jauh. Tahun 2011 Kementerian Pendidikan Nasional telah mengeluarkan standar biaya satuan pendidikan tinggi (unit cost) untuk universitas negeri di seluruh Indonesia sebesar Rp 27 juta per tahun (http://www. tempointeraktif.com /hg/pendidikan/2011). Biaya rata-rata per mahasiswa per tahun di UIN Bandung tersebut, jika dibandingkan dengan sumbangan rata-rata per mahasiswa per tahun untuk Program Sarjana berdasarkan kelompok program studi di atas, maka prosentase sumber pendanaan dari mahasiswa adalah sebagai berikut: 1) Kelompok Program

183 Studi Agama 13,12%; 2) Kelompok Program Studi Umum Non-MIPA 14,76%; dan 3) Kelompok Program Studi MIPA 18,04%. Rendahnya biaya harus dibebankan kepada mahasiswa tidak berarti bahwa keseluruhan biaya pendidikan di UIN juga murah. Penetapan biaya pendidikan bagi seluruh PTN di Indonesia mengacu kepada Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Dalam Bab IX tentang Pembiayaan Pendidikan Pasal 62 PP tersebut dinyatakan: 1) Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. 2) Biaya investasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. 3) Biaya personal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. 4) Biaya operasi satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, b. bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan c. biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. 5) Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. Berdasarkan ketentuan itu, maka rendahnya harga yang harus dibayarkan oleh mahasiswa, di samping menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat (calon mahasiswa), juga menjadi nilai tambah bagi UIN untuk mempertahankan keutuhan jumlah mahasiswanya sejak mereka mendaftar hingga lulus. (d) Waktu pemberian Jasa Waktu pemberian jasa terrefleksi pada rata-rata waktu yang dibutuhkan mahasiswa dalam menyelesaikan studi di masing-masing fakultas atau program