LAMPIRAN A. Gambar F.1 Iso drawing contoh perhitungan manual

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT 2 MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

PERHITUNGAN TEGANGAN PIPA DARI DISCHARGE KOMPRESOR MENUJU AIR COOLER MENGGUNAKAN SOFTWARE CAESAR II 5.10 PADA PROYEK GAS LIFT COMPRESSOR STATION

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

4 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut : Document/Drawing Number. 2. TEP-TMP-SPE-001 Piping Desain Spec

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V METODOLOGI. Mulai

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. melakukan perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan program Caesar

BAB IV ANALISIS TEGANGAN PADA CABANG PIPA

Analisa Rancangan Pipe Support pada Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan Caesar II

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

SAMBUNGAN LAS 6.1 PERHITUNGAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Sambungan Tumpu ( Butt Joint ).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan

Bab 5 Puntiran. Gambar 5.1. Contoh batang yang mengalami puntiran

Perhitungan Kapasitas Screw Conveyor perjam Menghitung Daya Screw Conveyor Menghitung Torsi Screw

GAMBAR PROYEKSI ORTOGONAL

MEiMD. Combined Stresses and Mohr's Circle MOTT

ANALISA TEGANGAN PADA SISTEM PEMIPAAN AMMONIA UNITIZED CHILLER SKRIPSI

DAFTAR ISI. i ii iii iv vi v vii

NAJA HIMAWAN

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

Perbandingan Model Pertemuan Element Frame dengan Shell

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT I DAN UNIT II MENUJU HEAT EXCHANGER DI PLTU BELAWAN

PERANCANGAN TOWER KNOCK DOWN SISTEM TIGA KAKI TUGAS AKHIR. Diajukan Kepada. Universitas Muhammadiyah Malang

BAB I PENDAHULUAN. dihidupkan kembali dengan menggunakan pompa atau gas. Gas lift merupakan

BAB VI PEMBAHASAN DAN HASIL

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

BAB 4 ANALISA PANAS HIDRASI PONDASI BORED PILE JEMBATAN SURAMADU. mengenai diameter dan kedalaman pondasi, kedalaman air laut, dan kedalaman

Tabel 4. Kondisi Kerja Pipa Pipe Line System Sumber. Dokumen PT. XXX Parameter Besaran Satuan Operating Temperature 150 Pressure 3300 Psi Fluid Densit

ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II

ANALISA BALOK SILANG DENGAN GRID ELEMEN PADA STRUKTUR JEMBATAN BAJA

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

BAB 1 PENDAHULUAN. perhitungan analisis struktur akan dihasilkan gaya-gaya dalam dari struktur baja

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA TURBIN RCC OFF GAS TO PROPYLENE PROJECT

: Rian Firmansyah NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

Gaya Hidrostatika. Gaya hidrostatika pada permukaan bidang datar: (1) Bidang horizontal (2) Bidang vertikal (3) Bidang miring (dengan kemiringan θ)

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan Mesin Pengupas Kulit Kentang

PERHITUNGAN PLAT LANTAI (SLAB )

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. sangat kecil seperti neutron dan elektron-elektron. kontraktor yang bergerak dibidang EPC, Petrochemical, LNG.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Data Perancangan. Tekanan kerja / Po Temperatur kerja / To. : 0,9 MPa (130,53 psi) : 43ºC (109,4ºF)

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN BAHAN BAKU

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

ANALISA STRUKTUR PELAT DUA ARAH TANPA BALOK (FLAT SLAB)

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE

BAB II TEORI DASAR TEGANGAN PIPA DAN PENGENALAN CAESAR II

Existing : 790 psig Future : 1720 psig. Gambar 1 : Layout sistem perpipaan yang akan dinaikkan tekanannya

ANALISA DAN PERENCANAAN GORDING CANAL AKIBAT PEMBEBANAN YANG TIDAK MELALUI PUSAT TITIK BERAT PROFIL

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang

BAB III PENGUJIAN, PENGAMBILAN DATA DAN

PERENCANAAN ALAT BANTU PENGANGKAT DAN PEMINDAH KERTAS GULUNG

KOMPUTERISASI SAMBUNGAN LAS YANG MEMIKUL MOMEN SEBIDANG DENGAN METODE KEKUATAN BATAS BERDASARKAN SPESIFIKASI AISC LRFD 1999

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

Bagaimana menentukan spesifikasi kantung udara yang efektif dengan memvariasikan ukuran tongkang, spesifikasi airbag dan jarak antar airbag?

Matematika Teknik Dasar-2 7 Silinder. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform

BAB 5 ANALISIS. pemilihan mekanisme tersebut terutama pada proses pembuatan dan biaya. Gambar 5-1 Mekanisme Rack Gear

ANALISIS TEORITIS DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BOOM REACHSTACKER DENGAN KAPASITAS ANGKAT MAKSIMUM 40 TON

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

DRAFT ANALISIS STRUKTUR Metode Integrasi Ganda (Double Integration) Suatu struktur balok sedehana yang mengalami lentur seperti pada Gambar

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pendahuluan Permasalahan Yang Akan Diteliti 7

DIAGRAM BAGAN ALIR PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang memproduksi bahan kimia serta obat-obatan, dan juga digunakan dalam

Transkripsi:

LAMPIRAN A Contoh Perhitungan Manual Tegangan Pada Pipa Diketahu suatu permasalah menetukan gaya, momen dan tegangan dalam sistem perpipaan, Dimana iso drawing dari sistem perpipaan dapat dilihat seperti pada gambar 2.14 ( ITT Grinnell Industrial, 1981 ). Gambar F.1 Iso drawing contoh perhitungan manual Diketahui Suatu sistem perpipaan 1 inci, seperti gambar sket di atas ngan data yang diketahui: Temperatur operasi maksimum : 75 C Tekanan Operasi Maksimum : 35 psi Spesifikasi pipa ASTM A16 Gra A Data: t =.365 inci = sch 4 d = 1.2 inci Ip = 16.8 inci Sm = 29.9 inci Ai = 78.9 inci Am = 11.91 inci

C = 997 S = 17.675 psi Tentukan reaksi gaya F, F dan F di titik e, reaksi momen M, M dan M di titik a dan momen di titik a. Penyelesaian: Asumsikan titik a adalah kondisi tetap atau dimisalkan ancor dan titik e kondisi bebas. Pemuaian akibat termal penyeb pergeseran pada titik pada titik e. Tentukan lokasi titik sentroid dan momen inersia di masing-masing proyeksi. 1. Proyeksi terhadap sumbu XY Dalam mentukan inersia, pertama gambar di proyeksikan ke dalam sumbu XY. Gambar proyeksi terhadap XY dapat dilihat pada gambar F.2. Gambar F.2 Proyeksi terhadap sumbu XY Hasil dari perhitungan dalam penentuan titik centroid pada gambar isodrawing diatas dan inersia dari masing-masing sumbu yang diproyeksikan dapat dilihat pada tel F.1.

Tel F.1 Titik centroid proyeksi di sumbu xy pada titik e No pers Panjang, Ft x Lx y Ly I 2 +14 +28 +2 +4 II 14 +7 +98-8 -1 II 1,3*18=23.4-8 -187.2 II 8-4 -32 ΣL=65.4 ΣL =+378 ΣL =-291.2 x= 378 = +5. 78" 65.4 291.2 y= = 4. 45" 65.4 I 2 8.22 6.45 = +162 14 1.22 ( 3.55) = - 61 II 1.3 18 ( 5.78) ( 3.55) = + 481 8 ( 5.78).45 = - 21 I xy = +1461 I 2 + 2 6.45 14 3.55 1.3 18 3.55 + 2 6.45 = +1498 = 61 = +481 = 21 I x = 213 I 2 8.22 14 + 14 1.22 1.3 18 5.78 8 5.78 = 135 = 25 = 78 = 267 I y = 2647 Dari tel diatas diperoleh titik centroid untuk sumbu XY dan diperoleh nilai inersia dimasing-masing sumbu. Dalam menentukan inersia di masingmasing sumbu berbeda-beda.

2. Proyeksi terhadap sumbu XZ Setelah gambar iso drawing diproyeksikan terhadap sumbu XY, maka kemudian dilanjutkan memproyeksikan gambar ke sumbu XZ. Gambar proyeksi dapat dilihat pada gambar 2.16. Gambar F.2 Proyeksi terhadap sumbu XZ Hasil dari perhitungan dalam penentuan titik centroid dan inersia pada proyeksi sumbu XZ dapat dilihat pada tel F.2. Tel F.2 Titik centroid proyeksi di sumbu XZ pada titik e No pers Panjang, Ft x Lx z Lz II I I II 1.3 2 = 26 14 18 1.3 8 = 1.4 +14 +7 +364 +98 +18-18 -9 - +468-252 -162 ΣL= 68.4 ΣL = +462 ΣL = +882 x = 462 = +6. 75" 68.4 882 z = = 4. 45" 68.4 I II 1.3 2 7.25 5.11 = + 964 14.25 5.11 = - 18 18 ( 6.75) ( 3.89) = + 473 II 1.3 8 ( 6.75) (.89) = - 95 I xy = +236

Tel F.2 Lanjutan I 1.3 2 7.25 = 1365 14 + 14 (.25) 18 6.75 1.3 8 6.75 = 23 = 82 = 474 I y = 2889 I 2 + 2 6.45 14 3.55 1.3 18 3.55 2 + 2 6.45 = 678 = 365 = 758 = 173 I x = 3531 3. Proyeksi terhadap sumbu YZ Setelah gambar iso drawing diproyeksikan terhadap sumbu XY, maka kemudian dilanjutkan memproyeksikan gambar ke sumbu XZ. Gambar proyeksi dapat dilihat pada gambar F.3. Gambar F.3 Proyeksi di sumbu YZ

Hasil dari perhitungan dalam penentuan titik centroid dan inersia pada proyeksi sumbu YZ dapat dilihat pada tel F.3. Tel F.3 Titik centroid proyeksi di sumbu YZ pada titik e No pers Panjang, Ft x Lx z Lz I 2 +2 +4 +18 +36 II 1.3 14 = 18.2-8 -145.6 +18 +327.6 I 18-8 -144 +9 +162 I 8-4 -32 - ΣL= 64.2 ΣL = -281.6 ΣL = +849.6 x = 281.6 849.6 = 4. 38 z = = +13. 24" 64.2 64.2 I 2 6.38 4.76 = + 67 II 1.3 14 ( 3.62) 4.76 = - 314 18 ( 3.62) ( 4.24) = + 267 8.38 ( 13.24) = - 4 I xy = +529 I 2 4.76 = 453 1.3 14 4.76 18 + 18 4.24 8 13.24 = 4 = 81 = 142 I x = 377 I 2 2 6.38 1.3 14 (.25) 18 3.62 8 6.75 = 148 = 238 = 236 = 44 I y = 1998

Jumalah total inersia garis dari perhitungan di atas: Total I = 213 + 3531 = 5544 ft Total I = 2647 + 377 = 5724 ft Total I = 2889 + 1998 = 4887 ft Inersia berdasarkan proyeksi di masing-masing sumbu dari perhitungan adalah: I = +1461 ft I = +236 ft I = +529 ft Persamaan di bawah digunakan untuk penyelesaian F, F dan F. +F I F I F I = L ci F I + F I F I = L ci F I F I + F I = L ci Dimana: L = Jarak di sumbu x dari titik a ke e L = Jarak di sumbu y dari titik a ke e L = Jarak di sumbu z dari titik a ke e L ci = 14 996 16.8 = 2242195 Ib. ft L ci = 996 16.8 = 1921882 Ib. ft L ci = 18 996 16.8 = 2882822 Ib. ft +F 5544 F 1461 F 236 = 2242195 Ib. ft... (1) F 1461 + F 5724 F 529 = 1921882 Ib. ft... (2) F 236 F 529 + F 4887 = 2882822`1... (3) Cara mencari dan menentukan nilai gaya pada sumbu x, y dan z dapat dilihat pada tel F.4.

Tel F.4 Perhitungan gaya di tiap sumbu x,y dan z No pers F F F Hasil (1) +5544-1461 -236-2242195 (4) -1 +.264 +.426 +44 (2) -1461 +5724-529 -1921882 (5) +1461-385 -622-591939 (6) +5339-1151 -2513821 (7) -1 +.216 +471 (3) -236-529 +4887-2882822 (8) +236-622 -15-955175 (9) +1151-248 -542985 (3) -236-529 +4887-2882822 (8) +236-622 -15-955175 (9) +1151-248 -542985 (1) +3634-438982 (11) -1 +6 (11 A) F +6 = (11 B) +F z = +6 = 6 (7 A) F +.216 x 6 +471 = (7 B) +F y = +26 +471 = 731 (4 A) (4 B) F +F x +.264 x 731 +193 +.426 x 6 +514 +44 = +44 = 1111 Prosedur dalam penyelesaian dalam membentuk persamaan di atas adalah: Persamaan (1), (2), dan (3) adalah persamaan untuk menentukan gaya pada masing-masing sumbu x, y, dan z. Persamaan (4): bagikan persamaan (1) ngan minus (-) nilai koefisen yang di pan F yaitu { pers (1)/ 5544 }.

Persamaan (5): kalikan persamaan (1) ngan koefisien di pan F dari persamaan (4) yaitu { pers (4) x.264 }. Persamaan (6): jumlah dari persamaan (2) dan (5), nilai F menjadi sama ngan. Persamaan (7): bagikan nilai persamaan (6) ngan negatif (-) koefisien dari F di persamaan (6) yaitu { pers (6) / 5339 }. Persamaan (8): kalikan nilai persamaan (1) ngan koefisien F di persamaan (4) yaitu { pers (1) x +.426 }. Persamaan (9): kalikan nilai persamaan (6) ngan koefisien F di persamaan (7) yaitu { pers (6) x +.216 }. Persamaan (1): jumlah dari persamaan (3), (8) dan (9), F dan F menjadi. Persamaan (11): bagikan nilai di persamaan (1) ngan negatif koefisien dari F di persamaan (1) yaitu { pers (1) / 3634 }. Persamaan (11A): masukkan kembali persamaan (11) koefisien dan kostanta dimasukkan. Persamaan (B): hasil dari persamaan (11A) maka diperoleh nilai F. Persamaan (7A): subtitusikan nilai F ngan persamaan (7). Persamaan (7B): hasil dari persamaan (7A) diperoleh nilai F. Persamaan (4A): subtitusikan nilai F dan F ke persamaan (4) Persamaan (4B): hasil dari persamaan (4A) diperoleh nilai F. Kemudian dilanjutkan untuk perhitungan nilai momen di titik a dan b, pertama lakukan perhitungan yang mencari nilai momen dan torqi di titik a dan b. Untuk sumbu XY: M = F L F L = +111 16.45 731 8.22 = +267 ft Ib Untuk proyeksi XZ M = F L F L = +111 16.45 6 7.25 = 366 ft Ib

Untuk proyeksi YZ M = F L F L = +6 16.38 731 4.76 = +16275 ft Ib Momen di titik a () Maka torqi (T) = 366 ft Ib (karena titik a yang menuju sejajar terhadap sumbu y maka torqinya adalah momen yang terjadi di proyeksi XZ. M = (16275) +(267) = 238 ft Ib M = M L = 238 = 24456 inch pounds T = T L = 366 = 36792 inch pounds

LAMPIRAN B Tel allowle stress dari ASME B31.3 Process Piping.

LAMPIRAN C Tel gaya dan momen yang diizinkan pada pompa.