BAB I PENDAHULUAN. performa organisasi. Menurut Mangkuprawira (2007), kinerja adalah hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting bagi

BAB II KAJIAN TEORI. Employee engagement merupakan gagasan dalam perilaku. organisasi riset terkemuka sebagai hubungan emosional yang tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

BAB I PENDAHAULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dipengaruhi banyak faktor diantaranya keterampilan atau keahlian yang dimiliki,

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinannya. Pembahasan tentang kepuasan kerja karyawan tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak.

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi adalah perusahaan terutama melakukan kegiatan usaha dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran utama dalam menentukan dinamika dari semua sumber yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. dicirikan dengan teknologi digital dan tercapainya hubungan global (global

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan adalah suatu tantangan yang harus dihadapi dan mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kemampuannya mewujudkan organisasi yang profesional, efektif, efisien,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi Asia Pasifik (APEC) dan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian suatu proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat. modal, bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan waktu.

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. regresi linier berganda yang dilaksanakan mengenai pengaruh pelaksanaan gaya

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi organisasi atau perusahaan itu sendiri. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Disamping sumber daya alam dan sumber daya modal, sumber daya manusia juga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek

BAB I PENDAHULUAN. manajemen sumber daya manusia (Saks, 2006). Para praktisi organisasi dan para

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. hasil analisis yang telah dilakukan, simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam bidang pekerjaannya. Oleh karena itu keberadaan suatu. perusahaan tidak terlepas dari unsur sumber daya manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan biaya ketenagakerjaan. Demikian juga yang dikemukakan oleh

untuk dapat terus mempertahankan kualitas kinerjanya. Perkembangan zaman juga menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. 1. Pengertian Kinerja. tujuan organisasi (Viswesvaran & Ones, 2000). McCloy et al. (1994)

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk mencapai tujuan organisasi salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif,

BAB I PENDAHULUAN. Sebab tanpa memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas, mustahil

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pekerjaannya. Manusia sebagai tenaga kerja haruslah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Setiap bangsa dan generasi memiliki dasar dan tujuan pendidikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1) Penelitian ini menguji dan menganalisa pengaruh positif. kepemimpinan transformasional pada perilaku kewargaan

1 UNIVERSITAS ESA UNGGUL

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam mengelola

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

Instrumen Kepemimpinan Transformasional. (Multifactor Leadership Questionnaire-MLQ)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Organisasi bisnis menghadapi faktor-faktor eksternal seperti persaingan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, pemerintah membagi fungsi dan

BAB I PENDAHULUAN. aset perusahaan yang bernapas atau hidup disamping aset aset lain

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, kenyataannya, banyak rintangan yang dilalui. menjawab dalam menghadapi perubahan-perubahan ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. dan paling dominan dalam sebuah organisasi. Manajemen sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pemberi manfaat bagi sumber daya lainnya, memberi kontribusi besar dalam

LAMPIRAN 1 PENELITIAN SEBELUMNYA. No Peneliti Fokus Penelitian Hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pemimpin bukan hanya menduduki jabatan saja, tapi harus dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mematuhi Undang-Undang Pertambangan, Regulasi Pengelolaan. prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG).

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti saat ini, persaingan antar organisasi yang

Kepemimpinan Transformasional dan Employee Engagement

BAB I PENDAHULUAN. Fokus penelitian pada keluaran organisasi telah banyak dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu ketat, menuntut perusahaan untuk terus membenahi diri melalui pengembangan

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Mangkunegara (2006) menyatakan bahwa kinerja karyawan merupakan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. HANIL INDONESIA DI BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan pasti menginginkan kesuksesan. Hal itu berlaku pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang berhasil mewujudkan perubahan memiliki ciri-ciri mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODELOGI PENELITIAN. sumbernya. Dalam hal ini diperoleh dari responden yang menjawab pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa studi yang mengkorelasikan antara tingginya job. Perusahaan tidak lagi hanya mencari calon karyawan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. sebagai tempat menyimpan uang, Bank juga menjadi sarana kredit bagi usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. sanggup bertahan dan terus berkembang. Untuk mendukung perubahan organisasi

BAB I PENDAHULUAN Profil Perusahaan PT. Bravo Satria Perkasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisasi merupakan suatu kesatuan komplek yang mengalokasikan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan. Apabila suatu organisasi mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka dapat dikatakan bahwa organisasi tersebut efektif di mana salah satu tujuan organisasi adalah peningkatan kinerja anggota guna menunjang performa organisasi. Menurut Mangkuprawira (2007), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam mencapai kinerja karyawan, faktor sumber daya manusia memiliki pengaruh yang dominan. Sumberdaya manusia yang berkualitas dapat dilihat dari hasil kerjanya, sebagaimana seorang karyawan mampu memperlihatkan perilaku kerja yang mengarah pada tercapainya maksud dan tujuan organisasi. Sumber daya manusia bisa menjadi persoalan bagi organisasi ketika potensi mereka tidak dikembangkan secara optimal. Sebaliknya sumberdaya manusia bisa menjadi pusat keberhasilan perusahaan manakala potensi mereka dikembangkan secara optimal. Mengingat keberadaan sumber daya manusia dalam organisasi atau perusahaan sangat penting, maka setiap perusahaan banyak berlombalomba memberdayakan potensi karyawannya guna mencapai kinerja yang optimal. Apabila kinerja karyawan yang dihasilkan telah optimal maka 1

akan menghasilkan kontribusi yang besar pula terhadap kinerja perusahaan. Peranan manusia dalam organisasi saat ini bukan lagi hanya suatu sumber daya yang sifatnya statis akan tetapi menuju kearah dinamis yang dapat dikembangkan setiap hari. Kemampuan atau kehebatan manusia dalam suatu organisasi akan sangat menentukan daya saing organisasi tersebut. Organisasi tidak hanya membutuhkan manusia yang berintelektual tinggi, akan tetapi organisasi juga membutuhkan manusia yang berkomitmen, loyalitas tinggi terhadap pekerjaan dan organisasi, serta bertanggung jawab dan dapat bekerja sama dalam tim yang solid dalam bekerja sehari-hari. Oleh karena itu diperlukan cara agar suatu organisasi mampu menciptakan sumber daya manusia yang demikian. Komitmen terhadap kesuksesan pekerjaan itulah yang sering disebut sebagai employee engagement. Employee engagement merupakan gagasan dalam perilaku organisasi yang menjadi daya tarik dalam beberapa tahun terakhir. Daya tarik ini timbul karena employee engagement berpengaruh pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Komitmen terhadap kesuksesan pekerjaan sering disebut sebagai employee engagement. Hal ini telah didefinisikan oleh salah satu organisasi riset terkemuka bahwa engagement merupakan hubungan emosional yang tinggi yang seorang karyawan rasakan terhadap 2

organisasinya yang mempengaruhinya untuk mengerahkan usaha yang bebas dan lebih besar untuk pekerjaanny (Risher, 2010: 74). Markos, Solomon ( 2010:89-96), mengatakan bahwa karyawan yang memiliki engagement tinggi secara emosional akan mendedikasikan dirinya kepada organisasi dan secara penuh berpartisipasi di dalam pekerjaannya dengan antusias yang besar untuk kesuksesan dirinya dan atasan mereka, memberikan sesuatu yang lebih dari kontrak semula. Penelitian mengindikasikan bahwa di Indonesia hanya sekitar 30 persen dari karyawan yang engagement secara aktif dengan sisa 70 persen lainnya menyibukkan diri namun tidak memberikan kontribusi yang cukup, baik secara individual maupun kolektif (Amol, 2010). Employee engagement menyentuh semua bagian dari sumber daya manusia. Karyawan dan manajer yang tidak memiliki engagement yang tingi mengalami penurunan tingkat kualitas, penurunan efisiensi, inkonsistensi pelayanan, penurunan inisiatif untuk memberi saran bagi kemajuan perusahaan. Menurut Gallup Organization, Employee engagement Index (EEI) dalam (Tjoa) memiliki implikasi yang signifikan terhadap kepuasan pelanggan, pertumbuhan yang berkelanjutan, kenaikan profit, kenaikan nilai saham, dan produktivitas karyawan. Hal ini semakin membuktikan betapa pentingnya menumbuhkan engagement karyawan dalam suatu perusahaan. 3

Oleh karena itu definisi formal mengenai engagement, secara umum dikatakan memiliki 3 (tiga) komponen penting, yaitu adanya komitmen logis, komitmen emosional dan upaya yang luar biasa (discreational) (Macey & Schneider dalam Vibrayani, 2012:11). Menurut Papalexandris dan Galanaki ( 2009:365-385) employee engagement juga mempunyai hubungan dengan leadership. Kinerja karyawan bergantung kepada pemimpin dan salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah kepemimpinan, karena pemimpin suatu organisasi dapat menentukan berhasil tidaknya tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh karena itu dalam upaya meningkatkan peran karyawan, maka pelaksanaan prinsip-prinsip komunikasi perlu lebih ditingkatkan dan gaya kepemimpinan perlu diperhatikan. Hubungan yang harmonis antara karyawan dan pimpinan merupakan suatu masalah yang perlu diperhatikan. Agar hubungan antara karyawan dan pimpinan tersebut dapat berjalan dengan baik, maka keefektifan peran pemimpin sangatlah diperlukan. Apabila manajer pada suatu perusahaan memiliki leadership yang baik, maka arus komunikasi dari manajer dan karyawan akan menjadi lancar dan perkembangan diri karyawan juga akan disupervisi sehingga dapat bertumbuh dengan pesat. Perusahaan yang memiliki leadership yang baik juga akan memiliki visi yang jelas dan realistis. Hal itu akan memberikan kesempatan pada karyawan dan memacu karyawan untuk berkembang dalam perusahaan itu. Selain itu, perusahaan dengan visi yang jelas akan 4

memberikan kepastian bagi top management untuk dapat menentukan kemana arah perusahaan harus dibawa. Hasil penelitian Towers & Perrins ( 2003), bahwa yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi untuk dapat mencapai employee engagement yang tinggi maka sebuah organisasi harus mempunyai kepemimpinan yang efektif yang dapat menutup jarak dengan model kepemimpinan yang tradisional. Hal ini dikarenakan engagement bukan merupakan suatu keadaan yang alami tetapi suatu keadaan yang dibuat atau diciptakan. Menurut Sridevi (2010) ada 3 penggerak employee engagemen, salah satunya adalah manajemen dan kepemimpinan. Engagement dibangun melalui proses dan waktu yang panjang serta komitmen yang tinggi dari pemimpin. Untuk itu, dibutuhkan kekonsistenan pemimpin dalam mementoring karyawan. Urgenitas pemimpin dalam menciptakan engagement juga diungkapkan oleh McBain (dalam Sridevi, 2010) yaitu dalam menciptakan employee engagement, pimpinan organisasi diharapkan memiliki beberapa keterampilan. Beberapa diantaranya adalah teknik berkomunikasi, teknik memberikan feedback dan teknik penilaian kinerja. Kanexa (dalam Mujiasih, n. d:13), juga mengatakan bahwa ada empat prinsip dasar yang mempengaruhi engagement, yaitu (1) Pemimpin yang memberikan inspirasi keyakinan terhadap masa depan, (2) Manajemen yang menghargai karyawan, (3) Pekerjaan yang 5

menyenangkan dan (4) Bagian top management yang memperlhatkan tanggungjawab nyata kepada karyawan. Kepemimpinan transformasional merupakan salah satu diantara sekian model kepemimpinan yang oleh Bass dan Aviolo dalam (Hickman, 1998) mengistilahkan kepemimpinan transformasional sebagai Four I s yang meliputi Pengaruh Ideal ( Idealised Influence), Rangsangan Intelektual ( Intelectual Stimulation), Pertimbangan Individu (Individualised Consideration), dan Motivasi Inspirasi ( Inspirational Motivation). Hasil penelitian banyak membuktikan bahwa gaya kepemimpinan yang efektif dalam memotivasi bawahan adalah gaya kepemimpinan transformasional. Hasil penelitian yang dikemukakan Lowe et.al. (Yukl, 2006) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang efektif. Hingga saat ini gaya kepemimpinan transformasional masih terus dikaji dianggap sebagai sebuah alat yang dapat memberikan pengaruh dalam perubahan organisasi, seperti perubahan nilai-nilai, tujuan, dan kebutuhan bawahan. Perubahanperubahan tersebut berdampak pada upaya bawahan karena terpenuhinya kebutuhan yang lebih tinggi sehingga membuat bawahan mempertinggi motivasi untuk melakukan upaya ekstra dalam mencapai hasil kerja optimal (Bass dan Avolio, dalam Mujiasih dkk, n. d:13). Peran pemimpin transformasional ( transforming leaders) adalah menimbulkan kesadaran para pengikut dengan mengarahkannya kepada 6

cita-cita dan nilai-nilai moral yang lebih tinggi. Pemimpin transformasional membuat para pengikut menjadi lebih peka terhadap nilai dan pentingnya pekerjaan, mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi dan menyebabkan para pengikut lebih mementingkan organisasi. Hasilnya adalah para pengikut merasa adanya kepercayaan dan rasa hormat terhadap pemimpin tersebut, serta termotivasi untuk melakukan sesuatu melebihi dari yang diharapkan darinya. Efek-efek transformasional dicapai dengan menggunakan karisma, kepemimpinan inspirasional, perhatian yang diindividualisasi serta stimulasi intelektual. Hasil penelitian Bennis dan Nanus, Tichy dan Devanna telah memberikan suatu kejelasan tentang cara pemimpin transformasional mengubah budaya dan strategi-strategi sebuah organisasi. Pada umumnya, para pemimpin transformasional memformulasikan sebuah visi, mengembangkan sebuah komitmen terhadap karyawan, melaksanakan strategi-strategi untuk mencapai visi tersebut, dan menanamkan nilai-nilai perusahaaan. Hal-hal ini menjadi jalan bagi pemimpin transformasional untuk menciptakan employee engagement yaitu sebuah rasa kepemilikian akan perusahaan dan keterlibatan yang penuh terhadap tercapainya tujuan organisasi, sehingga secara khusus hal-hal ini disebut sebagai penggerak employee engagement. Semakin tinggi tingkat kepemimpinan transformasional pemimpin, maka semakin tinggi tingkat engagement 7

karyawan, yang fungsinya adalah merekatkan karyawan dengan organisasi untuk berkomitmen dan loyal, minimal mendahulukan kepentingan organisasi, sehingga hal itu akan berdampak pada tercapainya tujuan organisasi. Menurut Sridevi & Markos (2010) pemimpin bisa menggerakkan employee engangement melalui gaya kepemimpinan transfromasional, yang mana pemimpin dapat memotivasi karyawan sehingga karyawan lebih mementingkan kepentingan organisasinya diatas kepentingan organisasinya. Berbeda dengan kepemimpina transaksional, menurut Yukl (2006) bahwa hubungan pemimpin transaksional dengan karyawan tercermin dari tiga hal yakni pemimpin mengetahui apa yang diinginkan karyawan dan menjelaskan apa yang akan mereka dapatkan apabila kerjanya sesuai dengan harapan, kedua pemimpin menukar usaha-usaha yang dilakukan oleh karyawan dengan imbalan dan ketiga pemimpin responsif terhadap kepentingan pribadi karyawan selama kepentingan tersebut sebanding dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan karyawan. Jadi gaya kepemimpinan transaksional bekerja melalui transaksi seperti imbalan, sehingga karyawan bekerja karena imbalan yang diterima, bukan bekerja karena keterikatan yang kuat terhadap perusahaan seperti yang diterapkan oleh gaya kepemimpinan transformasional. PT. Istana Cipta Sembada merupakan sebuah perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam usaha pengolahan hasil perikanan dengan spesifikasi produknya adalah udang beku. Produk udang beku yang 8

dihasilkan mempunyai pangsa pasar terbesar di jepang dan sebagian di Amerika Serikat dan Eropa. Berkembangnya perusahaan ini tidak terlepas dari ide- ide para karyawan PT ICS yang selalu memunculkan ide kreatif dan inovatif. Dari ide kreatif dan inovatif yang dimunculkan oleh perusahaan ini menunjukkan bahwasanya kinerja karyawan tidak bisa diremehkan begitu saja. Hal ini tentu saja juga dilatar belakangi oleh peran pemimpin yang selalu memberi tantangan pada bawahannya untuk memunculkan ide baru dan semangat sehingga tingkat kinerja karyawan akan terus meningkat. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan bagian HRD bahwasanya hubungan yang diterapkan oleh para pemimpin di ICS tidak hanya hubungan atasan dan bawahan semata. Hal itu dibuktikan dengan adanya program senam yang diselenggarakan seminggu sekali yaitu pada hari sabtu, forum tersebut merupakan media berkumpulnya seluruh karyawan tanpa memandang jabatan masingmasing individu, harapannya acara tersebut mampu meningkatkan jalinan komunikasi baik antar karyawan, maupun antar atasan dan bawahan, sehingga dapat mempererat tali silaturahmi di internal perusahaan. Hasil wawancara dengan manajer operasional juga ditemukan bahwa ruangan untuk pimpinan-pimpinan PT. ICS tidak terletak privasi seperti di perusahaan lain, tujuannya adalah agar atasan dan bawahan tidak tersekat-sekat, sehingga bawahan enggan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan atasan. Ruangan atasan didesain bercampur dengan bawahan, yang hanya dipisahkan oleh pintu jarang tertutup ketika jam 9

kerja, hal ini bertujuan agar bawahan menyampaikan baik ide maupun aspirasi yang dimiliki. Berdasarkan latar belakang masalah, fenomena, dan penelitianpenelitan di atas, peneliti tertarik mengambil judul penelitian Hubungan antara Kepemimpinan Transformasional dengan Employee Engagement, dengan asumsi bahwa sangat penting untuk meningkatkan kualitas perusahaan yang sekaligus membentuk brand image perusaahaan dan reputasi perusahaan di mata masyarakat luas terutama konsumen. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, untuk memberikan kejelasan apa yang akan diangkat dalam penelitian ini, maka dikemukakan perumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana tingkat employee engagement di PT ICS? 2. Bagaimana tingkat kepemimpinan transformasional di PT ICS? 3. Adakah hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan employee engagement di PT ICS? C. Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat employee engagement di PT ICS 2. Untuk mengetahui tingkat kepemimpinan transformasional di PT ICS 3. Untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan employee engagement di PT ICS 10

D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangsih maupun sebagai kontribusi yang bermanfaat bagi perkembangan psikologi industri dan organisasi serta psikologi terapan lainnya. 2. Manfaat praktis a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi PT ICS dalam meningkatkan employee engagement melalui kepemimpinan transformasional. b. Bagi peneliti Penelitian ini merupakan sarana untuk mempertajam nilai-nilai keilmuan yang telah diperoleh selama menjalankan tugas sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa psikologi dan juga sebagai syarat untuk memeperoleh sarjana Psikologi di UIN Maulana Ibrahim Malang. c. Bagi universitas Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta referensi kepustakaan bagi universitas terutama fakultas Psikologi UIN Maulana Ibrahim Malang. 11