PERSEDIAAN MINIMUM KAS SEBAGAI ALAT UNTUK MENJAGA TINGKAT LIKUIDITAS & PROFITABILITAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

B. MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PENENTUAN RASIO STANDAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

ANALISIS LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT GRAHA SARANA DUTA DI MAKASSAR. Oleh : Sennahati (Dosen STIE-LPI Makassar) Abstract PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan Analisis Laporan Keuangan pada PT. Pupuk Kalimantan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

ANALISIS RASIO KEUANGAN DAN APLIKASINYA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TELAAH PUSTAKA. perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB IV RASIO KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dana atau modal. Dalam memenuhi kebutuhan dana atau modal, perusahaan sering

BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada beberapa pengertian atau definisi dari struktur modal oleh beberapa ahli

BAB III METODE PENELITIAN. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi dari

Shantylana Butar-butar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring bertambah dewasanya perusahaan, mereka harus dapat

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

Analisis rasio keuangan. perusahaan daerah aneka karya. Kabupaten Boyolali. tahun Yulaika Dyah Iswandari F BAB I PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

MAKMUR Tbk Periode 2009, 2010 dan 2011)

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KEUANGAN Rasio Keuangan. Sumber : Syafarudin Alwi BamBang Riyanto

ANALISA LAPORAN KEUANGAN CV. DUNIA WARNA KARANGANYAR TAHUN ELLISA dan SUPRIHATI STIE AAS Surakarta

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN COMMON SIZE DAN RASIO- RASIO KEUANGAN PADA PT SAPTA PRIMA ADIKARYA PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS EFEKTIVITAS PENGELOLAAN MODAL KERJA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN

RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PERIODE 31 DESEMBER

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

ANALISIS RASIO KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi acuan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan dirinya (going

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau

Manajemen Modal Kerja Bagian 1. Sumber : Syafarudin Alwi Bambang Riyanto

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT SEPATU BATA TBK PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA)

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT.INDOSAT TBK MENGGUNAKAN METODE FINANCIAL RATIO DAN ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 Analisis Ratio

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan peluang dan harapan bagi kesejahteraan warga

BAB IV MODAL KERJA A. Pengertian Modal Kerja

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan 3. Rasio Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai operasional perusahan maupun untuk membiayai investasi jangka UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan

Transkripsi:

PERSEDIAAN MINIMUM KAS SEBAGAI ALAT UNTUK MENJAGA TINGKAT LIKUIDITAS & PROFITABILITAS Oleh : Dyah Kusumawati*) Abstraksi Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas sangat berperan dalam pemenuhan kewajiban finansial terutama untuk jangka pendek. Oleh karena itu perusahaan harus memiliki persediaan kas agar terjaga tingkat likuiditasnya sehingga tidak terjadi adanya kekurangan kas. Namun perlu diketahui bahwa menyimpan kas yang terlalu besar pun bukan suatu tindakan yang bijaksana karena akan menimbulkan biaya peyimpanan dan profitabilitas usaha terabaikan. Melalui perhitungan yang benar yaitu dengan analisa persediaan minimum kas, ratio likuiditas dan ratio profitabilitas diharapkan perusahaan memiliki persediaan kas yang cukup dan aman sehingga dapat menjamin likuiditas usaha dan sekaligus dapat mencapai profitabilitas yang optimal. Keywords : kas, likuiditas, profitabilitas A. PENDAHULUAN Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas, baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar. Penerimaan dan pengeluaran kas akan berlangsung terus menerus selama hidup perusahaan. Kas merupakan bagian dari harta perusahaan yang paling lancer/ likuid. Kas meliputi uang tunai, baik kertas 187

maupun logam, cek, dan sebagainya yang dapat diterima umum sebagai alat pembayaran suatu transaksi. Setiap perusahaan mempunyai tujuan mencari laba yang besar. Untuk melaksanakan kegiatannya perusahaan memerlukan bantuan pihak lain (pinjaman) untuk menambah modal usaha. Akibatnya perusahaan mempunyai kewajiban mengembalikan pinjaman itu dan sekaligus tetap berupaya mencapai tujuannya. Sehubungan dengan itu maka perusahaan harus mempunyai persediaan kas yang jumlahnya cukup, artinya kas tidak terlalu besar atau terlalu kecil supaya dapat memenuhi kewajibannya dan dapat mencapai laba yang diinginkan. Dewasa ini banyak perusahaan/ lembaga/ badan-badan usaha yang di dalam menjalankan usahanya hanya berpikir bagaimana kondisi kas yang ada dapat menjaga likuiditas usaha atau profitabilitas usaha saja. Mereka hanya berfikir bagaimana keuangan perusahaan dalam kondisi aman tetapi ternyata hanya dari satu sudut pandang saja. Padahal kondisi seperti itu bukanlah kondisi yang aman bagi kuangan suatu usaha. Kita bisa melihat/ mendengar begitu banyak pemberitaan mengenai perusahaan besar/ lembaga-lembaga bank/ badan-badan usaha yang mampu mencapai tingkat profitabilitas tinggi, membangun gedung-gedung usaha mewah, merekrut banyak tenaga kerja dan mengembangkan usaha di bidang lain tetapi pada akhirnya ternyata mereka tidak dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya membayar pinjaman bank/ rekanan usaha, membayar gaji pegawai. Bahkan usaha mereka berhenti mendadak karena tiba-tiba tidak ada dana untuk operasional usaha. Sebaliknya, ada juga perusahaan yang 188

dapat menjaga likuiditas usaha tetapi profitabilitasnya tidak tercapai sehingga pada akhirnya juga gagal dalam usahanya karena perputaran modal usaha yang kurang baik. Oleh sebab itu dalam tulisan ini akan dibahas mengenai bagaimana persediaan minimum kas yang benar, yang dapat menjaga tingkat likuiditas dan sekaligus tingkat profitabilitas usaha. B. PEMBAHASAN Kas sangat berperan dalam pemenuhan kewajiban finansial jangka pendek perusahaan atau untuk membiayai berbagai hal yang sebelumnya tidak terduga akan muncul. Kalau perusahaan tidak menyimpan kas yang cukup maka perusahaan akan sulit untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Akibatnya perusahaan akan dinilai buruk dan dinyatakan dalam keadaan tidak likuid. Hal ini akan mempengaruhi citra perusahaan dan menghilangkan kepercayaan pihak lain terhadap perusahaan. Di lain pihak, menyimpan kas dalam jumlah yang berlebihan mengakibatkan perusahaan tidak dapat mencapai tingkat profitabilitas yang optimal, yaitu tingkat keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh perusahaan bila perusahaan dapat memanfaatkan kas yang berlebihan itu untuk melaksanakan altivitas usaha. Kas yang dibiarkan menganggur juga akan menimbulkan biaya peyimpanan. Untuk menentukan berapa jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan oleh suatu perusahaan belum ada 189

standar ratio yang pasti tetapisecara umum ada pedoman yang dapat digunakan seperti yang dikemukakan oleh H.G. Guthmann, yaitu jumlah kas yang ada dalam perusahaan Well Finance hendaknya tidak kurang dari 5% - 10% dari aktiva lancar (Bambang Riyanto, 1994:86). Jumlah kas ini berhubungan dengan jumlah penjualan. Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas ratarata menggambarkan tingkat perputaran kas. Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti kondisi perusahaan semakin baik karena hal itu berarti penggunaan kasnya semakin efisien. Namun, tingkat perputaran kas yang berlebihan dapat berarti jumlah kas yang tersedia terlalu kecil. 1. Persediaan Minimum Kas Kas adalah uang beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sehingga dapat dipakai sebagai alat untuk membayar kebutuhan finansialnya (Indriyo, 1980:37). Dalam kegiatannya sehari-hari, perusahaan harus mampu membayar biayabiaya operasional, gaji pegawai, pelunasan hutang yang jatuh tempo pada pihak lain, dan hal-hal yang bisa saja terjadi di luar perkiraan pada saat itu. Jika uang tunai tidak ada maka operasi perusahaan akan terhenti dan yang paling membahayakan adalah perusahaan tidak dipercaya lagi oleh pihak lain sehingga menyulitkannya untuk memperoleh kredit. Melihat arti pentingnya kas maka persediaan minimum kas harus selalu ada dalam perusahaan. Persediaan minimum kas dapat diartikan sebagai jumlah minimal yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan 190

agar dapat memenuhi finansialnya sewaktu-waktu (M. Manullang, 1985:23). Besarnya jumlah kas yang harus ada dalam perusahaan tergantung pada tiga motif, yaitu : a. Motif transaksi. Suatu perusahaan membutuhkan uang kas untuk membangun transaksi harian. b. Motif Spekulasi. Memegang uang dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari kenaikan harga barang atau nilai uang itu sendiri. c. Motif Berjaga-jaga. Karena keadaan yang tidak pasti maka perusahaan harus berjaga-jaga untuk menjamin likuiditas perusahaannya terutama bila penerimaan kas tidak seperti yang direncanakan. Menurut Walker, motivasi-motivasi untuk menahan uang kas selalu dimiliki oleh perusahaan. Dalam menahan uang kasnya terlepas dari apakah perusahaan itu besar/ kecil, perusahaan dagang/ industri dan lokasi perusahaan (Wasis, 1981:182). Usaha untuk mendapatkan kas yang ekonomis salah satunya melalui sinkronisasi aliran kas, yaitu penerimaan dan pengeluaran kas diatur sedemikian rupa sehingga meninggalkan sisa kas yang minim. Untuk menentukan berapa sebaiknya jumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan tergantung kebijaksanaan perusahaan masing-masing. Namun secara umum penetapan persediaan minimum kas dapat 191

dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut (menurut Asri, 1987:255) : a. menentukan tingkat perputaran kas dalam satu tahun (dalam hari) kemudian membandingkan jumlah hari tersebut dengan jangka waktu perputaran kas. - Jangka waktu perputaran kas = penjualan per tahun jumlah kas - Tingkat perputaran kas = 360 hari Jgk wkt perputaran kas b. menentukan besarnya persediaan minimum kas yang merupakan hasil pembagian total pengeluaran kas dalam satu tahun dengan tingkat perputaran kas. - Persed. min. kas = total pengeluaran kas per tahun tingkat perputaran kas Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan minimum kas adalah besarnya kewajiban yang harus dibayar, pengeluaran-pengeluaran dan penerimaan kas, jangka waktu perputaran kas dan tingkat perputaran kas. 2. Likuiditas Likuiditas berasal dari kata likuid yang berarti cair, sehingga dapat diartikan sebagai alat untuk mengukur tingkat kecairan dari aktiva lancar terhadap hutang lancar yang harus segera dipenuhi. Ini menggambarkan kesanggupan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan yang segera jatuh tempo atau mengukur kemampuan membayar hutang-hutang yang sudah jatuh tempo. 192

Ada juga mengartikan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan memenuhi seluruh kewajibannya yang harus segera dibayar (Alex Nitisemito, 1987:28). Alatalat untuk memenuhi kewajiban itu berupa aktiva lancar yang jumlahnya harus lebih besar daripada passiva lancar supaya terpenuhi tingkat likuiditasnya. Bila perusahaan tidak dapat menjaga likuiditas terhadap pihak ekstern maka akan menghilangkan kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Akibatnya akan sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan dirinya sebab mereka akan kesulitan memperoleh kredit dari bank, penjual bahan mentah/ supplier, perusahaan transport atau pihak lain. Sebaliknya bila likuiditas intern tidak terjaga maka kesulitan akan muncul dengan terjadinya kemacetan operasi perusahaan. Likuiditas perusahaan dapat terganggu karena : a. Kekurangan modal kerja b. Kesalahan dalam pembelanjaan (banyak bahan baku yang dibeli, banyaknya piutang yang diberikan, dan sebagainya) c. Mental pengusaha yang kurang baik (mengejar keuntungan jangka pendek dan melupakan tujuan jangka panjang) d. Kesalahan perhitungan/ hal-hal lain di luar perkiraan 193

Untuk menjaga tingkat likuiditas, perusahaan dapat menggunakan perhitungan Ratio Likuiditas, yang terdiri atas : 1) Current Ratio (CR) Current Ratio adalah perbandingan antara Current Assets dengan Current Liabilities. Perusahaan hendaknya menetapkan CR-nya sebesar 2:1 karena ukuran ini didasarkan pada prinsip kehati-hatian, yaitu bila Current Assets berkurang hingga 50% maka likuiditas masih dapat dipertahankan. CR = current assets X 100% current liabilities 2) Quick Ratio (QR) atau Acid Test Ratio (ATR) Quick Ratio dianggap ratio yang lebih teliti sebab persediaan yang tingkat likuiditasnya paling rendah tidak diikutkan dalam perhitungan. Jadi Quick Ratio adalah perbandingan antara Current Assets (tanpa persediaan) dengan Current Liabilities. QR = (current assets inventory) X 100% current liabilities Likuiditas sebenarnya dapat ditingkatkan dinaikkan, yaitu dengan cara : atau a. menambah aktiva lancar dengan cara menjual sebagian aktiva tetap dan menambah modal sendiri. b. mengurangi hutang lancar dengan menjual sebagian aktiva tetap, menambah modal sendiri, mengubah status menjadi hutang jangka panjang atau dengan mengurangi aktiva lancar. 194

3. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan modal yang digunakan dan dinyatakan dalam prosentase (%) (Alex Nitisemito, 1987:45). Ini dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dengan menggunakan sejumlah modal tertentu. Rasio profitabilitas menggambarkan efisiensi usaha perusahaan dan berkaitan dengan kebijaksanaan dan keputusan yang diambil sehingga profitabilitas dapat dibedakan menjadi : a. Profitabilitas Ekonomis Modal yang digunakan tidak dibedakan apakah itu modal sendiri atau modal asing dan efisiensi perusahaan tercermin dalam perusahaan secara keseluruhan. Profitabilitas ekonomis mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan modal kerja. Profitabilitas yang tinggi merupakan bentuk efisiensi yang tinggi perusahaan karena, akan sulit untuk meningkatkan profitabilitas tanpa meningkatkan efisiensi. b. Profitabilitas Modal Sendiri modal yang digunakan dibedakan antara modal sendiri dengan modal asing dan efisiensi perusahaan tercermin pada penggunaan modal sendiri. Dengan profitabilitas modal sendiri, pemilik akan mengetahui berapa tingkat keuntungan yang akan diperoleh dengan modal yang ditanamkan sehingga pemilik dapat menetapkan apakah akan menaikkan 195

modal asing, modal sendiri, kontribusi keduanya atau tidak untuk menambah modal. Profitabilitas dapat digambarkan dengan beberapa angka macam bandingan, yaitu : 1) Profit Margin Ratio (PMR) Ratio ini menunjukkan besar kecilnya laba dibandingkan dengan harga penjualan. a. Gross Profit Margin (GPM) GPM = gross profit X 100% sales Laba Bruto = penjualan bersih harga pokok barang yang terjual b. Net Profit Margin (NPM) NPM = net profit X 100% sales Laba Bersih = laba bruto (biaya-biaya, bunga dan pajak) 2) Earning Power Ratio (EPR) Ratio laba dasar yang bermanfaat untuk membandingkan perusahaan-perusahaan dengan tingkat leveable dan pajak yang berbeda. EPR = E B I T X 100% total assets Ebit = laba sebelum bunga dan pajak 3) Return on Assets Ratio / Return on Invesment (ROI) ROI dipakai untuk membandingkan perbedaan kemampuan memperoleh laba pada perusahaan yang memiliki kebijakan hutang yang berbeda. 196

ROI = net profit X 100% total assets 4) Return on Equity Ratio (ROE) ROE dipakai untuk menggambarkan hasil yang diperoleh pemilik modal. ROE = net profit X 100% capital modal yang dimaksud adalah modal sendiri yang terdiri atas modal saham nominal, laba ditahan, penyertaan modal baru dan semua hal yang menunjukkan keterlibatan pemilik. Setiap perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya sehingga banyak upaya yang dilakukan untuk mencapainya, antara lain : a. menaikkan penjualan bersih b. menurunkan penjualan bersih dengan harapan biaya operasi akan turun lebih banyak atau lebih besar c. menaikkan penjualan bersih yang lebih tinggi dari kenaikan biaya operasi d. menaikkan keuntungan dengan perputaran aktiva. Dengan perhitungan di atas, perusahaan akan dapat mengetahui bagaimana kondisi keuangan perusahaan, kondisi kas yang ada. Apakah persediaan kas yang mereka miliki bisa menjamin likuiditas usaha dan sekaligus dapat mencapai profitabilitas yang optimal. Likuiditas dan profitabilitas dalam suatu usaha merupakan hal yang harus terpenuhi bila perusahaan menginginkan usahanya bisa berjalan terus, bahkan bisa berkembang. 197

C. PENUTUP Kas sangat berperan dalam pemenuhan kewajiban finansial jangka pendek perusahaan atau untuk membiayai berbagai hal yang sebelumnya tidak diduga akan muncul. Kalau perusahaan tidak menyimpan kas dalam jumlah yang cukup maka perusahaan akan sulit untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya sehingga akibatnya perusahaan akan dinilai buruk dan dinyatakan dalam keadaan tidak likuid. Hal ini akan mempengaruhi citra perusahaan dan menghilangkan kepercayaan pihak lain terhadap perusahaan. Di lain pihak, menyimpan kas dalam jumlah berlebihan mengakibatkan perusahaan tidak dapat mencapai tingkat profitabilitas yang optimal, yaitu tingkat keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh perusahaan bila perusahaan dapat memanfaatkan kas yang berlebiham itu untuk melakukan aktivitas usah. Kas yang dibiarkan menganggur akan menimbulkan biaya penyimpanan. Dengan adanya dua kepentingan di atas, terjaganya likuiditas dan profitabilitas usaha sekaligus maka keberadaan persediaan minimum kas yang benar dalam suatu usaha mutlak diperlukan supaya kondisi perusahaan tetap baik (kas yang tersimpan tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar). Disamping itu perlu juga diperhatikan mengenai penggunaan budget kas untuk mengetahui sumber penerimaan kas dan alokasi penggunaannya. Analisis persediaan minimum kas yang benar dapat juga dijadikan sebagai dasar untuk mengambil suatu kebijakan dalam menetapkan persediaan 198

minimum kas sehingga apa yang diharapkan perusahaan dapat tercapai secara maksimal, yaitu terjaminnya likuiditas usaha dan tercapainya profitabilitas perusahaan. *) Penulis adalah Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Sultan Fatah Demak 199

Daftar Pustaka Riyanto, Bambang, 1994, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakarta: Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada. Indriyo, 1980, Manajemen Keuangan, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Manullang M., 1985, Pokok-pokok Pembelanjaan Perusahaan Manajemen Keuangan, Yogyakarta: Liberty. Wasis, 1984, Manajemen Keuangan Perusahaan, Semarang: Sapta Wacana. Suryawijaya, Marwan Asri, 1987, Dasar-dasar Ilmu Pembelanjaan, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Nitisemito, Alex S., 1987, Pembelanjaan Perusahaan, Jakarta: Ghalia Indonesia. 200