KAJIAN KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI DISEMINASI INOVASI PERTANIAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KETERKAITAN PENELITIAN, PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENYULUHAN DALAM DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN

KAJIAN KEBIJAKAN AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN WILAYAH TERTINGGAL MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS PETANI

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

LAPORAN HASIL JUDUL KEGIATAN PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN GOWA. Andi Ella, dkk

Dukungan Komisi IV DPR RI dalam Pencapaian Sergap, Optimalisasi Pemanfaatan Alsintan dan Luas Tambah Tanam (LTT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN

CARA MEMBUDIDAYAKAN TANAMAN KAKAO

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 STUDI KONSOLIDASI USAHATANI SEBAGAI BASIS PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN 2011

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

KAJIAN POLA PENDAMPINGAN PROGRAM SL-PTT DI KABUPATEN LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN

Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-p3mi) Berbasis Padi Palawija

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Renstra BKP5K Tahun

FOKUS KEBIJAKAN DAN PROGRAM BADAN PPSDMP TA 2017

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN KOMODITAS PERKEBUNAN KABUPATEN JEMBRANA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Pembangunan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RANCANGAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GARUT TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1992 Nomor

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Peran BBP2TP Dalam Penyediaan Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis Departemen Pertanian 1. Pendahuluan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEKAN SEREALIA NASIONAL I JULI 2010

PEDOMAN PENILAIAN BALAI PENYULUHAN KECAMATAN BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN AKHIR PENYULUHAN DAN PENYEBARAN INFORMASI HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN TEMU INFORMASI TEKNOLOGI TERAPAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI HASIL LITKAJIBANGRAP BADAN LITBANG PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung Senin, 22 Maret 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

RUMUSAN SEMINAR NASIONAL INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI "Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Kedaulatan Pangan Berkelanjutan"

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) PENDAMPINGAN PTT PADI DI PROVINSI BENGKULU

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN 2010

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

SISTEM. Oleh: Syahyuti Sunarsih Ahmad Makky. Ar-Rozi Sri Suharyono Sugiarto

TEMU INFORMASI TEKNOLOGI LAHAN KERING MENDUKUNG INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DAN DISEMINASI

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, baik berupa sumbangan langsung seperti peningkatan

RUMUSAN Workshop Pengembangan Inovasi Melalui Inisiatif Lokal Dan Pengembangan Kapasitas Institusi Lokal. (Yogyakarta, Mei 2007)

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

ARAH KEBIJAKAN PENYULUHAN MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENSTRA [ RENCANA STRATEGIS ]

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

GENDER BUDGET STATEMENT (Pernyataan Anggaran Gender) Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

[ nama lembaga ] 2012

Sejalan dengan Visi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian tahun , untuk menjadi lembaga pengkajian dan pengembangan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KERJASAMA KEMITRAAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN SPESIFIK LOKASI (KKP3SL) (PENYULUH- Kemitraan Diseminasi)

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

KEMENTERIAN PERTANIAN

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RODHP)

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

Sustainabilitas Pembangunan Sektor Pertanian: Inovasi Teknologi atau Inovasi Sosial Kelembagaan BAB VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN AGENDA KE DEPAN

AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN KELOMPOKTANI DI LOKASI SENTRA PANGAN TAHUN 2016

KINERJA TAHUN. Jabatan. Syakir. Jakarta,

I PENDAHULUAN. pertanian tersebut antara lain menyediakan bahan pangan bagi seluruh penduduk,

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

Transkripsi:

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2014 KAJIAN KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI DISEMINASI INOVASI PERTANIAN Oleh : Kurnia Suci Indraningsih Wahyuning Kusuma Sejati Roosganda Elizabeth Sri Suharyono Ahmad Makky Ar-Rozy PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

RINGKASAN EKSEKUTIF PENDAHULUAN 1. Saat ini permasalahan yang dihadapi di sektor pertanian antara lain berupa kesenjangan antara kebutuhan masyarakat dengan pengembangan inovasi yang dilakukan oleh para peneliti, kesenjangan antara inovasi hasil penelitian Litbang dan perguruan tinggi dengan aksesibilitas masyarakat pertanian, dan kesenjangan antara kebijakan pembangunan pertanian dengan pemahaman masyarakat terhadap kebijakan tersebut. Tantangan dalam penyampaian inovasi pertanian ke depan adalah bagaimana senantiasa mampu mengembangkan inovasi pertanian yang tepat guna, partisipatif dan berkelanjutan. 2. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi berbagai kebijakan Penelitian; Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian; dan pelayanan dinas dalam diseminasi inovasi pertanian; (2) Mengevaluasi implementasi diseminasi inovasi pertanian; (3) Menganalisis keterkaitan Penelitian; Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian dalam implementasi diseminasi inovasi pertanian sebagai upaya memenuhi kebutuhan dan kepentingan petani. 3. Lokasi penelitian mencakup wilayah Jawa (DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat dan Banten) dan Luar Jawa (Provinsi Nusa Tenggara Timur). Responden dalam kegiatan penelitian ini adalah: (1) Pimpinan lembaga penelitian, lembaga pendidikan/pelatihan dan penyuluhan, lembaga penentu kebijakan, lembaga pelayanan yang terkait dengan bidang kajian dari pusat sampai daerah (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten); (2) Informan kunci (kontak tani, aparat pemerintah, penyuluh swasta, dan lain-lain); (3) Kelompok tani; (4) Penyuluh; (5) Widyaiswara; serta (6) Peneliti. Analisis data dalam penelitian ini mencakup: (1) analisis deskriptif komparasi dan (2) analisis pemangku kepentingan (stakeholders analysis). HASIL PENELITIAN Identifikasi Berbagai Kebijakan Penelitian; Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian; dan Pelayanan Dinas dalam Diseminasi Inovasi Pertanian 4. Undang-undang yang menjadi payung hukum diseminasi inovasi adalah UU No. 18/2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. 5. Kebijakan turunannya berupa Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor: 03 Tahun 2012 dan Nomor: 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah, serta berbagai Peraturan Menteri Pertanian yang relevan dengan kebijakan dan diseminasi inovasi. 6. Lembaga yang menjadi pengawal pelaksanaan pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) adalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). v

BPPT juga menjadi konsultan bagi Pemerintah Daerah dalam menjalankan SIDa. 7. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) turut berkontribusi bagi kesejahteraan bangsa, salah satunya dengan berpartisipasi mengatasi permasalahan pangan dengan menggunakan teknik nuklir untuk menghasilkan bibit unggul tanaman pangan berproduktivitas tinggi, antara lain padi, gandum tropikal, kedelai dan sorgum. Disamping itu, guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, BATAN terus berupaya meningkatkan fungsi diseminasi hasil litbangyasa BATAN (padi, kedelai, kapas, kacang, gandum tropikal, sorgum, pakan ternak, teknik Radioimmuno Assay dalam reproduksi ternak, vaksin ternak, teknik penjantanan ikan serta pupuk organik) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pangan dan ternak. 8. Bentuk Kebijakan Diseminasi Inovasi pada Perguruan Tinggi, dalam hal ini adalah Institut Pertanian Bogor (IPB) adalah Program Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficency (I-MHERE) B.2c IPB yang dilaksanakan pada tahun 2002-2012 merupakan program penelitian yang telah dilaksanakan hingga sampai taraf pelepasan varietas baru (launching new verieties) yang dihasilkan oleh sivitas akademika setiap tahunnya selama kurun waktu 2010, 2011 dan 2012 dengan total varietas yang dilepas sebanyak 5 varietas baru. 9. Payung hukum diseminasi inovasi belum banyak disadari keberadaannya oleh banyak pihak terkait. Hal ini mengakibatkan belum berkembangnya dinamika sinergi dalam kolaborasi pengelolaan. Evaluasi Implementasi Diseminasi Inovasi Pertanian 10. Dalam proses diseminasi inovasi, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian telah mengembangkan Cyber Extension yang terinspirasi oleh paradigma kefetaria penyuluhan adalah wujud nyata pengembangan penyampaian suatu inovasi teknologi melalui Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC) yang diperkenalkan oleh Badan Litbang Pertanian, sehingga kegiatan diseminasi inovasi tidak lagi didominasi oleh penyuluh, tetapi juga para pejabat (terutama di daerah), pemuka masyarakat, pemuka agama. 11. Program Pemerintah yang berskala nasional, proses diseminasi dilakukan melalui sosialisasi program, diterbitkannya Pedoman Umum di tingkat Pusat, Pedoman Pelaksanaan di tingkat Provinsi, dan Pedoman Teknis di tingkat Kabupaten. 12. Kendala yang dihadapi dalam proses diseminasi inovasi adalah lemahnya koordinasi dan komitmen antar para pengelola pembangunan di daerah (seperti dinas-dinas teknis), walaupun secara struktural berada di bawah kendali Kepala Daerah (Gubernur ataupun Bupati). Para pengelola pembangunan tersebut kebanyakan masih berorientasi administrasi pertanggungjawaban proyek, belum berorientasi dan berkomitmen terhadap proses penguatan implementasi program dan hasil program. 13. Implementasi diseminasi inovasi terkait erat dengan kegiatan penyuluhan. Terdapat 9 komponen penyuluhan, yang sudah dilakukan para penyuluh di Provinsi Banten adalah melakukan kegiatan transek (data primer, maupun sekunder dari profil desa), identifikasi kebutuhan teknologi, identifikasi vi

masalah; sedangkan yang belum dilakukan adalah melihat mobilitas petani (kecuali ada kegiatan), lembaga-lembaga yang ada lingkup petani (kecuali ada hal khusus), dan penentuan prioritas masalah. 14. Saluran diseminasi melalui media untuk penyampain teknologi, yang berfungsi sebagai pengingat, sedangkan untuk mengubah perilaku sasaran dan inovasi kelembagaan melalui media interpersonal. Materi penyuluhan yang disusun telah mengacu pada hasil penelitian Badan Litbang Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM melalui cyber extension (bentuk aplikasi), Ditjen Peternakan berupa Pedoman teknis. 15. Penyuluh dalam menelusuri kebutuhan inovasi petani untuk merumuskan materi penyuluhan adalah melalui forum komunikasi (temu lapang, temu teknis, urun rembug petani), melakukan kaji terap di lahan petani, melakukan demonstrasi-plot dengan melibatkan peran aktif petani. Penyuluh melengkapi wawasan pengetahuan dan ketrampilannya dengan studi literatur dari berbagai jurnal, prosiding, buku-buku ilmiah terkait inovasi pertanian, browsing web-site Kementerian Pertanian, dan berbagai upaya lainnya. 16. Dalam mensinergikan kebutuhan inovasi pertanian di tingkat petani, peneliti perlu memiliki kompetensi atau kemampuan baik dalam aspek manajemen, mampu memahami masalah alam, lingkungan dan sosial kemasyarakatan di wilayah, serta mampu menggali informasi melalui interaksi dengan petani. 17. Kebutuhan inovasi di tingkat petani telah teridentifikasi dengan baik oleh widyaiswara di ketiga lokasi penelitian. Materi pelatihan yang diberikan didasarkan atas kebutuhan peserta baik pada peserta Aparatur maupun Non Aparatur. Namun demikian, kemampuan dari masing-masing widyaiswara dalam mengidentifikasi kebutuhan inovasi memang berbeda-beda, tergantung tingkat keaktifan widyaiswara tersebut dalam mencari sumber informasi untuk meningkatkan kemampuannya. Widyaiswara berpendapat bahwa masih diperlukan inovasi teknologi, khususnya dari Lembaga Penelitian, mengingat perkembangan inovasi sangat cepat. Inovasi yang didapatkan kemudian disusun oleh masing-masing widyaiswara sebagai bahan ajar. Analisis keterkaitan Penelitian; Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian dalam implementasi diseminasi inovasi pertanian 18. Keterkaitan antara lembaga penelitian, lembaga pendidikan dan pelatihan, lembaga penyuluhan, dan direktorat jenderal teknis lingkup Kementerian Pertanian di tingkat Pusat masih berorientasi pada program 4 (empat) sukses yang tercantum pada Rencana Strategis Kementerian Pertanian (Kementan). Sinergitas dan koordinasi antar lembaga tersebut dalam upaya pencapaian tujuan program masih belum terlihat keterpaduannya, masih berjalan masingmasing. Informasi dan teknologi yang dihasilkan lembaga penelitian tidak selalu diacu lembaga pendidikan dan pelatihan, maupun lembaga penyuluhan. 19. Keterkaitan antara lembaga penelitian pemerintah, baik lingkup Kementan maupun di luar Kementan, lembaga penelitian swasta, dan perguruan tinggi dalam melepas varietas harus melalui Tim Penilai dan Pelepasan Varietas (TP2V) di bawah Badan Benih Nasional (non struktural di bawah Menteri Pertanian). Pelepasan varietas agar legal untuk dilepas dan diakui keunggulannya oleh Pemerintah perlu mengacu pada UU No. 12/1992 tentang vii

Sistem Budidaya Tanaman, PP No. 44/1995 tentang Perbenihan Tanaman, Permentan No. 61/2011 tentang Pengujian, Penilaian, Pelepasan, dan Penarikan Varietas. Perlindungan varietas dari aspek genetis untuk mendapatkan HAKI agar tidak ditiru atau dibajak perlu mencermati UU No. 29/2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman. 20. Kelemahan dalam keterkaitan antara penelitian; pendidikan, pelatihan dan penyuluhan pertanian; serta lembaga pelayanan dalam implementasi diseminasi inovasi pertanian adalah belum adanya kejelasan tata hubungan kerja antar kelembagaan teknis, penelitian dan pengembangan, serta penyuluhan pertanian. Kelembagaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan belum ditempatkan secara optimal yang didukung oleh keterpaduan kepentingan penelitian dan pengembangan serta dinas teknis/instansi sektoral, ego sektoral yang masih sangat kuat dan menjadi kurang produktif. 21. Cyber extension yang didukung oleh Spektrum Diseminasi Multi Channel sebagai wadah kelembagaan diseminasi yang aktual, masih berjalan di masing-masing lembaga penggagas, belum didukung dengan dinamisasi, aktualisasi informasi dan inovasi, maupun bentuk-bentuk komunikasi yang interaktif dan konvergen antar pihak terkait. 22. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah seperti Balai Penelitian (Balit) dan BPTP yang berada di 33 provinsi berperan terhadap keberhasilan program strategis Kementerian Pertanian. Program tersebut antara lain seperti Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN), dalam implementasinya berupa Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) pada komoditas padi, jagung dan kedelai, Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Gernas Nasional Kakao, Program Peningkatan Swasembada Daging Sapi (P2SDS) dan Pengembangan Kawasan Hortikultura. Peranan tersebut berupa penyediaan teknologi (benih/bibit/varietas, dan pupuk), penyediaan dan pendampingan inovasi teknologi. Kesiapan dan sinergi yang kuat dari Balit dan BPTP merupakan suatu keharusan. 23. Sinergi Balit dan BPTP dimaksud adalah terintegrasinya perencanaan dan implementasi penyediaan inovasi dan diseminasi teknologi sehingga muatan teknologi dalam program strategis Kementerian Pertanian menjadi lebih nyata. Hubungan sinergi itu dilakukan dalam bentuk padupadan BPTP-Balit dalam penyediaan inovasi dan diseminasi teknologi; melakukan kunjungan kerja lapang; pembinaan SDM dan program; pengelolaan kebun percobaan (KP). Pembentukan BPTP bertujuan untuk desentralisasi dalam bidang penelitian dan pengembangan teknologi pertanian. Di samping itu juga sebagai media akselerasi adopsi teknologi dalam mendukung pembangunan pertanian serta mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pertanian wilayah. 24. Keterkaitan BPTP Jawa Barat dengan Dinas dalam hal pelaksanaan program P2BN, KRPL, PSDS, Pengembangan Kawasan Hortikultura. Pada kabupaten ada satu orang dari BPTP yang bertugas sebagai Liaison Officer (LO) untuk mengkomunikasikan berbagai program dengan Dinas dan mendiseminasikan hasil kegiatan/program tersebut. Selain itu LO juga mengidentifikasi kebutuhan di tingkat petugas Dinas, Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapeluh), dan ketua kelompok tani. viii

IMPLIKASI KEBIJAKAN 25. Inovasi pertanian yang dihasilkan lembaga penelitian Pemerintah sebagian besar dapat diterapkan petani, sehingga mampu mengungkit tingkat kesejahteraan petani. 26. Tata hubungan kerja antar kelembagaan teknis, penelitian dan pengembangan, dan penyuluhan pertanian dalam mendukung program P2BN yang diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 45/Pementan/ OT.140/8/2011. 27. Tingkat penerapan petani terhadap inovasi pertanian relatif rendah, walaupun telah banyak inovasi pertanian yang dihasilkan lembaga penelitian. 28. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 45/Pementan/OT.140/8/2011 perlu disertai Pedoman Teknis operasional di lapangan yang dilengkapi dengan penghargaan (reward) dan sanksi (punishment), sehingga keterkaitan antar lembaga dapat berjalan baik dan sinergis. 29. Inovasi pertanian yang dihasilkan lembaga penelitian seharusnya tidak hanya bertumpu pada pengembangan ilmu pengetahuan saja, namun juga perlu mencermati kebutuhan petani sebagai pengguna akhir melalui kegiatan umpan balik antara peneliti-widyaiswara-penyuluh-petani. 30. Keterlibatan berbagai pemangku kepentingan dalam kegiatan umpan balik tersebut akan mempercepat proses diseminasi inovasi pertanian, yang tentunya didukung oleh kebijakan Pusat maupun Daerah yang berpihak pada sektor pertanian. 31. Perlu ada kebijakan ataupun ketentuan yang mengikat dengan prestasi pimpinan daerah, seperti kinerja jabatan pimpinan daerah dapat menjadi media pemberian penghargaan (reward) ataupun sanksi (punishment), agar para pengelola pembangunan berorientasi dan memiliki komitmen terhadap proses penguatan implementasi program dan hasil program. ix