Pengaruh Lama Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin dan Brahman

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN RAK STRAW SELAMA EQUILIBRASI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI PERANAKAN ONGOLE

OBSERVASI KUALITAS SEMEN CAIR SAPI PERANAKAN ONGOLE TERHADAP PERBEDAAN WAKTU INKUBASI PADA PROSES PEMISAHAN SPERMATOZOA

IMPLEMENTASI TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI WILAYAH LAHAN KERING PULAU BALI

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO INDUK PADA POLA PERKAWINAN BERBEDA DALAM USAHA PETERNAKAN RAKYAT: STUDI KASUS DI KABUPATEN BLORA DAN PASURUAN

OBSERVASI KUALITAS SPERMATOZOA PEJANTAN SIMMENTAL DAN PO DALAM STRAW DINGIN SETELAH PENYIMPANAN 7 HARI PADA SUHU 5 C

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

JURNAL TERNAK Vol. 06 No.01 Juni

EVALUASI KUALITAS SPERMATOZOA HASIL SEXING PADA KEMASAN STRAW DINGIN YANG DISIMPAN PADA SUHU 5 C SELAMA 7 HARI

APLIKASI IB DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN DI SUMATERA BARAT

PENGARUH BERBAGAI METODE THAWING TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

implementasi semen sexing dalam kemasan straw cair pada sapi PO di kondisi usaha ternak rakyat di Kabupaten Pasuruan, jawa Timur

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

BAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

PERBAIKAN TEKNIK PEMBEKUAN SPERMA: PENGARUH SUHU GLISEROLISASI DAN PENGGUNAAN KASET STRAW

ANALISIS FAKTOR KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOMBOLO PAO KABUPATEN GOWA

I. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERAH EKS-IMPOR DAN LOKAL PADA TIGA PERIODE KELAHIRAN DI SP 2 T, KUTT SUKA MAKMUR GRATI, PASURUAN

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

Pengaruh Pengencer Kombinasi Sari Kedelai dan Tris terhadap Kualitas Mikroskopis Spermatozoa Pejantan Sapi PO Kebumen

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut

BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI

I. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di

IDENTIFIKASI POLA PERKAWINAN SAPI POTONG DI WILAYAH SENTRA PERBIBITAN DAN PENGEMBANGAN

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA

ANALISIS KUALITAS SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL MENGGUNAKAN PENGENCER ANDROMED DENGAN VARIASI WAKTU PRE FREEZING

Semen beku Bagian 1: Sapi

Semen beku Bagian 1: Sapi

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI EJAKULASI TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA SAPI ACEH

ABSTRAK. Kata Kunci : Jarak Tempuh; Waktu Tempuh; PTM; Abnormalitas; Semen ABSTRACT

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 2, 2012, p Online at :

PENDAHULUAN. Seiring bertambahnya jumlah penduduk tiap tahunnya diikuti dengan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

Pengaruh lama gliserolisasi terhadap keberhasilan produksi semen beku Sapi Simmental

PENGARUH PENAMBAHAN CHOLESTEROL DAN KUNING TELUR DI DALAM BAHAN PENGENCER TRIS-SITRAT DAN AIR KELAPA MUDA TERHADAP KUALITAS SEMEN CAIR SAPI POTONG

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG

KUALITAS SPERMA HASIL PEMISAHAN YANG DIBEKUKAN MENGGUNAKAN RAK DINAMIS DAN STATIS

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

APLIKASI TEKNOLOGI PEMISAHAN SPERMA PADA SAPI PO

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

A. D. Tuhu, Y. S. Ondho dan D. Samsudewa Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,Semarang ABSTRACT

APLIKASI INSEMINASI SEMEN HASIL SEXING PADA SAPI INDUK PERANAKAN ONGOLE

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

AGRINAK. Vol. 01 No.1 September 2011:43-47 ISSN:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

PENGARUH UMUR PEJANTAN DAN FREKUENSI PENAMPUNGAN TERHADAP VOLUME DAN MOTILITAS SEMEN SEGAR SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

KORELASI KADAR ph SEMEN SEGAR DENGAN KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN DI BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG

TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN DENGAN KUALITAS DAN DEPOSISI SEMEN YANG BERBEDA PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

KUALITAS SPERMATOZOA SAPI PO HASIL SEXING DENGAN TEKNIK SENTRIFUGASI MENGGUNAKAN GRADIEN PUTIH TELUR DALAM BEBERAPA IMBANGAN Tris-buffer: SEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

UJI FERTILITAS SEMEN CAIR PADA INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE

PENDAHULUAN Latar Belakang

FERTILISASI DAN PERKEMBANGAN OOSIT SAPI HASIL IVF DENGAN SPERMA HASIL PEMISAHAN

KUALITAS SEMEN SAPI BALI SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEKUAN MENGGUNAKAN PENGENCER SARI WORTEL

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

Keberhasilan inseminasi buatan menggunakan semen beku dan semen cair pada sapi Peranakan Ongole

PERBEDAAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SEMEN SEGAR PADA BERBAGAI BANGSA SAPI POTONG. Candra Aerens D.C, M. nur ihsan, Nurul Isnaini ABSTRACT

Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT

KEBERHASILAN IB MENGGUNAKAN SEMEN SEXING SETELAH DIBEKUKAN

2013, No TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN SINGOSARI PADA KEMENTERIAN PERTANIAN

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

PENDAHULUAN. Latar Belakang. setiap tahunnya, namun permintaan konsumsi daging sapi tersebut sulit dipenuhi.

Arnold.Ch Tabun *, Petrus Kune **, M.L. Molle *** Oleh:

PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING DI DATARAN TINGGI TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI BRAHMAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK

KUALITAS SEMEN SEGAR SAPI PEJANTAN PADA PENYIMPANAN DAN LAMA SIMPAN YANG BERBEDA

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

Effect of Quality Chilled Semen of Cross Bred Goat (Nubian and Ettawa) which Dilluted with Skim Milk and Yolk Citrate Extender

Korelasi Motilitas Progresif dan Keutuhan Membran Sperma dalam Semen Beku Sapi Ongole. Terhadap Keberhasilan Inseminasi

Keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sedimentasi putih telur pada sapi PO cross

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN PRODUKSI SEMEN BEKU SAPI SIMMENTAL PADA UMUR YANG BERBEDA

Keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sentrifugasi gradien densitas percoll (SGDP) pada sapi Peranakan Ongole (PO)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

Proporsi X dan Y, Viabilitas dan Motilitas Spermatozoa Domba Sesudah Pemisahan dengan Albumin Putih Telur

BAB III MATERI DAN METODE. Ongole (PO) dan sapi Simmental-PO (SIMPO) dilaksanakan pada tanggal 25 Maret

EFFEKTIFITAS SUBSTITUSI PENGENCER TRIS-SITRAT DAN KOLESTEROL MENGGUNAKAN AIR KELAPA DAN KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU SAPI POTONG

Agros Vol. 16 No. 1, Januari 2014: ISSN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

Transkripsi:

Pengaruh Lama Thawing terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Limousin dan Brahman (Effects of Thawing on Frozen Semen Quality of Limousin and Brahman Bulls) WC Pratiwi*, L Affandhy, dan D Ratnawati Loka Penelitian Sapi Potong Jl. Pahlawan No. 2, Grati, Pasuruan 67184 *Penulis korespondensi Telp/Fax: (0343)481132. E mail: lolitsapo@telkom.net Abstract. The success of Artificial Insemination (AI )influenced by many factor, there are nutrition, body condition and post thawing motility (PTM). The PTM influenced by liquid N 2 storage, equilibration temperature and handling straw. The purpose of this research to compare the effect of thawing duration to frozen semen quality of Limousin and Brahman. This research was done in BIBD, Agriculture Official of Blora, Central Java and Laboratory of Beef Cattle Station Research, Grati. As semen source is bull of Limousin and Brahman with age 2 3 years, body weight + 1200 kg. The data was observed such as: (1) ph, (2) Motility, (3) Live sperm, (4) Abnormality. The research use Randomized Complete Design (RCD) one way there are time of thawing 0, 15, 30, 45 minutes with 10 time repetition. The result of this research showed that the highest motility and live sperm (P<0,05) at the treatment with the duration of thawing 0 minute, there are 41,50% and 66,50% (Limousin frozen semen); 40,00% and 39,58% (Brahman frozen semen). It was concluded that shortening the time of thawing could be repairing the PTM and S/C value. Key Words : semen quality, frozen semen, thawing Pendahuluan Usaha ternak sapi potong di Indonesia membutuhkan perhatian khusus dalam kaitannya dengan upaya mempertahankan dan menunjang peningkatan populasi ternak. Guna peningkatan populasi tersebut maka dilakukan pemanfaatan teknologi reproduksi peternakan melalui teknik Inseminasi Buatan (IB) dengan menggunakan semen beku (Kaiin et al., 2005/4). Semen beku adalah semen yang diencerkan menurut prosedur tertentu, lalu dibekukan jauh di bawah titik beku air (Hertoni et al., 2007). Tantangan dalam keberhasilan IB di lapangan adalah rendahnya kualitas dan penanganan semen beku yang digunakan, kondisi reproduksi, managemen ternak dan ketrampilan inseminator (Sitepu et al., 1996). Program IB di usaha sapi potong rakyat di Jatim, Jateng, DIY dan Bali menunjukkan bahwa >50% peternak masih menghendaki program IB dilanjutkan; namun permasalahannya masih terjadinya kawin berulang kali (Affandhy et al., 2006; Riady, 2006), sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan kebuntingan dan jarak beranak. Hasil survei eksistensi IB di wilayah sentra bibit menunjukkan bahwa perlu dilakukan perbaikan terhadap infrastruktur IB sedangkan di wilayah pengembangan dibutuhkan perbaikan teknis dalam pelaksanaan IB (Affandhy et al., 2006). Peningkatan kualitas semen beku sangat ditentukan oleh pemrosesan spermatozoa dari saat koleksi, pengenceran sampai dengan dibekukan, sehingga dapat menaikkan angka kebuntingan. Tingkat kebuntingan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain nutrisi, body condition dan post thawing motility (PTM) (Boothby dan Fahey, 1995; Wardhani et al., 1993; Hafez, 2000); sedangkan nilai PTM tersebut dapat dipengaruhi oleh ketersediaan N 2 cair (Selk, 2002; Said et al., 2004), temperatur selama equilibrasi dalam prosesing pembuatan semen beku, serta handling straw (Foote dan Kaproth, 2002; Afian et al., 2004 b ). Beberapa tatalaksana handling straw di lapang yang dapat berpengaruh terhadap conception rate diantaranya (1) jarak dari puncak ke tangki sebesar 3 inci (Looper, 2000); (2) waktu dan 48

temperatur thawing (O Conner, 1999; Looper, 2000; Foote and Kaproth, 2002); dan (3) deteksi birahi dan waktu inseminasi 10 14 jam (Walker et al., 1994). Hasil survey (Affandhy et al., 2006) di Kabupaten Blora, Jawa Tengah diketahui bahwa para inseminator melakukan thawing lebih dari 1 menit (>60 detik) yaitu 900 1800 detik (15 30 menit) dengan menggunakan air sumur atau PDAM. Menurut pendapat mereka hal tersebut tidak berefek pada kualitas semen yang diinseminasikan walaupun pada kenyataannya angka service per conception di wilayah tersebut tinggi (2,7 2,8%) yang membuktikan sering terjadinya kawin berulang pada sapi induk yang diinseminasikan sehingga berakibat pada rendahnya angka kebuntingan, yaitu <60% (Affandhy et al., 2006). Sementara itu menurut Romjali et al. (2007), berdasarkan survey di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, beberapa inseminator melakukan thawing dengan waktu 15 45 menit. Tujuan pnelitian ini adalah mengetahui pengaruh lama thawing semen beku Limousin maupun Brahman terhadap kualitas spermatozoa. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD), Dinas Pertanian Blora Jawa Tengah dan Laboratorium Lolit Sapi Potong, Grati yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2006. Pelaksanaan penelitian dimulai dengan koleksi semen pejantan sapi Limousin (1 ekor) dan Brahman (1 ekor) berumur 2 3 tahun dengan bobot badan +1200 kg menggunakan vagina tiruan. Pejantan tersebut sudah diseleksi berdasarkan standar bibit yang berlaku yaitu garis keturunannya (pedigree), kemampuan produksi dan reproduksi keturunannya (progeny). Selanjutnya dilakukan evaluasi semen secara makroskopis (volume, konsistensi, warna, ph) dan mikroskopis (gerakan massa, gerakan individu, sperma hidup dan abnormalitas). Pascaevaluasi secara makroskopis dan mikroskopis, yang dilanjutkan dengan proses pembuatan semen beku (Gambar 1). Selanjutnya dilakukan thawing dengan empat macam perlakuan yaitu 0, 15, 30 dan 45 menit menggunakan air ledeng (PDAM) temperatur 25 30 o C. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat pelakuan lama thawing dengan 10 kali ulangan untuk masing masing perlakuan. Parameter yang diamati meliputi : (1) ph, (2) motilitas, (3) spermatozoa hidup dan (4) abnormalitas spermatozoa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan One Way ANOVA. Hasil dan Pembahasan Kualitas semen beku sapi Limousin dan Brahman Kualitas semen beku sapi Limousin dan Brahman dengan lama thawing berbeda menggunakan air ledeng (PDAM) disajikan pada Tabel 1 dan 2. Proses thawing dapat mempengaruhi stabilitas dan fungsi fungsi hidup membran sel spermatozoa (Einarsson, 1992). Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa post thawing motility (PTM) pada semen beku Limousin dan Brahman mempunyai nilai tertinggi pada perlakuan lama thawing selama 0 menit yaitu masing masing 41,5 % dan 40,0 (P<0,05). PTM pada perlakuan lama thawing selama 15, 30 dan 45 menit menunjukkan nilai yang lebih rendah yaitu masing masing adalah 26,5%; 14,5% ; 6,0% (semen beku Limousin) dan 20,0 %; 13,75%; 0,85% (semen beku Brahman). Hal yang sama juga terjadi pada persentase spermatozoa hidup, nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan thawing selama satu menit baik pada semen beku Limousin maupun Brahman, yaitu masingmasing adalah 66,5% dan 39,58 (P<0,05) daripada perlakuan thawing selama 15, 30 dan 45 menit baik pada semen beku Limousin maupun Brahman yaitu masing masing 16,4%; 7,6%; 1,9% (semen beku Limousin) dan 14,9%; 11,77%; 3,5% (semen beku Brahman) (Tabel 1 dan 2). 49

Koleksi semen Thawing dengan suhu 25 30 C Evaluasi kualitas semen (waktu libido, volume, PH, warna, gerak masa, motilitas, konsentrasi, prosentase hidup dan konsistensi) 0 menit 15 menit 30 menit 45 menit Pemeriksaan kualitas semen Pengenceran dengan tris sitrat, kuning telur dan gliserol Masukkan ke dalam Cooler untuk proses pendinginan, suhu turun dari 35 C ke suhu 5 C selama kurang lebih 1 jam. Gambar 1. Prosedur Pembuatan Semen Beku Tabel 1. Rataan kualitas semen beku Sapi Potong Limousin dengan lama thawing berbeda Parameter Lama Thawing (menit) 0* 15 30 45 ph 7,0 a 7,0 a 7,0 a 7,0 a Motilitas (%) 41,5 d 26,5 c 14,5 b 6,0 a Sperma hidup (%) 66,5 d 16,4 c 7,6 b 1,9 a Abnormalitas (%) 1,2 b 0,6 ab 0,3 b 0,1 a abcd Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) * thawing selama 45 detik Tabel 2. Rataan kualitas semen beku Sapi Potong Brahman dengan lama thawing berbeda Lama Thawing (menit) Parameter 0* 15 30 45 ph 7,0 a 7,0 a 7,0 a 7,0 a Motilitas (%) 40,0 d 20,0 c 13,75 b 0,85 a Sperma hidup (%) 39,58 d 14,9 c 11,77 b 3,5 a Abnormalitas (%) 1,5 b 1,2 ab 0,19 b 0 a abcd Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) * thawing selama 45 detik 50

Hasil tersebut menunjukkan bahwa straw semen beku yang dimasukkan ke dalam air ledeng (PDAM) dengan kisaran temperatur 25 30 o C dalam waktu lebih dari 15 menit akan mengalami perubahan temperatur yang tidak sesuai dengan kehidupan sel spermatozoa. Kondisi tersebut dapat menyebabkan cold shock dan rusaknya dinding sitoplasma sel spermatozoa dan sel spermatozoa banyak yang mati, sehingga akan berpengaruh terhadap conception rate (Handiwirawan et al., 1997; O Conner, 1999; Looper, 2000; Foote and Kaproth; 2002). Selk (2002) melaporkan bahwa untuk menghindari bahaya cold shock pada straw beku dilakukan thawing selama 10 hingga 60 detik menggunakan air hangat. Sayoko et al. (2007) melaporkan bahwa thawing menggunakan air hangat akan memberikan hasil persentase spermatozoa hidup lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan air sumur. Toelihere (1993) menyatakan bahwa thawing dilakukan pada air dengan temperatur 34 o C selama 15 detik. Menurut Sayoko et al. (2007) lama thawing 30 detik memberikan hasil yang lebih baik terhadap persentase spermatozoa hidup daripada thawing selama 15 detik. Afiati et al. (2004 a ) melaporkan bahwa thawing dengan menggunakan air ledeng pada semen beku sapi pejantan PO selama 0 menit lebih baik daripada 15 menit; yang masing masing perlakuan thawing tersebut memiliki spermatozoa hidup sebesar 41% dan 37%. Temperatur thawing 21 25 o C dengan waktu di bawah satu menit memperoleh tingkat motilitas 51,17%, lebih baik daripada temperatur thawing 5 o C yang memiliki motilitas sebesar 45,95% (Adikarta dan Listianawati, 2001). Oleh karena itu dianjurkan untuk thawing tidak lebih dari 60 detik dan menggunakan air hangat guna mengurangi mortalitas spermatozoa. Spermatozoa abnormal paling sedikit diperoleh pada perlakuan thawing selama 45 dan 30 menit (P<0,05), baik pada semen beku Limousin maupun Brahman daripada perlakuan thawing selama 0 dan 30 menit (Tabel 1 dan 2), tetapi nilai spermatozoa abnormal masih memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai semen beku beku pejantan sapi potong yaitu <20% (Toelihere, 1993) yang siap diinseminasikan ke betina. Nilai abnormalitas tersebut lebih kecil dari yang yang dilaporkan oleh Adikarta dan Listianawati (2001) bahwa abnormalitas spermatozoa yang dithawing selama 0 menit menghasilkan abnormalitas sebesar 18,72%, sedangkan derajat keasaman (ph) untuk semua perlakuan waktu thawing tidak berbeda nyata baik pada semen beku Limousin maupun Brahman (Tabel 1 dan 2), dan masih dalam batas normal (Toelihere, 1993; Boothby and Fahey, 1995). Hal ini disebabkan belum terjadinya proses metabolisme dari sel spermatozoa pada rentang waktu thawing antara 0 45 menit, sehingga ph media relatif stabil (Sugiharti et al., 2004). Kesimpulan Kualitas terbaik diperoleh pada perlakuan lama thawing 0 menit (45 detik) dengan menunjukkan persentase motilitas dan sel hidup spermatozoa pada straw beku Limousin sebesar 41,50% dan 66,50% dan straw beku Brahman sebesar 40% dan 29,58%. Disarankan kepada BIBD Blora Dinas Pertanian, bahwa waktu efektif untuk thawing pada semen beku kurang dari 1 menit (15 30 detik) dengan menggunakan air ledeng yang suhunya berkisar antara 25 30 o C. Daftar Pustaka Adikarta EW dan A Listianawati. 2001. Pengaruh suhu dan waktu penyimpanan semen beku sapi FH post thawing terhadap kualitas sperma post kapasitasi. J. Tropical Animal. Special Edition. (April) 2001: 85 90. Affandhy L, D Pamungkas, DB Wijono, PW Prihandini, P Situmorang, dan WC Pratiwi. 2006. Peningkatan Produktivitas Sapi Potong Melalui Efesiensi Reproduksi. Laporan akhir. Loka Penelitian Sapi Potong. Afiati F, EM Kaiin, M Gunawan, S Said dan B Tappa. 2004 a. Kualitas dan kemampuan hidup sperma beku sapi PO setelah thawing. J. Protein 11 (2): 205 212. Arifin M dan E Rianto. 2001. Profile produktivitas sapi Peranakan Ongole pada peternakan rakyat: Studi kasus di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tropical Animal. Special Edition (April) 2001: 118 123. Boothby D and G Fahey. 1995. A Practical Guide Artificial Breeding of Cattle. Agmedia, East Melbourne Vic 3002. 127 pages. 51

Einarsson S. 1992. Concluding Remarks. In: Influence of thawing method on motility, plasma membrane integrity and morphology of frozen stallion spermatozoa. Bor K, B Colenbrander, A Fazelli, J Pallevliet and L Malmgren (eds.) Theriogenology VI. 48 th. 1997. Pp.531 536. Foote RH and MT Kaproth. 2002. Large batch freezing of bull semen: effect of time of freezing and fructose on fertility. J. Dairy Sci. 85:453 456. Hafez B and ESE Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animals. 7 th Edition. Reproductive Health Center. IVF Andrology Laboratory. Kiawah Island, South Carolina, USA. 509 pages. Handiwirawan E, Nuryadi dan L Hakim. 1997. Pengaruh Lama dan Temperatur Thawing Semen Beku pada Inseminasi Buatan Sapi FH di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid II. Puslitbangnak:311 316. Kaiin EM, M Gunawan, S Said dan B Tappa. 2004. Fertilisasi dan Perkembangan Oosit Hasil IVF dengan Sperma Hasil Pemisahan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Bogor 4 5 Agustus, 2004 : 21 25. Looper M. 2000. Proper Semen Handling Improves Conception Rate of Dairy Cows. College of Agriculture and Home Economic New Mexico State Unv. O Conner, M. 1999. Storing and Handling Frozen Semen. Pennsylvania State Univ. (Webmaster @ cattletoday.com). Riady M. 2006. Implementasi Program Menuju Swasembada Daging 2010. Strategi dan Kendala. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor 5 6 September, 2006. Romjali E, L Affandhy, U Umiyasih, Mariyono, Aryogi, Hartati, dan DE Wahyono. 2007. Laporan Primatani Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Sayoko Y, M Hartono, dan PE Silotonga. 2007. Faktor faktor yang Mempengaruhi Persentase Spermatozoa Hidup Semen Beku Sapi pada Berbagai Inseminator di Lampung Tengah. Kumpulan Abstrak Skripsi Jurusan Produksi Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Selk G. 2002. Artificial Insemination for Beef Cattle. http://www.osuextra.com. (12 Januari 2006). Sitepu P, Santoso, T Chaniago dan T Panggabean. 1996. Evaluasi Produktivitas Ternak Sapi Potong dalam Usaha Tani Tanaman Pangan di Lampung. Prosiding Temu Ilmiah Hasil Hasil Penelitian Peternakan. Puslitbang Peternakan. Hlm: 267 278. Sugiarti T, E Triwulanningsih, P Situmorang, RG Sianturi dan DA Kusumaningrum. 2004. Penggunaan Katalase dalam Produksi Semen Dingin Sapi. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Bogor: 215 220. Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa Bandung. 292 halaman. Walker D, H Ritchie and D Hawkins. 1994. Effective Use of Artificial Insemination in Beef Cattle. Michigan State Univ. Extension. MSU Exention Beef Bull. :16360001, 01/01/94 (Cook@msue.msu.edu.) Wardhani MK, A Musofie, U Umiyasih, L Affandhy, MA Yusran dan DB Wijono. 1993. Pengaruh Perbaikan Gizi terhadap Kemampuan Reproduksi Sapi Madura. Dalam: Komarudin Ma sum et al. (Ed). Prosiding Pertemuan Ilmiah Hasil Penelitian dan Pengembangan Sapi Madura. Sub Balitnak Grati. 164 167. 52