BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEYING (CIV -104)

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

TUGAS ILMU UKUR TANAH 2 TENTANG THEODOLIT. Disusun Oleh : URLY SAFRU Dosen : Ir. Jonizar, M.T / Natawira Hadi Kusuma, S.

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

alat ukur waterpass dan theodolit

Can be accessed on:

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting...

ALAT UKUR SIFAT RUANG (THEODOLITE)

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

PRAKTIKUM PERALATAN SURVEY

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder )

Sipat datar / Levelling/ Waterpassing

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

2/6/2014 PENGUKURAN SUDUT

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada

MAKALAH ILMU UKUR TANAH

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

Pembagian kuadran azimuth

Pertemuan Pengukuran dengan Menyipat Datar. Can be accessed on:

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

Sembilan kolom pada Micrometer Drum Besarnya sama dengan 10 kolom pada Vernier

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

DAIU PEMETAAN PROGRAM STUDI TEKNIK SURVEY DAN PEMETAANI JURUS$I TEKNIK SIPI FAKULTAS TEKNIK TJNIVERSITAS LAMPT]NG I p'r

Materi Praktikum PSDHL Sem Awal 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)

PENGUKURAN SUDUT, BEDA TINGGI DAN JARAK

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

Contohnya adalah sebagai berikut :

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 2

Alat ukur sudut. Alat ukur sudut langsung

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

BUKU BAHAN AJAR SURVEYING 1

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Penyusun

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

BAB III PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAH 2013

DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi BAB I KONSEP PENILAIAN Latar Belakang Tujuan Metoda Penilaian...

PENGUKURAN WATERPASS

5/16/2011 SIPAT DATAR. 1

TEKNIK SURVEI JILID 3 SMK. Iskandar Muda

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 2

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

MODUL RDE - 05: DASAR-DASAR PENGUKURAN TOPOGRAFI

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 3

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

BAB II LANDASAN TEORI

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

DIAL TEKAN (DIAL GAUGE/DIAL INDICATOR)

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGKURAN JARAK DAN SUDUT

DIKTAT KULIAH ILMU UKUR TANAH. Oleh: D.M Priyantha Wedagama, ST., MT., MSc., PhD

K O M P A S. Oleh : Drs. Basuki Soen.

METODA-METODA PENGUKURAN

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab III Pengukuran Sudut

LKS-1 PEMBIASAN CAHAYA PADA KACA PLAN-PARALEL

MODUL PROGRAM KEAHLIAN MEKANISASI PERTANIAN KODE MODUL SMKP2K01MKP

Materi : Bab VII. PENGUKURAN JARAK Pengajar : Danar Guruh Pratomo, ST

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

LAPORAN PEMETAAN DIGITAL

MODUL SIB 06 : PENGUKURAN DAN PEMATOKAN

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 3 : METODE PENGUKURAN JARAK

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

INVENTARISASI DAN PENGELOLAAN PERALATAN LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JEMBER

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

Antiremed Kelas 10 FISIKA

Transkripsi:

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH Untuk mengukur arah dan sudut pada pengukuran tanah alat yang umum digunakan adalah Theodolit, disamping itu juga dapat dipakai untuk mengukur jarak secara optis. Theodolit dibuat dengan berbagai macam jenis dan tipe serta tingkat ketelitian dengan penampilan yang berbeda namun secara umum fungsi dan kegunaannya sama. VI.1. Alat ukur theodolit Theodolit secara garis besar, terdiri dari : 1. Bagian atas, meliputi : a. Teropong b. Linakaran vertikal c. Sumbu mendatar (sumbu II) d. Klem teropong dan penggerah halus e. Alhidode vertikal dan nivo f. Univo teropong 2. Bagian Tenggah, meliputi : a. Kaki penyangga sumbu II b. Alhidade horisontal c. Piringan lingkaran horisontal d. Klem dan penggerak halus horisontal e. Klem dan penggerak halus limbus f. Nivo ahlidade horisontal g. Microskop pembacaan lingkaran horisontal 3. bagian bawah teodolit, meliputi : a. tribrach/ tempat tumpuan sumbu I b. Nivo kotak c. Skrup penyetel ABC d. Plat dasar e. Alat sentring f. Statip Secara skematis, bagian-bagian alat theodolit dapat dilihat pada gambar berikut : Universitas Gadjah Mada 1

Gambar VI.1. Bagian alat ukur teodolit Teropong theodolit digunakan untuk mengamat benda yang jauh agar terlihat dekat, hal ini bisa dilakukan karena pada teropong didalamnya terdapat susunan beberapa lensa, seperti tergambar pada gambar berikut : Gambar VI.6. Irisan teropong lengkap dan diafragma. Universitas Gadjah Mada 2

Keterangan gambar : 1. Lensa obyektif 8. Diafragma 2. Lensa tengah (penjelas bayangan) 9. Lensa okuler 3. Tabung dalam tmepat lensa tengah (2) 10. Sekerup klern/koreksi diafragma 4. Ronsel penggerak (3) 11. Sekerup koreksi nivo teropong 5. Sekerup penghubung tabung teropong 12. Nivo teropong dan tabung okuler 13. Engsel nivo teropong 6. Ring pelindung diafragma a. Tabung okuler 7. Pen pelcpas diafragma b, c, d. Sekerup koreksi diafragma Pada theodolit terdapat pembagian skala baik skala lingkaran horisontal maupun skala lingkaran vertikal. Sistem pembacaan lingkaran horisontal maupun vertikal dibagi dalam empat macam yaitu : 1. Garis lurus 2. Garis lurus dan skala 3. Nonius 4. Mikrometer Beberapa contoh dari sistem pembacaan dapat dilihat pada gambar-gambar berikut : Gambar VI.3. Contoh Sistem Pembacaan Skala Lingkaran Universitas Gadjah Mada 3

Berikut gambar bagian-bagian dari theodolit Femel Kossel yang dapat di lab. Ukur Tanah Gambar VI. 4. Bagian-bagian theodolit Femel Kossel Pada gambar selanjutnya, gambar VI.5 adalah irisan dari theodolit universal wilo Ti. pada gambar tersebut dapat dilihat, arah/jalur dari sinar-sinar sehingga terlihat oleh mata pengamat; demikian pula contoh pembacaan skala micrometer optis pada alat tersebut. Universitas Gadjah Mada 4

Gambar VI.5 theodolit WiIdT1 VI.2. Macam dan klasifikasi theodolit Theodolit dapat diklasifikasikan ats dasar beberapa hal antara lain : 1. Atas dasar konstruksi sumbu I ( Sumbu vertikal ). a. Theodolit repetisi (Sumbu ganda) b. Theodolit reiterasi (Sumbu Tunacial) Gambar VI.6. Theodolit repetisi dan theodolit reiterasi Universitas Gadjah Mada 5

2. atas dasar tingkat ketelitiannya : a. Theodolit ketelitian rendah, bacaan terkecil >- 20" b. Theodolit ketelitian menenggah, bacaan terkecil >_ >_ 1" c. Theodolit teliti < 1". 3. atas dasar ada tidaknya kompas/boussole a. Theodolit boussole/ theodolit kompas b. Theodolit ofset boussole c. Theodolit tanpa boussole 4. atas dasar sistem sentringnya a. Theodolit dengan sentring mekanis/dengan unting b. Theodolit dengan sentring optis c. Theodolit dengan sentring tongkat d. Theodolit dengan sentring laser 5. atas dasar sistem/ piranti bacaannya : a. Theodolit dengan bacaan langsung pada piringan b. Melalui sistem optis Kemajuan teknologi yang pesat saat ini, telah dibuat teodolit laser, teodolit robotik maupun total station yang merupakan gabungan antara alat pengukur sudut dan alat pengukur jarak secara elektronis yang tampilan hasil ukuran sudah secara digital. VI.3. Syarat pemakaian dan pengaturan theodolit Sebuah theodolit harus memenuhi persyaratan pada waktu digunakan untuk melakukan pengukuran; syarat tersebut adalah saling tegak lurusnya sumbusumbu yang terdapat pada theodolit. Gambar VI.7. Sumbu-sumbu pada teodolit. Keterangan gambar : Universitas Gadjah Mada 6

HH : sumbu II atau mendatar /sumbu teropong W : sumbu I atau sumbu vertikal AA : garis arah nivo aihidade vertikal ZZ : arah garis bidik NN : garis arah nivo teropong 1. sekerup koreksi nivo aihidade vertikal 2. sekerup koreksi nivo teropong Adapun syarat-syarat pemakaian tersebut adalah : 1. Sumbu I (W) vertikal 2. Sumbu II (HH) Siku-siku sumbu I 3. Garis bidik (ZZ) siku-siku sumbu II 4. Kesalahan indeks Iingkaran vertikal = 0 Gambar VI.8 Sumbu-sumbu Theodolit yang sating tegak lurus. VI.3.1. Mengatur sumbu I Vertikal Untuk mengatur sumbu I menjadi vertikal di pakai bantuan Nivo kotak dan nivo tabung dengan alat skrup A, B, C. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut : Gambar VI.24. Mengatur nivo kotak dan nivo tabung Universitas Gadjah Mada 7

1. Mengatur nivo kotak Mula-mula gelombang nivo kotak pada kedudukan 1, bawalah gelombang pada kedudukan 2 dengan memutar kemudian dari kedudukan 2, bawalah ke tengah posisi 3 dengan skrup penyetel C. 2. mengatur nivo tabung a. Ietakkan nivo tabung sejajar dengan skrup A dan B (Posisi I) dengan memutar theodolit Sumbu I. b. Seimbang gelembung nivo dengan memutar skrup penyetel A dan B dengan gerak putar berlawanan (lihat tanda panah) c. Putar nivo 180 (posisi II) nivo tetap sejajar AB penyimpangan gelembung nivo di seimbangkan dengan 1 /2 penyimpangan dengan skrup A dan B dan 1 /2 penyimpangan sisanya dengan memutar sekrup koreksi nivo dengan pen kodasi (tanda 0 ). d. Putar nivo tabung 90 terhadap skrup A dan B penyimpangan gelembung nivo yang terjadi, diseimbangkan dengan skrup C. Untuk ceking putarlah nivo sembarang kedudukan apabila gelembung nivo tetap seimbang berarti sumbu I vertikal. Jika terjadi penyimpangan ulangi lagi dari langkah a sampai dengan d. VI. 3.2. Mengatur garis bidik tegak lurus sumbu II Untuk mengatur garis bidik tegak lurus sumbu II diadakan percobaan dengan membidikan teropong pada suatu titik ( misal ujung penangkal petir); misal pada kedudukan teropong BIASA terbaca B pembacaan lingkaran horisontalnya. Kemudian teropong diputar balik dan dibidikan ke titik yang sama, misal terbaca LB. Jika kedua pembacaan tersebut berselisih 180, berarti garis bidik sudah tegak lurus sumbu II. Namun apabila ada beda, maka ada kesalahan sebesar Koreksi ditambahkan pada pembacaan LB dengan memutar sekrup penggerak halus alhidade horisontal. Akibat dari koreksi tersebut teropong tidak menggarah lagi ke titik/ ujung penangkal petir kembalikan arah teropong ke titik dengan cara memutar skrup koreksi diafragma pada teropong arah horisontal. Universitas Gadjah Mada 8

VI.3.3 Kesalahan Indek Lingkaran Vertikal = 0 Kesalahn indek lingkaran vertikal adalah kesalahan titik nol pada lingkaran vertikal, terhadap titik nol sebenarnya. Kesalahan ini disebabkan oleh belum diaturnya nivo alhidade lingkaran vertikal. Pada pembagian skala lingkaran vertikal 1 X 360 maka apabila pembacaan skala lingkaran vertikal pada kedudukan teropong BIASA dan teropong LUAR BIASA berjumlah 360 berarti tidak terdapat kesalahan indek, sedang jika tidak berjumlah 360 berarti terdapat kesalahan indeks. Kesalahan indek P = 180 0 Kesalahan indek sebesar P dapat dikoreksikan pada data ukur atau dengan mengkoreksi pada alat ukur. Cara mengkoreksi pada alat ukur theodolit: 1. Pada theodolit tanpa nivo alhidade vertikal koreksi dilakukan dengan memutar skrup koreksi diafragma vertikal setelah menambahkan P pada pembacaan akhir LB. 2. Pada theodolit yang dilengkapi nivo alhidade vertikal : - dikoreksi pada skrup koreksi diafragma nivo atau - dikoreksi pada skrup koreksi nivo alhidade vertikal. VI.4. Alat Ukur BTM (Boussole Tranche Montagne) Alat ukur BTM adalah alat ukur yang khusus dibuat untuk pengukuran azimuth magnetis. Posisi teropong pada alat BTM tidak dapat diatas sumbu I tetapi disamping (Penempatan Eksentris). Piringan horisontal pada BTM berupa lingkaran berpembagian skala. Untuk mengukur sudut mendatar pada alat BTM (Azimuth), digunakan jarum magnetik. Pembacaan pada skala mendatar digunakan ujung harum magnetik tersebut. Gambar-gambar berikut, memperlihatkan irisan alat ukur BTM, BTM model lama dan BTM tipe baru BUMON. Universitas Gadjah Mada 9

Universitas Gadjah Mada 10

Kerangan gambar: 1. Visioner pembantu pengarah 2. Okuler teropong bidikan. 4. Ronsel pemfokus teropong 3. Nivo tabung teropong 6. Okuler pembacaan piringan 4. sekrup klem gerak vertikal horisontal teropong/sb.ii 8.Okuler pembacaan piringan vertikal 6. Sekrup penyeimbang ABC 10. Sekrup klem jarum magnet 9. Jarum magnet 12.Sekrup klem gerak Hz. (tidak 11.Sekrup gerak halus horisontal terlihat) (tidak terlihat) H = sumbu II V = sumbu I GN = garis arah nivo teropong GB = garis bidik VI. 5. Syarat pengaturan alat ukur BTM 1. Sumbu I vertikal 2. Sumbu II harus mendatar 3. Garis bidik teropong harus tegak lurus sumbu II 4. Kesalahan tidak pada lingkaran vertikal = 0 Pada pengukuran syarat 1, sumbu I vertikal pada dasarnya sama dengan mengatur sumbu I vertikal pada theodolit; yaitu dengan mengatur nivo kotak dan atau nivo tabung. Pada BTM BUMON, tidak terdapat nivo kotak tetapi ada 2 nivo tabung yang terletak di kotak kompas dan sudut saling tegak lurus. Pengaturan kedua nivo, disesuaikan dengan kedudukan ketiga skrup penyetel ABC pada BTM baru, hanya terdapat satu nivo kotak saja. Sehingga dengan mengatur nivo kotak saja, maka sumbu I sudah vertikal. Pengertian kesalahan indek pada lingkaran vertikal pada dasarnya sama dengan pengaturan pada alat ukur theodolit. VI.6 Pengukuran Azimuth Garis Seperti diuraikan diatas, piringan horisontal berskala pada BTM dibagi dalam satuan satu derajad, tetapi dapat dibaca sampai perkiraan setengah derajad. Piringan ini ikut bergerak bersama perputaran sumbu I sedang jarum penunjuk magnet tetap menunjuk ke utara magnetik. Dengan demikian pada saat teropong membidik suatu titik sasaran, maka piringan horisontal kompas ikut bergerak bersama gerakan teropong sedang jarum kompas tetap mengarah utara selatan. Bacaan skala yang ditunjukkan jarum magnet menyatakan besar azimuth garis terukur. Universitas Gadjah Mada 11

Azimuth adalah sudut horisontal yang dimulai dari salah satu ujung jarum magnet, dan diakhiri pada ujung obyektif garis bidik dan besarnya sama dengan angka pembacaan. Gambar VI. 12. Pembacaan Azimuth Pada gambar VI.12 terbaca azimuth garis = 40 VI.7 Macam Azimuth 1. Azimuth selatan timur, dimulai dari ujung selatan jarum magnet, berputar berlawanan dengan jalannya jarum jam dan diakhiri pada ujung obyektif skala Iingkaran search jarum jam. 2. Azimuth selatan-barat, dimulai dari ujung selatan jarum magnet, melalui barat dan diakhiri pada ujung obyektif yang terletak pada garis 180 skala Iingkaran skala lingkaran berlawanan jarum jam. Gambar VI.13. Azimuth selatan-timur (a) dan Azimuth Selatan-barat (b) Universitas Gadjah Mada 12

3. Azimuth utara-barat, dimulai dari ujung utara jarum magnet melalui barat dan diakhiri pada ujung obyektif yang terletak pada garis 0 skala. 4. Azimuth utara-timur, dimulai dari ujung utara magnet, berputar search jarum jam melalui timur dan diakhiri pada ujung obyektif. Skala Iingkaran berlawanan arch ;arum jam. Gambar VI.14. azimuth utara-barat (a) dan azimuth utara-timur (b) Universitas Gadjah Mada 13