PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)"

Transkripsi

1 SIR 06 = PENGUKURAN DAN PEMATOKAN PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Modul ini berisi bahasan tentang penfetahuan tentang dasar-dasar pengukuran, alat ukur dan teknik pengukuran dan pematokan. Pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam menunjang tugas-tugas inspector jalan dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan pekerjaan jalan. Inspeksi pekerjaan jalan dalam rangaka pengawasan pekerjaan jalan dimaksudkan agar hasil pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan spesifikasi dan dokumen kontrak lainnya. Pengukuran dan pematokan merupakan merupakan pekerjaan menetapkan lokasi dan dimensi pekerjaan sesuai ketentuan gambar rencana dan gambar kerja. Ketepatan dalam pengukuran dan pematokan sesuai dengan gambar rencana dan gambar kerja merupakan awal dari keberhasilan pelaksanaan pekerjaan dan kerugian waktu dan biaya akibat kesalahan lokasi dan dimensi pekerjaan akan dapat terhindari. Modul ini disusun berdasarkan dokumen pelaksanaan pekerjaan jalan yang secara umum digunakan oleh penyelenggara jalan. Diharapkan modul ini bermanfaat bagi para pembaca terutama dalam meningkatkan kemampuan pengawasan pekerjaan jalan. -i-

3 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar -ii-

4 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar LEMBAR TUJUAN JUDUL PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) MODEL PELATIHAN : Lokakarya terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu melaksanakan pengawasan dan pelaporan pekerjaan konstruksi jalan untuk memastikan kesesuaian dengan rencana, metode kerja dan dokumen kontrak. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu: 1. Melaksanakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. Melaksanakan Manajemen 3. Mengenal Bahan Jalan 4. Membuat Gambar Teknik 5. Mengenal Alat Berat 6. Melaksanakan Pengukuran dan pematokan 7. Melaksanakan Pekerjaan Tanah 8. Melaksanakan Pekerjaan Drainase 9. Melaksanakan Pekerjaan Perkerasan Jalan 10. Melaksanakan Pekerjaan Beton 11. Melaksanakan Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12. Melaksanakan Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13. Melaksanakan Metode Kerja 14. Menyusun Pelaporan -iii-

5 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar NOMOR DAN JUDUL MODUL : SIR - 06 PENGUKURAN DAN PEMATOKAN TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah modul ini dipelajari, peserta mampu memahami dan memeriksa hasil pengukuran dan pematokan pekerjaan jalan dan memastikan kesesuaian dengan gambar rencana dan gambar kerja. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menjelaskan penggunaan peta-peta, pengukuran horisontal dan pematokan batas lahan lokasi pekerjaaj. 2. Menjelaskan alat ukur penyipat datar. 3. Menjelaskan alat ukur sudut 4. Menjelaskan pengukuran situasi dan trase 5. Menjelaskan penggambaran dan pemetaan 6. Menjelaskan pematokan -iv-

6 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR LEMBAR TUJUAN DAFTAR ISI i ii iv DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road) DAFTAR MODUL PANDUAN PEMBELAJARAN vi iv v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum 1.2. Penggunaan Peta Topografi Dan Foto Udara 1.3. Pengukuran Horizontal 1.4. Pematokan Batas Lahan Kawasan Proyek BAB II ALAT UKUR PENYIPAT DATAR 2.1. Pengetahuan Dasar 2.2. Alat Penyipat Datar 2.3. Data Data Tentang Alat Penyipat Datar Wild BAB III ALAT UKUR SUDUT 3.1. Pengetahuan Dasar 3.2. Jenis Alat Ukur BAB IV PENGUKURAN SITUASI DAN TRASE 4.1. Pengukuran 4.2. Cara Penghitungan 4.3. Menghindari Kesalahan Dalam Pengukuran 4.4. Ketentuan Spesifikasi 4.5. Metode Pengecekan 4.6. Pertanggungan Jawab Untuk Setiap Anggota Surveyor I 1 I 1 I 2 I 2 I 3 II 1 II 1 II 2 II 10 III 1 III 1 III 7 IV 1 IV 1 IV 8 IV 14 IV 23 IV 28 IV 33 -v-

7 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar BAB V PENGGAMBARAN DAN PEMETAAN 5.1. Fungsi Gambar 5.2. Gambar Situasi 5.3. Penggambaran Profil Memanjang 5.4. Penggambaran Profil Melintang BAB VI PEMATOKAN 6.1. Umum 6.2. Titik Kontrol Survai 6.3. Penentuan Elemen-Elemen Struktur 6.4. Pematokan Bersama (Setting Out) V 1 V 1 V 2 V 7 V 10 VI 1 VI 1 VI 1 VI 1 VI 2 RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT -vi-

8 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (Site Inspector of Road) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road). -vii-

9 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : Site Inspector of Roads (SIR) Nomor Modul Kode Judul Modul 1 SIR 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2 SIR 02 Manajemen 3 SIR 03 Bahan Jalan 4 SIR 04 Gambar Teknik 5 SIR 05 Alat Berat 6 SIR 06 Pengukuran dan Pematokan 7 SIR 07 Pekerjaan Tanah 8 SIR 08 Pekerjaan Drainase 9 SIR 09 Pekerjaan Perkerasan Jalan 10 SIR 10 Pekerjaan Beton 11 SIR 11 Pekerjaan Bangunan Pelengkap dan Perlengkapan Jalan 12 SIR 12 Pemeliharaan Jalan Darurat dan Pengaturan Lalu Lintas 13 SIR 13 Metode Kerja 14 SIR 14 Teknik Pelaporan -viii-

10 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar PANDUAN INSTRUKTUR A. BATASAN NAMA PELATIHAN : Pelatihan Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Road ) KODE MODUL : SIR-06 JUDUL MODUL : PENGUKURAN DAN PEMATOKAN DESKRIPSI : Modul ini menguraikan penggunaan peta-peta, pengukuran horisontal dan pematokan batas lahan lokasi pekerjaan, alat ukur penyipat datar, alat ukur sudut, pengukuran situasi dan trase, penggambaran dan pemetaan, pematokan. TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 2 (Dua) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit) -ix-

11 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar B. RENCANA PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan, Bab I Pendahuluan Menjelaskan dan menguraikan tentang : Tujuan instruksional umum(tiu) dan Tujuan instruksional khusus (TIK) Pendahuluan Penggunaan peta topografi dan foto udara Pengukuran horizontal Pematokan batas lahan kawasan proyek Waktu :10 menit 2. Ceramah : Bab II Alat Ukur Penyipat Datar Menjelaskan dan menguraikan tentang: Pengetahuan dasar Alat penyipat datar Data data tentang alat penyipat datar WILD Waktu : 15 menit 3. Ceramah : Bab III Alat Ukur Sudut Menjelaskan dan menguraikan tentang : Pengetahuan dasar Jenis alat ukur Waktu : 10 menit 4. Ceramah : Bab IV Pengukuran Situasi dan Trase Menjelaskan dan menguraikan tentang: Pengukuran Cara penghitungan Menghindari kesalahan dalam pengukuran Ketentuan spesifikasi Metode pengecekan Pertanggungan jawab setiap anggota surveyor Waktu : 20 menit 5. Ceramah : Bab V Penggambaran dan Pemetaan Menjelaskan dan menguraikan tentang: Fungsi gambar Gambar situasi Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas. Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila OHT OHT OHT OHT OHT -x-

12 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG Penggambaran profil memanjang Penggambaran profil melintang Denah perencanaan drainase Potongan memanjang saluran Gambar detail Gambar perencanaan traffic engineering Gambar standard Waktu : 20 menit 6. Ceramah : Bab VI Pematokan Menjelaskan dan menguraikan tentang: Umum Titik kontrol survai Penentuan elemen-elemen struktur Pematokan bersama (setting out) Waktu : 15 menit perlu Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif Mencatat hal-hal yang perlu Mengajukan pertanyaan bila perlu OHT -xi-

13 Modul SIR-06 : Pengukuran dan Pematokan Kata Pengantar 2. -xii-

14 Bab I : Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Untuk mengelola sesuatu pekerjaan pengukuran membutuhkan ketelitian dan keakurasian dengan baik, maka dibutuhkan suatu gambaran dari obyek yang akan dikerjakan; baik gambaran yang sederhana, seperti denah maupun gambaran yang teliti dan baik seperti peta topografi. Begitu pula dalam survey pembukaan lahan untuk daerah pemukiman baru, pembuatan jalan dibutuhkan peta topografi saja, juga foto udara pun telah lebih banyak digunakan sebagai pengganti peta topografi; terutama untuk daerah yang belum dipetakan atau tidak ada peta topografinya menurut skalanya yang diminta. Jadi, foto udara dan peta fotografi merupakan salah satu di antara beberapa alat di dalam survei. Sehingga hasil pekerjaannya akan memberikan data lapangan yang lengkap dan benar serta tepat pada waktunya, yang penting tidak perlu diadakan ulangan survei. Survei pada umumnya dapat dibagi menjadi beberapa tahap, seperti : Survei Penelitian Lapangan, Survei Pendahuluan, Survei Lokasi dan Survei Konstruksi. Meskipun pekerjaan survei pembukaan tanah untuk daerah pemukiman baru dapat dibagi menjadi beberapa tahap, tapi pada dasarnya pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan dan meletakkan titik-titik kontrol horisontal dan vertikal. 2. Mengadakan pengukuran sifat datar dan pengukuran topografi. 3. Pematokan batas lahan pemilikan dan pematokan untuk perencanaan jalan. 4. Pematokan untuk pekerjaan konstruksi dan kuantitas pekerjaan. 5. As-built survey Guna mendapatkan hasil yang baik dari pekerjaan tersebut di atas, kita harus mempunyai ketentuan-ketentuan dan spesifikasi setiap pekerjaan sehingga setiap kesalahan yang dibuat akan dengan mudah dapat dikontrolnya. Sebetulnya dengan ketentuan dan spesifikasi itu bukan merupakan jaminan untuk mendapatkan hasil yang baik, jika pekerjaan itu dikerjakan oleh tenaga yang belum terdidik dan berpengalaman. Hal ini pun masih belum sempurna bila tidak diimbangi dengan peralatan yang baik dan mutakhir. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan keberhasilan di dalam pekerjaan survei, paling sedikit harus dapat terpenuhi sembilan puluh prosen dari ketentuan-ketentuan yang diminta. I-1

15 Bab I : Pendahuluan 1.2 PENGGUNAAN PETA TOPOGRAFI DAN FOTO UDARA Peta topografi yang digunakan di dalam survei, biasanya berskala besar dengan interval garis ketinggian tidak boleh lebih dari 2 m. Di dalam peta topografi biasanya terdapat tanda-tanda (simbul) titik pasti nasional (triangulasi). Bila proyeksi peta topografi itu adalah proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) dan jika di dalam peta itu tidak terdapat simbul triangulasi, karena proyeksi Universal Transverse Mercator untuk Indonesia telah diselaraskan dan dikaitkan dengan jaringan titik-pasti nasional (titik triangulasi). Dengan kata lain, tiap sudut peta topografi yang berproyeksi UTM mempunyai koordinatnya. Dengan demikian di dalam survei penelitian lapangan yang menggunakan peta topografi dengan proyeksi UTM, kita sudah dapat menentukan di mana letak titik-titik kontrol kedua, yang akan dibuatnya dan memperhitungkan pekerjaan selanjutnya. Sedangkan ketinggian dari sesuatu tempat sudah dapat dibaca dari garis ketinggian (contour) pada peta itu. Foto udara dipakai dalam survey adalah sebagai pengganti peta topografi, apabila daerah yang akan dibuka untuk daerah pemukiman itu tidak ada peta yang teliti dan baik. Kalau foto udara itu dibuat sebelum adanya rencana pembukaan daerah baru, maka titik-titik kontrolnya berdasarkan bangunan permanen yang ada dan diketahui tingginya. Kalau foto udara itu dibuat berdasar perencanaan, maka sebelum mengadakan pemotretan pada daerah yang akan dibuka; terlebih dahulu harus dibuatkan titik-titik kontrol yang diketahui koordinat dan ketinggiannya sepanjang jalur penerbangan dengan jarak interval setiap 5 km. Titik-titik kontrol itu diberi tanda supaya dapat terlihat jelas nantinya difoto, biasanya berujud garis silang besar dengan warna putih, besarnya tergantung kepada ketingian terbangnya pesawat. Di atas mozaik foto udara tadi digambarkan batas-batas kawasan proyek yang akan dibangun berdasarkan titik kontrol tadi. Dengan bantuan alat foto grammetris; maka sudah dapat dibuat peta detail yang dapat digunakan dalam memperhitungkan pekerjaan konstruksi selanjutnya. Jika ingin mendapatkan ketelitian yang sempurna, sebaiknya menggunakan peta topografi dan foto udara. 1.3 PENGUKURAN HORISONTAL PENGUKURAN HORISONTAL BERDASARKAN GARIS TRAVERS Apabila foto udara yang dipakai untuk menentukan lokasi dan sebagai pendahuluan design, maka titik kontrol hendaklah diletakkan di tempat yang tinggi untuk daerah perbukitan dan untuk daerah datar dibuatkan tugu. I-2

16 Bab I : Pendahuluan Surveyor kemudian akan membuat lokasi dari titik-titik ini dengan pertolongan titik triangulasi dengan menggunakan pesawat theodolite yang teliti. Dari foto udara dan garis travers, batas kawasan tanah proyek yang sebenarnya sudah dapat ditentukan; kemudian akan diukur jaraknya sambil membuatkan reference point (titik petunjuk). Titik petunjuk ini gunanya untuk menentukan kembali letak/patok, mengingat bahwa kemungkinan besar patok batas kawasan proyek rusak dan hilang besar sekali. Ketelitian dalam mengukur garis kaki travers sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi persyaratan yang diminta untuk pembuatan peta detail. Garis travers digunakan apabila sebuah proyek melalui suatu daerah yang masih perawan, di mana daerah ini sedikitnya penghubung, daerah berawa dan perbukitan. Apabila pengukuran vertikal digunakan dengan garis travers, maka vertikal kontrol itu adalah sementara. Adalah tidak pada tempatnya untuk memasang vertikal tetap, apabila garis sumbu ukur belum diketahui letaknya. Meskipun begitu moment bench mark hendaklah diletakkan cukup dekat dengan garis travers, mudah didekati dan letaknya tidak lebih dari satu kilometer jaraknya dari garis travers. Bench mark ini harus memenuhi persyaratan yang diminta untuk survey pembukaan lahan untuk daerah pemukiman. 1.4 PEMATOKAN BATAS LAHAN KAWASAN PROYEK Dari hasil pengukuran triangulasi atau polygon yang ditunda dengan berdirinya monument kontrol, maka batas tanah kawasan proyek sudah dapat ditentukan dan dihitung luas arealnya. Sebetulnya pekerjaan pengukuran hak batas tanah milik merupakan pekerjaan dari pengukuran kadaster (cadastral surveying), meskipun prosedur kerjanya tiada berbeda dengan pengukuran pada umumnya. Perbedaannya hanya terdapat dalam mencatat data perbatasan hak milik (boundary description). Boundary description ini adalah sangat penting dalam hubungannya dalam hubungannya dengan harta tanah dan faktor ekonomi lainnya. Karena dengan hilangnya data mengenai batas tanah milik, maka seseorang akan mendapatkan kesukaran dalam menggugat orang lain bila diketahui tanahnya telah diserobotnya. I-3

17 Bab II : Alat Ukur Sudut BAB III ALAT UKUR SUDUT 3.1. PENGETAHUAN DASAR Gambar 16 Dengan alat ukur sudut (teodolit) kita dapat mengukur sudut arah ke dua titik atau lebih dan sudut curaman terhadap bidang yang horisontal pada titik pembacaan. Akan terdapat pada tiap-tiap titik suatu sudut horisontal dan suatu sudut vertikal. Pada gambar 43 titik O menjadi titik pembacaan. Dari titik itu kita membidik titik P 1, P 2, dan P 3. garis sumbu kedua dengan teropong teodolit berada pada bidang yang horisontal yang melalui titik O. kemudian dapat kita mengukur sudut arahnya antara titik P 1 dan titik P 2 sebesar a 1-2 dan antara titik P 2 dan titik P 3 sebesar a 2-3. sebagai sudut vertikal kita tentukan kecuraman antara garis bidik dan bidang yang horisontal. Karena garis garis bidik ke titik P 1 dan titik P 2 diletakkan sebelah atas di bidang yang horisontal, maka sudut vertikal B 1 dan B 2 menjadi positif. Garis bidik ke titik P 3 berada di sebelah bawah bidang yang horisontal, maka sudut vertikal B 3 manjadi negarif. O - P 1, O - P 2 dan O - P 3 menjadi proyeksi horisontal dari jarak O - P 1, O - P 2 dan O - P 3 menjadi proyeksi horisontal dari jarak O - P 1, O - P 2 dan O - P 3 yang sebenarnya. Jikalau kita mengetahui ukuran jarak yang sebenarnya, maka dengan bantuan nilai sudut vertikal dapat kita tentukan ukuran horisontal O - P 1 dan perbedaan tingginya P 1 - P 1, yang menjadi sama dengan beda tinggi O dan P 1 dsb. Pada penggunaan sistim koordinat dan penggambaran, peta-peta kita hanya boleh memakai proyek-proyeksi horisontal ini saja. Ketelitian pembacaan sudut tergantung antara lain dari garis tengah lingkaran horisontal berskala dan garis tengah lingkaran vertikal berskala yang menjadi perlengkapan III-1

18 Bab II : Alat Ukur Sudut teodolit. Akan tetapi garis tengah lingkaran berskala menentukan juga ukuran dan beratnya alat penyipat ruang karena perlengkap nilainnya seperti pelat statif, teropong dsb. Juga harus sesuai dengan lingkaran berskala itu. Tuntutan atas ketelitian pengukuran sudut berbeda sekali, jikalau kita perhatikan semua kemungkinan pada pengukuran sudut. Karena itu alat-alat ukur sudut berbeda juga. Supaya kita dapat menilai tuntutan itu dengna baik, dan sekaligus menambah pengertian pengukuran sudut, maka bagian ini menerangkan dasar- dasarnya. Pada daerah yang luas (wilayah, pulau) kita memerlukan sebagai dasar suatu jaringan dengan titik-titik tertentu dengan membuat kerangka utama, misalnya dengan triangulasi yang akan memungkinkan suatu penentuan topografis yang teliti sekali. Dasarnya menjadi triangulasi dan dengan membuat kerangka cabang misalnya dengan poligan JARINGAN SEGI-TIGA (TIANGULASI) Prinsip triangulasi menjadi sederhana sekali. Jikalau pada suatu segitiga diketahui panjangnya sebuah sisi dan dua sudut, dapat kita tentukan semua nilai-nilai lainnya. Jikalau dapat kita mengukur sebuah sisi dan tiga sedut maka kita mendapat suatu kontrol, karena jumlah tiga sudut selalu harus menjadi Gambar 17 Jikalau kita menentukan suatu basis A B yang relatif pendek tetapi diukur dengan teliti sekali, dan kemudian menentukan sudut-sudut ke titik C dan titik D, maka dapat kita menghitung ukuran jarak C D dan tempat dua titik itu pada suatu sistem koordinat, III-2

19 Bab II : Alat Ukur Sudut seperti terlihat pada gambar 44 di atas. Dengan cara yang sama dapat kita menentukan titik E dan titik F dengan mengambil garis C D sebagai basis. Sistem pembesaran basis ini kita lakukan terus menerus sampai kita mendapat sisi-sisi segitiga yang seimbang dengan triangulasi primer. Kemudian daerah (wilayah, pulau) yang diperhatikan, dibentangi oleh suatu jaringan segitiga dengan panjang sisi masingmasing antara 30 km dan 100 km seperti terlihat pada gambar 17 berikut. Dengan meletakkan beberapa tugu/stasiun astronomi yang terbagi tepat di daerah yang diperhatikan, dapat kita menentukan peletakan jaringan segitiga ini secara astronomis maupun secara geografis. Pada jaringan triangulasi di pulau Jawa terdapat tiga buah basis yaitu Basis di Simplak dekat Bogor untuk Jawa Barat, Basis Logantung dekat Demak untuk Jawa Tengah dan Basis Tangsil dekat Bondowoso untuk Jawa Timur Basis Simplak diukur dari 12 Juli hingga 1 Nopermber 1873 di bawah pimpinan Porf. Oudemans sendiri. Dalam 114 hari kerja diukur jarak 3915 m pulang pergi, sehingga ratarata satu hari diukur jarak 70 m. Panjang basis ada 3887,710 m. untuk membayangkan ketelitian ukuran basis ini dapat diterangkan bahwa kesalahan rata-rata ukuran basis ini ada 2.33 mm atau 1 : dari panjang basis. Basis Longantung letaknya di daerah yang datar dan diukur dari 16 Juli s/d 24 September 1874, di bawah pimpinan Ir. Woldringh. Ukuran ini dilakukan dengan menggunakan pengalaman di Simplak. Basis yang lurus ini panjangnya 4175 m dan diukur pulang pergi dalam 71 hari, dengan pukul rata 134 m tiap tiap hari. Kesalahan rata-rata ukuran basis ini ada 0,464 mm atau 1 : dari panjangnya basis. Basis Tangsil yang panjangnya 3040 m diukur di bawah pimpinan Ir. Scaters dari 20 Agustus s/d 27 Oktober seluruh basis diukur pulang pergi dalam 61 hari kerja dengan pukul rata 166 m tiap-tiap hari. Kesalahan rata-rata ukuran basis ini ada 0,609 mm atau 1 : dari panjang basis. Untuk triangulasi Sumatera Barat dibuat basis dekat Padang. Basis ini hanya diukur dengan rantai pada tahun 1883, karena tidak ada alat ukur basis. Triangulasi Sumatera Bagian Timur memakai basis di Sampun. Kemudian dengan menggunakan segitiga yang lebih kecil kita mendapatkan titik/tugu sekunder dan selanjutnya tugu tertier dan tugu kwarter. Akhirnya kita mempunyai 1 s/d 3 titi /tugu per km 2, jikalau penentuan tugu pada daerah yang diperhatikan sudah dipenuhi sampai dengan tugu kwarter. III-3

20 Bab II : Alat Ukur Sudut Gambar 18 Dengan menggunakan Wild Distomat DI 50 dapat kita mengukur jarak secara elektro optis s/d 150 km jauhnya dengan ketelitian 10 cm dan cara ini dinamakan trilaterasi. Pada prakteknya sering juga kita menggunakan dua metode ini bersama-sama. Pada pengukuran tinggi trigonometris kita juga memperhatikan beda tinggi antara dua titik, karena pada triangulasi atau jaringan segitiga dalam bidang kita hanya menentukan jarak horisontal antara dua titik tertentu. III-4

21 Bab II : Alat Ukur Sudut RANGKAIAN SEGI BANYAK (POLIGON) Gambar 19 Walau pada suatu lapangan sudah ada triangulasi sampai dengan tugu kwarter, tetapi kerapatan titik-titik tertentu belum memungkinkan penggambaran peta berdetail. Kita harus melakukan suatu penyipatan dalam ruang yang lebih rapat. Prinsip yang digunakan bukan lagi triangulas, melainkan suatu rangkaian segi banyak. Kita menghubungkan dua titik/tugu triangulasi dengan suatu deretan titik dengan menentukan jarak dan sudut masing-masing seperti terlihat pada gambar 19 di atas. Karena titik pertama dan titik berakhir menjadi tugu triangulasi maka perhitungan rangkaian segi banyak dapat dikontrol. Dengan alat-alat pegukur jarak yang modern penentuan jarak menjadi sama pentingnya dengan penentuan sudut. Sesudah kita sekarang menentukan dan mengontrol dasardasar penyipatan kita mulai dengan penentuaan detail-detail untuk menggambarkan peta. Hal ini dapat dilakukan dengan macam-macam yang akan dibicarakan. Pada banyak negara triangulasi dapat diganti dengan bantuan alat pengukur jarak secara elektronis yang dilengkapi dengan fotogrametri udara JENIS ALAT UKUR JENIS TEODOLIT Atas dasar apa yang sudah dibicarakan sampai saat ini dapat kita fahami bahwa penyusunan alat teodolit harus ada dua macamnya sesuai dengan penggunaannya. Triangulasi membutuhkan alat ukur sudut dengan kemungkinan pembacaan sudut seteliti mungkin. Alat ukur sudut ini dinamakan teodolit reiterasi atau teodolit setik/sekon. Pada poligon dan penyipatan detail ketelitian pembacaan sudut 1/10 memenuhi kebutuhan jikalau ada kemungkinan mengukur jarak secara optis. Pada dua-duanya ketelitian tergantung pada tiga faktor: alat ukur sudut, cara pengukuran/ penyipatan dan cara mengatasi kesalahan-kesalahan. Sebelum kita berlatih dengan contoh-contoh pengukuran sudut dsb, kita harus memperhatikan pengaruh pengaruh itu. III-5

22 Bab II : Alat Ukur Sudut Gambar 20 III-6

23 Bab II : Alat Ukur Sudut Suatu alat ukur sudut terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: bagian bawah yang tidak dapat begerak dengan pelat dasar berkaki tiga, bagian atas yang bisa bergerak dan teropong. Pelat dasar berkaki tiga dipasang diatas stabtif dan dihorisontalkan dengan bantuan nivo kotak. Pada teodolit yang sederhana dan agak tua pada pelat dasar ini juga dipasangkan lingkaran horisontal berskala seperti terlihat pada gambar 20 di atas. Pada alat ukur sudut yang lebih modern lingkaran horisontal berskala dapat distel juga. Pada bagian atas (alhidate) yang dapat berputar pada garis sumbu pertama (vertikal) dipasangkan kaki penyangga dengan sumbu kedua (horisontal) yang dilengkapi) dengan teropong (garis bidik) dan lingkaran vertikal berskala. Alhidade juga mempunyai alat pembaca lingkaran horisontal berskala. Bagian bahwa dapat dihorisontalkan kira-kira saja dengan nivo kotak akan tetapi kemudian ditelitikan dengan nivo alhidade. Dengan bantuan sebuah anting (lot) dapat kita letakkan alat ukur sudut pada titik/tugu dasar. Lingkaran vertikal berskala dapat kita horisontalkan dengan nivo indeks atau secara automatis dengan sebuah kompensator. Dengan memutar teropong pada sumbu pertama atau sumbu kedua kita dapat membidik tiap tiap arah tertentu dalam ruang dan dengan klem dan sekrup pada suatu titik sembarang dalam ruang. Pada teodolit repetisi lingkaran horisontal berskala dapat diputar pada sumbu pertama. Karena itu sumbu pertama harus dibuat demikian rupa, sehingga menjadi suatu sumbu rangkap. Dapat juga kita pilih pembacaan lingkaran horisontal berskala misalnya sehingga pada waktu menyipat titik A membacaan menjadi O O dsb. Dengan keterangan mengenai penyusunan alat ukur sudut yang singkat ini kita akan memeprhatikan lebih teliti teodolit teodolit yang lebih modern. Teodolit modern didasarkan pada pengalaman, bahwa teodolit kini menjadi berat, pembacaan lingkaran horisontal dan vertikal makan waktu dan memenatkan terutama pada pekerjaan triangulasi pada lapangan yang sulit dengan teodolit reiterasi. Heinrich Wild yang mengalami kesulitan ini sendiri pada pekerjaan di lapangan, mengatur kesulitan ini dengna jiwa penelitinya yang genial: ia membangun teodolit universil Wild T2 pada tahun TEODOLIT UNIVERSIL WILD T2 Pada pembuatan alat ukur sudut ini pertama kali digunakan lingkaran-lingkaran dari kaca dan sistim pembacaan secara optis. Sistim pembacaan ini menghubungkan dua lingkaran tsb. Pada satu bayangan yang dapat dibaca sekaligus pada mikroskop yang berada di samping okuler teropong, dan yang dinamakan mikroskop koinsidensi. Pembacaan yang disatukan dalam satu okuler menjadi pembacaan rata-rata yang dahulu didapatkan dari dua. III-7

24 Bab II : Alat Ukur Sudut Gambar 21 Pembacaan untuk menghindari kesalahan exsentrisitas lingkaran. Dengan pembangunan teodolit modern semacam ini baru timbul kemungkinan memasang bagian-bagian yang peka ke dalam alat ukur sudut dan konstruksi itu memungkinkan bentuk teodolit yang kompak dan stabil. Kemungkinan pembidikan dan pembacaan kedua lingkaran berskala dari satu titik tegak berarti tidak hanya menghemat waktu, melainkan juga ketelitian pembacaan yang lebih tinggi. Pembacaan koinsidensi pada teodolit Universil Wild T2 dapat dilakukan seperti berikut : III-8

25 Bab II : Alat Ukur Sudut Gambar 22 Dalam bidang pandangan mikroskop pembaca timbul pada segiempat atas lingkaran kiri dan kanan berskala. Skala-skalanya timbul seperti dibagi oleh garis halus (lihat gambar 22). Jarak antara dua garis skala itu berarti 20 (20 C ). suatu putaran teropong mengakibatkan suatu gerakan berlawanan pada kedua bayangan lingkaran. Kalau kita ambil sebagai dasar pemaduan koinsidensi pada gambar 22 dan kita putar teropong, maka garis sebelah atas garis sebelah bawah bergerak berlawanan. Kita akan mendapatkan sesudah suatu putaran sebesar 10 (10 C ) suatu pemaduan koinsidensi (pertemuan pada tengah tengah jalan ). Sehingga kita dapat tiap-tiap 10 (10 C ) suatu koinsidensi. Teodolit ini sekarang dilengkapi dengan sebuah mikrometer optis yang berskala 1 (1 CC ) pada jangkanan 10 (10 C ), yang menggeser dua lingkaran tsb. Di atas secara optis sampai terjadi pemaduan koindensi. Nilai pergeseran optis ini sampai koinsidensi pada tengah-tengah jalan dapat kita baca di mikroskop pada skala mikrometer sebagai nilai rata-rata kedua pergeseran lingkaran (atas dan bawah). Pada bayangan tengah kita sekarang dapat membaca derajatnya ( O ) sedang pada V indeks nilai puluhan menit. Pada contoh ini misalnya Pada skala mikrometer pada bayangan sebelah bawah dapat kitabaca menit dan detik/sekon, misalnya 2 44 (224 CC ). Akhirnya pembacaan seluruhnya menjadi pada contoh ini ( ). Pembacaan pada lingkaran horisontal berskala dan pada lingkaran vertikal berskala menjadi sama. Sesuai dengan pengaturan tombol pemilihan pembacaan lingkaran berskala dapat kita baca dalam mikroskop: lingkaran horizontal (Hz) yang kuning dan lingkaran vertikal (V) yang putih. Tentu saja pemaduan koinsidensi harus dicari pada dua duanya. Karena alat ukur sudut ini dilengkapi dengan indeks tingginya yang automatis, maka pembacaan lingkaran vertikal berskala dapat dibaca langsung. III-9

26 Bab II : Alat Ukur Sudut TEODOLIT WILD T3 Gambar 23 Teodolit wild T3 juga dilengkapi dengan pembacaan koinsidensi. Hanya jarak antara dua garis pada skala skalanya berarti 4 sehingga pada tiap-tiap 2 timbul satu koinsidensi. Karena skala mikrometer dibagi 1200 maka berarti ketelitiannya 0,1. Pada contoh gambar 23 sebelah atas kita baca, mulai dari kiri, sampai angka yang terbalik sebelah atas dan yang selisihnya 180 0, dapat kita menghitung 13 jarak bernilai 2 maka hasilyang kita dapat ialah Pada skala mikrometer sebelah bawah kita baca 1 59, 6 maka pembacaan seluruhnya berarti ,6. Pembacaan lingkaran vertikal berskala dapat kita lakukan dengan cara yang sama, sesudah nivo indeks disetel TEODOLIT REPETISI DAN TEODOLIT TACHIMETRI Pada teodolit repetisi dan teodolit tachimetri mikroskop pembacaan juga dipasangkan di samping okuler teropong. Pembacaan hanya dilakukan pada satu bagian lingkaran berskala karena pengaruh exsentrisitas lingkaran pada jarak bidik yang pendek pada penyipatan detail amat kecil, dan jika perlu dapat diabaikan dengan mengkukur sudut pada dua posisi teropong. Ketelitian pembacaan dengan + 0,1 biasanya cukup pada teodolit repetisi atau teodolit tachimetri. III-10

27 Bab II : Alat Ukur Sudut Gambar 24 Pada bidang pandangan mikroskop pembacaan pada mikroskop skala dapat kita lihat sekaligus lingkaran horisontal berskala (Hz) sebelah bawah dan lingkaran vertikal (V) sebelah atas seperti terlihat pada gambar 24 kiri. Pada kedua lingkaran setiap derajat terbagi. Bagian yang akan dibaca pada mikroskop diproyeksikan pada suatu pelat kaca yang di bagi atas 60 (100 C ) demikian rupa, sehingga pada contoh ini dpaat dibaca pada Hz (pada lingkaran horisontal berskala) 55,6 (pada pelat kaca berskala). Skala teodolit wild T 16 dengan indeks automatis dan teodolit diagram tachimeter Wild RDS dilengkapi dengan mikroskop skala. Gambar 25 Pada bidang pandangan mikroskop pembacaan terlihat juga di sini lingkaran Hz dan lingkaran V bersama-sama seperti terlihat pada gambar 25 kiri. Dengan putaran tombol mikrometer pada kaki penyangga kanan kita menggeser dua garis tipis sehingga mengapit satu garis derajad dari lingkaran berskala. Pergeseran dapat dibaca sebelah kanan pada contoh ini misalnya lingkaran horisontal berskala Hz = ,6. Pembacaan lingkaran vertikal berskala dapat disetel dengan tombol mirometer. Kemudian dengan III-11

28 Bab II : Alat Ukur Sudut cara pembacaan ini kita dapatkan pada teodolit mikrometer Wild T1 dengan indek automatis TEODOLIT KOMPAS WILD T0 Gambar 26 Untuk penyipatan dengan ketelitian yang tinggi di hutan atau pada ekspedisi-ekspedisi kita menggunakan teodolit kompas Wild T0. alat ukur sudut ini dilengkapi dengan lingkaran horisontal berskala yang berputar bebas dan jarum magnit yang selalu menunjuk ke utara (kutub utara magnetis). Karena lingkaran ini bersifat exsentris dan adanya peralaks, maka di sini juga diadakan pembacaan koinsidensi seperti dibicarakan pada teodolit iniversil Wild T2, lihat juga Gambar 26 di atas. Derajat-derajat kita baca dari bawah kiri ke atas kanan dan menit-menit pada indeks teromol mikrometer, pada contoh ini Pembacaan lingkaran vertikal dilakukan sesudah nivo indeks disetel pada kedua bagian lingkaran yang dicerminkan dia metral tanpa koinsidensi. Derajat-derajat dan puluhan menit dapat dibaca, menit-menit diperkirakan. III-12

29 Bab II : Alat Ukur Sudut TEODOLIT WILD T05 Gambar 27 Untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan dsb. Dengan ketelitian menit kita dapat menggunakan teodolit Wild T05 yang sangat ekonomis. Skala pada lingkaran horisontal dan lingkaran vertikal berskala dibuat 10 (10 C ) dan dapat diperkirakan ada 1 (1 C ). teodolit ini dilengkapi dengan penerangan lingkaran-lingkaran dengan batu baterei yang akan hidup selama 30 sekon jikalau ditekan tombolnya. Perlengkapan tersebut memungkinkan juga penggunaan alat ukur sudut ini di dalam gedung-gedung yang agak gelap. Sebagai tambahan perlengkapan dapat juga dipasang suatu nivo tabung khusus yang memungkinkan penggunaan teodolit ini sebagai alat penyipat datar BAGIAN DARI ALAT UKUR SUDUT a. Nivo tabung koinsidensi Nivo indeks pada teodolit Wild T3 dan teodolit diagram tachimeter Wild RDS adalah nivo tabung koinsiden, Pembacaan lingkaran vertikal baru dapat dilakukan sesudah gelembung di koinsidensi kan dengan bantuan tombol pengatur nivo. Untuk III-13

30 Bab II : Alat Ukur Sudut membedakan dengan sekrup sekrup lain yang berkelar kelar sekrup ungkit tabung dibuat bergerigi. a) Bayangan teropong Gambar 28 Pada teropong astronomi teodolit kompas Wild T0 dan teodolit Wild T3 bayangan objek pada diafragma terbalik seperti terlihat pada gambar 28 di atas. Bayangan objek kita perhatikan melalui okuler teropong, yang bertindak sebagai kaca pembesar. Hampir semua teodolit Wild dilengkapi dengan suatu sistim prisma yang memungkinkan tercapainya bayangan objek yang tegak (teropong bumi). Gambar 29 Pada diafragma juga ada benang-silang yang pada suatu pelat kaca seperti sudah diterangkan terdapat perbedaan, bahwa pada teodolit bagian bahwa benang vertical terdiri dari dua garis sejajar (1) seperti terlihat pada Gambar 29 di atas. Perlengkapan ini memungkinkan menyetel teropong tajam juga pada sasaran yang agak jauh atau III-14

31 Bab II : Alat Ukur Sudut berukuran gemuk. Semua benang-silang teodolit di lengkapi dengan benang stadia (3) kecuali teodolit Wild T3. Penyetel teropong tajam pada sasaran kita lakukan dengan memutar gelang penyetel fokus dan pada teodolit diagram tachimeter Wild RDS dan teodolit Wild T05 dengan sekrup penyetel fokus. b) Medan pandangan (gezichtaveld) Medan pandangan suatu teropong merupakan bidang lingkaran. Garis tengahnya tergantung dari jarak titik api F dangaris tengah diafragma. Makin pendek jarak titik api makin besar sudut penglihatan B pada gari tengah diafragma a yang tetap, seperti terlihat pada gambar 29. Garis tengah medan pandangan kita tentukan biasanya dalam 0 00 (m per km). Pada gambar 29 di atas kita lihat garis tengah medan pandangan pada teodolit wild masing-masing. c) Pembesaran Pembesaran teropong sudah diterangkan pada bab (bagian-bagian alat penyipat datar). Gambar 30 kiri memperlihatkan perbedaan pembesaran teropong pada teodolit Wild masing-masing pada suatu rambu ukur dengan jarak tetap. Gambar PEMILIHAN TEODOLIT YANG COCOK Dalam praktek kita mencoba mencapai ketelitian yang diperlukan dengan waktu dan pekerjaan yang sesedikit mungkin. Syarat ini dapat kita penuhi dnegan pemilihan alat ukur sudut yang cocok dan pengaturan penyipatan yang praktis. Data-data alat ukur sudut yang akan digunakan harus seimbang dengan tugasnya. Tugas-tugas yang akan dilakukan dengan alat ukur sudut sudah harus diperhatikan pada waktu membeli alat itu. Pada prinsipnya teodolit-teodolit dapat dibagi atas tiga golongan seperti dapat dilihat pada tabel berikut: III-15

32 Bab II : Alat Ukur Sudut Golongan I II III Tipe T05 T0 T1 T16 RDS T2 T3 Ketelitian yang dapat diperkirakan Menjadi sebanyak 1 cm atas 1 Kira kira 30 m M 1 2 Km Km Perbedaan ketelitian antara tiga golongan ini menjadi besar. Golongan I sebaiknya digunakan pada pekerjaan-pekerjaan penyipatan yang sederhana dengan keterangan, bahwa tipe T0 dilengkapi dengan kompas. Golongan II terdiri dari teodolit tachimetri dan teodolit poligon. Jarak bidik biasanya sampai dengan 150 m. alat penyipat ruang ini cocok pada pekerjaan penyipatan detail pada lapangan terbatas, dan pada triangulasi dengan T3 pada riangulasi primer sampai 60 km dan T2 yang ringan itu pada pekerjaan triangulasi sekunder dan tersier. III-16

33 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan BAB V PENGGAMBARAN DAN PEMETAAN 5.1. FUNGSI GAMBAR Gambar secara garis besar mempunyai 3 fungsi, yaitu : Sebagai alat untuk menyampaikan informasi Untuk menyimpan data atau sebagai arsip Sebagai bahasa teknik ALAT PENYAMPAIAN INFORMASI Sebagai contoh ada satu bundel gambar perencanaan bangunan gedung yang dibuat oleh seorang perencana. Dalam gambar tersebut seorang perencana menyampaikan ide pikirannya melalui gambar dan selanjutnya informasi tersebut diterima oleh orang lain misalnya kontraktor untuk dilaksanakan. Setelah proyek tersebut selesai dibangun ternyata hasilnya sama seperti yang diinginkan oleh perencanaannya. Ini suatu bukti bahwa melalui gambar tersebut terjadilah transformasi informasi secara tepat dan benar ALAT MENYIMPAN DATA Gambar merupakan data teknis yang paling ampuh untuk mengarsipkan data. Informasi tentang suatu proyek atau konstruksi yang telah dibuat beberapa tahun yang silam dapat dilihat kembali dan diperoleh keterangannya melalui sebuah gambar yang diarsipkan. Sebagai contoh suatu balok beton bertulang setelah balok tersebut jadi, tidak dapat diketahui berapa jumlah penulangan baja yang digunakan untuk memperkuat balok beton bertulang tersebut. Tetapi 50 tahun kemudian, dengan pengarsipan gambar yang tidak baik maka penulangan jembatan tersebut masih dapat diketahui sehingga kekuatan balok dapat dihitung ulang untuk menahan perkembangan penambahan beban yang ditempatkan sekarang gambar-gambar dapat disimpan dengan menggunakan micro-film, di mana penyimpanannya lebih menghemat tempat dan lebih tahan lama. V-1

34 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan GAMBAR SEBAGAI BAHASA TEKNIK Gambar adalah bahasa yang dipakai oleh orang teknik, seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Arsitektur dan lain-lain. Oleh karena itu gambar dapat disebut sebagai bahasa teknik. Dengan gambar, orang-orang teknik menggunakan / melengkapi komunikasinya, yang mana sangat sulit bahkan tidak mungkin apabila diceritakan dengan bahasa lisan ataupun tulis. Sebagai alat komunikasi, suatu gambar dapat untuk menyampaikan ide / gagasan yang ada di pikiran seseorang untuk disampaikan kepada orang lain. Penerusan informasi adalah sebagai fungsi yang penting untuk suatu gambar, oleh karena itu diharapkan gambar dapat meneruskan keterangan secara tepat dan objektif. Setelah gambar memerlukan kelengkapan keterangan-keterangan. Karena gambar juga merupakan bahasa lambang yang mana perlu kesepakatan dalam mengartikan lambanglambang yang dipakai untuk kelengkapan gambar GAMBAR SITUASI GARIS KONTUR Pada salah satu lapangan dengan kemiringan / kelandaian yang kurang dari sekitar 5% sebaiknya kita mencari titik-titik sembarang pada garis-garis kontur daripada titik-titik tertentu yang akan di-interpolir. Gambar 1 V-2

35 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan Sebagaimana contoh pada Gambar 4.1 di atas, maka tingginya titik J2 menjadi 251,30m, tingginya garis bidik 1,37 m, maka bidang garis bidik 252,67 m. pada garis-garis kontur 251,00 kita selalu harus membaca 1,67 m. atas dasar ketentuan ini tinggallah kita mencari dengan rambu ukur titik masing-masing dan mengukur jarak dan sudutnya. Kemudian semua titik pada garis kontur 251,50 harus mempunyai pembacaan 1,17 m dan seterusnya PENENTUAN KEMIRINGAN Pada harus ditentukan pada lapangan dengan kemiringan tertentu. Gambar 2 Sebagaimana pada gambar 4 di atas, suatu proyek jalan, garis sumbu jalan harus ditentukan dengan kemiringan 7% dan dengan jarak antara titik masing-masing 10,0 m. Perbedaan tinggi antara dua titik atas dasar penentuan ini menjadi 0,70 m. Dari titik J1, sudah ditentukan titik 27. Kita sekarang meletakkan alat penyipat datar pada titik J2 dan membaca sumbu ukur pada titik 27 misalnya 0,20 m. Dengan jarak 10,00 m dari titik 27 itu kita sekarang mencari titik berikut yang 0,70 m lebih rendah, sampai dengan titik 31 dari titik mana kita meletakkan alat penyipat datar ke titik J3, maka titik 27,31 dan 34 dapat diukur masing-masing dua kali. Dengan pembicaraan tentang teknik penyipat datar, baik pada penyipat datar memanjang maupun penyipat datar pada bidang, dapat kita pahami dasar-dasar pada penyipatan datar atau penentuan perbedaan tinggi antara titik-titik tertentu. V-3

36 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan Akhirnya kita akan memperhatikan suatu kemungkinan penyipatan datar yang di Indonesia juga berulang kali digunakan, yaitu : MENYIPAT DATAR DENGAN BANTUAN PERMUKAAN AIR Pada muara sungai yang bercabang-cabang pada daerah rawa-rawa dengan banyak air atau pada pantai laut dengan danau dapat kita menyiprat datar dengan bantuan permukaan air. Kita akan memperhatikan contoh-contoh berikut : Gambar 3 Pada suatu muara sungai yang bercabang-cabang (lihat gambar di atas) adalah suatu proyek yang merencanakan misalnya suatu jembatan. Karena lapangan ini menjadi hampir datar dan biasanya pada suatu muara sungai yang bercabang-cabang timbul tumbuh-tumbuhan yang padat sekali, sebaiknya kita menentukan profil-profil yang sejajar dengan jarak antara 100 s/d 500 m. Suatu pedoman atau segi banyak diukur dengan rambu-rambu dasar Invar menentukan jarak dan arahnya profil. Karena pada suatu muara sungai yang bercabang-cabang arus menjadi kecil sekali, maka boleh ditentukan horisontal. Permukaan air ini biasanya hanya berubah oleh pasang-surut atau oleh air hujan yang lebat. Akan tetapi jikalau kita memperhatikan perubahan ini pada suatu pengukur air misalnya di titik A yang menentukan tingginya permukaan air misalnya tiaptiap jam, dapat kita tentukan tingginya permukaan air sebagai dasar pada seluruh penyipatan datar ini. Kita mulai misalnya penyipatan datar ini pada cabang sungai a (lihat gambar) dan mencatat tidak hanya tingginya melainkan juga waktunya. Pada akhirnya profil ini tembus pada cabang sungai b yang juga kita catat tingginya dan waktunya. Bersama catatan pada pengukur air A dapat kita tentukan tingginya yang sebenarnya. V-4

37 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan Gambar 4 Kemungkinan kedua pada penyipatan datar yang menghubungkan dua titik pada pantai laut atau danau. Jikalau kita mengetahui tinggi pengukur air A (lihat pada gambar) kita mendasarkan penyipatan datar atas permukaan air. Jikalau kita menentukan tinggi permukaan air pada titik B pada waktu tertentu, dengan begitu kita mendapatkan suatu kontrol dalam penyipatan datar karena titik permulaan dan titik akhirnya sudah kita ketahui tingginya. Kemungkinan juga kita dapat menentukan tingginya pada titik-titik sembarang pada lantai. Penentuan tingginya permukaan air harus dilakukan pada waktu tanpa angin dan tanpa ombak besar. Pada pantai dengan pasir dapat kita menggali lobang dengan permukaan air yang tenang walaupun laut atau danau berombak. Permukaan air harus kita ukur cukup lama, sehingga perubahan tingginya antara dua titik dapat diseimbangkan. Dengan melakukan cara ini pada penyipatan datar dekat pantai atau pada muara sungai yang bercabang-cabang kita akan menghemat waktu dan menambah ketelitian terutama pada penyipatan datar memanjang yang panjang. Pada daerah yang digambar pada gambar di atas harus digambar garis-garis kontur, supaya dapat dibayangkan tentang tinggi rendahnya daerah itu. Maka dilakukan penentuan tiga titik J1, J2, dan J3. Dari penentuan itu kita dapat meletakkan alat penyipat datar dan yang dapat dihubungkan. V-5

38 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan SISTEM GRID ATAU KISI Gambar 5 Di daerah tanpa peta dan tanpa atau sedikit bangunan saja kita dapat menggunakan sistem kisi (grid). Menurut tinggi rendahnya dan penggunaan peta dengan garis-garis kontur yang kita rencanakan kita tentukan suatu jaringan siku-siku, yang biasanya dinyatakan di lapangan dengan pancang-pancang dari kayu. Pada penentuan garis-garis kisi (grid) sebaiknya kita menggunakan suatu double penafon prisma (prisma sudut) seperti terlihat pada gambar di atas. Tentu saja sistem ini memudahkan juga penentuan jaringan jalan. V-6

39 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan Gambar 6 Oleh penyipatan datar pada bidang dengan sistem kisi (grid) dapat juga kita menggambar profil masing-masing profil dari lapangan seperti terlihat pada gambar 8 di atas PENGGAMBARAN PROFIL MEMANJANG Penggambaran profil memanjang menunjukkan hasil pengukuran yang dituangkan dalam gambar yang dimulai dari titik atau station tertentu sebagai awalnya sampai dengan titik atau station yang lainnya sebagai akhirnya. Pada gambar profil memanjang dituangkan semua data-data hasil pengukuran yang digambarkan dalam legenda dengan skala tertentu. Dalam penggambaran profil memanjang biasanya dibuat : Setengah halaman di bagian atas untuk penggambaran situasi penampang memanjang lengkap dengan data-data pengukuran dan legenda. Setengah halaman bagian bawah untuk menggambarkan profil memanjang yang dituangkan dalam kisi-kisi. Untuk lebih jelasnya dapat dipelajari seperti gambar berikut : V-7

40 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan V-8

41 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan V-9

42 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan 5.4. PENGGAMBARAN PROFIL MELINTANG Penggambaran profil melintang adalah penuangan hasil pengukuran dalam bentukbentuk penampang melintang pada titik-titik yang ditetapkan yang elevasinya sesuai hasil pengukuran lapangan dengan menggunakan pesawat (theodolit). Di dalam gambar profil melintang akan tertuang data-data hasil pengukuran antara lain tentang tinggi/perbedaan tinggi dari titik satu dengan titik lainnya, kemiringan permukaan, kelandaian serta bentuk-bentuk drainase, perkerasan jalan, bahu jalan, keadaan lahan samping kiri-kanan jalan maupun bangunan pelengkap jalan. Gambar profil melintang akan menunjukkan keadaan-keadaan jalan atau rencana jalan pada titik atau tempat tertentu, dan di samping itu diberi tanda untuk menjelaskan pada titik atau tempat tertentu tersebut akan adanya pekerjaan tanah yaitu pekerjaan penggalian atau penimbunan untuk mendapatkan permukaan jalan yang direncanakan. Untuk lebih jelasnya dapat dipelajari seperti gambar di bawah ini. V-10

43 Bab V : Penggambaran dan Pemetaan V-11

44 Bab VI : Pematokan 6.1. UMUM BAB VI PEMATOKAN Suatu pembangunan membutuhkan pelaksanaan seluruh elemen-elemennya pada posisi yang benar. Untuk memindahkan suatu Gambar Rencana dari atas kertas ke suatu bangunan di lapangan, maka dibutuhkan : Disana harus ada sejumlah titik kontrol pengukuran yang harus dikaitkan pada suatu sistem koordinat yang tetap. Perencanaan konstruksi harus dikaitkan pada sistem koordinat yang sama. Apabila terdapat ketidak jelasan informasi pada gambar rencana yang menimbulkan keraguan interpretasi, maka pengawas lapangan harus menghubungi perencananya untuk mendapatkan kejelasan. Kontraktor bertanggung jawab dalam penentuan dan pematokan secara keseluruhan, sedang pengawas lapangan harus memastikan bahwa kontraktor mendapatkan informasi yang tepat serta menyiapkan titik-titik kontrol yang dipasang TITIK KONTROL SURVEI Suatu jaringan titik kontrol survei ditentukan untuk mencakup seluruh daerah proyek, dan ditempatkan pada posisi yang tepat didalam pekerjaan konstruksi. Jarak antara titik-titik kontrol dianjurkan kira-kira 50 meter. Titik-titik kontrol survei sebaiknya berada dekat dengan lokasi pekerjaan tetapi bebas dari area kegiatan, dimaksudkan untuk menghindari kemungkinan adanya pergeseran posisi akibat aktivitas pekerjaan termasuk pengoperasian dari peralatan. Untuk itu letak titik-titik kontrol tersebut harus selalu dicek secara teratur. Perubahan letak titik kontrol juga dapat terjadi pada dasar tanah, pada timbunan pelapisan tanah yang mudah mampat atau proses dalam tanah itu sendiri, seperti proses yang terjadi akibat besarnya variasi kadar kelembaban PENENTUAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR Letak dari elemen-elemen utama struktur ditentukan berdasarkan pada sistem referensi yang digunakan. VI-1

45 Bab VI : Pematokan Titik offset referensi harus ditetapkan untuk tiap elemen utama. Letak dan jarak offset tiap-tiap titik referensi harus hati-hati diputuskan dan dikenali dilapangan dan untuk menyiapkan tahap penentuan kembali yang mudah bagi letak elemen utama selama pelaksanaan pekerjaan sehingga titik-titik ini tidak terganggu. Letak elemen-elemen kecil lain seperti kerb, parapet, galian drainase ditentukan berdasarkan pada letak elemen-elemen dengan mempertimbangkan pengukuran. Penempatan dan pematokan letak elemen-elemen yang telah ditentukan harus diperiksa. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara terpisah dan dilakukan oleh Staf Engineer dengan menggunakan peralatan lain yang berbeda dengan peralatan yang digunakan pada saat penempatan dan pematokan awal. Bagi kontraktor yang melaksanakan pemeriksaan ulang atas hasil pekerjaannya sendiri, dianjurkan untuk menggunakan methoda lain yang berbeda dengan methoda yang telah digunakan pada saat awal penempatan dan pematokan. Untuk menghindari kesalahan dari ketidak tepatan identifikasi patok, ketidak-tepatan panandaan atau kesalahan dalam melaksanakan survei, maka pengukuran jarak dan beda tinggi dilakukan dengan memeriksa hasil pekerjaan dari titik awal suatu sisi sampai pada titik akhir pada sisi yang lain, kemudian diikatkan pada titik kontrol hasil survei pertama. Pemeriksaan ini tidak diperkenankan dilakukan hanya dengan mengukur dari satu titik akhir saja atau dua titik akhir pada sisi yang terpisah PEMATOKAN BERSAMA (SETTING OUT) Semua survei di lapangan selama pematokan bersama dan selama konstruksi akan dilaksanakan oleh kontraktor di bawah petunjuk konsultan. Hasil survei tersebut akan dikaitkan dengan gambar-gambar konstruksi, kondisi yang ada dan beberapa ketidaksesuaian antara gambar-gambar dan kondisi-kondisi yang ada akan dipergunakan untuk mereview design untuk keperluan proyek (bila ada). VI-2

MODUL SIB 06 : PENGUKURAN DAN PEMATOKAN

MODUL SIB 06 : PENGUKURAN DAN PEMATOKAN PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 06 : PENGUKURAN DAN PEMATOKAN 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA PERPETAAN - 2 KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan Extra

Lebih terperinci

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan PERPETAAN - 2 Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yang sebagian datanya diperoleh dari photo

Lebih terperinci

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN Teodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Dalam pekerjaan pekerjaan ukur tanah,

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah (Plane Surveying) adalah ilmu yang mempelajari tentang pengukuran-pengukuran pada sebagian permukaan bumi guna pembuatan peta serta memasang kembali

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MEI 2014 TIM PENYUSUN Pujiana (41113120068) Rohmat Indi Wibowo (41113120067) Gilang Aditya Permana (41113120125) Santi Octaviani Erna Erviyana Lutvia wahyu (41113120077)

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN DOKUMEN NEGARA UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kompetensi Keahlian : Teknik Survei dan Pemetaan Kode Soal : 1014 Alokasi

Lebih terperinci

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur Modul 7-1 Modul 7 Pemetaan Situasi Detail 7.1. PENDAHULUAN Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horisontal dan vertikal secara

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL Kelompok 4 Kelas A Anggota : 1. Aeny Sugianto 12/330070/TK/39261 2. Ahmad

Lebih terperinci

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium) PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium) 1. Tujuan Praktek dan Alat-alat : Praktek ini akan memberikan kesempatan kepada mahasiswa

Lebih terperinci

alat ukur waterpass dan theodolit

alat ukur waterpass dan theodolit alat ukur waterpass dan theodolit Waterpass dan Theodolite Waterpass digunakan untuk menentukan elevasi/ peil untuk lantai, balok, dan lain-lain yang membutuhkan elevasi berdasarkan ketinggian titik yang

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE Prinsip kerja optis theodolite Pada theodolite terdapat 2 lensa atau 3 lensa yakni lensa objektif, lensa focus dan lensa pembalik. Biasanya yang memiliki

Lebih terperinci

Metode Ilmu Ukur Tanah

Metode Ilmu Ukur Tanah Metode Ilmu Ukur Tanah Assalamu'alaikum guys, postingan kali ini saya akan membahas metode ilmu ukur tanah, yang terdiri dari : 1. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal ( KDV ) 2. Pengukuran Kerangka Dasar

Lebih terperinci

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian Theodolit merupakan alat ukur tanah yang universal. Selain digunakan untuk mengukur sudut harisontal dan sudut vertikal, theodolit juga dapat digunakan untuk mengukur

Lebih terperinci

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN Arief A NRP : 0021039 Pembimbing : Ir. Maksum Tanubrata., MT UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN Pengertian Alat Ukur Tanah Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya

Lebih terperinci

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH

SALMANI SALEH ILMU UKUR TANAH MODUL KULIAH Modul 11-1 Modul 11 Pengukuran Jalan dan Pengairan Pengukuran dan pemetaan rute dimaksudkan untuk membahas penerapan pengukuran dan pemetaan rute dalam bidang rekayasa teknik sipil, khususnya

Lebih terperinci

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG Sipat datar (levelling) adalah suatu operasi untuk menentukan beda tinggi antara dua titik di permukaan tanah. Sebuah bidang datar acuan,

Lebih terperinci

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu ukur tanah adalah bagian rendah dari ilmu Geodesi, yang merupakan suatu ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR Survei dan Pengukuran APA YG DIHASILKAN DARI SIPAT DATAR 2 1 3 4 2 5 3 KONTUR DALAM ILMU UKUR TANAH Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian

Lebih terperinci

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT Penerbit Ganesha Ilmu Persada Daftar Isi BAGIAN I PENGENALAN LAND SURVEY 7 Pemakaian Alat Survey Dan Pengukuran 8 A. Perbedaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik Disusun oleh : 1. Nur Hidayati P07133111028 2. Ratna Dwi Yulintina P07133111030

Lebih terperinci

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring BAB XII Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan pengukuran tachymetri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan terhadap bidang datar. Peta yang baik memberikan informasi yang akurat mengenai permukaan bumi kepada

Lebih terperinci

PENGUKURAN WATERPASS

PENGUKURAN WATERPASS PENGUKURAN WATERPASS A. DASAR TEORI Pengukuran waterpass adalah pengukuran untuk menentukan ketinggian atau beda tinggi antara dua titik. Pengukuran waterpass ini sangat penting gunanya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG Abdul Ghani Sani Putra 1006680631 Dila Anandatri 1006680764 Nur Aisyah al-anbiya 1006660913 Pricilia Duma Laura 1006680915

Lebih terperinci

Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi).

Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi). Abstrak. Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi). Jalur transportasi, komunikasi, saluran irigasi dan utilitas adalah

Lebih terperinci

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University KERANGKA DASAR PEMETAAN Nursyamsu Hidayat, Ph.D. THEODOLIT Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL

TUJUAN INSTRUKSIONAL Pengukuran dan perhitungan hasil PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN TUJUAN INSTRUKSIONAL SETELAH MENGIKUTI PELATIHAN PESERTA DIHARAPKAN MEMAHAMI MATERI PENGUKURAN PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN SERTA MAMPU MELAKSANAKAN

Lebih terperinci

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah 3.4 PEMBUATAN KONTUR Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Pengantar Pemetaan/ pembuatan peta adalah pengukuran secara langsung atau tidak langsung akan menghasilkan suatu gambar situasi/ permukaan

Lebih terperinci

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN

MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN MAKALAH SURVEY DAN PEMETAAN (Macam-macam Peralatan Ukur Tanah) Disusun oleh: 1. Dinda Safara (5113416039) 2. Mohamad Irsyad Widyadi (5113416038) FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Jurnal Integrasi Vol. 8, No. 1, April 2016, 50-55 p-issn: 2085-3858 Article History Received February, 2016 Accepted March, 2016 Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV -104)

SURVEYING (CIV -104) SURVEYING (CIV -104) PERTEMUAN 6 : METODE PENGUKURAN SUDUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Pendahuluan Pengukuran sudut berarti mengukur

Lebih terperinci

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying) Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying) Merupakan ilmu, seni, dan teknologi untuk menyajikan bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun unsur buatan manusia pada bidang yang dianggap datar. Yang merupakan bagian

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 7 : PENGUKURAN DENGAN TOTAL STATION UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 APA ITU TOTAL STATION???? Secara sederhana

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SMK Muhammadiyah Pakem Mata Pelajaran : Ilmu Ukur Tanah Kelas/Semester : X/1 : 4 x pertemuan (4 x 45 menit) A. Kompetensi Inti KI 3 Memahami, menerapkan,

Lebih terperinci

Modul 10 Garis Kontur

Modul 10 Garis Kontur MODUL KULIAH Modul 10-1 Modul 10 Garis Kontur 10.1 Kontur Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalah informasi tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG STAKE OUT DAN MONITORING NO. KODE : BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta Pendahuluan Sebagai orang yang mengaku dekat dengan alam, pengetahuan peta dan kompas serta cara penggunaannya mutlak dan harus dimiliki. Perjalanan ke tempat-tempat yang jauh dan tidak dikenal akan lebih

Lebih terperinci

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH

BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH BAB VI PERALATAN UKUR SUDUT/ ARAH Untuk mengukur arah dan sudut pada pengukuran tanah alat yang umum digunakan adalah Theodolit, disamping itu juga dapat dipakai untuk mengukur jarak secara optis. Theodolit

Lebih terperinci

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE BAG- TSP.004.A- 39 60 JAM Penyusun : TIM FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN

Lebih terperinci

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS Pengukuran jarak optis termasuk dalam pengukuran jarak tidak Iangsung, jarak disini didapat melalui proses hitungan. Pengukuran jarak optis dilakukan dengan alat ukut theodolit,

Lebih terperinci

MODUL RDE - 04: SURVEI PENENTUAN TRASE JALAN

MODUL RDE - 04: SURVEI PENENTUAN TRASE JALAN PELATIHAN ROAD DESIGN ENGINEER (AHLI TEKNIK DESAIN JALAN) MODUL RDE - 04: SURVEI PENENTUAN TRASE JALAN 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 37 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 TAHAPAN PENELITIAN Penelitian ini di bagi menjadi 2 tahap: 1. Pengukuran kondisi geometri pada ruas jalan Ring Road Selatan Yogyakarta Km. 36,7-37,4 untuk mengkorfirmasi

Lebih terperinci

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI Pengukuran Situasi Adalah Pengukuran Untuk Membuat Peta Yang Bisa Menggambarkan Kondisi Lapangan Baik Posisi Horisontal (Koordinat X;Y) Maupun Posisi Ketinggiannya/

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) OPTIMALISASI LAHAN KAMPUS STAIN ZAWIYAH COT KALA LANGSA TAHUN ANGGARAN 2013 1) DATA PROYEK Nama Pekerjaan : Optimalisasi Lahan Kampus STAIN Zawiyah Cot Kala Langsa Lokasi Pekerjaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi BAB I KONSEP PENILAIAN Latar Belakang Tujuan Metoda Penilaian...

DAFTAR ISI. Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi BAB I KONSEP PENILAIAN Latar Belakang Tujuan Metoda Penilaian... DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I KONSEP PENILAIAN... 2 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Tujuan... 2 1.3 Metoda Penilaian... 2 BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN... 4 2.1 Kunci Jawaban Tugas-Tugas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Alat Ukur GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat, untuk menentukan posisi, kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan program study Diploma III Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado adalah mencetak tenaga kerja yang profesional. Untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit. 2.2 Alat Ukur Sipat Ruang (Theodolit) 2.2.1 Konstruksi Theodolit Secara umum konstruksi theodolit terdiri dari 3 bahagian utama, yaitu : 1. Bahagian Bawah. a. 3 sekrup penyama rata b. Tabung sumbu I c.

Lebih terperinci

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KURIKULUM SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN PROGRAM KEAHLIAN: TEKNIK BANGUNAN GEDUNG KOMPETENSI: SURVEI DAN PEMETAAN MODUL / SUB-KOMPETENSI: MEMBUAT PETA SITUASI DENGAN ALAT UKUR

Lebih terperinci

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI BAB I. BAB II. RENCANA PEMBELAJARAN PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT 1. Tujuan dan Alat-alat 2. Petunjuk Umum & Keselamatan Kerja 3. Langkah

Lebih terperinci

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika Tugas 1 Survei Konstruksi Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB Krisna Andhika - 15109050 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012 Latar Belakang

Lebih terperinci

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut diusahakan diperlihatkan pada

Lebih terperinci

METODA-METODA PENGUKURAN

METODA-METODA PENGUKURAN METODA-METODA PENGUKURAN METDA PENGUKURAN HORIZONTAL 1. Metda poligon 2. Metoda Pengikatan 3. Global Positioning System (GPS) METODA PENGUKURAN VERTIKAL 1. M.Sifat Datar 2. M. Trigonometris 3. M. Barometris

Lebih terperinci

PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL

PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL TUGAS I PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Survey Digital Fakultas Teknik tahun 2013 Nama : Herwinda Rosyid NIM : 12/333809/TK/40151 HALAMAN JUDUL

Lebih terperinci

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN KELOMPOK 7: D51115307 D51115311 D51115314 D51115312 A. M. SYAHDANI MUDRIKAH MAWADDAH HAERI AMRI RACHMAT RIFKY JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1 Persiapan Persiapan menjadi salah satu kegiatan yang penting di dalam kegiatan penelitian tugas akhir ini. Tahap persiapan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu : 3.1.1

Lebih terperinci

PETA TOPOGRAFI. Oleh Ign. Sudarno

PETA TOPOGRAFI. Oleh Ign. Sudarno PETA TOPOGRAFI Oleh Ign. Sudarno Ilmu Kebumian (IK): Terminologi yang sering digunakan sebagai sinonim geologi. Bumi menjadi pokok yang dipelajari dlm IK Bumi dipelajari alam disiplin ilmu seperti Geologi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang) LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang) Oleh: Kelompok : 4 Kelas/Hari/Tanggal : TEP Shift B/Rabu, 30 Maret 2016 Nama (NPM) : 1. Reimon

Lebih terperinci

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

Tujuan Khusus. Tujuan Umum Tujuan Umum Tujuan Khusus Mahasiswa memahami arti Kerangka Kontrol Horizontal (KKH) Mahasiswa memahami cara pengukuran, cara menghitung, cara koreksi dari suatu pengukuran polygon baik polygon sistem terbuka

Lebih terperinci

MODUL RDE - 05: DASAR-DASAR PENGUKURAN TOPOGRAFI

MODUL RDE - 05: DASAR-DASAR PENGUKURAN TOPOGRAFI PELATIHAN ROAD DESIGN ENGINEER (AHLI TEKNIK DESAIN JALAN) MODUL RDE - 05: DASAR-DASAR PENGUKURAN TOPOGRAFI 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Pendahuluan Beda tinggi adalah perbedaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peta adalah suatu gambaran dari permukaan bumi dengan mempergunakan skala tertentu dan digambarkan pada bidang horizontal dengan mempergunakan proyeksi tertentu, gambaran

Lebih terperinci

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012 LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Pengukuran

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting...

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pita ukur... 2 Gambar 2. Bak ukur... 3 Gambar 3. Pembacaan rambu ukur... 4 Gambar 4. Tripod... 5 Gambar 5. Unting-unting... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iv Modul III.1. Teknik Penggunaan Alat Survey... 1 A. Capaian Pembelajaran... 1 B. Sub Capaian Pembelajaran... 1 C. Pendahuluan... 1 D.

Lebih terperinci

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN

MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN PELATIHAN STRUCTURE ENGINEER OF BRIDGE CONSTRUCTION PEKERJAAN (AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL STEBC 07 : PERMASALAHAN PELAKSANAAN JEMBATAN 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

Pengukuran dan pemetaan teristris sungai

Pengukuran dan pemetaan teristris sungai Konstruksi dan Bangunan Pengukuran dan pemetaan teristris sungai Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA

Lebih terperinci

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah KULIAH 5 Koreksi Boussole / Kompas pada Theodolith Digunakan untuk koreksi arah utara 0 o yang sebenarnya (bukan utara magnetis). Ada beberapa metode

Lebih terperinci

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENGUASAAN PERALATAN UKUR NO. KODE : INA.5230.223.23.03.07 BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI ILMU UKUR TANAH Oleh: IDI SUTARDI BANDUNG 2007 1 KATA PENGANTAR Ilmu Ukur Tanah ini disajikan untuk Para Mahasiswa Program Pendidikan Diploma DIII, Jurusan Geologi, Jurusan Tambang mengingat tugas-tugasnya

Lebih terperinci

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat 5. Menghitung sudut horisontal Dari data hasil pengukuran pada tabel 5.9, akan dihitung: Sudut di sebelah kiri dari jalur ukuran seperti gambar 5.68, dengan persamaan sebagai berikut: = M - B B = M1 -

Lebih terperinci

Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil

Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil Pengantar Surveying kelas Teknik Sipil Silabus Pada kuliah ini diberikan pengertian mengenai berbagai sistem koordinat pemetaan, pemetaan topografi, pematokan jalur dan bangunan. Peta dan fungsi peta;

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pada kerja praktek ini merupakan bagian dari Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo Lampung Timur

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI (Route Location)

PENENTUAN LOKASI (Route Location) PENENTUAN LOKASI (Route Location) Penentuan lokasi jalan merupakan suatu tahapan dalam rekayasa jalan yang dilakukan setelah tahapan perencanaan (planning) dan sebelum tahap perancangan (design) suatu

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012 INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LAB. PEDOLOGI LABORATORIUM PEDOLOGI & SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang IUT adalah bagian yang lebih rendah daripada geodesi. Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur permukaan bumi. ilmu ukur tanah mencakup kajian dan pengukuran

Lebih terperinci

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip TACHIMETRI Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip tachimetri (tacheo artinya menentukan posisi dengan jarak) untuk membuat

Lebih terperinci

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02 CARA MENGHITUNG BEDA TINGGI Bagi para Surveyor perhitungan ini tidaklah rumit, namun bagi para pelajar, terkadang mengalami kesulitan dalam menghitung dengan cara manual.oleh karena itu, saya akan membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul

BAB I PENDAHULUAN. A. Deskripsi. B. Prasyarat. C. Petunjuk Penggunaan Modul BAB I PENDAHULUAN A. Deskripsi Modul ini bertujuan untuk mempersiapkan seorang penyurvei tambang yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja untuk melaksanakan penggunaan alat ukur tanah sesuai

Lebih terperinci

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang

SURVEI HIDROGRAFI. Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri. Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang SURVEI HIDROGRAFI Tahapan Perencanaan Survei Bathymetri Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang Tahapan Perencanaan Survey Bathymetri Pengukuran bathimetri dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN Definisi : Peta adalah sarana guna memperoleh infomasi ilmiah mengenai keadaan permukaan bumi dengan cara menggambar berbagai tanda dan keterangan sehingga mudah dibaca dan

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI

INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI INSTRUKSI KERJA PEMAKAIAN ALAT LABORATORIUM PEDOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 Instruksi Kerja Pemakaian Alat Lab. Pedologi Laboratorium Pedologi & Sistem Informasi Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH PENGUKURAN POLIGON TERTUTUP OLEH: FEBRIAN 1215011037 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengukuran dan pemetaan

Lebih terperinci

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur ba - bb Yang diukur pada pengukuran waterpas terbuka tak terikat titik tetap adalah a. Jarak antartitik ukur Jarak antartitik ukur dapat dicari dengan persamaan : j = (ba bb) x 100 Keterangan: ba = benang

Lebih terperinci

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI

DASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur

Lebih terperinci

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap Standar Nasional Indonesia Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap ICS 93.025; 17.120.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 ILMU UKUR TANAH II Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Interval kontur berdasarkan skala dan bentuk medan Skala 1 : 1 000 dan lebih besar 1 : 1 000 s / d 1 : 10

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Persiapan Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi studi yaitu Jalan Raya Sekaran di depan Perumahan Taman Sentosa Gunungpati,

Lebih terperinci

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI ILMU UKUR TANAH Oleh: IDI SUTARDI BANDUNG 2007 1 KATA PENGANTAR Ilmu Ukur Tanah ini disajikan untuk Para Mahasiswa Program Pendidikan Diploma DIII, Jurusan Geologi, Jurusan Tambang mengingat tugas-tugasnya

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K)

STANDAR LATIHAN KERJA (S L K) STANDAR LATIHAN (S L K) Bidang Ketrampilan Nama Jabatan Kode SKKNI : Pengawasan Jalan : Inspektor Lapangan Pekerjaan Jalan (Site Inspector of Roads) : INA.5211.322.05 DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

Sipat datar / Levelling/ Waterpassing

Sipat datar / Levelling/ Waterpassing Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Sipat datar / Levelling/ Waterpassing Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 2 Sipat datar Bertujuan menentukan beda tinggi antara titiktitik

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci