HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN SUSU BOTOL DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA PRASEKOLAH

dokumen-dokumen yang mirip
Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : TOMY ADI NUGROHO J

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 1-5 tahun sesuai

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATFAL DESA LEBAKSIU LOR

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 54 responden

MINUM SUSU DENGAN PENAMBAHAN GULA DAN TANPA GULA DENGAN JUMLAH KARIES ANAK USIA 3-6 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya terjadi pada orang dewasa tapi juga pada anak-anak. Proses perkembangan

: Makanan Kariogenik, Karies Gigi, prasekolah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN PENGETAHUAN PELIHARA DIRI KESEHATAN GIGI DAN MULUT IBU DENGAN JUMLAH KARIES PADA ANAK PRA SEKOLAH TK PERTIWI II BANJARNEGARA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PERAWATAN GIGI ANAK USIA PRA SEKOLAH

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya. 2 Karies yang terjadi pada anak-anak di antara usia 0-71 bulan lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak, kurangnya mengenalkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DAN STATUS GIZI ANAK TK PEMBINA MOJOSONGO SURAKARTA

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA DI POSYANDU AMBARSARI, GAMPING I, SLEMAN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA UPAYA IBU DALAM MENCEGAH KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK AL-IHSAN KECAMATAN BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG

Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Gigi pada siswa SDN 174 Muara Fajar Pekanbaru

Eviyati Sariningrum.* Irdawati, A.Kep,. M.Si,.Med ** Keyword: old fellow education, position of old fellow, knowledge, case caries, balita.

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

ABSTRAK. Kata kunci: Menggosok gigi, perilaku, pendidikan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. mulut sejak dini. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kebersihan mulut

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

ABSTRAK. Kata Kunci: susu formula dalam botol, indeks karies, anak usia 3 4 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

Oleh : Suyanti ABSTRAK

Kata kunci : Pengetahuan, kesehatan gigi dan mulut, indeks def-t/dmf-t.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

HUBUNGAN PERAN KELOMPOK PENDUKUNG IBU DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA

PERAWATAN GIGI SUSU PADA ANAK USIA SEKOLAH DI TAMAN GIZI ANAK SEHAT DESA GUMPANG, KARTASURA SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI DESA BANJAR NEGERI KECAMATAN WAY LIMA KABUPATEN PESAWARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

ABSTRAK. Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, pencegahan karies, indeks karies gigi sulung

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Molar Satu Permanen pada Murid Umur 6-12 Tahun SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MUARA BUNGO I KABUPATEN BUNGO TAHUN 2017

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

RISIKO TERJADINYA KANKER PAYUDARA DITINJAU DARI PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NURLAINIYAH KARTIKA SARI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PRA SEKOLAH DI TK PGRI 2 MALANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah. Disusun Oleh : Harry Maulana Prakoso J

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDIDIKAN, USIA DAN LAMA MENJADI KADER POSYANDU DENGAN KUALITAS LAPORAN BULANAN DATA KEGIATAN POSYANDU

Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

PERAN ORANGTUA DALAM MEMBIMBING MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK PRASEKOLAH

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PREVALENSI KARIES GIGI DI TK ISLAM AR RAHMAN JLN. MEDAN TG. MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

Hubungan Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu dengan Karies Gigi Murid Usia 5 Tahun di Pondok Labu Tahun 2013

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN SUSU BOTOL DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA SISWA PRASEKOLAH Tomy Adi Nugroho a, Yuli Kusumawati a, dan Bejo Raharjo b a Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta b Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo Jl. Dr. Muwardi No. 66 Sukoharjo Abstract The prevalence of caries in Indonesia reached 90,05 % and was higher compared to other developing countries. In Central Java, the prevalence of dental caries expanded in the range of 60 to 80 % of population. The aim of this study was to know the relationship between level of knowledge and behavior of parents in the frequency of bottle-feeding, length of each bottle-feeding, the addition of sugar in milk, level of oral hygiene and the genesis of dental caries in preschool students of Intan Aisyiyah, Makam Haji, Kartasura, Sukoharjo. This research was a quantitative research with crosssectional approach. The respondents of the research were 59 preschool students. Sampling technique used was consecutive sampling. Statistic test used was Chi Square test. The result showed that there was a relationship between the level of mothers knowledge ( p = 0,001, PR = 3,313; CI 95 % = 1,948-5,636 ), the frequency of sugar addition (p = 0,061, PR = 1,823; CI 95 % = 1,048-3,171 ), the length of each bottle-feeding ( p = 0,021, PR = 2,251; CI 95 % = 1,129-4,490 ),the level of oral hygiene ( p = 0,001, PR = 14,185; CI 95 % = 3,855-56,926 ) and the genesis of dental caries. Overall, there was not any correlation between the frequency of bottle-feeding ( p = 0,420, PR = 1,354; CI 95 % = 0,783-2,342 ) and the genesis of dental caries. Key words: Dental Caries, Knowledge and Behavior, Bottle-Feeding, Preschool PENDAHULUAN Kesehatan balita adalah kesehatan pada anak umur 12-59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali, pemantauan perkembangan minimal 2 kali setahun. Pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan di Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, dan bidan praktik swasta serta sarana atau fasilitas kesehatan lainnya. Pemantauan perkembangan dapat dilakukan melalui SDIDTK (Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang) oleh petugas kesehatan (Kemenkes, 2011). Salah satu aspek pelayanan kesehatan anak adalah kesehatan gigi. Kesehatan gigi pada balita harus di- Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Prilaku.. (Tommy Adi Nugroho, dkk.) 165

perhatikan oleh orang tua. Sejak kecil anak dilatih mengenai kebersihan giginya agar kesehatannya baik. Pemeliharaan kesehatan gigi juga termasuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi seperti, cokelat, permen, dan makanan lain yang amat manis sebaiknya dihindari (Santoso dan Ranti, 2009). Penyakit gigi dan mulut terutama karies dan penyakit periodontal di Indonesia masih banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun usia dewasa. Sebagian penyakit gigi dan mulut sebenarnya dapat dicegah. Kesehatan mulut tidak sepenuhnya bergantung pada perilaku seseorang. Banyak cara untuk dapat mengurangi dan mencegah penyakit gigi dan mulut dengan berbagai pendekatan meliputi pencegahan yang dimulai pada masyarakat, perawatan oleh diri sendiri dan perawatan tenaga professional (Putri, 2011). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, pada tahun 2009 terdapat 9149 atau (10%) prevalensi kasus karies gigi, tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 13038 atau (15,8%) prevalensi kasus, dan pada tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 11649 atau (14%) prevalensi kasus karies gigi. Sedangkan kasus karies gigi pada balita usia 1-4 tahun di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2009 sebanyak 298 atau (5,7%) prevalensi kasus, tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 459 atau (7,1%) prevalensi kasus, dan pada tahun 2011 meningkat lagi menjadi 519 atau (8,5%) prevalensi kasus karies gigi. Di wilayah kerja Puskesmas Kartasura sendiri pada tahun 2009 terdapat 40 atau (9,1%) prevalensi kasus karies gigi pada anak, kemudian meningkat lagi pada tahun 2010 menjadi 101 atau (10, 7%) prevalensi kasus, dan pada tahun 2011 mengalami sedikit penurunan menjadi 89 atau (10,6%) prevalensi kasus karies gigi. Pemberian susu pada anak menjelang tidur, akan berisiko mengalami nursing bottle syndrome (sindroma botol susu). Pada umumnya, gigi yang terkena kerusakan akibat nursing bottle syndrome adalah rahang atas bagian depan. Pada saat tidur, gigi-gigi rahang bawah akan tertutup lidah sehingga genangan air susu akan lebih menyerang gigi atas. Apabila kerusakan sudah mengenai jaringan di bawahnya maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan serta perkembangan gigi tetapnya kelak (Djamil, 2011). Hasil survey pendahuluan di Playgroup Intan Permata Aisyiyah, Kelurahan Makam Haji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, pada siswa sebanyak 42 orang, dilakukan dengan cara membagi kuesioner kepada 12 orangtua siswa, didapatkan 12 anak (100%) mengkonsumsi susu formula dengan merk yang bervariasi. Frekuensi minum berbeda-beda yaitu 2 anak (16,67%) minum 1 kali sehari, 2 anak (16,67%) minum 2 kali sehari dan 8 anak (66,67%) minum 4 kali sehari. Anak 166 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 165-174

y a n g d i g u n a k a n a d a l a h u j i Chi yang terbiasa minum susu dengan penambahan gula sebanyak 10 anak (83%) dan yang tanpa penambahan gula sebanyak 2 anak (16,7%). Anak yang terbiasa minum susu dengan menggunakan botol, sebanyak 8 anak (66,67%) dan yang menggunakan gelas 4 anak (33, 33%). Dari 12 anak tersebut, 7 anak (58, 3%) terkena karies dan 5 anak (41,67%) bebas karies. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey yang menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu menilai tingkat pengetahuan dan perilaku orang tua dalam pemberian susu botol dengan tingkat kejadian karies Intan Permata Aisyiyah Kartasura, Sukoharjo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di pendidikan siswa prasekolah Intan Permata Aisyiyah, Makam Haji, Kartasura, Sukoharjo. Penentuan anggota sampel dalam penelitian ini menggunakan Consecutive Sampling yaitu pemilihan sampel dengan Consecutive Sampling (berurutan) dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Analisis data dengan menggunakan perangkat lunak komputer (SPSS 17), dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat gambaran distribusi ferkuensi dari masingmasing variabel penelitian. Sedangkan, analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen. Uji statistik Square dengan derajat kemaknaan 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Playgroup dan Pre School Intan Permata Aisyiyah Makamhaji adalah salah satu amal usaha Aisyiyah Ranting Makamhaji Majelis Dikdasmen yang didirikan pada tanggal 22 Pebruari 2003. Playgroup dan Pre School Intan Permata terletak di Sidomulyo RT 01 RW 03 Makamhaji, Kartasura atas tanah wakaf dari ibu Hj. Nuryanti, S.Ag. Playgroup dan Pre School Intan Permata mengalami kemajuan yang baik dari tahun ke tahun. Jumalah Peserta Didik untuk tahun ajaran 2011 / 2012 adalah 69 siswa yang berusia antara rentang 2,5 tahun 6 tahun. Tabel 1. Hasil Analisis Univariat Variabel Frekuensi % Tingkat Pengetahuan Kurang 18 30,5 Baik 41 69,5 Frekuensi Pemberian Susu Botol Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Prilaku.. (Tommy Adi Nugroho, dkk.) 167

Variabel Frekuensi % Frekuensi Pemberian Susu Botol Pemberian susu > 3 kali per hari 23 39,0 Pemberian Susu 3 botol per hari 36 61,0 Waktu Minum Susu Botol Menjelang tidur hingga tidur 33 56,0 Tidak sampai menjelang tidur 26 44,0 Komposisi Penambahan Gula Penambahan > 3 sendok teh 24 40,7 Penambahan 3 sendok teh 35 59,3 Kebersihan Mulut Buruk 25 42,4 Baik 34 57,6 Kejadian Karies Karies 27 45,8 Tidak Karies 32 54,2 Dilihat dari tingkat pengetahuan ibu menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dengan pengetahuan baik sebanyak 41 ibu (69,5%), dan ibu de-ngan pengetahuan kurang sebanyak 18 ibu (30,5%). Berdasarkan frekuensi pemberian susu botol menunjukkan bahwa lebih dari separuh ibu memberikan susu botol kurang atau sama dengan 3 botol per hari yaitu sebanyak 36 ibu (61%), dan ibu yang memberikan susu botol lebih dari 3 botol per hari yaitu sejumlah 23 ibu (39%). Dilihat dari waktu minum susu botol menunjukkan bahwa, lebih dari separuh ibu memberikan susu botol menjelang tidur hingga tidur, yaitu sebanyak 33 ibu (56%), dan ibu yang memberikan susu botol tidak sampai menjelang tidur sebanyak 26 ibu (44%). Dilihat dari komposisi penambahan gula menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dalam memberikan gula tambahan pada susu botol kurang dari atau sama dengan 3 sendok teh sebanyak 35 ibu (59,3%), dan sebagian kecil ibu dalam memberikan gula tambahan lebih dari 3 sendok teh sebanyak 24 ibu (40,7%). Dilihat dari tingkat kebersihan mulut, menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak memiliki tingkat kebersihan mulut yang baik yaitu sebanyak 34 anak (57,6%), dan anak dengan tingkat kebersihan mulut buruk sebanyak 25 anak (42,4%). Dilihat dari kejadian karies menunjukkan bahwa anak yang menderita karies sebanyak 27 anak (45,8%), dan yang tidak menderita karies sebanyak 32 anak (54,2%). 168 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 165-174

Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Variabel Kejadian Karies Total Nilai p RP CI Karies Tidak Karies Pengetahuan Kurang 16 (88,9%) 2 (11,1%) 18 (100%) Baik 11 (26,8%) 30 (73,2%) 41 (100%) Total 27 (45,8%) 32(54,2%) 59 (100%) Minum Susu > 3 botol 13 (54,2%) 11 (45,8%) 24 (100%) 3 botol 14 (40,0%) 21 (60,0%) 35 (100%) Total 27 (45,8%) 32 (54,2%) 59 (100%) Penambahan Gula > 3 Sendok Teh 15 (62,5%) 9 (37,5%) 24 (100%) 3 Sendok Teh 12 (34,3%) 23 (65,7%) 35 (100%) Total 27 (45,8%) 32 (54,2%) 59 (100%) Waktu Minum Sampai Tidur 20 (60,6%) 13 (39,4%) 33 (100%) Menjelang Tidur 7 (26,9%) 19 (73,1%) 26 (100%) Total 27 (45,8%) 32 (54,2%) 59 (100%) 0,000 3,313 0,420 1,354 0,061 1,823 0,021 2,251 1,948-5,636 susu botol dengan kejadian karies gigi pada á= 0,05. Berdasarkan uji chi square mengenai hubungan frekuensi penambahan gula pada susu botol dengan kejadian karies dengan nilai p= 0,061 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan frekuensi penambahan gula pada susu botol dengan kejadian karies pada á= 0,05. Nilai Rasio prevalens sebesar 1,823 (CI 95%= 1,048-3,171) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang menambahkan gula lebih dari 3 sendok teh dalam susu botol ukuran 240 ml dapat meningkatkan risiko terjadinya karies hampir 2 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memberikan tambahan gula kurang atau sama de- 0,783-2,342 1,048-3,171 1,129-4,490 Tabel 2 menunjukkan hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian karies, diperoleh nilai p < 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian karies gigi pada á= 0,05. Nilai Rasio prevalens sebesar 3, 313 (CI 95 %= 1,948-5,636) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang dapat mempunyai risiko terjadinya karies sebesar 3,313 dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik. Sedangkan hubungan frekuensi pemberian susu botol dengan kejadian karies dengan nilai p= 0,420 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi pemberian Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Prilaku.. (Tommy Adi Nugroho, dkk.) 169

ngan 3 sendok teh dalam susu botol ukuran 240 ml. Sedangkan hubungan mengenai waktu pemberian susu botol dengan kejadian karies diperoleh nilai p= 0,21 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara waktu pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada á= 0,05. Nilai Rasio prevalens sebesar 2,251 (CI 95%= 1,129-4,490) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang memberikan susu botol sampai anak tidur dapat meningkatkan risiko terjadinya karies sebesar 2,25 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memberikan susu botol hanya sampai menjelang tidur. Berdasarkan uji chi square mengenai tingkat kebersihan mulut sangat baik dan baik dengan kejadian karies diperoleh nilai p < 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat kebersihan mulut dengan kejadian karies gigi pada á= 0,05. Nilai Rasio prevalens sebesar 14,185 (CI 95%= 3,855-56,926) sehingga dapat diartikan bahwa, anak yang mempunyai tingkat kebersihan mulut buruk dapat menyebabkan risiko terjadinya karies sebesar 14,19 kali lebih tinggi dibandingkan anak dengan tingkat kebersihan mulut baik Pembahasan A. Tingkat Pengetahuan Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p < 0,001 sehingga, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian karies gigi pada á= 0,05. Hal ini dapat dibuktikan bahwa sebanyak 27,1% responden yang mengalami karies gigi mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang. Sedangkan responden yang tidak mengalami karies sebanyak 50,8% mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Nilai estimasi faktor risiko tingkat pengetahuan dengan kejadian karies gigi didapatkan Rasio prevalens sebesar 3,313 (CI 95%= 1,948-5,636) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang dapat mempunyai risiko terjadinya karies pada anak sebesar 3,313 dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan baik. B. Pemberian Susu Botol Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,42 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada á= 0,05. Hal ini dapat dibuktikan bahwa responden yang memberikan susu kurang atau lebih dari 3 botol perhari sama-sama terjadi karies. Sedangkan responden yang memberikan susu kurang dari 3 botol perhari sedikit lebih banyak, yaitu 35 ibu (59,3) dibandingkan dengan ibu yang memberikan susu lebih dari 3 botol yaitu 24 ibu (40,7%). 170 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 165-174

Hal ini sesuai dengan penelitian Supeni (2005), bahwa frekuensi minum susu botol yang diduga berhubungan dengan kejadian karies, ternyata tidak berhubungan, karena pemberian susu kurang atau sama dengan 3 botol perhari dan lebih dari 3 botol perhari, ternyata sama-sama dapat menyebabkan karies. Karies dapat terjadi pada anak karena anak diduga mengkonsumsi makanan manis dan melekat, diantara waktu minum susu dan anak tersebut tidak menggosok gigi. C. Waktu Minum Susu Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,021 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara waktu pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada á= 0,05. Hal ini dapat dibuktikan bahwa kejadian karies gigi lebih tinggi (54,2%) pada anak yang diberikan susu botol sampai tidur, dibandingkan dengan kejadian karies pada anak yang diberikan (40,0%) susu botol menjelang tidur. Nilai estimasi faktor risiko waktu pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi didapatkan Rasio prevalens sebesar 2,251 (CI 95%= 1,129-4,490) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang memberikan susu botol sampai anak tidur dapat meningkatkan risiko terjadinya karies sebesar 2,25 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memberikan susu botol hanya sampai menjelang tidur. Berdasarkan penelitian Supeni (2005), bahwa cara minum susu menjelang tidur lebih besar peluang terkena karies gigi dibandingkan dengan anak yang minum susunya tidak sampai tidur dengan RP= 0,63 (95% CI= 0,48-0,82) yang artinya waktu minum susu tidak sampai tidur dapat mencegah terjadinya karies gigi sebesar 0,63 kali. D. Penambahan Gula dalam Susu Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p = 0,061 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan frekuensi penambahan gula pada susu botol dengan kejadian karies pada á= 0,05. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya kejadian karies (62, 5%) pada anak yang dalam pemberian susu botol ditambah gula lebih dari 3 sendok teh dibandingkan dengan kejadian karies gigi pada anak yang dalam pemberian susu botol ditambah kurang atau sama dengan 3 sendok teh (34,3%) anak. Nilai estimasi faktor risiko penambahan gula dengan kejadian karies gigi didapatkan Rasio prevalens sebesar 1,823 (CI 95%= 1,048-3,171) sehingga dapat diartikan bahwa, ibu yang menambahkan gula lebih dari 3 sendok teh dalam susu botol ukuran 240 ml dapat meningkatkan risiko terjadinya karies hampir 2 kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang memberikan tambahan gula kurang atau sama dengan 3 sendok teh dalam susu botol ukuran 240 ml. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Prilaku.. (Tommy Adi Nugroho, dkk.) 171

Hasil penelitian Supeni (2005), menyatakan konsumsi susu botol dengan penambahan gula maupun tanpa penambahan gula dapat memicu terjadinya karies gigi pada anak. Hal ini juga sebanding dengan penelitian Apsari (2011) yang menyatakan pemberian susu dengan penambahan gula berpotensi menimbulkan karies, karena gula merupakan makanan yang kariogenik. E. Kebersihan Mulut Dari hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diketahui bahwa nilai p < 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat kebersihan mulut dengan kejadian karies gigi pada. Hal ini dapat dibuktikan dengan tingginya kejadian karies gigi (92,6%) pada anak dengan tingkat kebersihan mulut buruk dibandingkan dengan kejadian karies gigi pada anak dengan tingkat kebersihan mulut baik (6,3%). Nilai estimasi faktor risiko tingkat kebersihan mulut dengan kejadian karies gigi didapatkan Rasio prevalens sebesar 14,815 (CI 95%= 3,855-56,926) sehingga dapat diartikan bahwa, anak yang mempunyai tingkat kebersihan mulut buruk dapat menyebabkan risiko terjadinya karies sebesar 14,19 kali lebih tinggi dibandingkan anak dengan tingkat kebersihan mulut baik. Hal ini sesuai dengan penelitian Sariningrum (2009), bahwa plak tidak dapat dibersihkan dengan hanya berkumur-kumur, semprotan air atau udara. Walaupun endapan plak tipis, tetap akan mempengaruhi tingkat kebersihan mulut yang akan memicu timbulnya kerusakan atau karies gigi. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa: 1. Sebagian besar ibu atau 41 ibu (69, 5%) di Pendidikan prasekolah Intan Permata Aisyiyah di Desa Makam Haji, Kartasura, Sukoharjo, berpengetahuan baik. 2. Hampir setengah dari anak di Pendidikan prasekolah Intan Permata Aisyiyah mengalami karies. 3. Ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan gigi dengan kejadian karies pada anak prasekolah Intan Permata Aisyiyah = 19,409, nilai p < 0,001). 4. Tidak ada hubungan antara frekuensi pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah Intan Permata Aisyiyah = 1,151, nilai p= 0,420). 5. Ada hubungan antara frekuensi penambahan gula pada susu botol dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah Intan Permata Aisyiyah= = 4,566, nilai p= 0,061). 172 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 165-174

6. Ada hubungan antara waktu minum atau pemberian susu botol dengan kejadian karies gigi pada anak prasekolah Intan Permata Aisyiyah = = 6,647, nilai p= 0,021). 7. Ada hubungan antara tingkat kebersihan mulut dengan kejadian karies gigi pada anak praesekolah Intan Permata Aisyiyah = = 43,985, nilai p < 0,001). B. Saran Dengan melihat hasil simpulan diatas, maka ada beberapa saran dari penulis yakni sebagai berikut : 1. Bagi Orang Tua Diharapkan orang tua khususnya ibu tetap meningkatkan dan menjaga kesehatan gigi anak dengan mengawasi makanan anak yang dapat menimbulkan terjadinya karies, mengubah pola minum susu yang awalnya memberikan susu pada sampai tidur diubah menjadi sebelum tidur, membiasakan anak untuk menggosok gigi yang baik setelah makan dan menjelang tidur, dan tidak kalah pentingnya adalah pemeriksaan gigi enam bulan sekali pada anak harus rutin dilakukan. 2. Bagi Dinas Kesehatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat mempertahankan peran petugas kesehatan khususnya penyuluh kesehatan masyarakat dengan tetap memberikan edukasi pada orang tua khususnya ibu dalam mencegah kejadian karies pada anak pra sekolah dan sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan dalam memperkaya informasi tentang kejadian karies pada anak prasekolah. 3. Bagi Profesi Kesehatan Masyarakat Untuk mengatasi karies dan mencegah komplikasi yang tidak diinginkan perlu meningkatkan program perencanaan perawatan kesehatan gigi. Untuk memudahkan informasi pada orang tua terutama ibu perlu menyediakan leaflet tentang perawatan gigi dan karies. Disamping itu perlu meningkatkan penyuluhan tentang perawatan gigi untuk mencegah karies. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan penelitian lainnya terutama dalam upaya mencegah terjadinya karies pada anak prasekolah. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan memperluas variabel yang diduga juga dapat mempengaruhi karies, antara lain usia, jenis kelamin, jenis makanan. Untuk lebih baiknya penelitian ini dapat menggunakan kasus control. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Prilaku.. (Tommy Adi Nugroho, dkk.) 173

DAFTAR PUSTAKA Apsari, A. R., 2011, Hubungan Penggunaan Susu Botol dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa TK ABA II Buntalan Klaten Tengah (KTI). Klaten : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten. Dinkes, 2010. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2009, Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2009. Dinkes, 2011, Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2010, Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2010. Dinkes, 2012. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2011, Sukoharjo: Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2011. Djamil, M. S., 2011, A-Z: Kesehatan Gigi: Panduan Lengkap Kesehatan Gigi Keluarga, Solo, Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Kementrian Kesehatan, 2011, Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2010, Jakarta, Kementrian kesehatan 2011. Putri, M. H, 2011, Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran ECG. Santoso, S, Ranti, A. L., 2009, Kesehatan dan Gigi, Jakarta, Rhineka Cipta. Sariningrum, E. 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap Orang Tua tentang Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak Balita 3-5 Tahun dengan Kejadian Karies di PAUD Jatipurno. Skripsi. Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Supeni, S., 2005, Hubungan Penggunaan Susu Botol dengan Karies Gigi Anterior pada Anak TK Ngestirini Tempel Sleman Yogyakarta (KTI), Yogyakarta, Politeknik Kesehatan Yogyakarta. 174 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2, Desember 2012: 165-174