PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN Studi Kasus Industti Kecil Kue Simping di Kelorahaa Cipaisan, Kecarnatan Purwakarte, Kabupaten DT 11 Purwakarta, Jawa Barat Olch BUD1 UTAMl A 22 0332 JURUSAN ILMU- ILMU SOSlAL EKONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 199 1 PERTANIAW
RINGKASAN BUD1 UTAMI. Peranan Wanita dalam Industri kecil Pengolahan Pangan. (Studi Kasus Industri Kecil Kue Simping di Kelurahan Cipaisan, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten DT. 11. Purwakarta, Jawa Barat). Dibawah bimbingan Syarifah Surkati. Di Indonesia khususnya di Jawa, dampak negatif pembangunan pertanian (masuknya alat pemanen sabit dan mesin penggiling padi) menyebabkan kaum wanita di pedesaan kehilangan pe luang untuk bekerj a. Meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan bagi wanita, menyebabkan sektor industri pengolahan pangan (Home industry) dan industri kecil diharapkan mampu menampung kelebihan tenaga kerja wanita yang tidak dapat ditampung oleh sektor pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peranan wanita dalam industri kecil pengolahan pangan, dengan meneliti sumberdaya pribadi, sumberdaya rumahtangga dan faktor lingkungan masyarakat yang mendukung wanita bekerja di industri kecil pengolahan pangan. Substruktur peranan wanita yang dilihat dalam peneli- an ini adalah differensiasi peranan, alokasi ekonomi dan alokasi kekuasaan. Helalui unit analisa individu dan rumahtangga dipergunakan metoda alokasi waktu, analisa
pendapatan, pengeluaran dan pola pengambilan keputusan. Berdasarkan penelitian terhadap sumberdaya pribadi dan sumberdaya rumahtangga diketahui bahwa pengrajin rata-rata berusia 16 tahun sampai dengan 45 tahun, termasuk usia produktif, keluarga berada dalam tahap ekspansi lan jut tingkat pendidikan pengraj in wanita rata-rata terbanyak tamat sekolah dasar, sedangkan pengrajin pria rata-rata berpendidikan tertinggi tamat SLP (tipe industri A dan C) dan tamat SLA (tipe industri D). Pengalaman responden dalam berusaha didapat melalui helajar sendiri atau diajari oleh tetangga dan tidak dari pengajaran orang tua (tidak turun temurun). Motivasi wanita dalam berusaha pada industri kecil pengolahan pangan lebih banyak karena keinginan membantu ekonomi keluarga. Pengusaha wanita dari tipe industri A lebih sulit dalam meminjam uang, karena suami sering tidsk mengijinkan. Wanita dari tiga tipe industri memiliki kesempatan yang sama dalam memipjam uang di koperasi wanita. Wanita dari tipe industri A dan C belum mampu memanfaatkan kredit dengan baik karena mereka tidak siap dalam menggunakan kredit yang diberikan, ha1 ini dipengaruhi oleh penyuluhan yang kurang dalam ha1 penggunaan kredit. Wanita dalam berusaha simping lebih banyak meminjam uang dari lembaga keuangan resmi. Wanita dari tipe industri A dan B memanf'aatkan bantuan dari keluarga dalam
meminjam uang, ha1 ini berbeda dengan wanita dari tipe industri C tidak ada yang meminjam uang dari lembaga keuangan tidak resmi. Pe~nbinaan yang diberikan oleh Kantor Dinas Perindustrian tidak dapat diikuti oleh seluruh wanita pengusaha simping karena tergantung pada lamanya wanita tersebut berusaha dan tergantung pada kedekatan hubungan pengusaha tersebut dengan motivatornya. Pengrajin wanita dari tipe industri A mempunyai pandangan kewiraswastaan yang cukup baik (skor rata-rata 0,431, sedangkan pengrajin wanita dari tipe industri B (skor rata-rata 0,74) dan C (skor rata-rata 1'44) termasuk kategori pandangan yang baik terhadap kewiraswastaan. Curahan waktu pria dalam pekerjaan rumahtangga lebih rendah dibandingkan curahan waktu wanita. Rumahtangga pengrajin untuk tipe industri A dan B lebih sering menyerahkan pekerjaan menouci dan menyetrilca pakaian pada tenaga kerja tambahan wanita bukan anggota keluarga. Pengrajin wanita dari i;ipe industri C menyerahlran sebagian besar pekerjaan rumahtangganya pada tenaga kerja wanita bu kan anggota keluarga. Wanita dan pria dari tipe industri A dan E lebih banyak mengikuti kegiatan kemasyarakatan dibandingkan dengan wanita dan pria dari tipe industri C, karena responden dari tipe industri C lebih sibuk mengerjakan kegiatan di industri kecil.
Responden pria dari tipe industri A dan B mempunyai pekerjaan yang lebih beragam didalam mencari nafkah, dibandingkan respbnden pria dari tipe industri C. Wanita dari tipe industri B dan C lebih banyak mencari nafkah dengan bekerja sebagai pengrajin dan berdagang, sedangkan wanita dari tipe industri A lebih banyak sebagai pengrajin dan hanya satu orang wanita yang bekerja sebagai pegawai EKKBN. Anggota rumahtangga peng- rajin lebih banyak mencari nafkah di bidang non pertanian dibandingkan dj. bidang pertanian. Pria dan wanita dari tipe industri A lebih banyak niencurahkan waktu untuk bekerja dibidang pertanian dibandingkan @ria dan wanita pada tipe industri B dan C. Istri dari tipe industri A dan B lebih banyak mencurahkan waktunya bekerja dibidang non pertanian dibandingkan suaminya. Istri pada tipe industri C lebih banyak ~ilecurahkan walitunya bekerja di industri keciz dibandingkan istri dari dua tipe industri lainnya. Keadaan perumahan dari tipe industri C lebih baik jika ditinjau dari stat.us pemilikan rumah, sumber air dan jumlah pemilikan barang dibandingkan rumahtangga dari tipe industri A dan 9. Pada rumahtangga tipe industri C, pekerjaan di industri lebih banyak dilierjakan oleh tenaga kerja dar i luar rumahtangga dibandingkan dua tipe industri lainnya.