PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

KEDUDUKAN WANITA BURUH INDUSTRI DAN KONTRIBUSINYA UNTUK KELUARGA

PERANAN WANlTA DI USAHATANI LAHAN KERINC (Kasus Desa Petimbe, Kec. Sigi Biromaru, Kab. Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah)

(Studi Kasus di Icelurahan Rawasari, Kecamatan Cempalta Putih, Wilayah Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta) Oleh : SUPRA WIRENGRUM A

TELAAHAN KEGlATAN REPRODUKTIF DAN PRODUKTIF AMGGQTA RUMAHTANGGA PETANI MIGRAN SIRI<ULER DAN NON NilGRAN. Kalijati, Kabupaten Subang Jawa Barat) Qlah

TELAAHAN KEGlATAN REPRODUKTIF DAN PRODUKTIF AMGGQTA RUMAHTANGGA PETANI MIGRAN SIRI<ULER DAN NON NilGRAN. Kalijati, Kabupaten Subang Jawa Barat) Qlah

(Studi di Desa Kebon Pedes, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

PENGARUN SEKTOR INFORMAL TERHADAP STATUS SOSlAE WANlTA 4 K~JUS Wanita Pekerja Di Desa Tarikolot. Kec. Citeureup

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

(Studi di Desa Kebon Pedes, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

di Desa Karangjaya, Kecamatan Cikampek

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

KESEfAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI PAD! SAWAH

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

PERANAN WANITA DALAM USAHA INDUSTRI MAKANAN KHAS MELAYU RIAU

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANAN WANlTA DESA DALAM KESEJAHTERAAN KELUARGA DAN MASYARAKAT

AGRIC Vol.22, No. 1, Juli 2010:67-74 PENDAHULUAN

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

IBU DALAM PEMlLlH AN TEMPAT BERBELANJA

IBU DALAM PEMlLlH AN TEMPAT BERBELANJA

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

KONSUMSI SERAT MAKANAN PADA MASYARAKAT GOLONGAN MENENGAH KE ATAS Dl PERKOTAAN. Oleh : ROSIANA PERMANASARI A

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk di Indonesia terutama di Jawa telah

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN TRADISIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

WIFE CONTRIBUTION TO FISHERMAN HOUSEHOLD INCOME IN MERANTI BUNTING VILLAGE MERBAU DISTRICT MERANTI ISLAND REGENCY RIAU PROVINCE

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan

ISSN No Media Bina Ilmiah 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN PENDAPATAN INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PENGRAJIN DI DESA MELIKAN KECAMATAN WEDI KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PEMBANG TERHADAP PERGESERAN MAYA P.E WARGA DESA BARENGKOK KECAMATAN CIKAND PATEN SERANG

PENGARUH PEMBANG TERHADAP PERGESERAN MAYA P.E WARGA DESA BARENGKOK KECAMATAN CIKAND PATEN SERANG

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

VI. PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM RUMAHTANGGA PETANI. sumberdaya manusia yang dilakukan oleh rumahtangga petani yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

Sebagai salah satu kegiatan ekonoe sub sektor perikauan mequnyai peluang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penduduk Laki Laki dan Wanita Usia 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan Utama, (ribu orang)

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam

Al-Khwarizmi, Vol.I, Maret

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber: Data primer Profil Kelurahan Lenteng Agung 2009.

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KEMISKINAN RUMAHTANGGA NELAYAN. Pendapatan rumahtangga nelayan terdiri dari pendapatan di dalam sub

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS PADA TINGKAT KELUARGA TANI (Studi Kasus di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kertanegera)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Strategi Koping Fungsi Ekonomi: Strategi penghematan Strategi penambahan pendapatan. Dukungan Sosial: Keluarga Besar Tetangga. Input Throughput Output

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

"6%?.?,.',*.,-. ' < _. J 4 ; ;; 5 :.i.,.. WBUNGAN ALOKASI WAKTU DAN TINGKAT.. TANGGA YANG BEKERJA DI SEKTOR INFORMAL DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA

l. Latar Belakang ALOKASI PENGGUNAAN WAKTU WANITA TANI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN KELUARGA

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB VI PENUTUP. a. Berdasarkan jenis kelamin, responden yang menyatakan bahwa figur Tri

PROFlL WWNiTA PENGARI NAFKAW DI KEBUN TEW! Kasus di Desa klekarsari, Kegamatan Pasir Jamiabu, Kabupaten Bandung 1

PROFlL WWNiTA PENGARI NAFKAW DI KEBUN TEW! Kasus di Desa klekarsari, Kegamatan Pasir Jamiabu, Kabupaten Bandung 1

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

DESKRIPSI KARAKTERISTIK PETANI, KETERDEDAHAN TERHADAP MEDIA KOMUNIKASI DAN PERILAKU KOMUNIKASI PETANI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

V. DAMPAK PERGULIRAN DANA SPP TERHADAP UMKM. 5.1 Keragaan Penyaluran Pinjaman Dana Bergulir SPP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

CURAHAN WAKTU KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN WANITA KELUARGA PETANI KELAPA SAWIT POLA PLASMA DI DESA SARI GALUH KECAMATAN TAPUNG KABUPATEN KAMPAR

Transkripsi:

PERANAN WANlTA DALAM INDUSTRI KEG ll PENGOLAHAN PANGAN Studi Kasus Industti Kecil Kue Simping di Kelorahaa Cipaisan, Kecarnatan Purwakarte, Kabupaten DT 11 Purwakarta, Jawa Barat Olch BUD1 UTAMl A 22 0332 JURUSAN ILMU- ILMU SOSlAL EKONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 199 1 PERTANIAW

RINGKASAN BUD1 UTAMI. Peranan Wanita dalam Industri kecil Pengolahan Pangan. (Studi Kasus Industri Kecil Kue Simping di Kelurahan Cipaisan, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten DT. 11. Purwakarta, Jawa Barat). Dibawah bimbingan Syarifah Surkati. Di Indonesia khususnya di Jawa, dampak negatif pembangunan pertanian (masuknya alat pemanen sabit dan mesin penggiling padi) menyebabkan kaum wanita di pedesaan kehilangan pe luang untuk bekerj a. Meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan bagi wanita, menyebabkan sektor industri pengolahan pangan (Home industry) dan industri kecil diharapkan mampu menampung kelebihan tenaga kerja wanita yang tidak dapat ditampung oleh sektor pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peranan wanita dalam industri kecil pengolahan pangan, dengan meneliti sumberdaya pribadi, sumberdaya rumahtangga dan faktor lingkungan masyarakat yang mendukung wanita bekerja di industri kecil pengolahan pangan. Substruktur peranan wanita yang dilihat dalam peneli- an ini adalah differensiasi peranan, alokasi ekonomi dan alokasi kekuasaan. Helalui unit analisa individu dan rumahtangga dipergunakan metoda alokasi waktu, analisa

pendapatan, pengeluaran dan pola pengambilan keputusan. Berdasarkan penelitian terhadap sumberdaya pribadi dan sumberdaya rumahtangga diketahui bahwa pengrajin rata-rata berusia 16 tahun sampai dengan 45 tahun, termasuk usia produktif, keluarga berada dalam tahap ekspansi lan jut tingkat pendidikan pengraj in wanita rata-rata terbanyak tamat sekolah dasar, sedangkan pengrajin pria rata-rata berpendidikan tertinggi tamat SLP (tipe industri A dan C) dan tamat SLA (tipe industri D). Pengalaman responden dalam berusaha didapat melalui helajar sendiri atau diajari oleh tetangga dan tidak dari pengajaran orang tua (tidak turun temurun). Motivasi wanita dalam berusaha pada industri kecil pengolahan pangan lebih banyak karena keinginan membantu ekonomi keluarga. Pengusaha wanita dari tipe industri A lebih sulit dalam meminjam uang, karena suami sering tidsk mengijinkan. Wanita dari tiga tipe industri memiliki kesempatan yang sama dalam memipjam uang di koperasi wanita. Wanita dari tipe industri A dan C belum mampu memanfaatkan kredit dengan baik karena mereka tidak siap dalam menggunakan kredit yang diberikan, ha1 ini dipengaruhi oleh penyuluhan yang kurang dalam ha1 penggunaan kredit. Wanita dalam berusaha simping lebih banyak meminjam uang dari lembaga keuangan resmi. Wanita dari tipe industri A dan B memanf'aatkan bantuan dari keluarga dalam

meminjam uang, ha1 ini berbeda dengan wanita dari tipe industri C tidak ada yang meminjam uang dari lembaga keuangan tidak resmi. Pe~nbinaan yang diberikan oleh Kantor Dinas Perindustrian tidak dapat diikuti oleh seluruh wanita pengusaha simping karena tergantung pada lamanya wanita tersebut berusaha dan tergantung pada kedekatan hubungan pengusaha tersebut dengan motivatornya. Pengrajin wanita dari tipe industri A mempunyai pandangan kewiraswastaan yang cukup baik (skor rata-rata 0,431, sedangkan pengrajin wanita dari tipe industri B (skor rata-rata 0,74) dan C (skor rata-rata 1'44) termasuk kategori pandangan yang baik terhadap kewiraswastaan. Curahan waktu pria dalam pekerjaan rumahtangga lebih rendah dibandingkan curahan waktu wanita. Rumahtangga pengrajin untuk tipe industri A dan B lebih sering menyerahkan pekerjaan menouci dan menyetrilca pakaian pada tenaga kerja tambahan wanita bukan anggota keluarga. Pengrajin wanita dari i;ipe industri C menyerahlran sebagian besar pekerjaan rumahtangganya pada tenaga kerja wanita bu kan anggota keluarga. Wanita dan pria dari tipe industri A dan E lebih banyak mengikuti kegiatan kemasyarakatan dibandingkan dengan wanita dan pria dari tipe industri C, karena responden dari tipe industri C lebih sibuk mengerjakan kegiatan di industri kecil.

Responden pria dari tipe industri A dan B mempunyai pekerjaan yang lebih beragam didalam mencari nafkah, dibandingkan respbnden pria dari tipe industri C. Wanita dari tipe industri B dan C lebih banyak mencari nafkah dengan bekerja sebagai pengrajin dan berdagang, sedangkan wanita dari tipe industri A lebih banyak sebagai pengrajin dan hanya satu orang wanita yang bekerja sebagai pegawai EKKBN. Anggota rumahtangga peng- rajin lebih banyak mencari nafkah di bidang non pertanian dibandingkan dj. bidang pertanian. Pria dan wanita dari tipe industri A lebih banyak niencurahkan waktu untuk bekerja dibidang pertanian dibandingkan @ria dan wanita pada tipe industri B dan C. Istri dari tipe industri A dan B lebih banyak mencurahkan waktunya bekerja dibidang non pertanian dibandingkan suaminya. Istri pada tipe industri C lebih banyak ~ilecurahkan walitunya bekerja di industri keciz dibandingkan istri dari dua tipe industri lainnya. Keadaan perumahan dari tipe industri C lebih baik jika ditinjau dari stat.us pemilikan rumah, sumber air dan jumlah pemilikan barang dibandingkan rumahtangga dari tipe industri A dan 9. Pada rumahtangga tipe industri C, pekerjaan di industri lebih banyak dilierjakan oleh tenaga kerja dar i luar rumahtangga dibandingkan dua tipe industri lainnya.