Kata Kunci: Kejadian Hipertensi, Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Riwayat Hipertensi

dokumen-dokumen yang mirip
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata kunci: kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, hipertensi, laki-laki

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Manado

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

Kata Kunci : Status Merokok, konsumsi alkohol, hipertensi

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

Kata Kunci: Keturunan, Umur, Obesitas, Hipertensi

ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2011

Rini Anggraeny 1, Wahiduddin 1, Rismayanti 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

ejurnal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

INTISARI ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGUTER

HUBUNGAN FAKTOR KONSUMSI MAKANAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

Jurnal Dunia Kesmas Volume 3. Nomor 1. Januari

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2014

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI BERUSIA 40-65 TAHUN DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG Daisy Tri Anggraini Santoso* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Perubahan atau pergeseran pola penyakit yaitu dikenal dengan transisi epidemiologis terjadi di Indonesia. Saat ini, penyakit tidak menular (PTM) menjadi masalah kesehatan yang sangat serius. Salah satu penyakit tidak menular adalah hipertensi yang sering disebut sebagai the silent killer. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien laki-laki berusia 40-65 tahun, yang datang berobat di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien laki-laki berusia 40-65 tahun yang datang berobat di Puskesmas Bitung Barat. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 97 orang yang telah memenuhi kriteria penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesnioner. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel menggunakan uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95% dan α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki berusia 40-65 tahun memiliki kebiasaan merokok sebesar 50,5%, konsumsi alkohol yaitu sebesar 30,9% dan yang memiliki riwayat hipertensi sebesar 42,3%. Berdasarkan hasil pengukuran kejadian hipertensi sebanyak 54 orang (55,7%). Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi, terdapat hubungan antara riwayat hipertensi dengan kejadian hipertensi dan tidak terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi. Kata Kunci: Kejadian Hipertensi, Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Riwayat Hipertensi ABSTRACT Change or friction of disease pattern is known as epidemiological transition in Indonesia. Currently, noncommunicable diseases (NCD) become a very serious health problem. One of the non-communicable diseases is hypertension that referred to as the silent killer. This study aims to determine what factors are associated with hypertension in male patients aged 40-65 years who came for treatment at the health center West Bitung. This study used a descriptive analytical method with cross-sectional design. The population in this study were male patients aged 40-65 years who came for treatment at the health center West Bitung. The number of samples in this study were 97 people who have met the study criteria. Method of this research is using quetionaires. The statistical test used to analyze the relationship between variables using Chi-Square test at 95% confidence level and α=0,05. The result showed that men aged 40-65 years had the habit of smoking of 50,5%, alcohol consumption is equal to 30,9% and with a history of hypertension of 42,3%. Based on the measurement result of the incidence of hypertension as many as 54 people (55,7%). The conclusion that there is a relationship between smoking and the incidence of hypertension, there is a relationship between a history of hypertension with hypertension and there is no relationship between alcohol consumption with hypertension. Keywords: Hypertension Incidence, Smoking Habits, Alcohol Consumption, History Of Hypertension.

PENDAHULUAN Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Anonimous, 2009). Di Indonesia atau di dunia terjadi perubahan atau pergeseran pola penyakit yaitu dikenal dengan transisi epidemiologis (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Menurut catatan Badan Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) tahun 2011, satu milyar orang didunia menderita hipertensi. Dua pertiga diantaranya berada di Negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara, yang sepertiga populasinya menderita hipertensi (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2013). Riset kesehatan dasar (Riskesdas), pada tahun 2007 tingginya prevalensi penyakit tidak menular khususnya hipertensi di Indonesia menempati urutan pertama sebesar 31,7% (Hatma, 2012). Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah berdasarkan Riskesdas tahun 2013 menunjukkan penurunan dari 31,7% pada tahun 2007 menjadi 25,8% tahun 2013 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Berdasarkan Laporan Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara penderita hipertensi sebanyak 32.072 kasus (Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara, 2013). Menurut penelitian Barlin, dkk pada tahun 2006 yang dikutip dari jurnal hubungan mengkonsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada laki-laki di Desa Tompaso Baru II Kecamatan Tompaso Baru Kabupaten Minahasa Selatan mengatakan bahwa, Cap tikus adalah jenis minuman yang berkadar alkohol sekitar 30-55% yang dihasilkan dari proses penyulingan air nira (Komaling dkk, 2013). Data Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi perokok 16 kali lebih tinggi pada laki-laki (65,9%) dibandingkan perempuan (4,2%) (Direktorat PPTM, P2PL Kemenkes RI, 2012). Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan (Triyanto, 2014). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada laki-laki berusia 40-65 tahun yang datang berobat di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah desktiptif analitik dengan desain cross sectional study. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, dan riwayat hipertensi keluarga dan variabel terikat yaitu kejadian hipertensi. Penelitian ini bertempat di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung, pada bulan Agustus sampai Oktober 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien laki-laki berusia 40-65 tahun yang datang berobat di Puskesmas Bitung Barat. Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel 97 responden. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian karakteristik responden pada 97 pasien yang datang berobat di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung. Sebagian besar responden berada pada kelompok umur 40-45 tahun sebesar 26,8%, dan diikuti umur 46-50 tahun sebesar 20,6%, 51-55 tahun sebesar 21,6%, 56-60 tahun sebesar 14,4%, 61-65 tahun sebesar 16,5%. Tingkat pendidikan responden sebagian besar dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebesar 42,3%, pendidikan SD sebesar 32%, pendidikan SMP sebesar 18,6%, pendidikan D3 sebesar 1%, dan pendidikan S1 sebesar 6,2%. Pekerjaan responden yaitu sebagian besar bekerja sebagai pegawai swasta sebesar 50,5%, sebagai tukang/buruh sebesar 25,8%, sebagai nelayan/petani sebesar 8,2%, sebagai pensiun Swasta/PNS/BUMN sebesar 7,2%, sebagai PNS dan TNI sebesar 3,1%, sebagai pendeta sebesar 1,0% dan tidak bekerja sebesar 1,0%. Tabel 1. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Kebiasaan Merokok Ya Hipertensi Tidak Total n % n % n % Ya 22 44,9 27 55,1 49 100 Tidak 32 66,7 16 33,3 48 100 Total 54 55,7 43 44,3 97 100 p value 0,031 Pada Tabel 1 terlihat dari 49 orang yang memiliki kebiasaan merokok 22 orang yang terkena hipertensi, sedangkan yang tidak memiliki kebiasaan merokok yang terkena hipertensi sebanyak 27 orang. Data juga menunjukkan bahwa dari 48 orang yang tidak memiliki kebiasaan merokok yang terkena hipertensi 32 orang yang terkena hipertensi sedangkan yang tidak memiliki kebiasaan merokok tidak terkena hipertensi sebanyak 16 orang. Berdasarkan tabel 1 diketahui hasil pengolahan data menggunakan uji Chi Square dengan bantuan program computer menghasilkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,031 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi. Penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Pangkep oleh Amilia, Munawir dan Suhartatik (2014)

dalam hasil penelitiannya dilakukan pada 76 responden. 46,1% adalah perokok, angka ini merupakan angka yang cukup besar sebagai faktor risiko untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan angka responden yang tidak merokok, diperoleh nilai p 0,002 > α 0,05 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara hipertensi dengan merokok (Amilia dkk, 2014). Namun, bagi yang tidak memiliki kebiasaan merokok juga dapat mengalami hipertensi melalui faktor risiko lainnya seperti umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, kurang berolahraga, mengkonsumsi alkohol, obesitas, stress. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme pelepasan norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dipacu oleh nikotin. Risiko merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, tidak tergantung pada lamanya merokok. Pada suatu penelitian, merokok 2 batang ternyata meningkatkan tekanan darah 10/8 mmhg selama 15 menit. Merokok dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi sehingga terjadi penyempitkan pembuluh darah (Cekti, 2008). Tabel 2. Hubungan Konsumsi Alkohol dengan Kejadian Hipertensi Konsu msi Alkohol Ya Hipertensi Tidak Total n % n % n % Ya 18 60,0 12 40,0 30 100 Tidak 36 53,7 31 46,3 67 100 Total 54 55,7 43 44,3 97 100 p val ue 0,5 66 Pada Tabel 2 variabel konsumsi alkohol jenis cap tikus, berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan hipertensi dengan diperoleh p value 0,566 > α 0,05. Walaupun tidak terdapat hubungan secara signifikan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi, namun dapat dilihat frekuensi yang mengkonsumsi alkohol lebih besar (60%) dari yang tidak mengkonsumsi alkohol (40%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syahrini (2012) mengenai faktorfaktor risiko hipertensi primer di puskesmas Tlugosari Kulon Kota Semarang yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi dengan nilai p 0,383 > α 0,05 yang berarti hipotesis ditolak (Syahrini, 2012). Hasil penelitian Raihan, Erwin dan Dewi (2014) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol dengan hipertensi. Hipertensi merupakan jenis penyakit yang memiliki banyak faktor risiko, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol juga bisa terkena hipertensi. Akan tetapi, apabila seseorang mengkonsumsi alkohol, maka risiko untuk mengalami hipertensi juga meningkat (Raihan dkk, 2014).

Tabel 3. Hubungan Riwayat Hipertensi Keluarga dengan Kejadian Hipertensi Riwayat Keluarga Ya Hipertensi Tidak Total n % n % N % Ya 29 53,7 25 46,3 54 100 Tidak 12 27,9 31 72,1 43 100 Total 41 42,3 56 57,7 97 100 p value 0,011 Pada Tabel 3 berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh 97 responden dengan uji Chi Square, terdapat 29 responden yang memiliki riwayat hipertensi keluarga, diperoleh p value 0,011 < α 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi. Keluarga dengan riwayat hipertensi dan penyakit jantung koroner meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dua sampai lima kali lipat (Almatsier dkk, 2011). Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orangtua maka dugaan hipertensi esensial lebih besar (Triyanto, 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Raihan, Erwin dan Dewi (2014) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi primer pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Rumbai Pesisir yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara riwayat keluarga dengan hipertensi dengan hasil analisa diperoleh nilai odds ratio = 12,84 dan nilai p (0,00) < α (0,05) (Raihan dkk, 2014). Namun, demikian, bukan berarti bahwa semua yang mempunyai keturunan hipertensi pasti akan menderita penyakit hipertensi. Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Menurut Sutantu (2010), jika seseorang termasuk orang yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak melakukan penanganan atau pengobatan maka ada kemungkinan lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar tigapuluhan tahun akan mulai muncul tanda-tanda dan gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya (Suiraoka, 2012). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Persentase penyakit hipertensi pada lakilaki berusia 40-65 tahun yang datang berobat di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung tertinggi adalah 55,7% dan yang tidak hipertensi sebanyak 44,3%. 2. Persentase responden yang memiliki kebiasaan merokok sebanyak 50,5%, sedangkan yang tidak memiliki kebiasaan merokok 49,5%. 3. Persentase responden yang mengkonsumsi cap tikus sebanyak 30,9% sedangkan yang tidak mengkonsumsi cap tikus sebanyak 69,1%.

4. Persentase responden yang memiliki riwayat hipertensi keluarga sebanyak 42,3% dan yang tidak memiliki riwayat hipertensi keluarga sebanyak 57,7%. 5. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-laki berusia 40-65 tahun di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung, frekuensi yang memiliki kebiasaan merokok sebesar 44,9% dan yang tidak meiliki kebiasaan merokok sebesar 55,1%. 6. Tidak terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi pada laki-laki berusia 40-65 tahun di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung, frekuensi yang mengkonsumsi alkohol sebesar 60% dan yang tidak mengkonsumsi alkohol sebesar 40%. 7. Terdapat hubungan antara riwayat hipertensi keluarga dengan kejadian hipertensi pada laki-laki berusia 40-65 tahun di Puskesmas Bitung Barat Kota Bitung, frekuensi yang memiliki riwayat hipertensi keluarga sebesar 53,7% dan yang tidak memiliki riwayat hipertensi keluarga sebesar 46,3%. SARAN 1. Bagi masyarakat yang berumur diatas 40 tahun agar dapat melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. 2. Bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan pola hidup yang sehat seperti gizi seimbang, olahraga yang teratur, istirahat yang cukup. 3. Untuk mensukseskan program pemerintah yaitu Kawasan Tanpa Rokok, perlu dilakukan sosialisasi secara terus-menerus di tempat umum, tempat kerja, fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum agar kebiasaan merokok bagi setiap orang dapat berkurang. 4. Bagi masyarakat yang memiliki riwayat hipertensi keluarga, agar dapat memeriksakan kesehatan pada usia produktif karena pada usia tersebut dapat vmemicu faktor risiko penyakit hipertensi. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S., Soetardjo, S., dan Soekatri, M. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Amilia, A., Munawir, dan Suhartatik. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Esensial Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Pangkep. STIKES Nani Hasanuddin 4(1) pp. 13-20. Available from: <http://library.stikesnh.ac.id> [diakses pada 1 April 2014]. Anonimous. 2009. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Cekti, C., Adiguno S.W., Sarah A.H., Khoirul A., Mohammad E.P., Datu R., Dyah A.R., Ika R.K., Erdiansyah Z., Dian P., Stefanus Danan N., Az Hafid N., Endah R.1, dan Wahyudi Istiono. 2008. Perbandingan Kejadian Dan Faktor Risiko Hipertensi Antara Rw 18 Kelurahan Panembahan Dan Rw 1 Kelurahan Patehan. Berita Kedokteran Masyarakat 24(4) pp. 163-171. Available from: <http://jurnal.ugm.ac.id/bkm/article/vie w/3578/3067.> [diakses 17 April 2014]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2013. Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksana Hipertensi. Jakarta: kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat PPTM, P2PL Kemenkes RI. 2012. Aliansi Bupati/Walikota Dalam Pengendalian Masalah Kesehatan Akibat Tembakau Dan Penyakit Tidak Menular. Buletin Jendela Data dan Informasi 2(2) pp. 29-41. Available from: <https://www.google.com/...penyakit+ti dak+menular+khususnya+hipertensi+di+ Indonesia+menempati+ururtan+pertama +sebesar+31%2c7%25> [diakses pada 17 April 2014]. Hatma, R. 2012. Sosial Determinan dan Faktor Risiko Kardiovaskuler (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan 2 (2) pp. 15-22. Available from: <https://www.google.com/...penyakit+ti dak+menular+khususnya+hipertensi+di+ Indonesia+menempati+ururtan+pertama +sebesar+31%2c7%25> [diakses pada 17 April 2014]. Komaling, J., Suba, B., dan Wongkar, D. 2013. Hubungan Mengkonsumsi Alkohol Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lakilaki Di Desa Tompaso Baru II Kecamatan Tompaso Baru Kabupaten Minahasa Selatan. Ejurnal keperawatan (e-kp) 1(1) pp. 1-7. Available from: < http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp /article/viewfile/2194/1752> [diakses pada tanggal 18 April 2014]. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara. 2013. Laporan Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis Penyakit. Sulawesi Utara: Dinas Kesehatan. Rahajeng, E dan Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya Di Indonesia. Artikel Penelitian: Majalah Kedokteran Indonesia 59(12) pp. 580-587. Available from:<http://indonesia.digitaljournals.or g/index.php/idnmed/article/download/70 0/699...> [diakses pada 4 Apri 2014].

Raihan, L., M., Erwin, Dewi, dan A., P. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Primer Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pesisir. JOM PSIK 1(2) pp. 1-10. Available from: <http://jom.unri.ac.id/index.php/jompsi K/article/download/3408/3304.> [diakses pada tanggal 4 April 2014]. Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suiraoka, I. P. 2012. Penyakit Degeneratif Mengenal, Mencegah dan Mengurangi Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: Nuha Medika. Syahrini, E., N. 2012. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Di Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat UNDIP 1(2) pp. 315-325. Available from: <http://download.portalgaruda.org/articl e.php?article=73821&val=4700.> [diakses pada tanggal 4 April 2014].