Kebijakan Umum menuju Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat dan Wilayah Adatnya di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Masyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal

Kedaulatan dan Kemandirian Masyarakat Adat Melalui Pencapaian Pengelolaan Hutan Adat Lestari

Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

PERSPEKTIF PEMERINTAH ATAS HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

Mengarusutamakan Masyarakat Adat dalam Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

LANGKAH STRATEGIS PENGELOLAAN HUTAN DAN MEKANISME PENETAPAN HUTAN ADAT PASCA TERBITNYA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

PELUANG PENGELOLAAN HUTAN OLEH MUKIM DAN PENYIAPAN MASYARAKAT ADAT UNTUK MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PENYIAPAN MASYARAKAT ADAT DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM URUTAN PRESENTASI

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

Peluang Hukum Keberadaan dan Perlindungan/Pengakuan Masyarakat Adat dalam Pengelolaan Sumber daya Alam

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MASYARAKAT HUKUM ADAT (VERSI KEMENDAGRI)

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

Penyelarasan Teknis dan Prosedur

LAMPIRAN KERTAS POSISI WWF INDONESIA TENTANG PEMANFAATAN TRADISIONAL SUMBER DAYA ALAM UNTUK KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KONSERVASI

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

Menuju Rekonsiliasi Antara Masyarakat Adat dan Negara. Teges Malamoi, 17 Maret 2015

HAK MASYARAKAT ADAT. Materi Perkuliahan HUKUM & HAM (Tematik ke-5) Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

REDD+: Selayang Pandang

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

PENYUSUNAN STRATEGI PERCEPATAN PENGAKUAN HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012

Harmonisasi Regulasi Antar Sektor dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam*

FPIC DAN REDD. Oleh : Ahmad Zazali

Oleh: Imam Hanafi. Lokakarya Pemetaan Partisipatif: Partisipasi Publik dalam Jaringan Data dan Informasi Spasial Nasional/Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 35/PUU-X/2012 Tentang Tanah Hak ulayat Masyarakat Hukum Adat

TATA KELOLA HUTAN ADAT PASCA PUTUSAN MK NO 35/PUU-X/2012. Muthia Septarina. Abstrak

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

2017, No Pemajuan Kebudayaan Nasional Indonesia secara menyeluruh dan terpadu; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN MASYARAKAT ADAT

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KESIMPULAN DAN SARAN

Eksistensi Hutan Adat Dalam Pembangunan Kehutanan di Indonesia. Paska Putusan MK No. 35/PUU-X/2012

CATATAN KRITIS TERHADAP RUU PERTANAHAN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang aspek hukum

BAB I PENDAHULUAN. tanah dapat menimbulkan persengketaan yang dahsyat karena manusia-manusia

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

Harmonisasi Kebijakan dan Peraturan Perundangan

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENINGKATAN KEDAULATAN PANGAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENETAPAN TANAH ADAT/ULAYAT

Makalah. Masyarakat adat dan Hak Ekonomi Sosial dan Budaya

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

8 KESIMPULAN DAN SARAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 138/PUU-XIII/2015 Penggunaan Tanah Hak Ulayat untuk Usaha Perkebunan

Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

LANGKAH STRATEGIS PASKA TERBITNYA PUTUSAN MK NO. 35/PUU-X/2012 TENTANG PENGUKUHAN HUTAN ADAT

BAB I PENDAHULUAN. Analisis hukum kegiatan..., Sarah Salamah, FH UI, Penerbit Buku Kompas, 2001), hal. 40.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM KERJA AMAN PERIODE

MAHKAMAH KONSTITUSI DAN PERLINDUNGAN HAK KONSTITUSIONAL MASYARAKAT HUKUM ADAT 1 Dr. Fajar Laksono Suroso 2

DARI REFORMASI KEMBALI KE ORDE BARU

BAB II PENGATURAN HUKUM PROGRAM PEMBAHARUAN AGRARIA NASIONAL. A. Latar Belakang Lahirnya Program Pembaharuan Agraria Nasional

Hak-Hak Adat, Perencanaan Partisipatif dan Pemetaan Wilayah Adat: Pengalaman Dari Aceh 1. Sanusi M. Syarif 2

Masalah pertanahan mendapat perhatian yang serius dari para pendiri negara. Perhatian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 20 TAHUN 2015

Road Map Pembaruan Agraria di Indonesia

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

7. SIMPULAN DAN SARAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

Kemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

IMPLEMENTASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PILIHAN HUKUM PENGURUSAN/ PENGELOLAAN HUTAN OLEH MASYARAKAT ADAT

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

BAB IV PENUTUP. Alam Nomor : SK. 32/IV-SET/2015 tentang Zonasi Taman Nasional Siberut, Kabupaten

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

ANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

Shared Resources Joint Solutions

SENTRALISASI DALAM UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 1. Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

PENATAAN RUANG BERBASIS EKOSISTEM DAN PELUANG PENERAPAN EU RED (SATU KAJIAN HUKUM)

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

SERBA SERBI HUTAN DESA (HD)

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PERKEMBANGAN SEJARAH HUKUM AGRARIA

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MASYARAKAT ADAT

Inisiatif penyelesaian konflik Sumber Daya Alam melalui Mediasi i

BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

Kajian Hukum Penataan Ruang Berbasiskan Ekosistem dan Peluang Penerapan EU RED (EU Renewable Energy Source Directive)

PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN

KOALISI PENYELAMATAN PULAU-PULAU KECIL INDONESIA

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

BAB I PENDAHULUAN. tangan terhadap hubungan hukum antara manusia dengan tanah di Indonesia.

Transkripsi:

Kebijakan Umum menuju Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat dan Wilayah Adatnya di Indonesia SEMINAR NASIONALPENYEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA (PERINGATAN 53 TAHUN UUPA), Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 11 November 2013 Abdon Nababan Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Indigenous Peoples Alliance of the Archipelago Website: www.aman.or.id

- Kepulauan: 13.466 pulau, hanya 5 pulau besar - Populasi: 237,6 juta (BPS, 2010) - mega-biodiversity 47 tipe ekosistim utama - mega-cultural diversity 1128 suku/sub-suku berdasarkan bahasa (BPS, 2010), hanya 14 suku utama dengan populasi lebih dari 1 juta jiwa

Terminologi: - Masyarakat hukum adat (customary law community) di Ps. I8 B ayat (2) UUD 1945, UUPA 1960, UU HAM, UU Kehutanan 1999, UU PP Lingkungan Hidup 2009, - Masyarakat tradisional (traditional community) di Ps. 28 I ayat (3) UUD 1945 (Amandemen ke-2 2001 - Orang Asli/penduduk/suku Asli/Masyarakat Hukum Adat di UU OTSUS Papua 2001 - Masyarakat Adat di UU Pendidikan Nasional, UU Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil 2007 - Suku Terasing yang kemudian berubah menjadi Komunitas Adat Terpencil (KAT) Kementerian Sosial Kongres Masyarakat Adat Nusantara, 17 Maret 1999 : Masyarakat Adat adalah komunitas-komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul leluhur secara turun temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya, yang diatur oleh hukum adat dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakatnya. Referensi utama: Konvensi ILO 169

MASYARAKAT ADAT NUSANTARA: 4 UNSUR PENCIRI UTAMA Identitas Budaya: bahasa, spritualitas, nilai-nilai, sikap dan perilaku yang membedakan kelompok sosial yang satu dengan yang lain. Sistem Nilai dan Pengetahuan: (kearifan) tradisional bukan semata-mata untuk dilestarikan, tetapi juga untuk diperkaya/dikembangkan sesuai kebutuhan hidup berkelanjutan. Wilayah Hidup (wilayah adat, wilayah hak ulayat, ancestral domain) : tanah, hutan, laut dan SDA lainnya bukan semata-mata barang produksi (ekonomi), tetapi juga menyangkut sistem religi dan sosial-budaya. Aturan-Aturan dan Tata Kepengurusan Hidup Bersama Sosial (Hukum Adat dan Lembaga Adat) : untuk mengatur dan mengurus diri sendiri sebagai suatu kelompok sosial, budaya, ekonomi dan politik

PSDA-BMA yang beragam: R[e]DD) sebagai Kewajiban Adat, Low Carbon sebagai Life-style & Biodiversity sebagai Sistim Pendukung Kehidupan Memiliki motivasi & insentif paling kuat untuk melindungi SDA dan LH dibanding pihak-pihak lain karena terkait langsung dengan keberlanjutan kehidupan masyarakat adat Memiliki pengetahuan adat (tradisional?) untuk melestarikan & memanfaatkan sumberdaya alam secara lestari di wilayah adatnya Memiliki hukum adat agraria/sda untuk ditegakkan Memiliki kelembagaan adat untuk mengurus dan mengatur interaksi harmonis antara masyarakat adat dengan alam sekitarnya Memiliki konsep penguasaan lahan/wilayah adat secara kolektif yang di dalamnya menjaga keseimbangan yang dinamis antara hak individual (terbatas, tidak absolut) sebagai warga dan hak kolektif dan komunal sebagai satu komunitas adat yang otonom/ berdaulat

Kepastian Hukum atas Wilayah Adat Solusi untuk Masalah utama masyarakat adat saat ini.. Pemiskinan dan kemiskinan yang merajalela di kalangan masyarakat adat - tikus yang mati di lumbung padi Pelanggaran HAM Masyarakat Adat di daerah-daerah kaya sumberdaya alam kriminalisasi: menjadi pencuri harta sendiri Kerusakan lingkungan yang semakin meluas dan telah mengancam kapasitas keberlanjutan ekosistem dan penyangga kehidupan masyarakat adat menjadi korban dari perbuatan orang lain Pendatang (pekerja, pengelola perusahaan, pekerja dan pengusaha sektor pendukung industri ekstraktif) menjadi mayoritas dan/atau dominan menjadi Orang Asing di Tanah Sendiri

Potret Penguasaan Tanah dan SDA di Wilayah Masyarakat Adat Penguasaan Hutan Lewat HPH, HTI (IUPHHK-HA, IUPHHK-HT) Ijin Perkebunan lewat Skema HGU (terutama Perkebunan Sawit) Kuasa Pertambangan (KP, KK, KKBB, PKP2B) Kawasan Lindung/Konservasi ( TN, Suaka Margasatwa, Hutan Raya) HP3 (sudah dibatalkan oleh MK melalui JR UU 27/2007, akan diganti jadi IZIN?)

Cerita tentang Pembangunan di Wilayah Adat Lusan di Kecamatan Muara Komam Kab. Paser-kaltim Wilayah Adat Lusan (53.542 Ha) Hutan Lindung (21.750,933 Ha) Konsensi Pertambangan PERUSAHAAN Luas PT. RAHAYANA INDONESIA 3081,48 PT. INTEREK SACRA RAYA 6683,06 PT. HAMISAH 21997,2 PT. SATRIA PRATAMA BERLIAN 258,9 PT. TAMINDO BUMI LESTARI 10158,07 WilayaTersisa (409 Ha) HPH PERUSAHAAN Luas (Ha) PT. RIZKI KACIDA REANA 18043,16 PT. TELAGA MAS KALIMANTAN 9639,43 HGU PT. Trimadu Murni Asri (3.026 Ha) Hasil olahan peta partisipatif dan sumber sekunder lain oleh Riza (JKPP)

Landasan Moral, Politik dan Hukum: Pengakuan Negara (UUD 45 & TAP MPR) & Standar HAM Internasional Keberagaman budaya masyarakat adat diakui dalam motto nasional Bhinneka Tunggal Ika. Amandemen ke-2 (1999) UUD 1945: Pasal 18B ayat (2): hak-hak tradisional masyarakat [hukum] adat untuk mengurus dan mengatur masyarakatnya dan mengelola sumberdayanya diakui dan dihormati oleh negara Pasal 28I ayat (3): identitas budaya dan hak-hak tradisional masyarakat [hukum] adat dihormati dan dilindungi oleh negara sebagai hak azasi manusia TAP MPR RI No. 9/IX/2001 -- prinsip reforma agraria & PSDA: negara mengakui, menghormati dan melindungi hak-hak masyarakat [hukum] adat dalam pengelolaan sumberdaya alam

MASYARAKAT ADAT di PBB: UN PFII, ILO 169, EMRIP, SP, CERD, Deklarasi Rio dan turunannya (CBD, UNFCCC, dll)

MASYARAKAT ADAT DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA UUPA 5/60, UU PWP-PP 27/2007, UU HAM, dll. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU Ratifikasi Protokol Nagoya Kendala pengakuan yang efektif selama ini: - Tidak tersedia mekanisme dan prosedur administrasi atas keberadaan Masyarakat (Hukum) Adat - UU No. 41/1999 tentang Kehutanan terkait dengan status Hutan Adat sebagai Hutan Negara (dibatalkan melalui Putusan MK No. 35/PUU-X/2012)

Reformasi hukum di tingkat nasional: tinggal selangkah lagi. - RUU disahkan menjadi UU tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Masyarakat Adat menyediakan mekanisme dan prosedur pemberian pengakuan dan perlindungan hukum, penyelesaian sengketa dan pemberdayaan - Keputusan JR terhadap UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan: Hutan Adat bukan lagi Hutan Negara - RUU Desa berbasis Otonomi Asli - RUU Pertanahan dengan bab khusus tentang administrasi hak masyarakat adat atas tanah adat (wilayah adat?)

Jalan masuk menuju kebijakan transisional: Putusan MK No. 35/PUU-X/2012 tentang Pengujian UU No. 41/1999 ttg Kehutanan Negara telah melakukan pengabaian hak masyarakat adat atas tanah di Kawasan Hutan karena lewat UU 41/1999 telah menempatkan hutan adat sebagai hutan negara HMN tidak boleh mengambil-alih hak menguasai yang sudah melekat pada keberadaan masyarakat adat: hutan adat bukan hutan negara tetapi masuk kategori hutan hak, Hutan adat berada dalam wilayah hak ulayat Kewenangan pemerintah dibatasi di wilayah adat, hanya untuk menjaga fungsi hutan dan peredaran hasil hutan Tantangan pelaksanaan Putusan MK 35: Pasal 67 ayat (3) UU 41 Perlu ada INPRES untuk menggerakkan Kemenhut, BPN, Kemendagri, BIG dan instansi pemerintah pusat lainnya, dan PEMDA untuk melakukan identifikasi dan inventarisasi keberadaan MA, pemetaan wilayah adat, deliniasi dan demarkasi hutan adat dengan hutan negara Perlu ada 2 PP: PP tentang pengukuhan keberadaan MHA/MA dan PP tentang Hutan Adat Kebijakan transisional: INPRES untuk Pendataan dan Pendaftaran (Klaim) Wilayah Adat

RUU PPHMA (versi inisiatif DPR RI) Definisi/kriteria kriteria utamanya: wilayah adat! Adminsitrasi keberadaan masyarakat adat Mekanisme pengakuan hukum atas keberadaan masyarakat adat Sistim perlindungan hukum terhadap masyarakat adat dan hak-hak kolektifnya Partisipasi masyarakat adat di dalam politik dan di dalam pembangunan yang terkait dengan wilayah adat mereka Pemberdayaan masyarakat adat untuk mampu mengelola hak-haknya sesuai dengan tujuan hidup bersama sebagai bagian dari bangsa Indonesia

Kenapa Masyarakat Adat harus memetakan dan meregistrasi wilayah adatnya? Alat/media identifikasi diri sebagai komunitas adat (unit sosial pemegang hak-hak kolektif secara adat) Sistim warisan yang dianut oleh masyarakat adat nusantara kebanyakan dilakukan dengan budaya tutur dan lisan. Sehingga dalam era dunia modern diperlukan sebuah upaya untuk fasilitasi bagaimana memindahkan informasi keruangan/wilayah adat dalam sistim pengetahuan asli ke dalam peta. Saat ini masyarakat adat harus banyak melakukan negosiasi dan loby baik internal maupun dengan pihak luar untuk memperjuangkan pengakuan dan perlindungan hukum terhadap wilayah adatnya. Banyaknya konflik dan tumpang tindih kepentingan keruangan yang masuk ke wilayah adat. Pemetaan partisipatif wilayah adat sudah berkembang di Indonesia sejak akhir 1995 Belum ada skema kebijakan dari Pemerintah Indonesia dalam menyediakan data dan informasi tentang masyarakat adat yang utuh untuk menjalankan amanat konstitusi (UUD 1945 Psl. 18B, 28I), UUPA No. 5/1960, TAP MPR RI No. IX Tahun 2001 Psl. 4, Putusan MK No. 35/PUU- X/2012 (dibacakan 16 Mei 2013)

Prinsip-Prinsip Pemetaan dan Registrasi Wilayah Adat Pemetaan dilakukan atas dasar kebutuhan dari masyarakat adat sebagai alat pendukung untuk meraih pengakuan hukum, penataan fungsi (zonasi) dan basis perencanan pengelolaan wilayah adat. Pemetaan wilayah adat harus memperhatikan kesatuan politik (otoritas masyasyarakat adat terhadap ruang hidup), ekologi, budaya, yang dilakukan secara bertahap dan mudah dipahami. Pemetaan digunakan untuk perencanaan dan pemberdayaan kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik serta lingkungan masyarakat adat

Prakarsa AMAN membantu Pemerintah: Skema Identifikasi MA dan Pemetaan di Wilayah Adat PROFIL MASYARAKAT ADAT SOCIAL & SPATIAL MAPPING UPDATE PEMETAAN PARTISIPATIF Yes No PEMETAAN PARTISIPATIF PERENCANAAN PARTISIPATIF WILAYAH ADAT PUSAT INFORMASI MASYARAKAT ADAT ANALISIS DATA Kebijakan tata ruang, Industri ekstraktif (kehutanan, tambang, perkebunan) KEUTUHAN WILAYAH ADAT REKOGNISI TATA RUANG MA PENGUATAN KOMUNITAS ADAT & KELEMBAGAAN (Pemetaan, Perencanaan, Organisasi, Isu Perubahan Iklim dan Negosiasi) RENCANA AKSI PENGELOLAAN WILAYAH ADAT termasuk ANTISIPASI MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM, dll ADVOKASI, KAMPANYE KETERANGAN : PERENCANAAN PARTISIPATIF WILAYAH ADAT MENGHASILKAN : - Rencana Pengelolaan Ruang - Rencana Pengembangan Sumber Daya Ekonomi PENGUATAN KOMUNITAS ADAT & KELEMBAGAAN -Pelatihan Fasilitator Inti (teknis dan tenurial) -Pembentukan UKP3 -Pelatihan Fasilitator simpul -Pemetaan Wilayah -Penulisan Profil MA -Pelatihan Fasilitator Perencanaan partisipatif -Pembuatan peta Perencanaan partisipatif -Monitoring dan Asistensi -Pelatihan Negosiasi -Pelatihan Pengelolaan Data dan Informasi -Pembentukan Pusat Informasi MA

Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA): Skema Registrasi Wilayah Adat VERIFIKASI VALIDASI PUBLIKASI DATA

Landasan Operasional: Kemitraan dengan Pemerintah dan Lembaga Negara: MoU AMAN-Komnas HAM RI (2007), MoU AMAN-KLH (2009), MoU AMAN-BPN (2011) Turunan UU PPLH No. 32/2009: KLHS, pedoman identifikasi dan inventarisasi Masyarakat Adat dan kearifan lokal Kementerian Kehutanan: Peta Jalan Reformasi Penguasaan Tenurial di Kawasan Hutan Stranas REDD+ One map policy: sudah dimulai dengan PIPIB UU Ratifikasi Protokol Nagoya Putusan MK No. 35/PUU-X/2012

Perkembangan Terkini Pemetaan partisipatif wilayah adat: 3,4 juta Ha 425 wilayah adat: rata-rata 10.100 Ha/wilayah adat Tumpang tindih peta wilayah adat dengan kawasan hutan: 2,6 juta Ha (76,5%) Regitrasi peta indikatif wilayah adat anggota AMAN di BRWA: 3,29 juta Ha Total peta wilayah adat: 6,69 juta Ha Pengintegrasian peta wilayah adat dalam One Map Indonesia: 2,4 juta HA sudah masuk di Badan Informasi Geospasial (BIG) RAKERNAS 2013: percepatan pemetaan wilayah adat sampai 2022 40 juta HA

Penyempurnaan UUPA No. 5/1960 UUPA memberikan landasan hukum terhadap hak ulayat atau hak lainnya yang sejenis (hak atas wilayah adat) tidak ada pengaturan lebih lanjut tentang prosedur dan mekanisme pendaftaran serta administrasinya UUPA mengakui keberadaan masyarakat adat sepanjang masih hidup dengan persyaratan yang ketat tidak ada pengaturan lebih lanjut bagaimana dan oleh siapa yang menentukan suatu masyarakat adat masih hidup dan telah memenuhi semua kriteria yang disyaratkan UUPA tidak memberi penegasan antara HMN dengan hak masyarakat adat atas wilayah (ulayat) adatnya.

Terimakasih